i
KATA PENGANTAR
Tanjungpinang, 2024
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
TIM PENULIS.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAGIAN I KONSEP KELUARGA..................................................................... 1
A. Pendahuluan ............................................................................................... 1
B. Pengertian .................................................................................................. 1
C. Bentuk Keluarga.......................................................................................... 2
D. Fungsi Keluarga........................................................................................... 3
E. Struktur Keluarga......................................................................................... 6
F. Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan................................................... 7
G. Keluarga sebagai sistem............................................................................. 8
BAGIAN II PERAN PERAWAT KELUARGA................................................... 12
A. Peran Perawat ........................................................................................... 12
B. Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Menangani Masalah
Kesehatan Keluarga................................................................................... 13
C. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga........................................................... 14
D. Implikasi dari Pelayanan Kesehatan Dipusatkan kepada Keluarga............ 14
BAGIAN III HUBUNGAN PERAWAT – KLIEN DENGAN KELUARGA........... 16
BAGIAN IV PERKEMBANGAN KELUARGA ................................................. 18
BAGIAN V NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA................. 24
A. Latar Belakang............................................................................................ 24
B. Defenisi....................................................................................................... 24
C. Ciri-Ciri Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).................................. 25
D. Tujuan dibentuknya NKKBS....................................................................... 25
E. Tahapan NKKBS......................................................................................... 26
F. Kemiskinan................................................................................................. 30
BAGIAN VI KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA.............................. 32
A. Teori model keperawatan........................................................................... 32
B. Teori-teori ilmu sosial.................................................................................. 36
C. Teori Peran dan Teori Stres Keluarga........................................................ 39
D. Teori Konflik................................................................................................ 40
BAGIAN VII TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA ...................... 43
iii
A. Latar belakang............................................................................................ 43
B. Trend dan isu dalam keperawatan keluarga............................................... 44
C. Beberapa trend dan Isu dalam keperawatan Keluarga............................... 45
D. Trend dan CurrenT Issu Keperawatan Keluarga........................................ 46
BAGIAN VII ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.................................... 48
A. Pendahuluan............................................................................................... 48
B. Diagnosisi Keperawatan............................................................................. 61
C. Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................. 67
D. Implementasi............................................................................................... 71
E. Evaluasi...................................................................................................... 75
BAGIAN VIII PELAYANAN KEPERAWATAN DIRUMAH (HOME CARE)...... 78
A. Latar belakang............................................................................................ 78
B. Pengertian................................................................................................... 79
C. Tujuan......................................................................................................... 79
D. Standard dan Tanggung Jawab Keperawatan di Rumah (Home Care)...... 80
E. Hak-Hak Klien dalam Pelayanan Keperawatan di Ruamah (Home Health Care)
.................................................................................................................... 81
BAGIAN IX RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA.................................. 83
PENUTUP......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 92
iv
BAGIAN 1
KONSEP KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
A. Pendahuluan
Keluarga merupakan elemen terkecil dari sebuah masyarakat. Keluarga
merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita.
Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa keluarga itu sangat unit setiap individu
merupakan bagiannya dari keluarga itu masing-masing sangat berbeda dari berbagai
segit. Keluarga menjadi tempat sentral bagi pertumbuhan dan perkembangan individu
yang ada didalamnya sehinga dapat dikatakan keluarga menjadi salah satu aspek
yang penting dalam keperawatan keluarga.
B. Pengetian
Pengertian keluarga akan berbeda-beda dari setiap para ahli. Hal ini
bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Keluarga
sebagai subsistem dari sebuah masyarakat memiliki karakteristik yang unik dalam kehidup
mkeluarga tersebut. Banyak ahli menguraikan arti dari sebuah keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakatnya.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978) mengemukakan bahawa keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
1
perkahwinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, masing-
masing mempunyai peran serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
C. Bentuk Keluarga
Pada saat ini tidak terdapat lagi keluarga yang khas dari masing masing daerah,
hal ini disebabkan perkembangan zaman yang semangkin pesat sehingga muncul budaya-
budaya baru dalam berkelurga. Tetapi yang pasti bentuk keluarga diklasifikasikan oleh para
ahli menjadi Keluarga Tradisional dan non Tradisional (Kota) :
1. Tradisional
a. Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri.
Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru.
2
e. Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f. Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.
i. Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j. Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2. Non Tradisional
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,
pengalaman yang sama.
b. Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c. Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
d. Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama Untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
3
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yait fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi
keluarga dikembangkan menjadi:
1. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga.
2. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada di sekitarnya.
3. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang
besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melin dungi dan pencegahan
terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.
6. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.
7. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8. Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh),
diantaranya: seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang
lain.
9. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.
1. Fungsi keagamaan
a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
b. Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari
seluruh anggota keluarga.
c. Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran
agama.
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan di masyarakat.
4
e. Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
2. Fungsi budaya
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya
asing yang tidak sesuai.
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berperilaku yang baik (positif) sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya
masyarakat/bangsa untuk menunjang terw ujudnya Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera.
4. Fungsi perlindungan
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman clan tantangan yang datang dari luar.
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
5. Fungsi reproduksi
5
usia, pendewasaan fisik maupun mental.
c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu
melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam
keluarga.
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
6. Fungsi sosialisasi
7. Fungsi ekonomi
E. Struktur Keluarga
6
Struktur dari sebuah keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga tersebut
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan Coplan (1965) yang
diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:
Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang mem berikan
asuhan. Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie
& Korman, 1989; Parsons & Bales, 1955) :
3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat memengaruhi kelompok lain.
4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai clan norma
yang berlaku dalam keluarga.
7
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. jlka keluarga mempunyai keterbatasan dapat
meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh
bantuan.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
8
Lingkungan
Umpan balik
1. Masukan (input), terdiri dari: anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga,
aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.
2. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi
keluarga.
3. Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga:
perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan, perilaku sebagai warga negara,
dan yang lain.
4. Umpan batik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan proses
yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada lingkungan/masyarakat
di sekitarnya.
Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
1. Keluarga sebagai sistem terbuka. Suatu sistem yang mempunyai kesempatan dan mau
menerima atau memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
2. Keluarga sebagai sistem tertutup. Suatu sistem yang kurang mempunyai
kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian kepada lingkungan
(masyarakat) sekitarnya.
9
Gambar Keluarga sebagai sistem mempengaruhi suprasistem (masyarakat)
Masyarakat Luas
Komunitas
Sistem Sistem
Kesehatan Kesehatan
KELUARGA DENGAN
KARAKTERISTIKNYA
Sistem Sistem
Kesehatan Kesehatan
10
Tabel Karakteristik keluarga sebagai sistem
11
BAGIAN 2
PERAN PERAWAT KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
A. Peran Perawat
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
12
Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive dapat
dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga
dengan menggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visite yang teratur
untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan
perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang disampaikan secara
terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaburasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi,
sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan
dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat sehingga
menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat
agar tercipta lingkungan yang sehat.
13
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan
Keperawatan kesehatan pada keluarga adalah:
1. Hambatan dari keluarga
a. pendidikan keluarga yang rendah
b. keterbatasan sumber-sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan
prasarana)
c. kebiasaan-kebiasaan yang melekat
d. sosial budaya yang menunjang
2. Hambatan dari perawat
a. Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi, seperti: PHN
Kit, transportasi
b. Kondisi alam (geografi yang sulit)
c. Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
d. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat tentang kultur
keluarga yang akan dirawat.
