Anda di halaman 1dari 97

TIM PENULIS

1. H. HARYADI, S.Kp., MPH


2. MISNAH PUSADAN, S.Kep.
3. RONNY EKA SAPUTRA, S.Pd.

i
KATA PENGANTAR

Dengan senang hati kami mempersembahkan modul ini tentang keperawatan


keluarga, sebuah sumber yang kami harapkan akan menjadi panduan berharga bagi
para profesional kesehatan yang peduli terhadap kesejahteraan keluarga. Sejak
diperkenalkannya konsep keperawatan keluarga, pemahaman tentang pentingnya
keluarga sebagai unit yang integral dalam perawatan kesehatan telah berkembang
dengan pesat. Modul ini bertujuan untuk menyediakan wawasan mendalam tentang
pendekatan berbasis keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan yang holistik
dan berkelanjutan.
Didorong oleh pengalaman lapangan yang luas dan penelitian terbaru dalam
bidang keperawatan keluarga, modul ini mencakup berbagai topik penting, mulai dari
penilaian keluarga hingga intervensi perawatan yang efektif. Kami percaya bahwa
pemahaman yang kuat tentang dinamika keluarga, kebutuhan kesehatan individu
dan keluarga, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya adalah kunci
dalam memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien.
Dalam modul ini, pembaca akan dibimbing melalui pemahaman teoritis yang
mendalam, studi kasus yang mengilustrasikan penerapan konsep dalam praktik
klinis, dan sumber daya tambahan untuk mendukung pembelajaran yang
berkelanjutan. Kami berharap modul ini tidak hanya menjadi sumber pengetahuan,
tetapi juga menjadi panduan praktis yang membantu para profesional kesehatan
dalam meningkatkan keterampilan mereka dalam merawat keluarga secara efektif.
Sebagai penulis, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan modul ini, serta kepada pembaca yang
telah memilih untuk menjelajahi dan memanfaatkan materi ini. Semoga modul ini
memberikan inspirasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berguna dalam praktek
Anda sehari-hari.
Terima kasih atas dedikasi Anda dalam meningkatkan kualitas perawatan
kesehatan keluarga. Mari kita bersama-sama menjadikan perawatan keluarga
sebagai inti dari praktik kesehatan yang berkualitas.

Tanjungpinang, 2024
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI

TIM PENULIS.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAGIAN I KONSEP KELUARGA..................................................................... 1
A. Pendahuluan ............................................................................................... 1
B. Pengertian .................................................................................................. 1
C. Bentuk Keluarga.......................................................................................... 2
D. Fungsi Keluarga........................................................................................... 3
E. Struktur Keluarga......................................................................................... 6
F. Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan................................................... 7
G. Keluarga sebagai sistem............................................................................. 8
BAGIAN II PERAN PERAWAT KELUARGA................................................... 12
A. Peran Perawat ........................................................................................... 12
B. Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Menangani Masalah
Kesehatan Keluarga................................................................................... 13
C. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga........................................................... 14
D. Implikasi dari Pelayanan Kesehatan Dipusatkan kepada Keluarga............ 14
BAGIAN III HUBUNGAN PERAWAT – KLIEN DENGAN KELUARGA........... 16
BAGIAN IV PERKEMBANGAN KELUARGA ................................................. 18
BAGIAN V NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA................. 24
A. Latar Belakang............................................................................................ 24
B. Defenisi....................................................................................................... 24
C. Ciri-Ciri Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).................................. 25
D. Tujuan dibentuknya NKKBS....................................................................... 25
E. Tahapan NKKBS......................................................................................... 26
F. Kemiskinan................................................................................................. 30
BAGIAN VI KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA.............................. 32
A. Teori model keperawatan........................................................................... 32
B. Teori-teori ilmu sosial.................................................................................. 36
C. Teori Peran dan Teori Stres Keluarga........................................................ 39
D. Teori Konflik................................................................................................ 40
BAGIAN VII TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA ...................... 43
iii
A. Latar belakang............................................................................................ 43
B. Trend dan isu dalam keperawatan keluarga............................................... 44
C. Beberapa trend dan Isu dalam keperawatan Keluarga............................... 45
D. Trend dan CurrenT Issu Keperawatan Keluarga........................................ 46
BAGIAN VII ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.................................... 48
A. Pendahuluan............................................................................................... 48
B. Diagnosisi Keperawatan............................................................................. 61
C. Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................. 67
D. Implementasi............................................................................................... 71
E. Evaluasi...................................................................................................... 75
BAGIAN VIII PELAYANAN KEPERAWATAN DIRUMAH (HOME CARE)...... 78
A. Latar belakang............................................................................................ 78
B. Pengertian................................................................................................... 79
C. Tujuan......................................................................................................... 79
D. Standard dan Tanggung Jawab Keperawatan di Rumah (Home Care)...... 80
E. Hak-Hak Klien dalam Pelayanan Keperawatan di Ruamah (Home Health Care)
.................................................................................................................... 81
BAGIAN IX RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA.................................. 83
PENUTUP......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 92

iv
BAGIAN 1
KONSEP KELUARGA

Tujuan pembelajaran :

Setelah Mengikuti perkuliah Konsep Keluarga diharapkan Mahasiswa mampu :

1. Menjelasakan pengertian keluarga dari beberapa ahli


2. Menjelaskan bentuk – bentuk keluarga
3. Menjelaskan fungsi keluarga
4. Menjelaskan siklus kehidupan dalam keluarga
5. Menjelasakan Keluarga sebagai klien yang dirawat
6. Menjelasakan Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan
7. Menjelasakan keluarga sebagai sebuah sistem

A. Pendahuluan
Keluarga merupakan elemen terkecil dari sebuah masyarakat. Keluarga
merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita.
Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa keluarga itu sangat unit setiap individu
merupakan bagiannya dari keluarga itu masing-masing sangat berbeda dari berbagai
segit. Keluarga menjadi tempat sentral bagi pertumbuhan dan perkembangan individu
yang ada didalamnya sehinga dapat dikatakan keluarga menjadi salah satu aspek
yang penting dalam keperawatan keluarga.

B. Pengetian
Pengertian keluarga akan berbeda-beda dari setiap para ahli. Hal ini
bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Keluarga
sebagai subsistem dari sebuah masyarakat memiliki karakteristik yang unik dalam kehidup
mkeluarga tersebut. Banyak ahli menguraikan arti dari sebuah keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakatnya.

Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang


atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Menurut Bailon dan Maglaya (1978) mengemukakan bahawa keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,

1
perkahwinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, masing-
masing mempunyai peran serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Menurut Duvall (1986) mendefenisikan bahwa keluarga adalahsekumpulan orang


yang terikat dalam suatu ikatan perkahwinan, kelahiran dan adopsi yag bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisi, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.

Sementara menurut Departemen Kesehatan RI (Kementrian kesehatan RI)


mendefenisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Berdasarkan beberapa pengertian keluarga dari beberapa ahli tersebut diatas


mempunvai beberapa persamaan yang menjadi karakteristik dari sebuah keluarga
yaitu bahwa keluarga terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan
perkawinan atau adopsi dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap
(serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional serta mempunyai
tujuan dalam menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis dan sosial masing-masing anggota.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat


ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan,
seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa
keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.

C. Bentuk Keluarga
Pada saat ini tidak terdapat lagi keluarga yang khas dari masing masing daerah,
hal ini disebabkan perkembangan zaman yang semangkin pesat sehingga muncul budaya-
budaya baru dalam berkelurga. Tetapi yang pasti bentuk keluarga diklasifikasikan oleh para
ahli menjadi Keluarga Tradisional dan non Tradisional (Kota) :

1. Tradisional
a. Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri.
Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru.

c. Niddle Age atau Aging Cauple


Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja dirumah,
anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan / meniti
karier.

d. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear


Suami istri tanpa anak.

2
e. Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.

f. Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.

i. Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.

j. Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.

2. Non Tradisional
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,
pengalaman yang sama.

b. Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

c. Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.

d. Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak

D. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama Untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
3
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yait fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi
keluarga dikembangkan menjadi:

1. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga.
2. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada di sekitarnya.
3. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang
besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melin dungi dan pencegahan
terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.
6. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.
7. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8. Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh),
diantaranya: seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang
lain.
9. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi delapan dengan bentuk operasional


yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga sejahtera yaitu:

1. Fungsi keagamaan

a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
b. Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari
seluruh anggota keluarga.
c. Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran
agama.
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan di masyarakat.

4
e. Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

2. Fungsi budaya

a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk mener uskan norma-


norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.

b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya
asing yang tidak sesuai.
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berperilaku yang baik (positif) sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya
masyarakat/bangsa untuk menunjang terw ujudnya Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera.

3. Fungsi cinta kasih

a. Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar-anggota


keluarga (suami-isteri-anak) kedalam simbol-simbol nyata (ucapan, tingkah

laku) secara optimal dan terus menerus.

b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar-anggota keluarga maupun


antar-keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.
c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga
secara serasi, selaras, dan seimbang.
d. Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan
menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera.

4. Fungsi perlindungan

a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman clan tantangan yang datang dari luar.
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

5. Fungsi reproduksi

a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat


baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.

b. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal

5
usia, pendewasaan fisik maupun mental.
c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu
melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam
keluarga.
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

6. Fungsi sosialisasi

a. Menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai


wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.
b. Menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai
pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan
permasalahan yang dijumpainya, baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal- hal yang
diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan
mental), yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga
tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam
rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera.

7. Fungsi ekonomi

a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga


dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya
terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras, dan simbang.
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

8. Fungsi pelestarian lingkungan

a. Membina, kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.


b. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga.
c. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi,
selaras, dan simbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitarnya.
d. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola
hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

E. Struktur Keluarga

6
Struktur dari sebuah keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga tersebut
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan Coplan (1965) yang
diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:

1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga


dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal
dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi
ayah–ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota
keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan ang gota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku
keluarga yang mendukung kesehatan.

Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang mem berikan
asuhan. Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie
& Korman, 1989; Parsons & Bales, 1955) :

1. Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.

2. Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah


individu dan lingkungannya.

3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat memengaruhi kelompok lain.

4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai clan norma
yang berlaku dalam keluarga.

F. Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas


di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga


yang tidak boleh diabaikan karena tanpa keseh atan segala sesuatu tidak akan
berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apa pun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang
tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan

7
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. jlka keluarga mempunyai keterbatasan dapat
meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh
bantuan.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

G. Keluarga sebagai sistem

Bukan hanya perusahaan saja yang menghasilkan suatu produk yang


disebut sebagai suatu sistem. Keluarga juga merupakan suatu sistem yang perlu
dipelajari.

Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan dari beberapa


bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain
dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mempunyai subsistem: anggota, fungsi, peran, aturan, budaya, dan


lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem.
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat memengaruhi supra-
sistemnya.
4. Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling berhubungan
dan tergantung antar individu. Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga
juga mempunyai komponen komponen sistem.

8
Lingkungan

Masukan Proses Luaran

Umpan balik

Gambar : Komponen dalam sistem keluarga.

Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Masukan (input), terdiri dari: anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga,
aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.
2. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi
keluarga.
3. Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga:
perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan, perilaku sebagai warga negara,
dan yang lain.
4. Umpan batik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan proses
yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada lingkungan/masyarakat
di sekitarnya.
Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut.

1. Keluarga sebagai sistem terbuka. Suatu sistem yang mempunyai kesempatan dan mau
menerima atau memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
2. Keluarga sebagai sistem tertutup. Suatu sistem yang kurang mempunyai
kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian kepada lingkungan
(masyarakat) sekitarnya.

9
Gambar Keluarga sebagai sistem mempengaruhi suprasistem (masyarakat)

Masyarakat Luas

Komunitas

Sistem yang lain

Sistem Sistem
Kesehatan Kesehatan

KELUARGA DENGAN

KARAKTERISTIKNYA

Sistem Sistem
Kesehatan Kesehatan

10
Tabel Karakteristik keluarga sebagai sistem

Sistem Terbuka Sistem Tertutup

 Pola Komuniakasi  Langsung, jelas,  Tidak langsung, tidak


Keluarga spesifik, tulus, jujur, jelas, tidak spesifik, tidak
tanpa hambatan selaras, sering
menyalahkan, kacau,
membingungkan
 Aturan Keluarga  Hasil musyawarah, tak  Ditentukan tanpa
tertinggal zaman, musyawarah, tidak
berubah sesuai sesuaiperkembangan,
kebutuhan keluarga. mengikat, tidak sesuai
kebutuhan.
 Pendapat terbatas.
 Bebas mengeluarkan
pendapat
 Prilaku anggota  Sesuai dengan  Memiliki sikap melawan,
Keluarga kemampuan keluarga, kacau, tidak siap/selalu
memiliki kesiapan, tergantung, tidak
mampu berkembang berkembang.
sesuai kondisi.
 Harga diri : percaya diri
meningkat dan mampu  Harga Diri ; kurang
mengembangkan percaya diri (ragu-ragu)
dirinya. dan kurang mendapat
dukungan untuk
mengembangkan diri.

11
BAGIAN 2
PERAN PERAWAT KELUARGA

Tujuan pembelajaran :

Setelah Mengikuti perkuliah ini diharapkan Mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan sembilan peran perawat kesehatan keluarga


2. Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Menangani Masalah Kesehatan
Keluarga
3. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga
4. Implikasi dari Pelayanan Kesehatan Dipusatkan kepada Keluarga

A. Peran Perawat
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator

12
Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive dapat
dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga
dengan menggunakan metode keperawatan.

4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visite yang teratur
untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan
perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang disampaikan secara
terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaburasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi,
sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan
dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat sehingga
menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat
agar tercipta lingkungan yang sehat.

B. Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Menangani Masalah


Kesehatan Keluarga

13
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan
Keperawatan kesehatan pada keluarga adalah:
1. Hambatan dari keluarga
a. pendidikan keluarga yang rendah
b. keterbatasan sumber-sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan
prasarana)
c. kebiasaan-kebiasaan yang melekat
d. sosial budaya yang menunjang
2. Hambatan dari perawat
a. Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi, seperti: PHN
Kit, transportasi
b. Kondisi alam (geografi yang sulit)
c. Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
d. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat tentang kultur
keluarga yang akan dirawat.

C. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga


Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan
utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif
seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatan.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan prefentif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan prefentif.
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga keseluruhan.
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan kesehatan keluarga adalah
pendekatan pemecahan masalah dalam menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan dirumah.

