Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan Karakter di Beberapa Negara

Negara Bentuk Pend. Karakter Materi Solusi


Malaysia Pendidikan Moral Bahasa dan komunikasi, Menjawab perubahan sosial,
(sejak TK) Pengembangan kognitif, menghadapi peningkatan
emosi, dan kreativitas kriminalitas
Singapura Pendidikan Karakter Tanggung jawab kepada Perubahan sosial, globalisasi,
dan Kewarganeraan keluarga dan masyarakat, kemajuan teknologi
(Sejak SD) peran serta bagi masa
depan bangsa
Jepang Jam khusus pendidikan Sikap sopan dan menghormati tradisi dan
moral (SD); Pendidikan menghargai orang lain, budaya, cinta tanah air serta
moral yang menghargai dan menghormati negara lain
terintegrasi (Sekolah melindungi alam, nilai dan diajarkan kontribusi
Menengah) kolektif masyarakat, dan mereka dalam perdamaian
peran serta tanggung dunia dan perkembangan
jawab dalam masyarakat. masyarakat internasional.

Namun, Bambang Sumintono dalam tulisannya Pendidikan Moral di Malaysia menyebutkan bahwa
siswa di Malaysia akan kebingungan dengan sistem pendidikan moral yang dilakukan secara direct
teaching atau diajarkan secara langsung di depan kelas dengan nilai-nilai moral yang sudah
ditetapkan.

Menurutnya, pendidikan moral lebih baik dilakukan dengan guru yang menjadi pendamping dan
memberi semangat kepada siswa dan membiarkan siswa untuk memilih secara mandiri nilai-nilai
mana yang tepat. Alasannya karena Malaysia terdiri dari multikultur dan masing-masing orang
memiliki nilai moral yang berbeda sehingga perlu membebaskan siswa untuk memilih nilai yang
sesuai dengan budaya atau agamanya.

“Sistem pendidikan harus...memelihara warga Singapura untuk memiliki karakter yang baik,
sehingga setiap orang memiliki tekad moral untuk bertahan di masa depan yang tidak pasti dan rasa
tanggung jawab yang kuat untuk berkontribusi bagi keberhasilan Singapura dan kesejahteraan
sesama warga Singapura,” kata Menteri Pendidikan Singapura, Heng Swee Keat, dikutip dari situs
web Kementerian Pendidikan Singapura.

Soal pendidikan, Jepang termasuk yang paling maju dari segi sarana, prasarana dengan sistem
pendidikan. Sejak 2003, waktu sekolah di Jepang mulai dikurangi menjadi 5 hari per minggu yang
dikenal dengan kebijakan “Yutori Kyoiku.” Namun, secara keseluruhan, pendidikan Jepang
dilandaskan pada Undang-Undang Nomor 120 tahun 2006 tentang Pendidikan. Regulasi ini menjadi
pedoman negara dan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dalam UU itu dijelaskan pendidikan di Jepang bertujuan mengembangkan karakter individu secara
keseluruhan sebab Jepang ingin memiliki generasi yang dengan pemikiran dan jiwa yang sehat dan
kualitas yang diperlukan masyarakat dalam hal menjunjung nilai perdamaian dan demokrasi.

Pendidikan karakter dikembangkan oleh Barat karena mereka percaya, sekolah memiliki peranan
penting dalam membentuk dan memperkuat karakter dasar yang akan mendukung terciptanya
masyakarat yang baik. Namun menurut James Arthur dalam bukunya Education with Character,
berbicara tentang pendidikan karakter berarti masuk ke dalam wilayah yang rawan dengan
pertentangan, yaitu pertentangan antar definisi dan ideologi. Hal tersebut tentunya tidak
mengherankan karena pendidikan karakter di Barat dikembangkan dan bersumber dari nilai-nilai
budaya. Nilai dalam kaitannya dengan budaya, merupakan ide tentang apa yang baik, buruk, dan
memadai. Menurut para ahli sosiologi Barat, nilai (value) dan moralitas tidak bersifat universal,
namun beragam atau berbeda-beda di tiap kultur sosial. Premis tentang nilai pun muncul dan
berubah sesuai dengan perubahan meta-ideologi dari lingkungan tempat nilai tersebut muncul.
Sebagai contoh, apabila sebuah masyarakat lebih dominan kepada agama akan condong kepada
nilai-nilai supranatural, sedangkan apabila nilai lebih berorientasi pada pada ekonomi pasar, maka
moral akan cendrung kepada uang, pendapatan dan kekayaan.(Hitlin, Steven dan Stephen Vaisey
(ed), Handbook of The Sociology of Morality, New York : Springer, 2010, hal. 126)

Anda mungkin juga menyukai