14
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
15
BAGIAN 3
HUBUNGAN PERAWAT - KLIEN DENGAN
KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
16
2. Intervensi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan kesehatan dan
meliputi tiga level pencegahan
3. Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan terhadap kesehatannya
4. Perawat adalah tamu di rumah keluarga, jadi perawat tidak mungkin dapat mengatur
keluarga. Perawat hanya membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatannya
atas dasar keinginan/persetujuan dari keluarga.
3. Fase Implementasi
Pada fase Implementasi seorang perawat melakukan pengkajian dan perencanaan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki, melakukan intervensi,
mengeksplorasi nilai-nilai keluarga, menggali persepsi keluarga terhadap
kebutuhannya, edukasi kesehatan sesuai tingkat pendidikan dan menyediakan
informasi tertulis.
4. Fase Terminasi
Pada fase terminasi seorang perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan
berdasarkan pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama dengan keluarga, menyusun
rencana tindak lanjut (baik pada masalah kesehatan yang sedang ditangani, maupun
pada masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga), dan tinggalkan nama, alamat
dan nomor telepon perawat bila perlu.
17
Bagian 4
PERKEMBANGAN KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
18
Tugas utama untuk mendapat kan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-
saat yang sangat dinantikan
c. Tahap menghadapi bayi
Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,
karena pada tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada kedua
orangtuanya.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul
dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak
sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma
sosial budaya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur,
mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum
anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas diri
dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua
orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepas anak ke masyarakat
Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya,
dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah
suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak
dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia fana ini.
2. Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus
kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
a. Keluarga baru (Beginning family),
19
yaitu perkawinan dari sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga
baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina
hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersam, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan merencanakan
anak atau KB.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family),
yaitu dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan
tanggungjawab, adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang
kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah,
yaitu kelurga dengan anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6
tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan
keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi
tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah,
yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan
keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan,
kerjasama dalkam memnyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota
keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja,
yaitu dengan usia anak pertam 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas
pekembangan keluarga ini adalah menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga
yang berbeda, menyertakan keluarga dalam bertanggungjawab dan
mempertahankan filosofi hidup
f. Keluarga denagn anak dewasa,
yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan rumah dengan tugas
perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan
yanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan
anak dan mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan,
yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan rumah dan berakhir pada saat
pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang
menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga, membina
keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan
berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
20
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah
satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak
dengan anak, cucu dan masyarakat.
3. Tahap perkembangan keluarga menurut Spradley:
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Membina hubungan dan kepuasan bersama
Menetapkan tujuan bersama
Mengembangkan keakraban
Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok sosial
Diskusi tentang anak yang diharapkan
b. Child bearing (menanti kelahiran)
Persiapan untuk bayi
Role masing-masing dan tanggung jawab
Persiapan biaya
Adaptasi dengan pola hubungan seksual
Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua
c. Keluarga dengan anak pra-remaja
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga
Merencanakan kelahiran anak kemudian
Pembagian tanggung jawab dengan anggota keluarga
d. Keluarga dengan anak sekolah
Menyediakan aktivitas untuk anak
Biaya yang diperlukan semakin meningkat
Kerjasama dengan penyelenggara kerja
Memperhatikan kepuasan anggota kelaurga dan pasangan
Sistem komunikasi keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda
Menyertakan remaja untuk tanggung jawab dalam keluarga
Mencegah adanya gap komunikasi
Mempertahankan filosuf hidup dalam keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber
Penataan kembali tanggung jawab antar anak
Kembali suasana suami istri
21
Mempertahankan komunikasi terbuka
Meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapatkan menantu
g. Keluarga dengan usia pertengahan
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
Tanggung jawab semua tugas rumah tangga
Keakraban pasangan
Mempertahankan kontak dengan anak
Partisipasi aktivitas sosial
h. Keluarga dengan usia lanjut
Persiapan dan menghadapi masa pensiun
Kesadaran untuk saling merawat
Persiapan suasana kesepian dan perpisahan
Pertahankan kontak dengan anak cucu
Menemukan arti hidup
Mempertahankan kontak dengan masyarakat
Berubahnya tahap perkembangan keluarga pada setiap tahap perkembangan
akan diikuti dengan perubahan tugas perkembangan keluarga tersebut dengan
berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga.
Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya.
Tabel : Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (utama)
1. Keluarga baru menikah Membina hubungan intim yang
memuaskan
Membina hubungan dengan keluarga
lain
Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir Mempersiapkan menjadi orangtua
Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual, dan kegiatan.
Mempertahankan hubungan dalam
rangka memuaskan pasangannya.
3. Keluarga dengan anak usia pra Memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
sekolah misalnya kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
Membantu anak untuk bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,
sementara kebutuhan anak yang lain (tua)
juga harus terpenuhi.
Mempertahankan hubungan yang sehat,
baik didalam atau luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar).
Pembagian waktu untuk individu,
pasangan, dan anak (biasanya keluarga
22
yang mempunyai tingkat kerepotan yang
tinggi).
Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga.
Merencanakan kegiatan dan waktu
untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah Membantu sosialisasi anak terhadap
lingkungan luar rumah, sekolah, dan
lingkungan lebih luas (yang tidak / kurang
diperoleh dari sekolah atau masyarakat.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Memenuhi kebutuhan yang meningkat,
termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja Memberikan kebebasan yang seimbang
dan bertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi.
Mempertahankan hubungan intim dalam
Keluarga
Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orangtua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
Mempersiapkan perubahan sistem peran
dan peraturan (anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai Memperluas jaringan keluarga dari
Dewasa keluarga inti menjadi keluarga besar.
Mempertahankan keintiman pasangan
Membantu anak untuk mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat.
Penataan kembali peran orangtua dan
kegiatan di rumah
7. Keluarga usia pertengahan Mempertahankan kesehatan individu
dan pasangan usia pertengahan.
Mempertahankan hubungan yang serasi
dan memuaskan dengan anak-anaknya
dan sebaya.
Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga usia tua/lansia Mempertahankan suasana kehidupan
rumah tangga yang saling menyenangkan
pasangannnya.
Adaptasi dengan perubahan yang akan
terjadi ; kehilangan pasangan, kekuatan
fisik, dan penghasilan keluarga.
Mempertahankan keakraban pasangan
dan saling merawat.
Melakukan life review masa lalu.
23
BAGIAN 5
(NKKBS)
Tujuan pembelajaran :
A. Latar Belakang.
24
Kecil Bahagia Sejahtera/NKKBS(BKKBN,1991).
Konsep keluarga kecil bahagia sejahtera pada dasarnya adalah dimulai dari
terbentuknya keluarga kecil dimana sebuah keluarga dengan hanya memiliki dua anak yang
artinya ayah dan ibu akan mendapat kesempatan yang cukup untuk mengasuh dan
membina anak-anak mereka dengan baik, mencakup kebutuhan fisik, mental, sosial,
spiritual kearah yang lebih baik dan berkualitas. Dengan demikian kemampuan mereka
untuk membina keleuarga yang sejahtera menjadi bertambah tinggi
B. Defenisi
Keluarga kecil adalah Keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan rata-rata
dua orang anak. Berdasarkan Pasal 1 Angka 16 UU Nomor 10 Tahun 1992 Tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga kecil
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami, istri dan anaknya, atau ayah
dengan anaknya atau ibu dengan anaknya.
Keluarga sejahtera merupakan keluarga yang sah menurut agama dan undang-
undang serta memiliki ketahanan, baik secara fisik maupun non-fisik, mampu memperbaiki
dan meningkatkan kondisi mental, fisik dan sosial keluarga serta mampu menanamkan nilai-
nlai luhur budaya bangsa dan agama.