14
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

D. Implikasi dari Pelayanan Kesehatan Dipusatkan kepada Keluarga


Ada beberapa implikasi dalam pemberian pelayanan kesehatan yang
dipusatkan pada keluarga, diantaranya:
1. Pelayanan kesehatan dan keperawatan diarahkan untuk membantu seluruh keluarga
dalam meningkatkan cara-cara hidup sehat sehingga meningkatkan produktivitas dan
derajat kesehatan keluarga.
2. Cakupan pelayanan kesehatan dan keperawatan lebih luas, karena banyak anggota
keluarga yang dapat dicakup, dan sumber-sumber keluarga yang anda dapat diarahkan
untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Pelayanan kesehatan dan keperawatan dipusatkan kepada keluarga sebagai satu
kesatuan yang utuh.
4. Pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga ditekankan pada waktu-waktu rawan
didalam kehidupan dan keluarga-keluarganya dengan resiko tinggi.
5. Agar dapat mencapai tujuan dan sasaran dalam pelayanan kesehatan keluarga
diperlukan kontinyuitas pelayanan pada keluarga-keluarga rawan terhadap masalah
kesehatan dan keperawatan.
6. Perlu mempersiapkan tenaga-tenaga perawat kesehatan keluarga yang mempunyai
kemampuan yang tujuan ganda dalam memberikan pelayanan.
7. Perlu pengembangan dan peningkatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
untuk kepentingan asuhan pelayanan keperawatan kesehatan keluarga.

15
BAGIAN 3
HUBUNGAN PERAWAT - KLIEN DENGAN
KELUARGA

Tujuan pembelajaran :

Setelah Mengikuti perkuliah tentang Hubungan Perawat-Klien dengan Keluarga


diharapkan Mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Hubungan Perawat-Klien dengan Keluarga.


2. Menjelaskan Fase-fase hubungan Perawat-Klien dengan Keluarga.

Perawat keluarga yang berkunjung ke rumah-rumah keluarga dalam memberikan


asuhan keperawatan kepada keluarga yang memerlukan bantuan memiliki perhatian
terhadap seluruh masalah kesehatan yang teridentifikasi dari keluarga tertentu atau
sekelompok keluarga. Perawat tersebut memiliki kemapuan klinik yang general dan dapat
bekerja dengan klien dari seluruh kelompok usia. Keberhasilan Asuhan keperawatan
terhadap keluarga tergantung dari kemampuan seorang perawat keluarga melakukan
pendekatan terhadap keluarga. Didalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
keluarga ada prinsip-prinsip yang harus dipahami oleh seorang perawat keluarga agar
tujuan memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga dapat tercapai sesuai dengan
apa yang telah diharapkan. Untuk itu perawat keluarga perlu memahami prinsip-prinsip
dalam membina hubungan antara perawat-klien dengan keluarga, yaitu :

1. Fokus intervensi perawat adalah keluarga

16
2. Intervensi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan kesehatan dan
meliputi tiga level pencegahan
3. Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan terhadap kesehatannya
4. Perawat adalah tamu di rumah keluarga, jadi perawat tidak mungkin dapat mengatur
keluarga. Perawat hanya membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatannya
atas dasar keinginan/persetujuan dari keluarga.

Hubungan perawat-klien dengan keluarga merupakan hal yang penting bagi


perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga. Fase-fase hubungan
dari perawat-klien dengan keluarga memiliki kesamaan dengan hubungan perawat-klien
secara individual.
Fase-fase hubungannya tersebut sebagai berikut :

1. Fase Preinisiasi atau Persiapan :


Fase Pre Inisiasi atau Persiapan, sebelum melakukan perawatan kepada keluarga,
perawat mencari data tentang keluarga mana yang akan diberikan Asuhan
Keperawatan Keluarga, kemudian membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan
yang akan dilakukan, dan menetapkan kontrak waktu kunjungan dengan keluarga.

2. Fase Inisiasi atau Perkenalan


Pada fase Inisiasi dan Perkenalan, dalam beberapa kali kunjungan, perawat dan
keluarga berusaha untuk saling mengenal satu sama lain , serta bagaimana keluarga
menanggapi adanya suatu permasalahan kesehatan dalam keluarga mereka.

3. Fase Implementasi
Pada fase Implementasi seorang perawat melakukan pengkajian dan perencanaan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki, melakukan intervensi,
mengeksplorasi nilai-nilai keluarga, menggali persepsi keluarga terhadap
kebutuhannya, edukasi kesehatan sesuai tingkat pendidikan dan menyediakan
informasi tertulis.

4. Fase Terminasi
Pada fase terminasi seorang perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan
berdasarkan pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama dengan keluarga, menyusun
rencana tindak lanjut (baik pada masalah kesehatan yang sedang ditangani, maupun
pada masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga), dan tinggalkan nama, alamat
dan nomor telepon perawat bila perlu.

17
Bagian 4

PERKEMBANGAN KELUARGA

Tujuan pembelajaran :

Setelah Mengikuti perkuliah tentang permbang Keluarga diharapkan Mahasiswa


mampu :

1. Menjelasakan tahap perkembangan keluarga menurut Duval


2. Menjelasakan Tahap perkembangan keluarga menurut Spradley:

Tahap Perkembangan Keluarga


Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-
masing tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri,
dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang
selanjutnya. Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan
Mc.Goldrick (1989) dan Duvall(1985), yaitu sbb:
1. Menurut Duval tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan keluarga
Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak

18
Tugas utama untuk mendapat kan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-
saat yang sangat dinantikan
c. Tahap menghadapi bayi
Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,
karena pada tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada kedua
orangtuanya.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul
dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak
sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma
sosial budaya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur,
mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum
anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas diri
dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua
orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepas anak ke masyarakat
Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya,
dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah
suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak
dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia fana ini.
2. Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus
kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
a. Keluarga baru (Beginning family),

19
yaitu perkawinan dari sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga
baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina
hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersam, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan merencanakan
anak atau KB.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family),
yaitu dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan
tanggungjawab, adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang
kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah,
yaitu kelurga dengan anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6
tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan
keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi
tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah,
yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan
keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan,
kerjasama dalkam memnyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota
keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja,
yaitu dengan usia anak pertam 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas
pekembangan keluarga ini adalah menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga
yang berbeda, menyertakan keluarga dalam bertanggungjawab dan
mempertahankan filosofi hidup
f. Keluarga denagn anak dewasa,
yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan rumah dengan tugas
perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan
yanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan
anak dan mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan,
yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan rumah dan berakhir pada saat
pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang
menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga, membina
keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan
berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

20
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah
satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak
dengan anak, cucu dan masyarakat.
3. Tahap perkembangan keluarga menurut Spradley:
a. Pasangan baru (keluarga baru)
 Membina hubungan dan kepuasan bersama
 Menetapkan tujuan bersama
 Mengembangkan keakraban
 Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok sosial
 Diskusi tentang anak yang diharapkan
b. Child bearing (menanti kelahiran)
 Persiapan untuk bayi
 Role masing-masing dan tanggung jawab
 Persiapan biaya
 Adaptasi dengan pola hubungan seksual
 Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua
c. Keluarga dengan anak pra-remaja
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga
 Merencanakan kelahiran anak kemudian
 Pembagian tanggung jawab dengan anggota keluarga
d. Keluarga dengan anak sekolah
 Menyediakan aktivitas untuk anak
 Biaya yang diperlukan semakin meningkat
 Kerjasama dengan penyelenggara kerja
 Memperhatikan kepuasan anggota kelaurga dan pasangan
 Sistem komunikasi keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
 Menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda
 Menyertakan remaja untuk tanggung jawab dalam keluarga
 Mencegah adanya gap komunikasi
 Mempertahankan filosuf hidup dalam keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
 Penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber
 Penataan kembali tanggung jawab antar anak
 Kembali suasana suami istri

21
 Mempertahankan komunikasi terbuka
 Meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapatkan menantu
g. Keluarga dengan usia pertengahan
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Tanggung jawab semua tugas rumah tangga
 Keakraban pasangan
 Mempertahankan kontak dengan anak
 Partisipasi aktivitas sosial
h. Keluarga dengan usia lanjut
 Persiapan dan menghadapi masa pensiun
 Kesadaran untuk saling merawat
 Persiapan suasana kesepian dan perpisahan
 Pertahankan kontak dengan anak cucu
 Menemukan arti hidup
 Mempertahankan kontak dengan masyarakat
Berubahnya tahap perkembangan keluarga pada setiap tahap perkembangan
akan diikuti dengan perubahan tugas perkembangan keluarga tersebut dengan
berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga.
Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya.
Tabel : Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (utama)
1. Keluarga baru menikah  Membina hubungan intim yang
 memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga
 lain
 Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir  Mempersiapkan menjadi orangtua
 Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual, dan kegiatan.
 Mempertahankan hubungan dalam
rangka memuaskan pasangannya.
3. Keluarga dengan anak usia pra  Memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
sekolah misalnya kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
 Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,
sementara kebutuhan anak yang lain (tua)
juga harus terpenuhi.
 Mempertahankan hubungan yang sehat,
baik didalam atau luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar).
 Pembagian waktu untuk individu,
pasangan, dan anak (biasanya keluarga

22
yang mempunyai tingkat kerepotan yang
tinggi).
 Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga.
 Merencanakan kegiatan dan waktu
untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah  Membantu sosialisasi anak terhadap
lingkungan luar rumah, sekolah, dan
lingkungan lebih luas (yang tidak / kurang
diperoleh dari sekolah atau masyarakat.
 Mempertahankan keintiman pasangan.
 Memenuhi kebutuhan yang meningkat,
termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja  Memberikan kebebasan yang seimbang
dan bertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi.
 Mempertahankan hubungan intim dalam
Keluarga
 Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orangtua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
 Mempersiapkan perubahan sistem peran
dan peraturan (anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai  Memperluas jaringan keluarga dari
Dewasa keluarga inti menjadi keluarga besar.
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat.
 Penataan kembali peran orangtua dan
kegiatan di rumah
7. Keluarga usia pertengahan  Mempertahankan kesehatan individu
dan pasangan usia pertengahan.
 Mempertahankan hubungan yang serasi
dan memuaskan dengan anak-anaknya
dan sebaya.
 Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga usia tua/lansia  Mempertahankan suasana kehidupan
rumah tangga yang saling menyenangkan
pasangannnya.
 Adaptasi dengan perubahan yang akan
terjadi ; kehilangan pasangan, kekuatan
fisik, dan penghasilan keluarga.
 Mempertahankan keakraban pasangan
dan saling merawat.
 Melakukan life review masa lalu.

23
BAGIAN 5

NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA

(NKKBS)

Tujuan pembelajaran :

Setelah Proses pembelajaran selesai diharapkan mahasiswa mampu :

1. Menyebutkan defenisi dari Keluarga Kecil bahagia Sejahtera (NKKBS)


2. Menjelaskan Tujuan dibentukanya NKKBS
3. Menjelaskan ciri-ciri NKKBS
4. Menjelaskan Konsep yang terkait dengan NKKBS
5. Menjelaskan tahap-Tahap NKKBS
6. Menjelaskan Tentang Masalah kemiskinan

A. Latar Belakang.

Sensus penduduk tahun 1990 menunjukan terjadinya suatu refolusi demografi di


Indonesia, karena keberhasilan gerakan KB Nasional. Usha berbagai pembangunan itu
berhasil meletakaan landasan yang kokoh bagi terbentuknya keluarga kecil dalam
masyarakat luas sebagai awal upaya pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga

24
Kecil Bahagia Sejahtera/NKKBS(BKKBN,1991).
Konsep keluarga kecil bahagia sejahtera pada dasarnya adalah dimulai dari
terbentuknya keluarga kecil dimana sebuah keluarga dengan hanya memiliki dua anak yang
artinya ayah dan ibu akan mendapat kesempatan yang cukup untuk mengasuh dan
membina anak-anak mereka dengan baik, mencakup kebutuhan fisik, mental, sosial,
spiritual kearah yang lebih baik dan berkualitas. Dengan demikian kemampuan mereka
untuk membina keleuarga yang sejahtera menjadi bertambah tinggi

B. Defenisi

Keluarga kecil adalah Keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan rata-rata
dua orang anak. Berdasarkan Pasal 1 Angka 16 UU Nomor 10 Tahun 1992 Tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga kecil
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami, istri dan anaknya, atau ayah
dengan anaknya atau ibu dengan anaknya.

Keluarga sejahtera merupakan keluarga yang sah menurut agama dan undang-
undang serta memiliki ketahanan, baik secara fisik maupun non-fisik, mampu memperbaiki
dan meningkatkan kondisi mental, fisik dan sosial keluarga serta mampu menanamkan nilai-
nlai luhur budaya bangsa dan agama.
Norma Keluarga Kecil, Bahagia, Dan Sejahtera adalah suatu nilai yang sesuai
dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga,
dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal
untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin..

Untuk menciptakan keluarga sejahtera hendaknya ditumbuh kembangkan


kesadaran di tengah masyarakat pentingnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab, nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.

C. Ciri-Ciri Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)

Ciri – ciri Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera secara garis besar adalah sebagai
berikut :
1. Mereka menikah pada usia cukup dewasa ( Laki-laki 25 tahun dan wanita 20 tahun).
2. Sebelum menikah calon suami dan istri sudah matang kepribadiannya sehingga siap
menghadapi masalah dalam kehidupan keluarha
3. Calon suami dan istri sudah memiliki mata pencarian yang bisa menjamin kehidupan
dan kebutuhan ekonomi keluarga.

25
4. Suami istri bersedia memberi jarak yang cukup bagi kehamilan kedua agar dapat
memberikan waktu dan perhatian yang cukup bagi ibu untuk menyusui anaknya yang
pertama dengan baik dan benar.
5. Suami dan istri sepakat untuk mempunyai anak dua saja, untuk memberikan
kesempatan kepada keduanya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan fisik, mental,
pendidikandan sosial, agama secara optimal dari orang tuanya dan masyarakat.
6. Suami dan istri secara dini telah mempersiapkan diri secara fisik, mental, sosial dan
agama guna menghadapi hari tuanya.

D. Tujuan Dibentuknya NKKBS

1. Tujuan Umum
Tujuan dibentuknya NKKBS secara umum adalah untuk menumbuhkan, memelihara
dan membudayakan sikap dan tingkahlaku yang mendorong dan memungkinkan
terbinaya suatu keluarga yang anggotanya agar tumbuh dan berkembang dengan baik
secara fisik, psikologis, moral dan sosial sehingga peran fungsi dan tugas keluarga
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
2. Tujuan Khusus :
a. Membina keluarga agar siklus kehidupan berkeluarga yaitu ; keluarga baru keluarga
dengan ibu hamil, keluarga dengan ibu menyusui, keluarga dengan anak pra
sekolah, keluarga dengan anak sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga
sebagai pusat pelepasan, keluarga dengan masa pansiun, keluarga dengan manula
dapat berjalan dengan baik dalam rangka menetapkan keluarga kecil untuk
mewujudkan keluarga sejahtara.
b. Mencipkan kondisi dimana kebutuhan primer anak seperti makan, pakaiandan
lingkungan pemukiman yang sehat serta kebutuhan sekunder seperti kesehatan,
pendidikan dan sosialisasi dengan lingkungannya relatif dapat dipenuhi secara baik
dan benar.
c. Menciptakan kondisi yang memungkinkan seorang istri yang berfungsi sebagai ibu,
teman dan pengatur rumah tangga dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara
baik dan benar.
d. Menciptakan kondisi yang memungkinkan suatu keluarga kecil dapat saling mengisi
antara satu sama lain.sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing yang
berguna bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.
e. Membina keluarga agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana
mestinya mulai dari tahap balita,, remaja sampai dewasa baik secara fisik,
psikologis, moral dan sosial dalam rangka memantapkan keluarga kecil untuk
mewujudkan keluarga sejahtara.

