Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Mengidentifikasi Kesulitan Belajar.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga paper tentang Mengidentifikasi Kesulitan
Belajar ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
C. IDENTITAS SISWA....................................................................................................19
2. Identifikasi kasus.......................................................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................26
PENUTUP................................................................................................................................26
A. Kesimpulan...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar
2. Mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar
1
3.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
a. Mencari atau menghitung angka nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan
mengoprasikan formula yang telah dipelajari (jumlah nilai atau nilai berbobot
keseluruhan dibagi dengan jumlah anggota/populasi kelas).
b. Kemudian menandai murid yang angka nilai prestasinya berada di bawah rata-
rata prestasi kelasnya.
c. Apabila akan diberikan prioritas layanan bimbingan, harus dibuat ranking
(menghitung angka selisih atau deviasi nilai prestasi individual dengan angka
nilai rata-rata prestasi kelasnya).
Dengar cara demikian akan didapatkan sejumlah murid kasus yang diduga
mengalami kesulitan belajar,karena mempunyai prestasi jauh dibawah rata-rata
prestasi kelasnya.penilaian acuan norma hanya dapat menunjukkan kasus-kasus murid
yang diduga mengalami kesulitan belajar dibandingkan dengan prestasi kelompoknya.
Sedangkan tingkat pencapaian penguasaan (materi) dari suatu mata pelajaran sukar
diketahui, karena mungkin saja pada situasi tententu nilai prestasi seluruh murid dan
kelompok yang bersangkutan ada dibawah angka lulus. Seperti yang telah dijelaskan
diatas, kasus kesulitan belajar dapat dideteksi dari catatan observasi atau laporan
proses kegiatan belajar. Diantara catatan proses belajar itu adalah:
a. Catatan cepat lambat (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugas).
b. Catatan kehadiran (presensi) dan ketidak hadiran (absensi).
c. Catatan partisipasi dan kontribusi dalam pemecahan masalah.
d. Catatan kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi,1994).
Pada umum nya setiap guru sangat memperhatikan pencatatan kehadiran atau
ketidakhadiran dari muridnya. Frekuensi ketidak hadiran ini pun merupakan indicator
berharga untuk menandai murid yang diduga mengalami kesulitan belajar, dengan
membuat ranking mulai dari yang paling banyak angka ketidak hadirannya, maka
guru lebih mudah menentukan siapa-siapa murid yang dapat dijadikan kasus.
Kemungkinan relevansi frekuensi ketidakhadiran ini akan Nampak dengan kualifikasi
prestasinya (kalau hal ini diperhitungkan dalam pemberian angka nilai).
Secara visual interrelasi di antara murid dalam kelompok hipotetik ini dapat
digambarkan lebih lanjut dengan memperhatikan arah anak panah pilihan itu sebagai berikut :
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
Dari table dan gambar di atas, Nampak bahwa terdapat satu orang murid
7
terisolir, dalam pengertian tidak mempunyai teman dekat, dengan kata lain murid
nomor 6 tidak begitu disenangi oleh teman-temannya. Sudah barang tentu satu murid
inilah yang sebaiknya dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.
Adakalanya murid yang menjadi kasus kesulitan belajar berdasarkan analisis
prestasi belajar, juga menjadi kasus di dalam hasil analisis terhadap catatan proses
belajarnya. Jika itu terjadi, secara logis dapat dipahami murid terdapat kesulitan di
dalam melaksanakan proses belajar, maka hasil belajar kurang memadai meski tidak
selalu benar. Mungkin seorang murid dilihat dari segi angka nilai prestasinya tinggi,
tetapi ia merupakan murid yang terisolir dikelasnya. Untuk menetapkan prioritas,
sebaliknya kedua hasil analisis (hasil dan proses) dipadukan
8
B. MASALAH KESULITAN BELAJAR
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah
STKIP PGRI
Ngawi
Vol.13 No. 1(2013) p1 – p8 Pendidikan
9
PENDAHULUAN matematika pada setiap pokok bahasan
Sekolah Dasar merupakan pondasi dalam pembelajaran.