Norma Keluarga Kecil, Bahagia, Dan Sejahtera adalah suatu nilai yang sesuai
dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga,
dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal
untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin..
Ciri – ciri Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera secara garis besar adalah sebagai
berikut :
1. Mereka menikah pada usia cukup dewasa ( Laki-laki 25 tahun dan wanita 20 tahun).
2. Sebelum menikah calon suami dan istri sudah matang kepribadiannya sehingga siap
menghadapi masalah dalam kehidupan keluarha
3. Calon suami dan istri sudah memiliki mata pencarian yang bisa menjamin kehidupan
dan kebutuhan ekonomi keluarga.
25
4. Suami istri bersedia memberi jarak yang cukup bagi kehamilan kedua agar dapat
memberikan waktu dan perhatian yang cukup bagi ibu untuk menyusui anaknya yang
pertama dengan baik dan benar.
5. Suami dan istri sepakat untuk mempunyai anak dua saja, untuk memberikan
kesempatan kepada keduanya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan fisik, mental,
pendidikandan sosial, agama secara optimal dari orang tuanya dan masyarakat.
6. Suami dan istri secara dini telah mempersiapkan diri secara fisik, mental, sosial dan
agama guna menghadapi hari tuanya.
1. Tujuan Umum
Tujuan dibentuknya NKKBS secara umum adalah untuk menumbuhkan, memelihara
dan membudayakan sikap dan tingkahlaku yang mendorong dan memungkinkan
terbinaya suatu keluarga yang anggotanya agar tumbuh dan berkembang dengan baik
secara fisik, psikologis, moral dan sosial sehingga peran fungsi dan tugas keluarga
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
2. Tujuan Khusus :
a. Membina keluarga agar siklus kehidupan berkeluarga yaitu ; keluarga baru keluarga
dengan ibu hamil, keluarga dengan ibu menyusui, keluarga dengan anak pra
sekolah, keluarga dengan anak sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga
sebagai pusat pelepasan, keluarga dengan masa pansiun, keluarga dengan manula
dapat berjalan dengan baik dalam rangka menetapkan keluarga kecil untuk
mewujudkan keluarga sejahtara.
b. Mencipkan kondisi dimana kebutuhan primer anak seperti makan, pakaiandan
lingkungan pemukiman yang sehat serta kebutuhan sekunder seperti kesehatan,
pendidikan dan sosialisasi dengan lingkungannya relatif dapat dipenuhi secara baik
dan benar.
c. Menciptakan kondisi yang memungkinkan seorang istri yang berfungsi sebagai ibu,
teman dan pengatur rumah tangga dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara
baik dan benar.
d. Menciptakan kondisi yang memungkinkan suatu keluarga kecil dapat saling mengisi
antara satu sama lain.sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing yang
berguna bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.
e. Membina keluarga agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana
mestinya mulai dari tahap balita,, remaja sampai dewasa baik secara fisik,
psikologis, moral dan sosial dalam rangka memantapkan keluarga kecil untuk
mewujudkan keluarga sejahtara.
26
E. Tahapan NKKBS
27
Lantai rumah bukan dari tanah
Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan).
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-
masing yang dianut.
Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam seminggu.
Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.
Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang.
Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan
fungsi masing-masing.
Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai
dengan 60 tahun.
Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psi kologis, dan kebutuhan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang
maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk
material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara
aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III :
Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
Makan dua kali sehari atau lebih.
Pakaian yang berbeda untuk berrbagai keperluan
Lantai rumah bukan dari tanah
Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan).
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-
masing yang dianut.
Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling paling kurang sekali dalam
seminggu.
Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.
28
Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang.
Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi
masing-masing.
Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai
dengan 60 tahun.
Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.
Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama keluarga.
Keluarga mempunyai tabungan.
Makan bersama paling kurang sehari-sekali.
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.
Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
Indikator Keluarga Sejahtera Plus :
Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
Makan dua kali sehari atau lebih.
Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
Lantai rumah bukan dari tanah
Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan).
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing yang dianut.
Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling paling kurang sekali dalam
seminggu.
Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.
Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang.
Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan
fungsi masing-masing.
29
Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai
dengan 60 tahun.
Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.
Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama keluarga.
Keluarga mempunyai tabungan.
Makan bersama paling kurang sehari-sekali.
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.
Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu dan sukarela dalam bentuk
material kepada masyarakat.
Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.
F. Kemiskinan
Penduduk miskin di Indonesia telah ada puluhan tahun yang lalu. Tahun 1970,
proporsi penduduk miskin sekitar 60 %, tahun 1996 menjadi 11 %, dan tahun 1998
menunjukkan proporsi keluarga miskin meningkat kembali menjadi 39 %. Survei Biro Pusat
Statistik, akhir Desember tahun 1998 menunjukkan keluarga miskin sekitar 24,2 %.
Kecendrungan tingginya keluarga miskin di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi yang
melanda negar-negara Asia termasuk Indonesia.
30
kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan 9 indikator keluarga
miskin.
Indikator Keluarga Miskin :
1. Tidak bisa makan 2 kali sehari atau lebih.
2. Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling- kurang seminggu
sekali.
3. Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.
4. Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel setahun sekali.
5. Bagian terluas lantai rumah dari tanah.
6. Luas lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni rumah.
7. Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan tetap.
8. Bila sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.
9. Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah.
4. Secara budaya dan , seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek, dan fatalisme.
5. Secara lingkungan hidup; rendahnya pemilikan aset fisik termasuk aset lingkungan
31
BAGIAN 6
Tujuan Pembelajaran :
Setelah Proses Pembelajaran selesai diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pentingnya model dalam praktek keperawatan keluarga
2. Menjelaskan defenisi dan model praktek keperawatan keluarga
3. Menjelaskan model yang dapat dipakai dalam praktek Keperawatan Keluarga
32
yang bersaing (Meleis, 1985). Menurut Fawcett (1984), model konseptual atau teori-
teori keperawatan dapat digolongkan kedalam tiga tipe yang bervariasi
menurut pandangan dunia mereka dan orientasi teoritis mereka (tipe teori-teori
besar sosiologis dan psikologis yang menjadi dasar model tersebut). Ketiga tipe
tersebut adalah perkembangan, menekankan perubahan dan pertumbuhan ;
33
Proses keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori keluarga dan
praktik keperawatan (Fawcett, 1984). Belakangan ini Mischke-Berkey dkk (1989)
dengan tekun mengadaptasi model ini dari Neuman, namun konsep keluarga
telah diidentifikasi dan diterapkan, tampak agak bermanfaat untuk membimbing
praktik keperawatan keluarga.
34
wd.clW4. Keluarga diperlakukan baik sebagai konteks maupun klien. King
menjelaskan bahwa pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila
terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau
mengatasi masalah atau keadaan “sakit" ( 1983, hal. 1982). King terus menguraikan
modelnya sebagai perawat pembantu untuk membantu anggota keluarga.
Model tersebut berorientasi pada sistem dan interaksi, dengan perluasan isi
keluarga yang lebih jauh, model tersebut cukup bermanfaat dalam keperawatan
keluarga.
Padahal Roy mengatakan bahwa masalah individu yang tidak efektif; yang
menyebabkan respons yang tidak efekiif. Gagasan ini dapat diperluas hingga ke unit
keluarga, di mana pola koping keluarga yang tidak efektif menimbulkan masalah-
masalah yang berhubungan dengan fungsi keluarga. (McCubbin dan Figley,
1983). Malahan teori ini menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu
klien dalam memanipulasi lingkungan mereka ; kedua gagasan tersebut memiliki
arti yang penting dalam keperawatan keluarga.