26
E. Tahapan NKKBS

Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,


kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi
keluarga di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan negara Indonesia menuju
negara industri, Indonesia menginginkan terwujudnya Keluarga Sejahtera.
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan dipakai 5 indikator operasional yaitu
tingkat pemenuhan kebutuhan dasar, pemenuhan kebutuhan ekonominya, kebutuhan
sosial, kebutuhan psikologis,dan kebutuhan pengembangan keluarga. Di Indonesia
keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu:
1. Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan (keluarga belum mampu
makan 2 kali sehari), sandang (keluarga belum mampu untuk menyediakan pakaian yang
berbeda untuk berbagai keperluan), papan (rumah yang ditempati oleh keluarga sebagian
besar berlantai tanah), dan kesehatan (bila sakit, keluarga belum mampu membawa
anggota keluarga ke sarana pelayanan kesehatan), atau keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu atau lebih indlikator Keluarga Sejahtera Tahap I.
2. Keluarga sejahtera tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :
 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
 Makan dua kali sehari atau lebih.
 Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
 Lantai rumah bukan dari tanah
 Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan).
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan
untuk menabung dan memperoleh informasi.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :
 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
 Makan dua kali sehari atau lebih.
 Pakaian yang berbeda untuk berrbagai keperluan

27
 Lantai rumah bukan dari tanah
 Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan).
 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-
masing yang dianut.
 Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam seminggu.
 Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.
 Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang.
 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan
fungsi masing-masing.
 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
 Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai
dengan 60 tahun.
 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psi kologis, dan kebutuhan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang
maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk
material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara
aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III :
 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
 Makan dua kali sehari atau lebih.
 Pakaian yang berbeda untuk berrbagai keperluan
 Lantai rumah bukan dari tanah
 Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan).
 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-
masing yang dianut.
 Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling paling kurang sekali dalam
seminggu.
 Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.

28
 Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang.
 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi
masing-masing.
 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
 Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai
dengan 60 tahun.
 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.
 Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama keluarga.
 Keluarga mempunyai tabungan.
 Makan bersama paling kurang sehari-sekali.
 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.
 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah.
 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
Indikator Keluarga Sejahtera Plus :
 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
 Makan dua kali sehari atau lebih.
 Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
 Lantai rumah bukan dari tanah
 Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan).
 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
 masing-masing yang dianut.
 Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling paling kurang sekali dalam
seminggu.
 Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.
 Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang.
 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan
fungsi masing-masing.

29
 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
 Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai
dengan 60 tahun.
 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.
 Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama keluarga.
 Keluarga mempunyai tabungan.
 Makan bersama paling kurang sehari-sekali.
 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.
 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah.
 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
 Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu dan sukarela dalam bentuk
material kepada masyarakat.
 Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.
F. Kemiskinan
Penduduk miskin di Indonesia telah ada puluhan tahun yang lalu. Tahun 1970,
proporsi penduduk miskin sekitar 60 %, tahun 1996 menjadi 11 %, dan tahun 1998
menunjukkan proporsi keluarga miskin meningkat kembali menjadi 39 %. Survei Biro Pusat
Statistik, akhir Desember tahun 1998 menunjukkan keluarga miskin sekitar 24,2 %.
Kecendrungan tingginya keluarga miskin di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi yang
melanda negar-negara Asia termasuk Indonesia.

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS, 2002)


Kemiskinan adalah situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang
yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang manusiawi.
Sementara menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan Kemiskinan adalah kondisi
dimana seseorang hanya dapat memenuhi kebutuhan makannya kurang dari 2.100 kalori
per kapita per hari. Menurut Bank Dunia Kemiskinan adalah tidak tercapainya kehidupan
yang layak dengan penghasilan US $ 1 per hari.
Dari batasan yang ada diatas, keluarga miskin adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah, yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup material
yang layak khususnya dibidang kesehatan, pendidikan, sandang, dan pangan.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1996 tentang Pembangunan
Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, keluarga
miskin adalah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I). Tahun 2000 Badan

30
kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan 9 indikator keluarga
miskin.
Indikator Keluarga Miskin :
1. Tidak bisa makan 2 kali sehari atau lebih.
2. Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling- kurang seminggu
sekali.
3. Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.
4. Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel setahun sekali.
5. Bagian terluas lantai rumah dari tanah.
6. Luas lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni rumah.
7. Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan tetap.
8. Bila sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.
9. Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah.

Ciri kemiskinan yang diambil dari berbagai sumber rujukan adalah :

1. Secara politik; tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang

menyangkut hidup mereka.

2. Secara sosial; tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada.

3. Secara ekonomi; rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan, pendidikan,

ketrampilan yang berdampak pada penghasilan.

4. Secara budaya dan , seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek, dan fatalisme.

5. Secara lingkungan hidup; rendahnya pemilikan aset fisik termasuk aset lingkungan

hidup seperti air bersih dan penerangan.

31
BAGIAN 6

PENDEKATAN TEORITIS YANG DIGUNAKAN


DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan Pembelajaran :
Setelah Proses Pembelajaran selesai diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pentingnya model dalam praktek keperawatan keluarga
2. Menjelaskan defenisi dan model praktek keperawatan keluarga
3. Menjelaskan model yang dapat dipakai dalam praktek Keperawatan Keluarga

A. Teori Model Keperawatan


Keperawatan telah beranjak dari suatu bidang pekerjaan yang didasarkan
pada teknik ke disiplin ilmu dengan paradigma-paradigma atau kumpulan teori

32
yang bersaing (Meleis, 1985). Menurut Fawcett (1984), model konseptual atau teori-
teori keperawatan dapat digolongkan kedalam tiga tipe yang bervariasi
menurut pandangan dunia mereka dan orientasi teoritis mereka (tipe teori-teori
besar sosiologis dan psikologis yang menjadi dasar model tersebut). Ketiga tipe
tersebut adalah perkembangan, menekankan perubahan dan pertumbuhan ;

interaksi, menekankan peran, komunikasi dan konsep diri ; sistem,


menekankan saling ketergantungan diantara bagian dan keseluruhan serta siklus
sebab akibat. Harus diperhatikan bahwa ketiga tipe teori yang sama ini juga
ditemukan dalam teori-teori ilmu sosial keluarga. Fawcett (1984) mengelompokkan enam
teori atau model konseptual acuan ke dalam tipologi di bawah ini :

 Model sistem perilaku dari Johnson, mode! sistem dari Neuman.


 Perkembangan : model perawatan diri dari Orem.
 Interaksi : tidak ada ahli teori utama yang tercatat disini.
 Model sistem dan interaksi (karaktistik dart keduanya) : model sistem terbuka dari
King, model adaptasi dari Roy.
 Model sistem dan perkembangan (karakteristik dari keduanya) : model proses
kehidupan dari Roger.
Meskipun semua teori keperawatan diawali dengan teori-teori yang berorientasi pada
individu dan menganggap keluarga hanya sebagai bagian dari konteks pasien, para ahli
teori dan ahli lainnya telah menguraikan dan mendefinisikan teori dan model
keperawatan yang utama, mereka cenderung meningkatkan fokus mereka pada keluarga
(Whall 1986): kebanyakan mereka telah memperluas fokus mereka sehingga memandang
keluarga sebagai pasien,bersama-sama dengan orang secara individual dan Komunitas.
Lima dari teori dan model keperawatan yang utama tersebut secara singkat
diuraikan berkenaan dengan bagaimana keluarga dimasukkan dalam model
tersebut dan relevansi model terhadap keperawatan keluarga.

1. Model Sistem dari Neuman


Pada publikasi Neuman tahun 1970-an tentang model sistemnya, ia tidak
membahas keluarga. Dalam kompilasi akhir dari bab tentang model Neuman,
disunting oleh Neuman (1982), model tersebut diperluas yang berhubungan
dengan keluarga sehingga penerima asuhan keperawatan termasuk keluarga. Dua bab
dari naskah yang terakhir ini menerapkan model dari Neuman untuk sistem keluarga
(Reed, 1982) dan terapi keluarga (Goldblum-Graff dan Graff, 1982). Dalam bab ini
keluarga diuraikan sebagai target yang tepat baik untuk pengkajian dan intervensi primer,
sekunder, dan tersier.

33
Proses keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori keluarga dan
praktik keperawatan (Fawcett, 1984). Belakangan ini Mischke-Berkey dkk (1989)
dengan tekun mengadaptasi model ini dari Neuman, namun konsep keluarga
telah diidentifikasi dan diterapkan, tampak agak bermanfaat untuk membimbing
praktik keperawatan keluarga.

2. Model Perawatan Diri dari Orem


Teori Orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan diri, sistem
keperawatan beronentasi pada individu. Individu (klien) dianggap sebagai penerima asuhan
keperawatan yang utama. Keluarga dipandang sebagai faktor syarat dasar bagi
anggota keluarga (klien), atau sebagai konteks utama dimana individu berfungsi.
Perawat juga membantu memberi perawatan yang tidak mandiri (anggota
keluarga dewasa yang merawat individu yang tidak mandiri) dan dalam
melaksanakan tugas ini mereka dianggap sebagai individu daripada keluarga, atau
subsistem keluarga (Orem, 1983).

Orem tidak mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat


digabungkan ke dalam model praktik keperawatan tersebut ("Tadych, 1985). Akan
tetapi, Tadych (1985) melaksanakan tugas untuk menguraikan bagaimana
struktur, fungsi dan perkembangan keluarga dapat diartikulasikan dengan model dari
Orem. Karena unit analisis membedakan antara dua teori tersebut, artikulasi yang
diuraikan Tadych tersebut bersifat pelengkap.

Meskipun filosofi perawatan diri relevan dengan keperawatan keluarga,


konsep saat ini dari Orem tidak memberikan konsep mendasar untuk bekerja
dengan keluarga sebagai klien (Chin, 1985) mengatakan bahwa satu alasan
mengapa terdapat kekurangan dari kemampuan penerapan model dari Orem pada
keluarga sebagai semua unit adalah bahwa syarat-syarat perawatan diri bagi keluarga
berbeda dengan untuk individu. la menyatakan bahwa fungsi universal dari keluarga
menjadi dasar untuk syarat perawatan diri keluarga. Hal ini tentunya merupakan suatu
kemajuan dalam upaya untuk menggunakan syarat-syarat perawatan diri
beronentasi pada individu dari Orem untuk mengkaji keluarga. Upaya-upaya
selanjutnya seperti ini sangat diperlukan, sehingga teori Orem akan lebih
bermanfaat untuk bekerja dengan keluarga sebagai klien.

3. Model Sistem Terbuka dari King


Dari buku King tahun 1981, keluarga sudah dibahas secara luas (Whall,
1986). King memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam

34
wd.clW4. Keluarga diperlakukan baik sebagai konteks maupun klien. King
menjelaskan bahwa pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila
terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau
mengatasi masalah atau keadaan “sakit" ( 1983, hal. 1982). King terus menguraikan
modelnya sebagai perawat pembantu untuk membantu anggota keluarga.
Model tersebut berorientasi pada sistem dan interaksi, dengan perluasan isi
keluarga yang lebih jauh, model tersebut cukup bermanfaat dalam keperawatan
keluarga.

4 . Model Adaptasi dari Roy


Dengan menguraikan model adaptasinya dan bagaimana keluarga
dimasukkan, Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu, kelompok,
organisasi sosial, serta komunitas dapat dijadikan unit analisis keperawatan. Karena para
perawat mengkaji orang sebagai sistem yang adaptif, mereka perlu mengkaji
keluarga bila keluarga merupakan fokus perawatan. "Intervensi keperawatan
mempertinggi stimuli (fokal, kontekstual, dan residual) untuk meningkatkan
adaptasi dari sistem keluarga" (Roy, 1983, hal. 275). Perbaikan dan perluasan
konsep keluarga lebih lanjut sangat diperlukan, tapi terdapat kongruensi dan
aplikasi yang mendasar dari model ini ke keperawatan keluarga. Karena itu, teori
adaptasi dari Roy tampaknya tetap akan menjanjikan dalam batasan
menguraikan/menjelaskan fenomena keperawatan keluarga.

Padahal Roy mengatakan bahwa masalah individu yang tidak efektif; yang
menyebabkan respons yang tidak efekiif. Gagasan ini dapat diperluas hingga ke unit
keluarga, di mana pola koping keluarga yang tidak efektif menimbulkan masalah-
masalah yang berhubungan dengan fungsi keluarga. (McCubbin dan Figley,
1983). Malahan teori ini menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu
klien dalam memanipulasi lingkungan mereka ; kedua gagasan tersebut memiliki
arti yang penting dalam keperawatan keluarga.

5. Model Proses Kehidupan dari Roger


Dalam teori Roger, fokus dari keperawatan adalah pada proses kehidupan
umat manusia. Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi
simfonis antara manusia dan lingkungannya (Meleis, 1985). Dalam tulisan-tulisan
terdahulunya dari tahun 1970 hingga 1980, Roger tidak berbicara tentang
keluarga. Tetapi pada tahun 1983 ia menegaskan bahwa model konseptualnya

35
dapat diterapkan pada keluarga sama seperti pada individu. Bagi Roger, keluarga
dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang energi keluarga yang tidak bisa
dikurangi, bersifat empat dimensi, negentropik dan menjadi fokus studi dalam
keperawatan. Whall (1981) secara jelas memperlihatkan kongruensi dan aplikasi dari
teori Roger untuk pengkajian keluarga, dan mengilustrasikan hal ini dengan menggunakan
konsep Roger tentang saling melengkapi, resonansi, dan helicy untuk menguraikan
sistem keluarga. Peninggalan Roger ini secara jelas disebutkan dengan teori sistem
umum, dan karena orientasi ini maka ada suatu kesesuaian antara teori keperawatan
dari Roger dan keperawatan keluarga.