yang sangat bermanfaat dalam memasuki Berdasarkan uraian di atas ternyata
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. ada permasalahan yaitu rendahnya
Matematika sebagai salah satu mata kualitas pemahaman konsep-konsep pada
pelajaran yang diberikan mulai jenjang bilangan pecahan terutama pada operasi
sekolah dasar harus pula memperkuat hitung. Di sini peneliti merasa penting
pondasi itu. Pembelajaran matematika untuk meneliti dan mendiagnosis
tidak pernah terlepas dengan operasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
hitung baik operasi penjumlahan, kelas V pada pokok bahasan Bilangan
pengurangan, perkalian maupun Pecahan.
pembagian. Pusat Pengembangan PEMBAHASAN
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Konsep Dasar Diagnosis Kesulitan
Penelitian dan Pengembangan Belajar
(Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa Pengertian Diagnosis
pecahan merupakan salah satu topik yang Menurut Thorndike dan Hagen
sulit untuk diajarkan. Data di lapangan yang dikutip oleh Abin Syamsudin
juga menunjukkan masih banyak siswa Makmun (2007 : 307) diagnosis dapat
yang salah dalam mengerjakan soal-soal diartikan sebagai (1) upaya atau proses
pada pokok bahasan pecahan. menemukan kelemahan atau penyakit apa
Kesulitan yang dialami siswa, yang dialami seseorang dengan melalui
memungkinkan siswa melakukan pengujian dan studi yang sesama
kesalahan dalam menyelesaikan soal mengenai gejala-gejalanya, (2) studi yang
seksama terhadap fakta sesuatu hal untuk
10
menemukan karakteristik atau kesalahan- dilakukan siswa adalah kesalahan dalam penggunaan
kesalahan dan sebagainya yang bahasa matematika dengan bahasa sehari-hari,
esensial, kemampuan dalam keruangan, kemampuan dalam
(3) keputusan yang dicapai penguasaan prasyarat, kesalahan dalam penguasaan
setelah dilakukan studi yang teori, dan
seksama atas gejala- gejala atau
fakta tentang suatu hal. Kesulitan
Belajar Matematika Kesulitan
belajar dalam mata pelajaran
matematika memiliki corak
dan karakteristik tersendiri
apabila dibandingkan dengan
kesulitan belajar dalam mata
pelajaran yang lain. Menurut Wood
(2007 : 68) bahwa beberapa
karakteristik kesulitan siswa
dalam belajar matematika adalah :
(1) kesulitan membedakan angka,
simbol-simbol, serta bangun ruang,
(2) tidak sanggup
mengingat dalil-dalil matematika,
(3) menulis angka tidak terbaca atau
dalam ukuran kecil, (4) tidak
memahami simbol-simbol
matematika, (5) lemahnya
kemampuan berpikir abstrak,
(6) lemahnya kemampuan
metakognisi (lemahnya kemampuan
mengidentifikasi serta
memanfaatkan algoritma dalam
memecahkan soal-soal
matematika). Sedangkan menurut
Radatz kesalahan yang sering
11
kesalahan dalam dalam Makmum Abin Syamsudin
penerapan aturan yang menggariskan tahapan-tahapan diagnosis
relevan (Hendrik Radatz, (the level of diagnosis) itu sebagai berikut
1979:163). :
Diagnosis Kesulitan Belajar 5.How can errors be prevented?
Berdasarkan pengertian diagnostikBagaimana kelemahan itu dapat
dan pengertian kesulitan dicegah?
belajar seperti terurai di 4.What remedies are suggested?
depan maka pengertian Penyembuhan-pentembuhan apakah
diagnosis kesulitan yang disarankan?
belajar dapat dirangkum 3.Why are the errors occur?
dari kedua pengertian
tersebut. Jadi definisi
dari diagnosis kesulitan
belajar adalah suatu
proses upaya untuk
memahami jenis dan
karakteristik serta latar
belakang kesulitan-
kesulitan belajar dengan
menghimpun dan
mempergunakan
berbagai data / informasi
selengkap dan seobyektif
mungkin sehingga untuk
mengambil kesimpulan
dan keputusan serta
mencari alternatif
kemungkinan
pemecahannya.