35
dapat diterapkan pada keluarga sama seperti pada individu. Bagi Roger, keluarga
dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang energi keluarga yang tidak bisa
dikurangi, bersifat empat dimensi, negentropik dan menjadi fokus studi dalam
keperawatan. Whall (1981) secara jelas memperlihatkan kongruensi dan aplikasi dari
teori Roger untuk pengkajian keluarga, dan mengilustrasikan hal ini dengan menggunakan
konsep Roger tentang saling melengkapi, resonansi, dan helicy untuk menguraikan
sistem keluarga. Peninggalan Roger ini secara jelas disebutkan dengan teori sistem
umum, dan karena orientasi ini maka ada suatu kesesuaian antara teori keperawatan
dari Roger dan keperawatan keluarga.
Kesimpulan
36
yaitu lingkungan sosial yang meliputi ideologi, nilai-nilai dan institusi sosial komunitas
(McCubbin dan Dahl, 1985).
2. Teori Struktural-Fungsional
4. Pendekatan Institusional-Historis
Kerangka kelima untuk menganalisis keluarga adalah pendekatan
institusional atau historis. Kerangka intitusional kemudian diperluas hingga meliputi
pendekatan budaya silang atau pendekatan historis yang lebih umum, merupakan
salah satu pendekatan utama yang digunakan dalam menganalisis keluarga dalam
sosiologi dan antropologi (Leslie dan Korman, 1989). Pendekatan institusi menguji suatu
masyarakat pada beberapa hal dalam sejarah dan menganalisis bagaimana
institusi keluarga melakukan fungsi-fungsi khusus untuk para anggotanya ; bagaimana
pendekatan tersebut berinteraksi dengan institusi masyarakat, termasuk sistem agama,
pendidikan dan ekonomi, dan bagaimana pendekatan tersebut dipengaruhi oleh dan
mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat.
37
Analisis historis keluarga (teori perkembangan dan riset) masih relatif baru dan
meningkatkan pemahaman kita tentang respons keluarga terhadap perubahan sosial
dan kondisi ekonomi, bagaimana orang bereaksi terhadap perubahan sosial dan apa arti
perubahan bagi kehidupan keluarga mereka. Dampak kumulatif studi-studi historis
tentang ke l uarga telah merubah pandangan yang sederhana dari perubahan sosial
dan perilaku keluarga dari waktu ke waktu (Hareven, 1987).
38
mempertahankan karakteristik dari "kaum tua dan muda" secara bersamaan.
39
Teori peran dan stres keluarga adalah dua teori tingkat sedang yang
sebagian besar didasarkan atas suatu interaksionisme simbolik atau kerangka
interaksi.Teori stres keluarga sebenarnya dikembangkan oleh Hill pada tahun 1949.
Modelnva, dinamakan teori ABCX, menguraikan bagaimana keluarga- keluarga yang
mengalami kejadian dengan stresor yang sama beradaptasi terhadap kejadian tersebut
secara berbeda-beda. la mengidentifikasi tiga faktor yang berinteraksi bersama,
membuat perbedaan apakah keluarga menuju krisis atau tidak. T i g a faktor tersebut
ad a l a h : ( 1 ) stresor itu sendiri, (2) sumber-sumber dari keluarga yang ada, dan (3)
persepsi keluarga terhadap stresor. Teori Hill kemudian dikembangkan oleh McCubbin
dan Patterson (1983) merangkum juga periode pascakrisis. Dinamakan model ABCX
Ganda, setiap faktor penjelas teori tersebut dimodifikasi, gagasan koping dimasukkan
sebagai prediktor utama dan adaptasi keluarga (berkisar dari maladaptasi
hingga beradaptasi) menjadi hasil yang digambarkan, bukan sebagai krisis atau
non krisis. Model ini telah diuji dikalangan keluarga yang memiliki anak yang
menderita sakit kronis.
Teori peran merupakan teori kedua yang berdasarkan interaksi simbolik yang
lebih spesifik. Seperti namanya, teori peran keluarga menganalisis interaksi dan
peran (formal dan informal) dimana anggota keluarga saling berhadapan satu sama
lain dan dalam berbagai situasi. Pengaruh dari penyakit telah dipelajari secara
luas dengan menggunakan teori peran sebagai dasar penjelasan tentang
bagaimana keluarga dipengaruhi (Turk dan Kerns, 1985).
7. Teori konflik
Teori konflik atau konflik sosial, salah satu teori sosiologi besar, telah
digunakan oleh para protesional dalam bidang keluarga untuk mengkaji dan menangani
keluarga, khususnya dimana dinamika interpersonal, instabilitas dan konflik menjadi
masalah, dan pengajaran strategi manajemen konflik d i p e r l u k a n . Tujuan
u t a m a a d a l a h u n t u k m e n g u r a i k a n d a n menjelaskan perubahan sosial,
konflik dan ketidakleluasaan (Murphy, 1983).
Dua asumsi dasar dari teori konflik adalah bahwa keluarga senantiasa
dalam keadaan perubahan yang konstan (perubahan dan konflik tidak dapat
dihindari), dan bahwa konflik sebagai bentuk interaksi sosial, memiliki efek-efek
penyatu (Simnel, 1955). Sprey mernandang keluarga sebagai sebuah arena dimana
kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan dan aliansi dari tujuan umum
sama-sama berjuang (Sprey, 1969). Murphy (1983) menyatakan secara tegas
bahwa "fokus dari kerangka konflik bukan pada perbedaan antara para anggota
40
keluarga, tapi pada prosesnya atau pada proses dimana perbedaan -perbedaan
diatasi atau diselesaikan (hal. 127). Teori konflik sosial menghadapi perubahan,
persaingan, konflik, konsensus, negosiasi dan tawar-menawar, kekuatan dan
pengaruh, agresi dan ancaman (Sprey, 1979). Oleh karena itu, teori ini bermanfaat
dalam bekerja dengan keluarga dimana terjadi konflik-konflik kekuatan, usaha-usaha
pengambilan keputusan, kekerasan dalam keluarga.
menerapkan teori pertukaran pada keluarga, Nye menyatakan bahwa posisi teori yang
paling umum (dan paling sentral) adalah "bahwa umat manusia menghindari prilaku yang
merugikan dan mencari status-status terhormat, hubungan, interaksi dan hubungan
keadaan perasaan yang pada akhimya akan memaksimalkan keuntungan mereka.
Banyak proposisi yang lebih spesifik yang dimasukkan dalam pernyataan umum ini
yang mempunyai kaitan dengan penghargaan, biaya, keuntungan, dan norma
hubungan timbal balik, pilihan, dan pertukaran. Siapa saja dapat melihat warisan ekonomi
dalam terminologi ini.
Teori ini dikritik oleh para sarjana dalam bidang keluarga karena teori ini tidak
memberikan gambaran tentang perilaku keluarga secara akurat.
Perumpamaannya adalah bahwa teori pertukaran berasumsi bahwa manusia
bersifat rasional. Hedonistik, dan mengetahui pilihan yang tersedia baginya. Tapi dalam
bidang keluarga, rasionalitas dan hedonisme senantiasa dihiasi dengan emosionalitas
dan altruisme (mementingkan kebahagiaan orang lain) dan hal ini senantiasa menjadi
persoalan karena anggota keluarga tidak memahami berbagai pilihan yang tersedia bagi
mereka. Oleh karena itu, asumsi-asumsi dasar dari teori pertukaran tidak cocok dengan
perilaku keluarga (Beutler et al, 1989). Meskipun ada kritik ini, Nye ( 1979) dan penulis
yang lain telah berhasil menggunakan teori pertukaran sosial ini untuk menguraikan
berbagai aspek perilaku keluarga dari pola pengasuhan anak hingga pola pekerjaan ibu.