Kesimpulan

Hingga sekarang, penerapan teori keperawatan ke praktik keperawatan


keluarga belum lengkap, tapi berkembang secara mengesankan . Teori-teori
keperawatan sangat menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori
tersebut menguraikan dan menjelaskan bukan hanya keluarga dalam konteks sehat
dan sakit melainkan juga menguraikan peran para perawat dalam pengkajian dan
intervensi. Tetapi hingga saat ini teori-teori keperawatan tersebut masih dalam taraf awal
dari penetapan keperawatan keluarga. Teori-teori keluarga memiliki gambaran yang
jauh lebih lengkap dan memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan tentang perilaku
keluarga tapi perlu dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori tersebut
cocok dengan perspektif keperawatan.

B. Teori – Teori llmu Sosial


1. Teori Sistem
Dalam teori sistem umum, keluarga dipandang sebagai suatu sistem
terbuka dengan batas-batasnya, mekanisme pengaturan sendiri, sistem-sistem
interaksi dan superordinat, dan subkomponen. Kerangka ekologi keluarga, kerangka yang
diadopsi oleh pekerja sosial yang berpusat pada keluarga, dipandang sebagai
kerangka sistem yang paling cocok. Bronfenbrenner (1979), seorang psikolog ternama,
menyatakan bahwa kami mempelajari keluarga sebagai bagian dari "lingkungan
ekologisnya" atau dalam jaringan institusi sosial keluarga yang lebih besar. Bagi
Bronfenbrenner, keluarga digambarkan sebagai bagian dari struktur seperti sarang,
dengan anggota keluarga secara individual bersarang dalam-lingkungan. paling
dekat.yang termasuk keluarga. Lingkungan ini dikenal dengan sistim mikro , . Individu dan
keluarga berada dalam sistem mikro dan dipengaruhi oleh mesosistem (lingkungan
paling dekat yang lebih besar) dan bahkan lingkungan yang lebih besar – sistem makro,

36
yaitu lingkungan sosial yang meliputi ideologi, nilai-nilai dan institusi sosial komunitas
(McCubbin dan Dahl, 1985).

2. Teori Struktural-Fungsional

Dengan menggunakan kerangka ini, keluarga dipandang sebagai sistem sosial,


tapi lebih berorientasi pada hasil daripada proses, yang lebih merupakan karakteristik teori
sistem. Analisis dimensi fungsi dan struktur keluarga, seperti diketahui dari namanya,
mendapat perhatian utama. Pendekatan ini telah dipilih sebagai salah satu kerangka
teoritis dan pengatur utama dari naskah ini, dan akan dibicarakan pada bab selanjutnya.
Disamping itu, bagian III memperluas dan menguraikan cara kerja dari kerangka
struktural fungsional. Dalam kerangka ini, isi yang berhubungan erat dengan keperawatan
keluarga pun dimasukkan.

3. Teori Perkembangan Keluarga

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana dan perubahan apa yang terjadi


pada organisme umat manusia atau kelompok manusia dari waktu ke waktu. Teori
perkembangan keluarga merupakan perumusan ulang dari teori-teori awal
perkembangan individu, seperti yang telah diuraikan oleh Freud, Erikson, dan
Havighurst, plus pemasukan konsep-konsep peran dan interaksi interpersonal.

Kerangka perkembangan memberikan suatu perspektif yang unik untuk


mengkaji dan mengintervensi keluarga (Reed, 1986). Kerangka tersebut berfokus pada
analisis keluarga tatkala siklus hidupnya mulai dari permulaan, masa tua hingga
kematiannya.

4. Pendekatan Institusional-Historis
Kerangka kelima untuk menganalisis keluarga adalah pendekatan
institusional atau historis. Kerangka intitusional kemudian diperluas hingga meliputi
pendekatan budaya silang atau pendekatan historis yang lebih umum, merupakan
salah satu pendekatan utama yang digunakan dalam menganalisis keluarga dalam
sosiologi dan antropologi (Leslie dan Korman, 1989). Pendekatan institusi menguji suatu
masyarakat pada beberapa hal dalam sejarah dan menganalisis bagaimana
institusi keluarga melakukan fungsi-fungsi khusus untuk para anggotanya ; bagaimana
pendekatan tersebut berinteraksi dengan institusi masyarakat, termasuk sistem agama,
pendidikan dan ekonomi, dan bagaimana pendekatan tersebut dipengaruhi oleh dan
mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat.

37
Analisis historis keluarga (teori perkembangan dan riset) masih relatif baru dan
meningkatkan pemahaman kita tentang respons keluarga terhadap perubahan sosial
dan kondisi ekonomi, bagaimana orang bereaksi terhadap perubahan sosial dan apa arti
perubahan bagi kehidupan keluarga mereka. Dampak kumulatif studi-studi historis
tentang ke l uarga telah merubah pandangan yang sederhana dari perubahan sosial
dan perilaku keluarga dari waktu ke waktu (Hareven, 1987).

Banyak sekali studi historis keluarga yang telah dipengaruhi oleh


"perspektif sejarah sosial yang baru" dalam era tahun 1960-an yang merangsang minat
untuk merekonstruksi pola-pola hidup dari rakyat jelata, bukan untuk
merekonstruksi pola-pola hidup dari pada kaum elit atau kaum selebritis, sebuah
komitmen untuk menghubungkan perilaku individu dan keluarga ke struktur sosial
dan proses yang lebih besar, dan pandangan keluarga dan anggota keluarga
sebagai pelaku aktif yang memerangi kekuatan-kekuatan sejarah, bukan sebagai
korban yang pasif. Dalam hubungannya dengan trend yang terakhir ini,
perkembangan yang paling penting dalam riset historis keluarga adalah fokusnya
pada strategi-strategi keluarga (Hareven, 1987). Di sini "penekanannya bergeser ke
cara-cara di mana keluarga mengalihkan hidup mereka dan mengalokasikan
sumber-sumber mereka dalam upaya untuk bertahan mengamankan masa depan
mereka sendiri dan anak-anak mereka (Hareven, 1987, hal. 49). Fokus ini
berhubungan erat dengan siklus kehidupan dan perspektif perjalanan hidup
dimana individu dan keluarga dianggap mengubah strategi individu dan keluarga
sepanjang siklus hidup mereka dan perjalanan hidup individu.

Konsep modernisasi juga merupakan cara atau konsep utama dalam


banyak literatur sejarah. Modernisasi sesungguhnya merupakan suatu proses,
bukan suatu kejadian yang terjadi begitu saja. Modernisasi terjadi persis sebelum
Revolusi Industri dan Revolusi Perancis, tapi tentu saja "revolusi ganda" ini
sangat mempengaruhi perubahan-perubahan budaya, masyarakat dan keluarga.
Akan tetapi, perubahan sosial dikalangan keluarga tidak mengikuti trend linier
yang sederhana seperti yang dirumuskan dalam teori modernisasi. Meskipun
kesenjangan budaya telah terjadi, keluarga menengah kulit putih telah lebih
berubah secara tidak seragam dan menyesuaikan "pola modal" yang diuraikan
pada teori modernisasi. Akan tetapi, banyak sekali keluarga-keluarga imigran,
keluarga-keluarga minoritas, keluarga-keluarga pedesaan, dan keluarga-keluarga
miskin, menampilkan keanekaragaman pola hidup keluarga, tidak seperti pola
hidup keluarga Amerika yang digambarkan. Yang menyulitkan persoalan -
persoalan tersebut lebih jauh, banyak sekali keluarga imigran dan minoritas

38
mempertahankan karakteristik dari "kaum tua dan muda" secara bersamaan.

5. Teori Interaksi Keluarga

Pendekatan interaksi keluarga berasal dari interaksi simbolik yang


diterapkan dalam keluarga oleh Hill dan Hansen (1960), Turner (1970), Rose
(1962), dan lainnya. Tulisan dari Mead (1934), Cooley (1909), Thomas (1923),
dan Blumer ( 1962) yang membentuk peninggalan konseptual yang asli untuk teori
sosiologi tingkat besar tentang interaksi simbolik.

Dalam pendekatan interaksi keluarga, fokus umumnya adalah pada cara -


cara dimana anggota keluarga saling berhubungan satu sama lain. Dengan demikian,
keluarga dipandang sebagai satu kumpulan kepribadian yang berinteraksi dan
dinamika keluarga yang internal dan hubungan di antara kelompok individu dan
keluarga dikemukakan secara mendetail (Stryker, 1964). Schraneveldt (1973) menjelaskan
bahwa dalam keluarga, setiap anggota menempati posisi dengan sejumlah peran yang
harus diemban. Individu merasakan harapan-harapan norma-norma atau peran yang
dipegang secara individual atau secara kolektif oleh anggota keluarga lainnya
terhadap atribut-atribut dan perilakunya. Tendensi ini membentuk dunia yang luar biasa
ke dalam peran-peran yang merupakan kunci pengambilan dalam peran sebagai proses inti
dalam interaksi. Seorang individu mendefinisikan harapan-harapan perannya dalam situasi
tertentu, dalam batasan kelompok acuan dan dengan gambaran dirinya sendiri.
Anggota keluarga secara individual bermain peran. Keluarga dan anggota individual
diteliti melalui analisis interaksi yang jelas. Setiap keluarga tidak hanya disokong,
tapi dibatasi oleh pola hidup keluarga yang berkembang interaksinva dalam masyarakat.
Melalul pembatasan dan dukungan ini, setiap keluarga dalam proses interaksi mencapal
tempo dan dukungan kehidupan keluarganya sendiri. Karakteristik yang membedakan dan
unik dari pendekatan interaksi ini adalah bahwa pendekatan ini didasarkan pada tindakan
keluarga yang berasal dari proses komunikasi. Pendekatan interaksi memandang
perilaku keluarga sebagai suatu proses yang bisa diatur : isyarat-isyarat diberikan,
anggota keluarga secara individual berespons terhadap stimulasi ini. Dengan kata lain,
pendekatan interaksi berupava menginterpretasikan fenomena keluarga dalam
batasan dinamika internal. Proses atau dinamika ini terdiri dari bermain peran, pola-pola
koping, dan sosialisasi, serta proses komunfkasi yang membentuk inti dari kerangka.
Kepribadian dan sosialisasi juga dipandang sebagai masalah utama dari kerangka
internal tersebut.

6. Teori Peran dan Teori Stres Keluarga

39
Teori peran dan stres keluarga adalah dua teori tingkat sedang yang
sebagian besar didasarkan atas suatu interaksionisme simbolik atau kerangka
interaksi.Teori stres keluarga sebenarnya dikembangkan oleh Hill pada tahun 1949.
Modelnva, dinamakan teori ABCX, menguraikan bagaimana keluarga- keluarga yang
mengalami kejadian dengan stresor yang sama beradaptasi terhadap kejadian tersebut
secara berbeda-beda. la mengidentifikasi tiga faktor yang berinteraksi bersama,
membuat perbedaan apakah keluarga menuju krisis atau tidak. T i g a faktor tersebut
ad a l a h : ( 1 ) stresor itu sendiri, (2) sumber-sumber dari keluarga yang ada, dan (3)
persepsi keluarga terhadap stresor. Teori Hill kemudian dikembangkan oleh McCubbin
dan Patterson (1983) merangkum juga periode pascakrisis. Dinamakan model ABCX
Ganda, setiap faktor penjelas teori tersebut dimodifikasi, gagasan koping dimasukkan
sebagai prediktor utama dan adaptasi keluarga (berkisar dari maladaptasi
hingga beradaptasi) menjadi hasil yang digambarkan, bukan sebagai krisis atau
non krisis. Model ini telah diuji dikalangan keluarga yang memiliki anak yang
menderita sakit kronis.

Teori peran merupakan teori kedua yang berdasarkan interaksi simbolik yang
lebih spesifik. Seperti namanya, teori peran keluarga menganalisis interaksi dan
peran (formal dan informal) dimana anggota keluarga saling berhadapan satu sama
lain dan dalam berbagai situasi. Pengaruh dari penyakit telah dipelajari secara
luas dengan menggunakan teori peran sebagai dasar penjelasan tentang
bagaimana keluarga dipengaruhi (Turk dan Kerns, 1985).

7. Teori konflik

Teori konflik atau konflik sosial, salah satu teori sosiologi besar, telah
digunakan oleh para protesional dalam bidang keluarga untuk mengkaji dan menangani
keluarga, khususnya dimana dinamika interpersonal, instabilitas dan konflik menjadi
masalah, dan pengajaran strategi manajemen konflik d i p e r l u k a n . Tujuan
u t a m a a d a l a h u n t u k m e n g u r a i k a n d a n menjelaskan perubahan sosial,
konflik dan ketidakleluasaan (Murphy, 1983).

Dua asumsi dasar dari teori konflik adalah bahwa keluarga senantiasa
dalam keadaan perubahan yang konstan (perubahan dan konflik tidak dapat
dihindari), dan bahwa konflik sebagai bentuk interaksi sosial, memiliki efek-efek
penyatu (Simnel, 1955). Sprey mernandang keluarga sebagai sebuah arena dimana
kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan dan aliansi dari tujuan umum
sama-sama berjuang (Sprey, 1969). Murphy (1983) menyatakan secara tegas
bahwa "fokus dari kerangka konflik bukan pada perbedaan antara para anggota

40
keluarga, tapi pada prosesnya atau pada proses dimana perbedaan -perbedaan
diatasi atau diselesaikan (hal. 127). Teori konflik sosial menghadapi perubahan,
persaingan, konflik, konsensus, negosiasi dan tawar-menawar, kekuatan dan
pengaruh, agresi dan ancaman (Sprey, 1979). Oleh karena itu, teori ini bermanfaat
dalam bekerja dengan keluarga dimana terjadi konflik-konflik kekuatan, usaha-usaha
pengambilan keputusan, kekerasan dalam keluarga.

8. Teori Pertukaran Sosial


Teori pertukaran sosial yang berkembang di luar sosiologi, ekonomi yang klasik,
dan psikologi perilaku adalah teori lainnya yang ternyata bermanfaat untuk menjelaskan
interaksi keluarga (Beutler et al, 1989 ; Nye, 1979).

menerapkan teori pertukaran pada keluarga, Nye menyatakan bahwa posisi teori yang
paling umum (dan paling sentral) adalah "bahwa umat manusia menghindari prilaku yang
merugikan dan mencari status-status terhormat, hubungan, interaksi dan hubungan
keadaan perasaan yang pada akhimya akan memaksimalkan keuntungan mereka.
Banyak proposisi yang lebih spesifik yang dimasukkan dalam pernyataan umum ini
yang mempunyai kaitan dengan penghargaan, biaya, keuntungan, dan norma
hubungan timbal balik, pilihan, dan pertukaran. Siapa saja dapat melihat warisan ekonomi
dalam terminologi ini.

Teori pertukaran dipakai oleh perawat keluarga secara minimal. Tidak


ditemukan publikasi dari pengarang buku-buku keperawatan keluarga yang
menguraikan penggunaan teori pertukaran sosial untuk memandu praktik dan riset (Mercer,
1989).