41
9. Teori Pembelajaran Sosial
Teori psikologi perilaku tingkat menengah lainnya yang telah diterapkan kepada
keluarga adalah teori pembelajaran sosial (Jacob dan Tennebaum, 1988). Teori
imbangan dari teori ini dalam terapi keluarga adalah teori perilaku keluarga (dalam teori
terapi keluarga). Bandura (1977) percaya untuk mengembangkan teori pembelajaran
sosial dengan memperluas model belajar sebelumnya melalui penekanan yang lebih
besar pada aspek sosial pembelajaran dan efek-efek yang interaktif, mutual dari
perilaku, orang dan lingkungan. Bandura menunjukkan pentingnya peran yang dimainkan
oleh aspek-aspek kognitif pembelajaran,dan juga bagaimana peran sentral pembentukan
model dalam pembel ajaran, la berpendapat bahwa "pembelajaran dengan mengamati
perilaku yang kompleks dan membuat pola-pola model semacam itu merupakan
sumber pembelajaran yang paling penting dari dunia sosial berlangsung"
Teori pembelajaran sosial yang diterapkan pada keluarga sangat berguna dalam
mendalami bagaimana anggota keluarga bersosialisasi, bagaimana mereka berkomunikasi
dan berfungsi dalam peran-peran keluarga mereka, dan bagaimana mereka beradaptasi
baik sebagai individu maupun sebagai keluarga. Implikasi praktis dari teori yang
berorientasi pada bidang akademik ini diungkapkan oleh ahli terapi keluarga yang
menggambarkan prilaku keluarga.
Terutama keluarga-keluarga
“normal” (berorientasi pada
Populasi Terutama keluarga-keluarga keadaan normal)
Target dengan masalah sehat dan sakit
42
BAGIAN 7
Tujuan pembelajaran :
Setelah Mengikuti perkuliah Trend dan Issu dalam Keperawatan Keluarga diharapkan
Mahasiswa mampu :
43
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus
menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keprawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari
keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara
keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam
interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Trend praktik keperawatan meliputi
perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih
besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan
oleh :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi
dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat
diketahui oleh masyarakat
2. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang
3. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat
ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
44
Kerawatan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang diberikan kepada keluarga
keperawatan dengan pendekatan proses Keperawatan untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan
hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh
unit pada individu dan masyarakat.
Keberhasilan keperawatan di berikan di rumah sakit dapat menjadi sia–sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Keluarga sebagai titik sentral pelayanan kesehatan
menjadi amat sangat penting untuk meningkatkan derajat ksehatannya. Keluarga yang
sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat. Untuk
itu keluarga perlu mendapatkan bantuan dari petugas kesehatan ( perawat) untuk
mewujutkan kesehatan pada setiap anggota keluarga.
Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga seorang
perawat ; a) Harus mengerti dan memahami tipe dan struktur keluarga,b) Tahu tingkat
pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya, c) Perlu pemahaman setiap tahap
perkembangan dan tugas perkembangan
45
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.
Jika dilihat dari trend isu yang muncul secara nasional (Indonesia) yang ada
beberapa penyebab munculnya trend dan isu keperawatan keluarga tersebut, yaitu :
1. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum
adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita
2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanan kesehatan
yang memiliki kualitas baik.
5. Pengetahuan dan ketrapilan perawat yang masih perlu ditingkatka.
6. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang.
7. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun telh
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.
8. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas
transfortasi yang cukup.
9. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
10. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
11. Lahan praktek yang terbatas.
12. Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
13. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
14. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.
Dari terend dan issu yang muncul dalam keperawatan keluarga dapat kita lihat dari
tiga bidang kegiatan yang adal dalam keperawatan itu sendiri, yaitu :
1. Dalam Bidang Pelayanan :
a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
46
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Bersikap pasif.
d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang (Kemenkes sudah
meneyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan
keluarga di rumah & perlu disosialisasikan).
h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
j. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi
2. Dalam Bidang Pendidikan:
a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
3. Dalam Bidang Profesi:
a. Standar kompetensi belum disosialisasikan
b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan
c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.
47
Bagian 7
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
A. PENDAHULUAN
48
Asuhan Keperawatan Keluarga Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang
terdiri dari keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga
didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik
keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan
interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.
1. Level 1
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan
keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.
2. Level 2
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi
bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.
3. Level 3
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga,
anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi:
hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.
4. Level 4
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan
perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga
dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga;
struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.
49
dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesmas, posyandu,
atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan
kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang berisiko
terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud
adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu / anggota kelu arga) dari rekam
kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan lain (unit
layanan kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang masalah klien dan keluarga sebagai dasar kajian
lebih lanjut di keluarga.
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang diperlukan.
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi peralatan dan obat-obatan sederhana.
e. Alat bantu penyuluhan.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian merupakan
langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan Bahasa ibu (yang digunakan setiap hari), lugas, dan sederhana.
50
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Data Umum
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan nomor telepon, pekerjaan KK,
dan komposisi keluarga. Selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.
51
K KK G 1 2 3 4 1 2 1 ak
3 2 3
35 3
5
Z-I~
1997
52
DM
Kembar
Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
Status Sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
penghasilan seluruh anggota keluarga (orang tua maupun anak yang telah bekerja
dan membantunya). Status sosial ekonomi juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan
barang yang dimiliki oleh keluarga.
53
terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya.
c. Data Lingkungan
Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni
keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, peman faatan ruangan, jumlah
ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan
kebutuhan MCK (mandi, cuci, dan kakus), sarana air bersih dan minum yang
digunakan. Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar dengan
sebagai denah rumah.
Sistem pendukung keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan
fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat,
asuransi, atau yang lain). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga
(peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat,
dan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan upaya kesehatan.
54
d. Struktur Keluarga
Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat.
Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari
dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
Fungsi ekonomi menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan
rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga. juga diuraikan kemampuan
keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk
meningkatkan status kesehatannya.
55
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab,
dan faktor yang memengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenal
tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang:
56
Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh kelu arga di
sekitar lingkungan rumah.
Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga sekitar
lingkungan rumah.
Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap
sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan.
Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang
dapat dilakukan keluarga.
Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyarakat, perlu dikaji tentang :
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat dijangkau keluarga.
Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diper oleh dari
fasilitas kesehatan.
Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan
yang melayani.
Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak
dapat apa penyebabnya.
Fungsi religius menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
Fungsi afeksi, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan
57
psikososial dalam keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
g. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak
berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) meliputi
pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang perlu.
h. Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
2. PENGKAJIAN FOKUS
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat
melakukan pengkajian dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan
pada semua tahap perkembangan keluarga (terlampir).
58
n Kapan pertemuan pasangan?
n Bagaimana hubungan sebelum menikah?
n Bagaimana pasangan ini memutuskan menikah?
n Adakah halangan terhadap perkawinan mereka (sebutkan)?
n Bagaimana respons anggota keluarga terhadap perkawinan?
n Bagimana kehidupan di lingkungan keluarga asal, termasuk orientasi
keluarga dari kedua orang tua?
n Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawinan?
n Bagimana hubungan dengan saudara ipar?
n Bagaimana keadaan orang tua masing-masing dan hubungannya dengan
orang tua setelah perkawinan?
n Bagaimana rencana mempunyai anak?
n Berapa lama waktu berkumpul setiap hari?
n Bagaimana rutinitas (secara individu, suami dan istri) setelah perkawinan?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
b. Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)
Pengkajian data fokus meliputi:
59
n Bila perlu gunakan Skala DDST.