Teori ini dikritik oleh para sarjana dalam bidang keluarga karena teori ini tidak
memberikan gambaran tentang perilaku keluarga secara akurat.
Perumpamaannya adalah bahwa teori pertukaran berasumsi bahwa manusia
bersifat rasional. Hedonistik, dan mengetahui pilihan yang tersedia baginya. Tapi dalam
bidang keluarga, rasionalitas dan hedonisme senantiasa dihiasi dengan emosionalitas
dan altruisme (mementingkan kebahagiaan orang lain) dan hal ini senantiasa menjadi
persoalan karena anggota keluarga tidak memahami berbagai pilihan yang tersedia bagi
mereka. Oleh karena itu, asumsi-asumsi dasar dari teori pertukaran tidak cocok dengan
perilaku keluarga (Beutler et al, 1989). Meskipun ada kritik ini, Nye ( 1979) dan penulis
yang lain telah berhasil menggunakan teori pertukaran sosial ini untuk menguraikan
berbagai aspek perilaku keluarga dari pola pengasuhan anak hingga pola pekerjaan ibu.

41
9. Teori Pembelajaran Sosial
Teori psikologi perilaku tingkat menengah lainnya yang telah diterapkan kepada
keluarga adalah teori pembelajaran sosial (Jacob dan Tennebaum, 1988). Teori
imbangan dari teori ini dalam terapi keluarga adalah teori perilaku keluarga (dalam teori
terapi keluarga). Bandura (1977) percaya untuk mengembangkan teori pembelajaran
sosial dengan memperluas model belajar sebelumnya melalui penekanan yang lebih
besar pada aspek sosial pembelajaran dan efek-efek yang interaktif, mutual dari
perilaku, orang dan lingkungan. Bandura menunjukkan pentingnya peran yang dimainkan
oleh aspek-aspek kognitif pembelajaran,dan juga bagaimana peran sentral pembentukan
model dalam pembel ajaran, la berpendapat bahwa "pembelajaran dengan mengamati
perilaku yang kompleks dan membuat pola-pola model semacam itu merupakan
sumber pembelajaran yang paling penting dari dunia sosial berlangsung"

Teori pembelajaran sosial yang diterapkan pada keluarga sangat berguna dalam
mendalami bagaimana anggota keluarga bersosialisasi, bagaimana mereka berkomunikasi
dan berfungsi dalam peran-peran keluarga mereka, dan bagaimana mereka beradaptasi
baik sebagai individu maupun sebagai keluarga. Implikasi praktis dari teori yang
berorientasi pada bidang akademik ini diungkapkan oleh ahli terapi keluarga yang
menggambarkan prilaku keluarga.

Perbedaan Antara Teori Keperawatan, Teori Ilmu Sosial Keluarga dan

Kriteria Teori Keperawatan Teori Ilmu Sosial Keluarga

Tujuan Deskriptif dan perspektif (model Deskriptif dan penjelasan (model


Teori praktek) ; menuntun pengkajian akademik) : untuk menjelaskan
keperawatan dan upaya-upaya fungsi dan dinamika keluarga.
intervensi.

Antar disiplin ilmu (meskipun


Fokus keperawatan terutama sosiologi)
Fokus
Disiplin
Ilmu

Terutama keluarga-keluarga
“normal” (berorientasi pada
Populasi Terutama keluarga-keluarga keadaan normal)
Target dengan masalah sehat dan sakit

42
BAGIAN 7

TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan pembelajaran :

Setelah Mengikuti perkuliah Trend dan Issu dalam Keperawatan Keluarga diharapkan
Mahasiswa mampu :

1. Menjelasakan pengertian Trend dan Issu dalam keperawatan Keluarga


2. Menjelaskan trend dan Isu dalam keperawatan Keluarga secara Global
3. Menjelaskan trend dan Isu dalam keperawatan Keluarga secara Nasional
4. Trend dan Current Issu Keperawatan Keluarga

43
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus
menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keprawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari
keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara
keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam
interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Trend praktik keperawatan meliputi
perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih
besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan
oleh :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi
dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat
diketahui oleh masyarakat
2. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang
3. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat
ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.

Sejauh ini, bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang di kenal masyarakat dalam


sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain,
banyak anggota masyarakat yang menderita sakit dan karena berbagai pertimbangan
terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan, seperti
kasus-kasus penyakit terminal, keterbatasan kemampuan masyarakat untuk membiayai
pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, banyak orang
merasakan bahwa di rawat inap membatasi kehidupan manusia, lingkungan di rumah yang
dirasakan lebih nyaman (Depkes RI,2002). Maka dari itu dalam makalah ini kami
membahas trend dan issue kesehatan keperawatan Keluarga (Health Family nursing),
sekarang dan dimasa yang akan datang.

B. Trend dan Issu dalam keperawatan keluarga


1. Definisi
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta. Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak
namun belum jelas faktanya atau buktinya

44
Kerawatan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang diberikan kepada keluarga
keperawatan dengan pendekatan proses Keperawatan untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan
hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh
unit pada individu dan masyarakat.
Keberhasilan keperawatan di berikan di rumah sakit dapat menjadi sia–sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Keluarga sebagai titik sentral pelayanan kesehatan
menjadi amat sangat penting untuk meningkatkan derajat ksehatannya. Keluarga yang
sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat. Untuk
itu keluarga perlu mendapatkan bantuan dari petugas kesehatan ( perawat) untuk
mewujutkan kesehatan pada setiap anggota keluarga.
Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga seorang
perawat ; a) Harus mengerti dan memahami tipe dan struktur keluarga,b) Tahu tingkat
pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya, c) Perlu pemahaman setiap tahap
perkembangan dan tugas perkembangan

C. Beberapa trend dan Isu dalam keperawatan Keluarga diantaranya :


1. Trend dan isu Global :
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku kekuarga.
b. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya
semakin meluas.
c. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk
yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap
interaksi keluarga yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketak
serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas
pendidikan.
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.

2. Trend dan Isu Nasional :


a) Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
b) Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
c) Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.
d) Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan

45
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.

Jika dilihat dari trend isu yang muncul secara nasional (Indonesia) yang ada
beberapa penyebab munculnya trend dan isu keperawatan keluarga tersebut, yaitu :
1. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum
adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita
2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanan kesehatan
yang memiliki kualitas baik.
5. Pengetahuan dan ketrapilan perawat yang masih perlu ditingkatka.
6. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang.
7. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun telh
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.
8. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas
transfortasi yang cukup.
9. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
10. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
11. Lahan praktek yang terbatas.
12. Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
13. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
14. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

D. Trend dan CurrenT Issu Keperawatan Keluarga


a) Dunia tanpa batas (global vilage) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga.
b) Kemajuan dan pertukaran IPTEK
c) Kemajuan teknologi transportasi migrasi dan mudah interaksi keluarga berubah
d) Kesiapan untuk bersaing secara berkualitas dan sekolah-sekolah berkualitas
e) Kompetensi global tenaga kesehatan/ keperawatan.

Dari terend dan issu yang muncul dalam keperawatan keluarga dapat kita lihat dari
tiga bidang kegiatan yang adal dalam keperawatan itu sendiri, yaitu :
1. Dalam Bidang Pelayanan :
a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.

46
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Bersikap pasif.
d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang (Kemenkes sudah
meneyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan
keluarga di rumah & perlu disosialisasikan).
h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
j. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi
2. Dalam Bidang Pendidikan:
a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
3. Dalam Bidang Profesi:
a. Standar kompetensi belum disosialisasikan
b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan
c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.

47
Bagian 7
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan pembelajaran :

Setelah Mengikuti perkuliah Konsep Auhan Keperawatan pada Keluarga diharapkan


Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian terhadap keluarga
2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan pada keluarga mengacu kepada lima tugas
keluarga dalam bidang kesehatan
3. Merumuskan rencana intervensi terhadap keluarga
4. Mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun.
5. Melakukan Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
6. Membuat Dokumentasi keperawatan

A. PENDAHULUAN

48
Asuhan Keperawatan Keluarga Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang
terdiri dari keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga
didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik
keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan
interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.

Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:

1. Level 1
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan
keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.
2. Level 2
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi
bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.
3. Level 3
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga,
anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi:
hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.
4. Level 4
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan
perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga
dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga;
struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.

Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami


keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan
asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. Tujuan khusus yang ingin dicapai
adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.


2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga
yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau keluarga yang
membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga

49
dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesmas, posyandu,
atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan
kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang berisiko
terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud
adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.

Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa per siapan yang


perlu dilakukan oleh perawat:

1. Menetapkan keluarga yang menjadi Sasaran kunjungan serta me nentukan


kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, me lalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan:

a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi.


b. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan
kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:

a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu / anggota kelu arga) dari rekam
kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan lain (unit
layanan kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang masalah klien dan keluarga sebagai dasar kajian
lebih lanjut di keluarga.
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang diperlukan.
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi peralatan dan obat-obatan sederhana.
e. Alat bantu penyuluhan.

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian merupakan
langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan Bahasa ibu (yang digunakan setiap hari), lugas, dan sederhana.

50
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Membina hubungan yang baik. Hubungan yang baik antara perawat

klien (keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan asuhan keperawatan.


Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan mene rapkan komunikasi
terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan
kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. Beberapa hal yang perlu
dilakukan:

a. Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.


b. Menjelaskan tujuan kunjungan.
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
d. Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan
perawat.
2. Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap
pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah
kesehatan keluarga yang berorientasi pada peng kajian awal. Di sini perawat
perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan
yang paling mendasar.

Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode


wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota
keluarga, dengan menggunakan data sekunder (contoh, hasil laboratorium, hasil foto
roentgen, rekam kesehatan unit pelayanan kesehatan, catatan lain yang dapat dipercaya
keakuratannya, dan sebagainya). Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah :

a. Data Umum
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan nomor telepon, pekerjaan KK,
dan komposisi keluarga. Selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.

No Nama Hub Umur Pendidik Status Imunisasi K


J dgn an et
BC Polio DPT Hep B Camp

51
K KK G 1 2 3 4 1 2 1 ak
3 2 3

(Contoh format pengumpulan data umum keluarga)

Aturan yang harus dipenuhi dalam pembuatan genogram

 Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri.


 Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan.
 Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-laki atau
perempuan.

Penggunaan simbol dalam Genogram Keluarga :

35 3
5

Laki-laki Perempuan Identifikasi Klie Menikah Pisah

Z-I~

Cerai Garis Keturunan Garis Keturunan

Anak Kandung Anak angkat Aborsi

1997

52
DM

Tinggal dalam 1 rumah Meninggal

Kembar

Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga. Untuk menentukan


tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap KK-nya. Kemudian lakukan penentuan
tipe/jenis keluarga.

Suku bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga (pasangan), dapat


digunakan untuk mengidentifikasi budaya suku keluarga yang terkait dengan
kesehatan, juga dapat mengidentifikasi bahasa sehari-hari yang digunakan oleh
keluarga.

Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang
dapat mempengaruhi kesehatan.

Status Sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
penghasilan seluruh anggota keluarga (orang tua maupun anak yang telah bekerja
dan membantunya). Status sosial ekonomi juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan
barang yang dimiliki oleh keluarga.

Aktivitas rekreasi keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya


bepergian ke luar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi tetapi
kesempatan berkumpul di rumah untuk menikmati hiburan radio atau televisi
bersama juga bercengkerama.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentukan
oleh usia anak tertua dari keluarga inti. Misalnya: Keluarga Bapak Nk mempunyai
anak Am umur 35 tahun telah menikah dan tinggal di luar kota, anak Un umur 21
tahun yang bekerja di kota X, dan Pb umur 3 tahun. Maka, tahap perkembangan
Bapak Nk berada pada tahapan keluarga dengan anak dewasa.

Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini menjelaskan


tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh
keluarga. Juga dilakukan pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum

53
terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya.

Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti,


riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya
pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan
kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.

Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atasnya), yang menjelaskan


riwayat kesehatan generasi di atas orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya
generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang
dipertahankan sampai saat ini.

c. Data Lingkungan
Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni
keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, peman faatan ruangan, jumlah
ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan
kebutuhan MCK (mandi, cuci, dan kakus), sarana air bersih dan minum yang
digunakan. Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar dengan
sebagai denah rumah.

Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang


karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keIuarga
bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, nilai atau norma serta
aturan/kesepakatan penduduk setempat, dan budaya setempat yang
memengaruhi kesehatan.

Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota


keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga
yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada kelurga yang dibina.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai


waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga
yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Sistem pendukung keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan
fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat,
asuransi, atau yang lain). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga
(peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat,
dan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan upaya kesehatan.

54
d. Struktur Keluarga
Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat.

Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari
dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi,


siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga
dalam menciptakan komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga
memengaruhi komunikasi keluarga.

Struktur kekuatan keluarga menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi


dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga
Fungsi ekonomi menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan
rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga. juga diuraikan kemampuan
keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk
meningkatkan status kesehatannya.

Fungsi mendapatkan status sosial menjelaskan tentang upaya keluarga


untuk memperoleh status sosial di masyarakat tempat tinggal keluarga.

Fungsi pendidikan menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam


pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat
sekitar.

Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana


anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku
yang berlaku di keluarga dan masyarakat.

Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan. Tujuan pengkajian yang


berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan:

a. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan.


Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari

55
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab,
dan faktor yang memengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenal
tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang:

 Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.


 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
 Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga?
 Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negatif)
terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
 Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan?
 Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan?
 Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kese hatan yang
tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah
kesehatan?

c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota


keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
 Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga
(sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan, dan Cara
perawatannya).
 Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan
keluarga.
 Pengetahuan keluarga tentang peralatan, Cara, dan fasilitas
untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
 Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota
keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber
keuangan/finansial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).
 Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
atau membutuhkan bantuan kesehatan.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara / memodifi -
kasi lingkungan rumah yang sehat, perlu dikaji tentang :

56
 Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh kelu arga di
sekitar lingkungan rumah.
 Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga sekitar
lingkungan rumah.
 Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
 Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap
sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan.
 Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang
dapat dilakukan keluarga.
 Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyarakat, perlu dikaji tentang :
 Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat dijangkau keluarga.
 Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diper oleh dari
fasilitas kesehatan.
 Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan
yang melayani.
 Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak
dapat apa penyebabnya.
Fungsi religius menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

Fungsi rekreasi menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk


melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga
tentang kuantitas yang dilakukan.

Fungsi reproduksi menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memiliki dan


upaya pengendalian jumlah anggota keluarga. Perlu juga diuraikan bagaimana
keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang dini dan
benar kepada anggota keluarganya.

Fungsi afeksi, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan

57
psikososial dalam keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.

f. Stres dan Koping Keluarga


Stresor Jangka Pendek dan Panjang

Stresor jangka pendek adalah stresor yang dialami keluarga dan


memerlukan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan. Stresor jangka panjang
adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih
dari 6 bulan. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor menjelaskan
bagaimana keluarga berespons terhadap stresor yang ada. Strategi koping yang
digunakan menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme pembelaan)
terhadap stresor yang ada. Disfungsi strategi adaptasi menjelaskan tentang
perilaku keluarga yang tidak adaptif ketika mempunyai masalah.

g. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak
berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) meliputi
pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang perlu.

h. Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

2. PENGKAJIAN FOKUS
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat
melakukan pengkajian dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan
pada semua tahap perkembangan keluarga (terlampir).

Meskipun demikian perawatan perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap


perkembangan yang didasari oleh:

1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda


karena ada perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang).
2. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan
keluarga yang harus dilakukan.
3. Pada tahap-tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.
a. Keluarga yang baru menikah
Pengkajian data fokus meliputi:

58
n Kapan pertemuan pasangan?
n Bagaimana hubungan sebelum menikah?
n Bagaimana pasangan ini memutuskan menikah?
n Adakah halangan terhadap perkawinan mereka (sebutkan)?
n Bagaimana respons anggota keluarga terhadap perkawinan?
n Bagimana kehidupan di lingkungan keluarga asal, termasuk orientasi
keluarga dari kedua orang tua?
n Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawinan?
n Bagimana hubungan dengan saudara ipar?
n Bagaimana keadaan orang tua masing-masing dan hubungannya dengan
orang tua setelah perkawinan?
n Bagaimana rencana mempunyai anak?
n Berapa lama waktu berkumpul setiap hari?
n Bagaimana rutinitas (secara individu, suami dan istri) setelah perkawinan?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
b. Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)
Pengkajian data fokus meliputi:

n Bagaimana riwayat keharmlan anak ini?


n Bagaimana riwayat persalinan anak?
n Bagaimana perawatan anak setelah lahir sampai usia 2 minggu?
n Bagaimana perawatan anak sampai usia satu tahun?
n Adakah orang lain yang serumah setelah anak lahir dan apa
hubungannya?

n Siapakah yang mengasuh anak setiap hari?


n Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan
anak?
n Siapa yang memberikan stimulus dan latihan kepada anak dalam rangka
pemenuhan tumbuh kembangnya?
n Bagaimana perkembangan anak dan ketrampilan yang dimiliki anak
dicapai pada usia berapa?
n Adakah sarana untuk stimulus tumbuh kembang anak?
n Pernahkah anak menderita sakit serius, apa jenisnya, kapan
waktunya, berapa lama, dan dirawat di rumah sakit atau tidak?
n Bagaimana pencapaian perkembangan anak saat ini?
n Kemampuan apa yang dimiliki anak saat ini.
n Bagaimana harapan keluarga terhadap anak?

59
n Bila perlu gunakan Skala DDST.
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
c. Keluarga dengan anak prasekolah
n Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama di rumah dan adakah
sarana stimulasinya?
n Sudahkah anak diikutkan kegiatan play group?
n Berapa lama waktu yang dimiliki oleh orang tua untuk berkumpul dengan
anak setiap hari?
n Siapakah orang yang setiap hari bersama anak?
n Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini?
n Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
n Bagaimana karakteristik teman bermain?
n Bagaimana lingkungan bermain?
n Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah?
n Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh-kembang anak dan adakah sarana
yang dimiliki?
n Bagaimana temperamen anak saat ini?
n Bagaimana pola anak jika menginginkan sesuatu barang?
n Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak?
n Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini?
n Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah?
n Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah?
n Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat
bermain?
n Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini?
n Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya?
n Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
e. Keluarga dengan anak usia remaja
n Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
n Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang?
n Bagaimana perilaku anak selama di rumah?
n Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman
sekolah atau bermain?
n Siapa saja yang berada di rumah selama anak remaja di rumah?

60
n Bagaimana prestasi anak di sekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh
anak?
n Apa kegiatan di luar rumah selain sekolah, berapa kali, berapa lama,
dan dimana?
n Apa kebiasaan anak di rumah?
n Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
n Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
n Siapa yang menjadi figur bagi anak?
n Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
f. Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)
 Bagaimana karakteristik pasangan anaknya?
 Bagaimana hubungan anak terhadap orang tua dan mertua setelah
menikah?

 Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari
orang tua?
 Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana
tinggalnya dan berapa lama/frekuensi anak bertemu dengan orang
tua?
 Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan
adiknya?
 Bagiamana perasaan orang tua setelah anak menikah?
 Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga yang dilaksanakan?
g. Keluarga usia bayi
 Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
 Bagaimana hubungan anak dengan orang tua?
 Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan
keluarga?
 Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi
serumah?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
h. Keluarga lansia
n Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangannya?
n Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?

61
n Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, bagaimana frekuensi, dan
berapa frekuensi kunjungan anak?
n Adakah orang yang menemani setiap hari?
n Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia
tua?
n Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat
sebagai berikut.

1. Pengelompokan Data
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada asuhan keperawatan
klinik. Perawat mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif
dan objektif setiap kelompok diagnosis keperawatan.

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan


Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu
dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah
(Problem), penyebab (Etiologi), dan atau tanda (Sign).

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah


disepakati, terdiri dari

e. Masalah (Problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan


dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
f. Penvebab (etiology, E) adalah suatu pernyatan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal
masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
g. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu:

1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh


keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

62
2. Diagnosis resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,
tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungk inkan dapat
ditingkatkan.
Contoh perumusan diagnosis keperawatan

Aktual e. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada ibu B


Keluarga Bapak A yang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk istirahat
dan tidur.
f. Perubahan peran menjadi orangtua tunggal pada Bapak I yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
maasalah peran orangtua tunggal setelah istrinya meninggal.
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas gerak pada anak D
keluarga Bapak R yang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi (menata) lingkungan yang aman untuk
latihan berjalan bagi anak D.
Resiko/ Resiko terjadinya serangan ulang yang berbahaya pada Lansia E
resiko Keluarga Bapak L yang berhubungan dengan ketidakmampuan
tinggi keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas) yang dekat dengan tempat tinggal keluarga.
Resiko tinggi gangguan perkembangan Balita Y pada Keluarga
Bapak N yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
melakukan stimulasi pada Balita.
Resiko tinggi konflik antara orangtua dan anak remaja keluarga
Bapak K yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah komunikasi yang tepat bagi anak remajanya.
Poten 1. Potensial peningkatan kesejahteraan Ibu J yang sedang hamil
sial pada keluarga Bapak M.

2. Potensial peningkatan status kesehatan Balita keluarga Bapak X.

3. Potensial tumbuh kembang yang optimal bagi anak

63
A Keluarga Bapak I.

Masalah keperawatan sampai saat ini masih menggunakan daftar masalah


keperawatan yang dibuat oleh asosiasi perawat Amerika (NANDA), yang
meliputi masalah aktual, resiko atau resiko tinggi, dan potensial (untuk keadaan
wellness/sejahtera). Penyebab merujuk kepada tugas keluarga di bidang
kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
tindakan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, atau memanfaatkan
fasilitas layanan kesehatan sesuai data yang telah dikumpulkan dalam
pengkajian. Tanda dapat dituliskan atau tidak karena telah diidentifikasi pada
langkah awal.

Daftar masalah keperawatan (NANDA) yang dapat digunakan, sebagai


berikut:

a. Gangguan proses keluarga.


b. Gangguan pemeliharaan kesehatan.
c. Perubahan kebutuhan nutrisi: kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh.
d. Gangguan peran menjadi orang tua.
e. Gangguan pola eliminasi.
f. Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
g. Gangguan penampilan peran.
h. Gangguan pola seksual.
i. Ketidakmampuan antisipasi duka berkepanjangan.
j. Konflik pengambilan keputusan.
k. Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional.
l. Potensial berkembangnya koping keluarga.
m. Koping keluarga tidak efektif
n. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah.
o. Hambatan interaksi sosial.
p. Defisit pengetahuan tentang ...
q. Tidak diizinkannya ... (contoh: anak remaja ke luar rumah)
r. Konflik peran keluarga.
s. Resiko perubahan peran orang tua.

64
t. Resiko terjadi trauma.
u. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
v. Ketidakberdayaan.
w. Terjadinya isolasi social
x. Dan masih banyak lagi

3. Penilaian (skoring) Diagnosis Keperawatan


Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari
satu. Proses skoring menggunakan Skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (1978).

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

f. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.


g. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan
bobot.

Skor yang diperoleh x bobot

Skor tertinggi

Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5)

Skoring diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978)

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1

Skala : Tidak/kurang sehat 3

Ancaman kesehatan 2

Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

Skala : Mudah 2

Sebagian 1

65
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah 1

Skala : Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1

Skala : Masalah berat, harus segera ditangani 2

Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1

Masalah tidak dirasakan 0

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria Skala :

f. Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat
karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
g. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani
masalah.
 Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga.
 Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu.
 Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan.

h. Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :


 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
 Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
 Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah. Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak
aktual dan menjadi parah.
i. Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaim ana
keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.

66
4. Penyusunan Prioritas Diagnosis Keperawatan
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor
tertinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah.
Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap
masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.

Contoh:

Diagnosis keperawatan keluarga

Resiko terjatuh (terpeleset) pada lansia yang tinggal di keluarga Bapak An yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang
aman bagi lansia.

Langkah selanjutnya, yaitu perawat perlu melakukan pemberian skor dengan


menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya. Penilaian
dilakukan pada semua diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan oleh
perawat. Sesuai dengan contoh di atas, penilaian adalah sebagai berikut :

No. Kriteria Skor Pembenaran

1 Sifat masalah Bila keadaan tersebut tidak segera


x 1= diatasi akan membahayakan lansia yang
Skala : Ancaman
tinggal bersama kel;uarga, karena lansia
kesehatan
setiap hari di rumah tanpa pengawasan.

2 Kemungkinan masalah 2 Penyediaan sarana yang murah dan


dapat diubah 2 x2=2 mudah di dapat oleh keluarga (misal
sandal karet).
Skala : Mudah

3 Potensial masalah untuk Keluarga mnempunyai kesibukan yang


dicegah x 1= cukup tinggi, tetapi merawat orangtua
yang telah lansia merupakan
Skala : Cukup
penghormatan dan pengabdian anak
yang perlu dilakukan.

67
4 Menonjolnya masalah Keluarga merasa keadaan tersebut telah
x1=0 berlangsung lama dan tidak pernah ada
Skala : Masalah tidak
kejadian yang mengakibatkan lansia
dirasakan
mengalami suatu cedera (terjatuh) di
rumah akibat lantai yang licin.

Total skor
3

Setelah penilaian, diagnosis keperawatan (yang lebih dari satu) disusun prioritasnya
berdasarkan total skor yang tertinggi ke terendah. Kegiatan lain adalah
mensosialisaikan prioritas diagnosis keperawatan kepada keluarga.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan


keperawatan keluarga (family nursing care).

Diagnosis Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan

Masalah (P) Digunakan untuk merumuskan tujuan


umum-khusus atau tujuan jangka panjang-
pendek.

Digunakan untuk merumuskan criteria


Penyebab (E) standar/hasil yang diharapkan sebagai
tolak ukur suatu keberhasilan.

1. Perencanaan Keperawatan keluarga (Family Care Plan)

Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang


didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang

68
mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standar.

Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang


bertujuan:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah


dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
6. Memberikan informasi yang tepat.
7. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan.
8. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara :
n Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan
n Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di sekitar
keluarga.
n Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
n Mendemonstrasikan cara perawatan.
n Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
n Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang


dapat meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara:
n Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
n Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


di sekitarnya, dengan cara:
n Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar ling kungan
keluarga
n Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

69
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan:

1. Tujuan hendaknya logis sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan di observasi
dengan pancaindra perawat yang objektif.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi.
Contoh:

Tujuan jangka panjang

Lansia selama tinggal bersama keluarga Bapak An tidak terjatuh.

Tujuan jangka pendek

Setelah implementasi keperawatan yang ke-5 melalui kunjungan rumah, keluarga


menyediakan sarana yang aman bagi lansia.

Kriteria Hasil

Pengetahuan 5. Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan (lantai


yang licin).
6. Keluarga dapat menyebutkan akibat yang diderita lansia
bila terjatuh.
7. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah lansia
terjatuh akibat lantai yang licin
Sikap 8. Keluarga mengkomunikasikan lingkungan yang
membahayakan lansia dengan anggota keluarga lainnya.
9. Keluarga mampu memutuskan untuk menyediakan sarana
yang aman bagi lansia.
Tindakan/psikomotor 10. Keluarga menyedikan sarana yang aman bagi lansia.
11. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah yang aman
bagi lansia.

70
2. Rencana tindakan
5. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan
kembali) tentang bahaya lantai yang licin.
6. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan
kembali) akibatnya bila lansia terjatuh.
7. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan
kembali) cara mencegah lansia terjatuh.
8. Mengajarkan kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah lansia dengan
keluarga.
9. Mengajarkan kepada keluarga setiap diskusi perlu diambil suatu keputusan yang
terbaik.
10. Tanga waktu yang disepakati dengan keluarga, perawat melihat lansia
menggunakan sandal yang tidak licin (karet) selama dalam rumah,
menggunakan tongkat dengan ujungnya berkaret.

Bersama keluarga memodifikasi lingkungan yang aman, misal


dengan cara menempelkan alat yang dapat digunakan oleh lansia untuk
pegangan selama dalam rumah.

Rencana tindakan diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap,


clan tindakan keluarga (Calgary, 1994) sehingga pada akhirnya keluarga
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarganya dengan
bantuan minimal dari perawat. Saat menyusun rencana intervensi,
sebaiknya perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga mempunyai
tanggung jawab akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri, dan
merupakan cara untuk menghormati dan menghargai keluarga (Carey,
1989). Efektivitas yang akan diperoleh perawat, yaitu ada efek positif
terhadap interaksi dengan keluarga, keluarga tidak menentang karena telah
dilibatkan sebelumnya, dan keluarga cenderung bertanggung jawab.

D. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja
sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi
tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai
koordinator. Namun, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan
keperawatan.

71
Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya
(saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi
kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang
didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat
informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin) peralatan yang perlu
disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mem punyai
kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.

Langkah selanjutnya adalah implementasi sesuai dengan rencana dengan didahului


perawat menghubungi keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai kontrak.

Contoh rencana kegiatan

Sasaran : Keluarga Bapak An

Hari/Tanggal : Minggu 09 Maret 2013

Waktu : 60 menit (pukul 15.00-16.00 Wib)

Dx. Keperawatan : No. 1

Intervensi : No. 1,2, 3

Kunjungan ke : 5

Latar belakang

Lansia yang tinggal di rumah Bapak An adalah Ibu dari istrinya yang setiap hari pada siang
hari tinggal sendiri tanpa pengawas.