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
c. Keluarga dengan anak prasekolah
n Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama di rumah dan adakah
sarana stimulasinya?
n Sudahkah anak diikutkan kegiatan play group?
n Berapa lama waktu yang dimiliki oleh orang tua untuk berkumpul dengan
anak setiap hari?
n Siapakah orang yang setiap hari bersama anak?
n Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini?
n Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
n Bagaimana karakteristik teman bermain?
n Bagaimana lingkungan bermain?
n Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah?
n Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh-kembang anak dan adakah sarana
yang dimiliki?
n Bagaimana temperamen anak saat ini?
n Bagaimana pola anak jika menginginkan sesuatu barang?
n Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak?
n Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini?
n Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah?
n Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah?
n Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat
bermain?
n Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini?
n Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya?
n Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
e. Keluarga dengan anak usia remaja
n Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
n Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang?
n Bagaimana perilaku anak selama di rumah?
n Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman
sekolah atau bermain?
n Siapa saja yang berada di rumah selama anak remaja di rumah?
60
n Bagaimana prestasi anak di sekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh
anak?
n Apa kegiatan di luar rumah selain sekolah, berapa kali, berapa lama,
dan dimana?
n Apa kebiasaan anak di rumah?
n Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
n Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
n Siapa yang menjadi figur bagi anak?
n Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
f. Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)
Bagaimana karakteristik pasangan anaknya?
Bagaimana hubungan anak terhadap orang tua dan mertua setelah
menikah?
Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari
orang tua?
Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana
tinggalnya dan berapa lama/frekuensi anak bertemu dengan orang
tua?
Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan
adiknya?
Bagiamana perasaan orang tua setelah anak menikah?
Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga yang dilaksanakan?
g. Keluarga usia bayi
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua?
Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan
keluarga?
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi
serumah?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
h. Keluarga lansia
n Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangannya?
n Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
61
n Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, bagaimana frekuensi, dan
berapa frekuensi kunjungan anak?
n Adakah orang yang menemani setiap hari?
n Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia
tua?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat
sebagai berikut.
1. Pengelompokan Data
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada asuhan keperawatan
klinik. Perawat mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif
dan objektif setiap kelompok diagnosis keperawatan.
62
2. Diagnosis resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,
tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungk inkan dapat
ditingkatkan.
Contoh perumusan diagnosis keperawatan
63
A Keluarga Bapak I.
64
t. Resiko terjadi trauma.
u. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
v. Ketidakberdayaan.
w. Terjadinya isolasi social
x. Dan masih banyak lagi
Skor tertinggi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5)
1 Sifat masalah 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
65
Tidak dapat 0
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
f. Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat
karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
g. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani
masalah.
Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga.
Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu.
Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan.
66
4. Penyusunan Prioritas Diagnosis Keperawatan
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor
tertinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah.
Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap
masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
Contoh:
Resiko terjatuh (terpeleset) pada lansia yang tinggal di keluarga Bapak An yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang
aman bagi lansia.
67
4 Menonjolnya masalah Keluarga merasa keadaan tersebut telah
x1=0 berlangsung lama dan tidak pernah ada
Skala : Masalah tidak
kejadian yang mengakibatkan lansia
dirasakan
mengalami suatu cedera (terjatuh) di
rumah akibat lantai yang licin.
Total skor
3
Setelah penilaian, diagnosis keperawatan (yang lebih dari satu) disusun prioritasnya
berdasarkan total skor yang tertinggi ke terendah. Kegiatan lain adalah
mensosialisaikan prioritas diagnosis keperawatan kepada keluarga.
68
mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standar.
69
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan:
1. Tujuan hendaknya logis sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan di observasi
dengan pancaindra perawat yang objektif.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi.
Contoh:
Kriteria Hasil
70
2. Rencana tindakan
5. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan
kembali) tentang bahaya lantai yang licin.
6. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan
kembali) akibatnya bila lansia terjatuh.
7. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan
kembali) cara mencegah lansia terjatuh.
8. Mengajarkan kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah lansia dengan
keluarga.
9. Mengajarkan kepada keluarga setiap diskusi perlu diambil suatu keputusan yang
terbaik.
10. Tanga waktu yang disepakati dengan keluarga, perawat melihat lansia
menggunakan sandal yang tidak licin (karet) selama dalam rumah,
menggunakan tongkat dengan ujungnya berkaret.
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja
sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi
tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai
koordinator. Namun, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan
keperawatan.
71
Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya
(saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi
kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang
didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat
informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin) peralatan yang perlu
disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mem punyai
kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.
Kunjungan ke : 5
Latar belakang
Lansia yang tinggal di rumah Bapak An adalah Ibu dari istrinya yang setiap hari pada siang
hari tinggal sendiri tanpa pengawas.
Keadaan lingkungan (lantai) terbuat dari keramik yang dapat membahayakan lansia terjatuh
bila lansia melakukan aktivitas (memenuhi kebutuhan personal hygiene) dari kamar mandi.
Peningkatan pengetahuan keluarga merupakan kebutuhan utama sebelum keluarga
menyikapi dan menyediakan sarana yang aman bagi lansia di rumah.
Tujuan
72
1. Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan (lantai yang licin).
2. keluarga dapat menyebutkan akibat yang diserita lansia bila terjatuh.
3. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah lansia terjatuh akibat lantai yang licin.
disepakati
kesehatan.
membahayakan lansia.
pertanyaan.
73
jika lansia terjatuh.
pertanyaan.
kesehatan.
menyatakan
kesanggupan.
Materi
74
1. Lingkungan (lantai) yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Bahaya lingkungan (lantai yang licin) bagi lansia.
3. Akibat yang diderita lansia bila terjatuh.
4. Cara mencegah lansia terjatuh akibat lantai yang licin.
Media
Sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan keluarga, agar diperoleh
efektivitas yang maksimal, yaitu:
Dalam tahap ini, perawat perlu merencanakan secara sistematis dan berurutan secara
bertingkat berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun. Sebelum implementasi
keperawatan, perawat perlu kontak terlebih dahulu dengan keluarga dan membuat
suatu rencana kegiatan yang bertujuan agar selama implementasi keperawatan sesuai
dengan waktu yang disepakati dan bahan yang diimplementasikan mempunyai efektivitas
tinggi.
Implementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri (anggota keluarga/ keluarga), perawat,
anggota tim perawatan (kesehatan), keluarga lain (extended), clan orang lain yang
masuk dalam jaringan kerja keperawatan keluarga.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk tingkat keberhasilannya. Bila hasil
evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan
melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan
kesediaan keluarga.
75
- S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi perawatan.
- 0 adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
- A merupakan analisis perawat setelah rnengetahui respons subjektif dan objektif
keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga.
- P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
yang efektif.
dengan keluarga.
kondisi keluarga.
76
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi
formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegaiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana
diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan.
P : Lanjutkan intervensi.
77
BAGIAN 8
PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH
( HOME CARE )
Tujuan pembelajaran :
Setelah Mengikuti perkuliah Home Care diharapkan Mahasiswa mampu :
1. Menjelasakan pengertian Home Care dari beberapa ahli
2. Menjelaskan Tujuan dari Home Care
3. Menjelaskan Standard dan Tanggung Jawab Keperawatan di Rumah (Home
Care)
4. Menjelaskan Hak-Hak Keluarga dalam Home Care
A. Latar Belakang
Perawat yang bekerja di berbagai area praktek dan dengan berbagai kelompok usia,
dalam melaksanakan tugasnya dapat menggunakan keluarga sebagai fokus intervensi.