Keadaan lingkungan (lantai) terbuat dari keramik yang dapat membahayakan lansia terjatuh
bila lansia melakukan aktivitas (memenuhi kebutuhan personal hygiene) dari kamar mandi.
Peningkatan pengetahuan keluarga merupakan kebutuhan utama sebelum keluarga
menyikapi dan menyediakan sarana yang aman bagi lansia di rumah.

Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan diharapkan


keluarga meningkat pengetahuannya dengan tolak ukur :

72
1. Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan (lantai yang licin).
2. keluarga dapat menyebutkan akibat yang diserita lansia bila terjatuh.
3. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah lansia terjatuh akibat lantai yang licin.

Tahap dan Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga


Waktu

Pendahuluan # Mengucapkan salam kepada keluarga * Menjawab salam

(10 menit) # Mengingatkan kontrak yang telah * Memberi respon

disepakati

# Menanyakan kesiapan keluarga untuk * Menjawab tentang

kontrak saat ini. kesiapan.

# Menginformasikan tujuan yang hendak * Memperhatikan

dicapai saat ini.

Pelaksanaan # Menjelaskan tentang lingkungan rumah * Memperhatikan

(40 menit) yang sehat dan memenuhi syarat

kesehatan.

# Menjelaskan tentang lantai yang tidak * Memperhatikan

membahayakan lansia.

# Memberi kesempatan keluarga bertanya * Bertanya

terhadap penjelasan yang telah

dilakuan perawat dan menjawab

pertanyaan.

# Memberi penguatan terhadap respon * Memperhatikan

yang telah dilakukan keluarga.

# Menjelaskan tentang akibat yang terjadi * Memperhatikan

73
jika lansia terjatuh.

# Menjelaskan cara mencegah lansia * Memperhatikan

terjatuh akibat lantai yang licin.

# Memberi kesempatan keluarga bertanya * Bertanya

terhadap penjelasan yang telah

dilakukan perawat dan menjawab

pertanyaan.

# Memberi penguatan terhadap respon * Memperhatikan

yang telah dilakukan.

Penutup # Membuat kesimpulan dengan keluarga * Membuat kesimpulan

(10 menit) tentang materi pendidikan keshatan bersama keluarga

yang telah didiskusikan.

# Memberikan informasi cara dan tempat * Memperhatikan

memperoleh informasi lanjutan yang

berhubungan dengan materi pendidikan

kesehatan.

# Membuat kontrak yang akan datang * Mengungkapkan

(untuk kunjungan ke-6). tentang kontrak yang

akan datang dan

menyatakan

kesanggupan.

Materi

Sesuai tujuan yang diharapkan, yaitu:

74
1. Lingkungan (lantai) yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Bahaya lingkungan (lantai yang licin) bagi lansia.
3. Akibat yang diderita lansia bila terjatuh.
4. Cara mencegah lansia terjatuh akibat lantai yang licin.
Media

Sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan keluarga, agar diperoleh
efektivitas yang maksimal, yaitu:

1. Brosur (leaflet) yang dibuat sendiri oleh perawat


2. Buku tentang ....
3. Poster tentang ....
4. Rekaman audio (kaset) atau video tentang ....
5. dan sebagianya.
Hasil implementasi yang efektif dan efisien akan diperoleh secara maksimal
jika perawat membuat suatu rencana kegiatan yang terstruktur. Sehingga
kunjungan dapat terarah sesuai kontrak yang telah dibuat antara perawat dan keluarga.

Dalam tahap ini, perawat perlu merencanakan secara sistematis dan berurutan secara
bertingkat berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun. Sebelum implementasi
keperawatan, perawat perlu kontak terlebih dahulu dengan keluarga dan membuat
suatu rencana kegiatan yang bertujuan agar selama implementasi keperawatan sesuai
dengan waktu yang disepakati dan bahan yang diimplementasikan mempunyai efektivitas
tinggi.

Implementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri (anggota keluarga/ keluarga), perawat,
anggota tim perawatan (kesehatan), keluarga lain (extended), clan orang lain yang
masuk dalam jaringan kerja keperawatan keluarga.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk tingkat keberhasilannya. Bila hasil
evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan
melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan
kesediaan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan


pengertian :

75
- S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi perawatan.
- 0 adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
- A merupakan analisis perawat setelah rnengetahui respons subjektif dan objektif
keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga.
- P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Contoh format evaluasi formatif

Tanggal dan No. Dx Evaluasi


Waktu Kep.

16 Maret 1 S : Keluarga mengatakan bahwa masih ada materi minggu lalu


2013 yang tidak dipahami, yaitu ….

16.00 Wib O : Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang …….

Keluarga tidak dapat menjelaskan kembali tentang………

A : Implementasi yang dilaksanakan seminggu lalu dengan

metode ceramah dan media brosur, belum sepenuhnya

dimengerti oleh keluarga. Perlu metode dan media lain

yang efektif.

P : Berikan pendidikan kesehatan ulang sesuai kesepakatan

dengan keluarga.

Metode dengan demonstrasi.

Media ditambah dengan bahan yang sesuai dengan

kondisi keluarga.

76
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi
formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegaiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana
diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan.

Contoh format evaluasi sumatif

Tanggal dan No. Evaluasi


Waktu Dx
Kep.

16 Maret 2013 1 S : Keluarga mengatakan bahwa masih ada materi minggu

16.00 Wib lalu yang tidak dipahami, yaitu tentang…….

Keluarga mengatakan tidak mampu untuk menyerdiakan

sarana bagi lansia sesuai dengan saran perawat.

O : Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang …….

Keluarga tidak dapat menjelaskan kembali tentang………

Lansia yang ada di keluarga Bapak An belum

mengenakan sandal karet setiap hari selama di rumah.

A : Diagnosis keperawatan belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.

Rujuk ke LSM yang menyediakan dana bagi lansia.

Ajarkan keluarga membuat sandal karet dari ban bekas.

77
BAGIAN 8
PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH
( HOME CARE )

Tujuan pembelajaran :
Setelah Mengikuti perkuliah Home Care diharapkan Mahasiswa mampu :
1. Menjelasakan pengertian Home Care dari beberapa ahli
2. Menjelaskan Tujuan dari Home Care
3. Menjelaskan Standard dan Tanggung Jawab Keperawatan di Rumah (Home
Care)
4. Menjelaskan Hak-Hak Keluarga dalam Home Care

A. Latar Belakang
Perawat yang bekerja di berbagai area praktek dan dengan berbagai kelompok usia,
dalam melaksanakan tugasnya dapat menggunakan keluarga sebagai fokus intervensi.

78
Asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada masalah kesehatan dari setiap
anggota keluarga dan memperhatikan efek kedekatan antara anggota keluarga terhadap
kesehatan keluarga. Asuhan keperawatan yang berfokus pada kelompok merupakan suatu
filosofi dan dapat dilakukan di setiap area praktek. Namun, tempat tinggal keluarga adalah
tempat khusus untuk dilakukannya keperawatan yang berfokus pada keluarga.
Di masa lalu, perawat komunitas meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui
kunjungan ke rumah-rumah. Perawat komunitas bertugas untuk mencegah penyakit-
penyakit tertentu, cedera, kematian dini dan menurunkan tingkat penderitaan manusia.
Melalui kunjungan rumah, perawat-perawat komunitas memberikan kesempatan bagi
keluarga-keluarga untuk lebih menyadari akan resiko masalah kesehatan, mempelajari cara-
cara pencegahan dan cara menggunakan sumber daya yang ada untuk meningkatkan
kesehatan dan pencegahan utama. Selama kunjungan rumah, perawat-perawat komunitas
dapat mengkaji ancaman kesehatan yang tidak tampak saat keluarga datang ke dokter,
klinik, Puskesmas, atau pelayanan kesehatan yang lain.
Perawatan di rumah merupakan aspek keperawatan komunitas yang berkembang
paling pesat. Antara tahun 1988-1992, jumlah perawat yang melakukan perawatan di rumah
meningkat menjadi 50%. Pada awalnya, keperawatan komunitas dimulai dengan pelayanan
yang diberikan bagi orang-orang miskin di rumah mereka.
William Rathbone memulai program perawat yang berkunjung ke rumah (visiting
nurse) pada tahun 1859, setelah istrinya meninggal dan dirawat oleh seorang perawat di
rumahnya. Selanjutnya di akhir tahun 1800-an, Amerika Serikat mendirikan perkumpulan
perawat yang datang ke rumah karena tingginya imigrasi di Amerika yang menyebabkan
terjadinya penyakit-penyakit menular sampai dengan awal abad ke-19, perawatan bagi
orang sakit dan orang cacat di rumah-rumah mereka menjadi bentuk tradisional dari
pelayanan kesehatan bagi kebanyakan orang (Spiegel, 1987).
Di tahun 1940-an, rumah sakit mulai menunjukkan keberhasilannya pada perawatan
di rumah karena meningkatnya jumlah orang yang sakit kronis. Perkumpulan-
perkumpulan visiting nurse semakin menjamur di berbagai kota besar dan kecil, sampai
akhirnya di awal tahun 1980-an digunakan sistem Diagnostic – Related Groups (DRGs)
untuk menurunkan lama rawat inap dari seorang pasien. Pelayanan perawatan di rumah
selanjutnya dipandang bukan hanya sebagai cara yang terpilih untuk memberikan
perawatan pada klien, tetapi juga merupakan cara yang paling murah.
Berdasarkan pada perkembangan pelayanan keperawatan di rumah yang terjadi di
luar negeri, pada dasarnya kondisi masyarakat Indonesia sangat memungkinkan untuk
dilaksanakannya hal tersebut. Namun, untuk memulainya diperlukan kesiapan dari para
perawat komunitas.

79
B. Pengertian
Pelayanan keperawatan di rumah (Home Health care) merupakan interaksi yang
dilakukan di tempat tinggal keluarga, yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga dan anggotanya. Dari pengertian tersebut, bisa
diambil kesimpulan bahwa tenaga kesehatanlah yang bergerak, dalam hal ini mengunjungi
klien, bukan klien yang datang ke tenaga kesehatan. Hampir semua pelayanan kesehatan
dapat diberikan melalui keperawatan di rumah, kecuali dalam keadaan gawat darurat.
Diasumsikan bahwa klien dan keluarga yang tidak dalam kondisi gawat darurat, “cukup
sehat” untuk tetap tinggal di masyarakatnya dan melakukan perawatan sendiri setelah
ditinggal oleh perawat.

C. Tujuan
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif, serta mendorong
digunakannya pelayanan kesehatan
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota
keluarga dan keluarga, serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar anggota keluarga
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan
Tujuan tersebut digunakan untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah-masalahnya
yang oleh Simmons (1980) dikategorikan menjadi :
1. Sikap hidup dan sumber-sumber pelayanan kesehatan
2. Penyimpangan status kesehatan
3. Pola dan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan
4. Dinamika dan struktur keluarga.

D. Standard dan Tanggung Jawab Keperawatan di Rumah (Home Care )


Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah (The American Nurses
Association, 1986) :
1. Standar 1 : Organisasi pelayanan kesehatan di rumah
2. Standar 2 : Teori
3. Standar 3 : Pengumpulan data
4. Standar 4 : Diagnosis
5. Standar 5 : Perencanaan
6. Standar 6 : Intervensi

80
7. Standar 7 : Evaluasi
8. Standar 8 : Kesinambungan perawatan
9. Standar 9 : Kolaborasi interdisiplin
10. Standar 10 : Pengembangan profesional
11. Standar 11 : Riset
12. Standar 12 : Etik

Tanggung Jawab Perawat yang Melakukan Pelayanan Keperawatan di rumah (Home


Healt Care)
1. Pemberian pelayanan secara langsung
2. Dokumentasi
3. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
5. Advocacy

Lingkup Praktek keperawatan Mandiri


1. Lingkup praktik keperawatan mandiri mengacu pada standar asuhan keperawatan
yang mencakup :
a. Pengkajian keperawatan
b. Merumuskan diagnosis keperawatan
c. Menyusun tindakan keperawatan, baik tindakan mandiri keperawatan, atau
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Lingkup praktik keperawatan mandiri terkait dengan sifat intervensi yang mencakup :
a. Melakukan observasi
b. Memberikan pendidikan/penyuluhan kesehatan
c. Melakukan konseling
d. Melakukan tindakan keperawatan
e. Melakukan tindkaan atau terapi medik yang dilimpahkan kepada profesi
keperawatan (hasil kolaborasi).
Standar Kualifikasi Tenaga Keperawatan yang Dapat Memberikan Asuhan Keperawatan di
Rumah (Home Care)
1. Ners Generalis :
Bertugas mendidik dan memberikan asuhan langsung, mengelola sumber-
sumber untuk asuhan keperawatan, bekerja sama dengan disiplin yang lain, dan
menyelia tenaga pembantu keperawatan. Ners generalis yang dimaksud yakni

81
perawat dengan latar belakang pendidikan ners dan diploma III dengan pengalaman
klinik.
2. Ners spesialis :
Bertugas memberikan asuhan keperawatan langsung dengan ketrampilan
spesialistik, melakukan konseling, menyusun kebijakan terkait dengan keperawatan
dirumah, mengembangkan staf, menunjang atau mengembangkan sistem
keperawatan kesehatan di rumah, menerima konsultasi dari ners generalis dan
tenaga kesehatan lain terkait keperawatan di rumah.
3. Vocasional

E. Hak-Hak Klien dalam Pelayanan Keperawatan di Ruamah (Home Health Care)


1. Klien mempunyai hak untuk diberi informasi secara tertulis sebelum pengobatan
diberikan
2. Klien dan petugas mempunyai hak dan kewajiban untuk saling menghargai dan
menghormati
3. Petugas dilarang menerima pemberian pribadi maupun meminjam sesuatu dari klien
4. Klien mempunyai hak untuk :
a. Membina hubungan dengan petugas sesuai dengan standar etik
b. Memperoleh informasi tentang prosedur-prosedur yang harus diikuti
c. Mengekspresikan kesedihan dan ketakutannya
5. Klien mempunyai hak dalam pengambilan keputusan, dalam hal ini klien mempunyai
hak untuk diberi tahu secara tertulis tentang pengaturan, jenis pelayanan yang
diberikan, dan jumlah kunjungan rumah yang akan dilakukan
6. Klien mempunyai hak untuk memperoleh nasehat-nasehat tentang rencana-rencana
perubahan yang akan dilakukan
7. Mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam perencanaan pelayanan keperawatan,
perencanaan perubahan pelayanan serta nasehat-nasehat lainnya
8. Klien mempunyai hak untuk menolak rencana perubahan tersebut
9. Dalam hal “privacy”, klien mempunyai hak untuk dijaga kerahasiaan kondisi
kesehatannya, hal-hal yang berhubungan dengan sosial ekonomi, serta hal-hal yang
dilakukan di rumahnya
10. Perawat atau petugas hanya akan memberikan informasi bila diperlukan secara
hukum atau bila diperlukan oleh klien atau keluarganya
11. Dalam hal finansial, klien mempunyai hak untuk diberi informasi tentang biaya yang
harus dikeluarkan, memberikan informasi pembiayaan dengan jelas.