78
Asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada masalah kesehatan dari setiap
anggota keluarga dan memperhatikan efek kedekatan antara anggota keluarga terhadap
kesehatan keluarga. Asuhan keperawatan yang berfokus pada kelompok merupakan suatu
filosofi dan dapat dilakukan di setiap area praktek. Namun, tempat tinggal keluarga adalah
tempat khusus untuk dilakukannya keperawatan yang berfokus pada keluarga.
Di masa lalu, perawat komunitas meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui
kunjungan ke rumah-rumah. Perawat komunitas bertugas untuk mencegah penyakit-
penyakit tertentu, cedera, kematian dini dan menurunkan tingkat penderitaan manusia.
Melalui kunjungan rumah, perawat-perawat komunitas memberikan kesempatan bagi
keluarga-keluarga untuk lebih menyadari akan resiko masalah kesehatan, mempelajari cara-
cara pencegahan dan cara menggunakan sumber daya yang ada untuk meningkatkan
kesehatan dan pencegahan utama. Selama kunjungan rumah, perawat-perawat komunitas
dapat mengkaji ancaman kesehatan yang tidak tampak saat keluarga datang ke dokter,
klinik, Puskesmas, atau pelayanan kesehatan yang lain.
Perawatan di rumah merupakan aspek keperawatan komunitas yang berkembang
paling pesat. Antara tahun 1988-1992, jumlah perawat yang melakukan perawatan di rumah
meningkat menjadi 50%. Pada awalnya, keperawatan komunitas dimulai dengan pelayanan
yang diberikan bagi orang-orang miskin di rumah mereka.
William Rathbone memulai program perawat yang berkunjung ke rumah (visiting
nurse) pada tahun 1859, setelah istrinya meninggal dan dirawat oleh seorang perawat di
rumahnya. Selanjutnya di akhir tahun 1800-an, Amerika Serikat mendirikan perkumpulan
perawat yang datang ke rumah karena tingginya imigrasi di Amerika yang menyebabkan
terjadinya penyakit-penyakit menular sampai dengan awal abad ke-19, perawatan bagi
orang sakit dan orang cacat di rumah-rumah mereka menjadi bentuk tradisional dari
pelayanan kesehatan bagi kebanyakan orang (Spiegel, 1987).
Di tahun 1940-an, rumah sakit mulai menunjukkan keberhasilannya pada perawatan
di rumah karena meningkatnya jumlah orang yang sakit kronis. Perkumpulan-
perkumpulan visiting nurse semakin menjamur di berbagai kota besar dan kecil, sampai
akhirnya di awal tahun 1980-an digunakan sistem Diagnostic – Related Groups (DRGs)
untuk menurunkan lama rawat inap dari seorang pasien. Pelayanan perawatan di rumah
selanjutnya dipandang bukan hanya sebagai cara yang terpilih untuk memberikan
perawatan pada klien, tetapi juga merupakan cara yang paling murah.
Berdasarkan pada perkembangan pelayanan keperawatan di rumah yang terjadi di
luar negeri, pada dasarnya kondisi masyarakat Indonesia sangat memungkinkan untuk
dilaksanakannya hal tersebut. Namun, untuk memulainya diperlukan kesiapan dari para
perawat komunitas.
79
B. Pengertian
Pelayanan keperawatan di rumah (Home Health care) merupakan interaksi yang
dilakukan di tempat tinggal keluarga, yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga dan anggotanya. Dari pengertian tersebut, bisa
diambil kesimpulan bahwa tenaga kesehatanlah yang bergerak, dalam hal ini mengunjungi
klien, bukan klien yang datang ke tenaga kesehatan. Hampir semua pelayanan kesehatan
dapat diberikan melalui keperawatan di rumah, kecuali dalam keadaan gawat darurat.
Diasumsikan bahwa klien dan keluarga yang tidak dalam kondisi gawat darurat, “cukup
sehat” untuk tetap tinggal di masyarakatnya dan melakukan perawatan sendiri setelah
ditinggal oleh perawat.
C. Tujuan
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif, serta mendorong
digunakannya pelayanan kesehatan
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota
keluarga dan keluarga, serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar anggota keluarga
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan
Tujuan tersebut digunakan untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah-masalahnya
yang oleh Simmons (1980) dikategorikan menjadi :
1. Sikap hidup dan sumber-sumber pelayanan kesehatan
2. Penyimpangan status kesehatan
3. Pola dan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan
4. Dinamika dan struktur keluarga.
80
7. Standar 7 : Evaluasi
8. Standar 8 : Kesinambungan perawatan
9. Standar 9 : Kolaborasi interdisiplin
10. Standar 10 : Pengembangan profesional
11. Standar 11 : Riset
12. Standar 12 : Etik
81
perawat dengan latar belakang pendidikan ners dan diploma III dengan pengalaman
klinik.
2. Ners spesialis :
Bertugas memberikan asuhan keperawatan langsung dengan ketrampilan
spesialistik, melakukan konseling, menyusun kebijakan terkait dengan keperawatan
dirumah, mengembangkan staf, menunjang atau mengembangkan sistem
keperawatan kesehatan di rumah, menerima konsultasi dari ners generalis dan
tenaga kesehatan lain terkait keperawatan di rumah.
3. Vocasional
82
12. Klien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dengan kualitas yang tinggi,
serta berhak mendapat informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan emergensi.
83
BAGIAN 9
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA
b. Menyebutkan Respon Keluarga menyebutkan 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
definisi kurang gizi. verbal Kurang gizi adalah suatu keluarga mengenai pengertian kurang gizi.
keadaan dimana tubuh tidak 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
mendapatkan zat-zat tubuh keluarga mengenai pengertian kurang gizi yang benar.
tertentu dari makanan. 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian
kurang gizi dengan menggunakan media flip chart dan
leflate.
4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan.
5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
84
dimengerti.
6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan.
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
c. Menyebutkan Respon Anggota keluarga mampu 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
tanda dan gejala verbal menyebutkan 4 dari 5 tanda keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi.
masalah kurang dan gejala kurang gizi, yaitu: 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
gizi. a. Badan kurus. keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi.
b. Rambut tipis dan mudah 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan
dicabut. gejala kurang gizi dengan menggunakan media flip chart
4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
c. Lemah dan pucat.
tentang materi yang disampaikan
d. Kulit kering dan kusam. 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
e. Kaki, tangan, dan sekitar dimengerti
mata benmgkak. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
d. Menyebutkan Respon Anggota keluarga mampu 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab verbal menyebutkan 3 dari 4 keluarga mengenai penyebab kurang gizi.
timbulnya penyebab kurang gizi, yaitu: 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
masalah kurang 1. Makanan yang masuk ke keluarga mengenai penyebab kurang gizi yang benar.
gizi. dalam tubuh kurang dari 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab
kebutuhan tubuh. timbulnya kurang gizi dengan menggunakan media flip
2. Makanan yang masuk ke chart
dalam tubuh tidak 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
seimbang. tentang materi yang disampaikan
c. 3. Makan tidak teratur. 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
d. 4. Adanya penyakit dimengerti
tertentu. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
85
anggota keluarga verbal D mengalami kurang gizi yang mempunyai tanda dan gejala tubuh kekurangan
yang mengalami dengan menyebutkan tanda gizi.
kurang gizi. dan gejala tubuh yang 2. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
kekurangan zat gizi. dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
2. Setelah dilakukan
pertemuan ke 1
sebanyak 1x40 menit,
keluarga mampu
mengambil keputusan
dalam merawat
anggota keluarga yang 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
mengalami kurang gizi. Respon Anggota keluarga mampu keluarga mengenai akibat kurang gizi.
verbal menyebutkan 2 dari 3 akibat 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
a. Menyebutkan kurang gizi, yaitu: keluarga mengenai akibat kurang gizi.
akibat kurang gizi. 1. Gangguanpertumbuhan 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai kurang gizi
2. Mudah terserang dengan menggunakan media flip chart
penyakit 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan
3. Menurunkan daya
5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
pikir/kecerdasan.
dimengerti
6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
86
Respon Keluarga menyebutkan keluarga mengenai triguna makanan.
verbal komponen Triguna makanan 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
beserta 2 contohnya : keluarga mengenai triguna makanan yang benar.
1. zat tenaga, sebagai 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai triguna
sumber tenaga untuk makanan dengan menggunakan media flip chart.
beraktivitas dan sumber 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
makanan pokok tentang materi yang disampaikan.
(karbohidrat) seperti, 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
nasi, roti, gula, dimengerti.
singkong, ubi, dll. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
2. Zat pembangun, dijelaskan.
sebagai pupuk untuk 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
proses berpikir, terdapat
dalam lauk pauk
(protein dan lemak),
seperti ikan, telur,
tempe, daging, susu,
dll.
3. Setelah dilakukan 3. zat pengatur, sebagai
pertemuan ke 2 pengatur lalu lintas
sebanyak 1x40 menit, (polisi) makanan,
keluarga mampu terdapat dalam buah
merawat anggota dan sayur (vitamin dan
keluarga yang mineral) seperti, wortel,
mengalami kurang gizi. jeruk, nanas, bayam,
kangkung, dll.
a. menyebutkan
triguna makanan.
87
b. Makanan sesuai dengan chart.
b. menyebutkan cara kebutuhan balita (1200 4. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi
mengatasi masalah kkal). yang telah disampaikan.
kurang gizi. c. Makan yang teratur. 5. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
d. Menggunakan prinsip dicapai oleh keluarga.
penyajian makanan.
1. Dorong keluarga untuk menceritakan bagaimana
Anggota keluarga mampu memilih bahan makanan.
Respon menyebutkan 3 dari 4 cara 2. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
c. menyebutkan cara psikomotor memilih makanan, yaitu: memilih bahan makanan dengan menggunakan media
memilih makanan. a. harganya terjangkau. flip chart.
b. Nila gizinya baik atau 3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi
seimbang. yang telah disampaikan.
c. Masih segar, tidak layu, 4. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
tidak berbau busuk. dicapai oleh keluarga.
d. Mudah didapat.
88
dicuci di air mengalir mandiri.
kemudian dipotong-potong 5. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
dan dimasukkan saat air
mendidih. Sebelumnya
masukkan terlebih dahulu
bawang merah, bawang
putih, cabai, garam, dan
secukupnya. dan diangkat
saat sayuran tidak menjadi
layu.
4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 3
sebanyak 1x40 menit, 1. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara
keluarga mampu menyajikan makanan.
memodifikasi 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
lingkungan untuk Anggota keluarga mampu keluarga yang benar.
merawat. menyebutkan 3 dari 4 cara 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
Respon menyajikan makanan, yaitu: menyajikan makanan dengan menggunakan media flip
a. menyebutkan cara verbal a. jenis makanan bervariasi chart.
penyajian Respon setiap harinya. 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
makanan. afektif b. Mengkombinasikan jenis tentang materi yang disampaikan.
makanan hewani dan 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
nabati. dimengerti.
c. Perhatikan jadwal menu 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
makanan. dijelaskan.
d. Jumlah makanan sesuai 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
dengan kebutuhan.
89
mengatasi anak afektif keinginan anak tentang materi yang disampaikan.
yang tidak bersedia misalnya, sambil 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
makan. bermain. dimengerti.
b. Beri makan sesuai 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
selera anak dan tidak dijelaskan.
membosankan. 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
c. Jangan memberi
makanan yang manis
sebelum makan.
d. Sajikan makanan dalam
bentuk menarik. 1. Diskusikan bersama keluarga tentang modifikasi
e. Berikan makanan dalam lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita.
porsi kecil tapi, sering. 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar.
Anggota keluarga mampu 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi
menyebutkan 3 dari 4 lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita
lingkungan yang dengan menggunakan media flip chart.
Respon mendukung untuk 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
verbal dan meningkatkan status gizi mengenai materi yang dibahas
c. Memodifikasi afektif. balita, yaitu: 5. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
lingkungan yang f. makan bersama anggota dibahas
mendukung untuk keluarga yang lain. 6. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
meningkatkan status g. Menggunakan alat makan
gizi balita. yang menarik.
h. Makan sambil bercerita. 1. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
i. Jenis makanan bervariasi kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
dan menarik. 2. Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan
yang dapat dikunjungi
3. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
90
ada untuk meningkatkan kesehatan yang dapat 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
gizi balita. Respon dikunjungi: tentang materi yang disampaikan
verbal - Puskesmas 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
a. Menyebutkan - Rumah sakit dimengerti
fasilitas pelayanan - Klinik dokter 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
kesehatan yang dijelaskan
terdapat disekitar 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
lingkungan tempat Keluarga dapat
tinggal terkait menyebutkan manfaat 1. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
dengan kunjungan: kesehatan.
peningkatan status a. Mendapatkan 2. berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk
gizi balita. pemeriksaan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
kesehatan
anak.
b. Mendapatkan
penyuluhan
atau
pendidikan
Respon kesehatan.
verbal
b. Menjelaskan
manfaat
mengunjungi
fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai
jadwal.
Respon
afektif
91
PENUTUP
Dengan demikian, kami mencapai akhir dari modul ini tentang keperawatan
keluarga. Selama perjalanan ini, kami telah memperdalam pemahaman tentang
pentingnya peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
mempromosikan kesehatan, dan mengatasi tantangan kesehatan yang kompleks.
Sementara kita mengakhiri modul ini, kami mengundang Anda untuk terus
mengeksplorasi dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan Anda dalam
bidang keperawatan keluarga. Ini bukanlah akhir dari perjalanan Anda, tetapi hanya
awal dari komitmen yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan
masyarakat secara keseluruhan.
Kami berterima kasih kepada semua yang telah berkontribusi pada pembuatan
modul ini, serta kepada Anda, pembaca, yang telah meluangkan waktu untuk belajar
dan memperdalam pemahaman Anda tentang keperawatan keluarga. Semoga
modul ini menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang berharga dalam praktek
Anda sebagai profesional perawat.
Terima kasih atas dedikasi dan semangat Anda dalam meningkatkan kualitas
perawatan kesehatan keluarga. Mari kita terus bekerja sama untuk membangun
masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera, satu keluarga pada satu waktu.
92
DAFTAR PUSTAKA
1. Wright, Lorraine M., et al. "Nurses and families: A guide to family assessment
and intervention." F.A. Davis Company, 2020.
2. Kaakinen, JoAnne R., et al. "Family health care nursing: Theory, practice, and
research." FA Davis, 2020.
3. Friedman, Marilyn M., et al. "Family nursing: Research, theory, and practice."
Pearson, 2020.
5. Hanson, Sheila, and Pamela M. Clarke. "Family health care nursing: Theory,
practice, and research." FA Davis, 2020.
6. Hockenberry, Marilyn J., et al. "Wong's Nursing Care of Infants and Children."
Elsevier Health Sciences, 2020.
8. Bell, Janice M., and Pat M. Saba. "Family-focused nursing care." FA Davis,
2020.
10. Friedman, Marilyn M., et al. "Family health: A framework for nursing." Jones &
Bartlett Learning, 2020.
93