82
12. Klien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dengan kualitas yang tinggi,
serta berhak mendapat informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan emergensi.

83
BAGIAN 9
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi


Keperawatan
Jangka Jangka Pendek Kriteria Standar
Panjang
1 Gangguan Setelah 1. Setelah dilakukan
pemenuhan dilakukan pertemuan 1x45 menit,
kebutuhan nutrisi: pertemuan keluarga mampu
kurang dari sebanyak 4 mengenal masalah
kebutuhan kali kurang gizi.
tubuh pada kunjungan, Respon Keluarga menyebutkan Gizi 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
Keluarga Bapak Y. keluarga a. Menyebutkan verbal yaitu zat-zat yang ada di keluarga mengenai pengertian gizi.
khususnya anak mampu definisi Gizi. dalam makanan yang 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
A. berhubungan memenuhi diperlukan tubuh untuk keluarga mengenai pengertian gizi yang benar.
dengan kebutuhan kelangsungan 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian
Ketidakmampuan nutrisi anak kehidupannya. gizi dengan menggunakan media flip chart.
Keluarga A yang 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
merawat anggota ditandai tentang materi yang disampaikan
keluarga yang dengan 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
mengalami kurang peningkatan dimengerti
gizi BB. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

b. Menyebutkan Respon Keluarga menyebutkan 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
definisi kurang gizi. verbal Kurang gizi adalah suatu keluarga mengenai pengertian kurang gizi.
keadaan dimana tubuh tidak 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
mendapatkan zat-zat tubuh keluarga mengenai pengertian kurang gizi yang benar.
tertentu dari makanan. 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian
kurang gizi dengan menggunakan media flip chart dan
leflate.
4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan.
5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum

84
dimengerti.
6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan.
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

c. Menyebutkan Respon Anggota keluarga mampu 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
tanda dan gejala verbal menyebutkan 4 dari 5 tanda keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi.
masalah kurang dan gejala kurang gizi, yaitu: 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
gizi. a. Badan kurus. keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi.
b. Rambut tipis dan mudah 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan
dicabut. gejala kurang gizi dengan menggunakan media flip chart
4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
c. Lemah dan pucat.
tentang materi yang disampaikan
d. Kulit kering dan kusam. 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
e. Kaki, tangan, dan sekitar dimengerti
mata benmgkak. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

d. Menyebutkan Respon Anggota keluarga mampu 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab verbal menyebutkan 3 dari 4 keluarga mengenai penyebab kurang gizi.
timbulnya penyebab kurang gizi, yaitu: 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
masalah kurang 1. Makanan yang masuk ke keluarga mengenai penyebab kurang gizi yang benar.
gizi. dalam tubuh kurang dari 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab
kebutuhan tubuh. timbulnya kurang gizi dengan menggunakan media flip
2. Makanan yang masuk ke chart
dalam tubuh tidak 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
seimbang. tentang materi yang disampaikan
c. 3. Makan tidak teratur. 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
d. 4. Adanya penyakit dimengerti
tertentu. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

Keluarga mengatakan anak


e. Mengidentifikasi Respon 1. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga

85
anggota keluarga verbal D mengalami kurang gizi yang mempunyai tanda dan gejala tubuh kekurangan
yang mengalami dengan menyebutkan tanda gizi.
kurang gizi. dan gejala tubuh yang 2. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
kekurangan zat gizi. dikemukan keluarga yang tepat dan benar.

2. Setelah dilakukan
pertemuan ke 1
sebanyak 1x40 menit,
keluarga mampu
mengambil keputusan
dalam merawat
anggota keluarga yang 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
mengalami kurang gizi. Respon Anggota keluarga mampu keluarga mengenai akibat kurang gizi.
verbal menyebutkan 2 dari 3 akibat 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
a. Menyebutkan kurang gizi, yaitu: keluarga mengenai akibat kurang gizi.
akibat kurang gizi. 1. Gangguanpertumbuhan 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai kurang gizi
2. Mudah terserang dengan menggunakan media flip chart
penyakit 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan
3. Menurunkan daya
5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
pikir/kecerdasan.
dimengerti
6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya


Respon Keluarga memutuskan untuk masalah kurang gizi sesuai dengan materi yang telah
afektif merawat anak D yang diberikan.
b. Mengambilan mengalami kurang gizi. 2. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota
keputusan untuk keluarga yang mengalami kurang gizi
mengatasi anggota 3. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
keluarga yang
mengalami kurang
gizi.

1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui

86
Respon Keluarga menyebutkan keluarga mengenai triguna makanan.
verbal komponen Triguna makanan 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
beserta 2 contohnya : keluarga mengenai triguna makanan yang benar.
1. zat tenaga, sebagai 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai triguna
sumber tenaga untuk makanan dengan menggunakan media flip chart.
beraktivitas dan sumber 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
makanan pokok tentang materi yang disampaikan.
(karbohidrat) seperti, 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
nasi, roti, gula, dimengerti.
singkong, ubi, dll. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
2. Zat pembangun, dijelaskan.
sebagai pupuk untuk 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
proses berpikir, terdapat
dalam lauk pauk
(protein dan lemak),
seperti ikan, telur,
tempe, daging, susu,
dll.
3. Setelah dilakukan 3. zat pengatur, sebagai
pertemuan ke 2 pengatur lalu lintas
sebanyak 1x40 menit, (polisi) makanan,
keluarga mampu terdapat dalam buah
merawat anggota dan sayur (vitamin dan
keluarga yang mineral) seperti, wortel,
mengalami kurang gizi. jeruk, nanas, bayam,
kangkung, dll.
a. menyebutkan
triguna makanan.

1. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang


Respon Anggota keluarga mampu dilakukan untuk meningkatkan berat badan anak D.
verbal menyebutkan 3 dari 4 cara 2. Diskusikan cara mengatasi kurang gizi atau cara untuk
Respon mengatasi kurang gizi, yaitu: meningkatkan berat badan anak D.
psikomotor a. makan makanan yang 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
seimbang (triguna mengatasi kurang gizi atau cara untuk meningkatkan
makanan). berat badan anak D dengan menggunakan media flip

87
b. Makanan sesuai dengan chart.
b. menyebutkan cara kebutuhan balita (1200 4. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi
mengatasi masalah kkal). yang telah disampaikan.
kurang gizi. c. Makan yang teratur. 5. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
d. Menggunakan prinsip dicapai oleh keluarga.
penyajian makanan.
1. Dorong keluarga untuk menceritakan bagaimana
Anggota keluarga mampu memilih bahan makanan.
Respon menyebutkan 3 dari 4 cara 2. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
c. menyebutkan cara psikomotor memilih makanan, yaitu: memilih bahan makanan dengan menggunakan media
memilih makanan. a. harganya terjangkau. flip chart.
b. Nila gizinya baik atau 3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi
seimbang. yang telah disampaikan.
c. Masih segar, tidak layu, 4. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
tidak berbau busuk. dicapai oleh keluarga.
d. Mudah didapat.

1. Dorong keluarga untuk menceritakan cara mengolah


makanan.
Anggota keluarga mampu 2. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
Respon menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah makanan dengan menggunakan media flip
d. menyebutkan cara verbal dan mengolah makanan, yaitu: chart.
mengolah makanan. psikomotor. a. sayuran dan buah 3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi
dicuci di air yang yang telah disampaikan.
mengalir terlebih dahulu 4. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
baru dipotong-potong. dicapai oleh keluarga.
b. Sayuran dimasak
jangan terlalu lama.
c. Alat-alat masak dan
makan dicuci bersih.
d. Cuci tangan
sebelum masak dan
makan. 1. Demonstrasikan cara mengolah makanan kepada
keluarga.
Mahasiswa dan keluarga 2. Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan mengolah
Respon mengolah makanan yang makanan bersama mahasiswa.
e. mendemonstrasikan psikomotor sederhana, yaitu memasak 3. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
cara mengolah sayur bayam. Caranya mengenai materi yang diberikan
makanan. sebagai berikut: Sayuran 4. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan secara

88
dicuci di air mengalir mandiri.
kemudian dipotong-potong 5. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
dan dimasukkan saat air
mendidih. Sebelumnya
masukkan terlebih dahulu
bawang merah, bawang
putih, cabai, garam, dan
secukupnya. dan diangkat
saat sayuran tidak menjadi
layu.

4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 3
sebanyak 1x40 menit, 1. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara
keluarga mampu menyajikan makanan.
memodifikasi 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
lingkungan untuk Anggota keluarga mampu keluarga yang benar.
merawat. menyebutkan 3 dari 4 cara 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
Respon menyajikan makanan, yaitu: menyajikan makanan dengan menggunakan media flip
a. menyebutkan cara verbal a. jenis makanan bervariasi chart.
penyajian Respon setiap harinya. 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
makanan. afektif b. Mengkombinasikan jenis tentang materi yang disampaikan.
makanan hewani dan 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
nabati. dimengerti.
c. Perhatikan jadwal menu 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
makanan. dijelaskan.
d. Jumlah makanan sesuai 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
dengan kebutuhan.

1. Diskusikan bersama keluarga bagaimana


cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Anggota keluarga mampu 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
menyebutkan 4 dari keluarga yang benar.
5 prinsip cara mengatasi 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
Respon anak yang tidak bersedia mengatasi anak yang tidak bersedia makan dengan
verbal makan, yaitu: menggunakan media flip chart.
b. menyebutkan cara Respon a. jangan dipaksa tapi, ikuti 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya

89
mengatasi anak afektif keinginan anak tentang materi yang disampaikan.
yang tidak bersedia misalnya, sambil 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
makan. bermain. dimengerti.
b. Beri makan sesuai 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
selera anak dan tidak dijelaskan.
membosankan. 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
c. Jangan memberi
makanan yang manis
sebelum makan.
d. Sajikan makanan dalam
bentuk menarik. 1. Diskusikan bersama keluarga tentang modifikasi
e. Berikan makanan dalam lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita.
porsi kecil tapi, sering. 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar.
Anggota keluarga mampu 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi
menyebutkan 3 dari 4 lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita
lingkungan yang dengan menggunakan media flip chart.
Respon mendukung untuk 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
verbal dan meningkatkan status gizi mengenai materi yang dibahas
c. Memodifikasi afektif. balita, yaitu: 5. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
lingkungan yang f. makan bersama anggota dibahas
mendukung untuk keluarga yang lain. 6. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
meningkatkan status g. Menggunakan alat makan
gizi balita. yang menarik.
h. Makan sambil bercerita. 1. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
i. Jenis makanan bervariasi kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
dan menarik. 2. Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan
yang dapat dikunjungi
3. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui


keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
5. Setelah dilakukan 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
pertemuan 4, selama keluarga mengenai manfaat tersebut
1x40 menit keluarga 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai manfaat
mampu menggunakan Keluarga dapat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dengan
fasilitas kesehatan yang menyebutkan fasilitas menggunakan media flip chart

90
ada untuk meningkatkan kesehatan yang dapat 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
gizi balita. Respon dikunjungi: tentang materi yang disampaikan
verbal - Puskesmas 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
a. Menyebutkan - Rumah sakit dimengerti
fasilitas pelayanan - Klinik dokter 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
kesehatan yang dijelaskan
terdapat disekitar 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
lingkungan tempat Keluarga dapat
tinggal terkait menyebutkan manfaat 1. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
dengan kunjungan: kesehatan.
peningkatan status a. Mendapatkan 2. berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk
gizi balita. pemeriksaan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
kesehatan
anak.
b. Mendapatkan
penyuluhan
atau
pendidikan
Respon kesehatan.
verbal

b. Menjelaskan
manfaat
mengunjungi
fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai
jadwal.
Respon
afektif

c. Mengunjungi Keluarga rutin mengunjungi


fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan untuk
kesehatan pemeriksaan kesehatan
anak .

91
PENUTUP

Dengan demikian, kami mencapai akhir dari modul ini tentang keperawatan
keluarga. Selama perjalanan ini, kami telah memperdalam pemahaman tentang
pentingnya peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
mempromosikan kesehatan, dan mengatasi tantangan kesehatan yang kompleks.

Melalui pembahasan kami tentang pendekatan berbasis keluarga, kami berharap


telah memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana keluarga dapat
menjadi mitra yang kuat dalam perawatan kesehatan. Dengan melibatkan keluarga
dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan, kita dapat mencapai hasil yang
lebih baik, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, dan memaksimalkan
kesejahteraan pasien.

Sementara kita mengakhiri modul ini, kami mengundang Anda untuk terus
mengeksplorasi dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan Anda dalam
bidang keperawatan keluarga. Ini bukanlah akhir dari perjalanan Anda, tetapi hanya
awal dari komitmen yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan
masyarakat secara keseluruhan.

Kami berterima kasih kepada semua yang telah berkontribusi pada pembuatan
modul ini, serta kepada Anda, pembaca, yang telah meluangkan waktu untuk belajar
dan memperdalam pemahaman Anda tentang keperawatan keluarga. Semoga
modul ini menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang berharga dalam praktek
Anda sebagai profesional perawat.

Terima kasih atas dedikasi dan semangat Anda dalam meningkatkan kualitas
perawatan kesehatan keluarga. Mari kita terus bekerja sama untuk membangun
masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera, satu keluarga pada satu waktu.

92
DAFTAR PUSTAKA

1. Wright, Lorraine M., et al. "Nurses and families: A guide to family assessment
and intervention." F.A. Davis Company, 2020.

2. Kaakinen, JoAnne R., et al. "Family health care nursing: Theory, practice, and
research." FA Davis, 2020.

3. Friedman, Marilyn M., et al. "Family nursing: Research, theory, and practice."
Pearson, 2020.

4. Denham, Sharon A., et al. "Family-centered nursing care of children." FA


Davis, 2020.

5. Hanson, Sheila, and Pamela M. Clarke. "Family health care nursing: Theory,
practice, and research." FA Davis, 2020.

6. Hockenberry, Marilyn J., et al. "Wong's Nursing Care of Infants and Children."
Elsevier Health Sciences, 2020.

7. Leahey, Maureen, and Sharon P. Nelson. "Family nursing as relational


inquiry: Developing health-promoting practice." FA Davis, 2020.

8. Bell, Janice M., and Pat M. Saba. "Family-focused nursing care." FA Davis,
2020.

9. Scharlach, Andrew E., and Nancy R. Hooyman. "Aging families and


caregiving." John Wiley & Sons, 2020.

10. Friedman, Marilyn M., et al. "Family health: A framework for nursing." Jones &
Bartlett Learning, 2020.

93

Anda mungkin juga menyukai