Prosedur Diagnosis Kesulitan
Belajar
Ross dan Stanley
12
Mengapa kelemahan-kelemahan itu Akan tetapi apabila kenyataannya masih
terjadi? jauh dari harapan maka diperlukan
2.Where are the errors located? langkah-langkah untuk mengatasi
Di manakah kelemahan-kelemahan kekurangan tersebut. Salah satu langkah
itu dapat dialokasikan? yang diperlukan tersebut adalah dengan
1. How are the pupils having diagnosis kesulitan belajar matematika.
trouble? Pada dasarnya kegiatan diagnosis
Siapa-siapa siswa yang mengalami adalah merupakan proses upaya
gangguan? memahami jenis dan karakteristiknya
Bilangan Pecahan beserta dengan latar belakang kesulitan-
Pengertian Bilangan Pecahan kesulitan belajar dengan menghimpun
Bilangan pecahan adalah bilangan dan menggunakan berbagai data atau
rasional yang dinyatakan dalam bentuk X informasi selengkap dan seobyektif
= 𝑎, dengan a bilangan bulat dan b mungkin sehingga memungkinkan untuk
𝑏
mengambil kesimpulan, keputusan serta
bilangan asli, bila-mana a tidak habis
mencari alternatif kemungkinan jalan
dibagi b. A dinamakan pembilang dan b
pemecahan kesulitan tersebut.
dinamakan penyebut. (Tampomas, 2003 :
Siswa usia anak SD kelas V
54).
dalam memahami pembelajaran
2. Suatu pecahan dapat dinyatakan dalam
𝑎
bentuk matematika masih sangat perlu
𝑏 dengan b ≠ 0, a disebut
dibutuhkan suatu alat peraga yang dapat
pembilang dan b disebut penyebut.
mengantarkan pemahaman anak pada
Operasi Hitung Utama Pada
konsep yang dituju. Alat peraga tersebut
Himpunan Bilangan
dapat meenjadi jembatan bagi anak, yang
Operasi hitung pada himpunan bilangan
untuk selanjutnya anak dapat memahami
disebut operasi hitung.
secara abstrak dari konsep-konsep
1)Penjumlahan
matematika yang ada.
2)Pengurangan
Hal yang juga turut berperan
3)Perkalian
dalam kegiatan diagnosis kesulitan
4)Pembagian
belajar adalah kurikulum matematika SD
KERANGKA BERPIKIR
yang nantinya diterjemahkan ke dalam
Prestasi belajar matematika yang
silabus dan rencana pembelajaran yang
tinggi merupakan harapan semua pihak.
13
merupakan pedoman pelaksanaan proses Subyek penelitian
pembelajaran sekaligus pengambilan Seluruh siswa kelas V SDN Pojoksari I
sumber materi dengan evaluasinya. Kecamatan Sukomoro, Kabupaten
Mengapa sampai harus Magetan.
dilaksanakan diagnosis kesulitan belajar Teknik Pengumpulan
matematika? Hal ini dilakukan tentunya Data Tes
dikarenakan adanya sesuatu yang kurang Tes dalam penelitian ini memuat soal
dalam proses pembelajaran terutama uraian tentang materi pecahan. Bentuk
setelah diadakan evaluasi. Dengan adanya soal uraian dipilih untuk mengumpulkan
evaluasi setiap akhir pembahasan pokok data mengenai kesalahan siswa karena
bahasan matematika tentunya akan dapat dalam menjawab soal uraian, siswa
memberikan masukan, pada materi apa dituntut untuk menguraikan langkah-
siswa sudah menguasai dan pada materi langkah ataupun proses yang dilakukan
apa siswa belum menguasai. untuk menyelesaikan soal tersebut.
Dari evaluasi ini pula dapat Dalam menyelesaikan soal uraian siswa
ditentukan mengapa siswa tidak dapat bebas memilih cara yang merupakan
menguasai atau memahami konsepnya. perwujudan dari aktivitas kognisi siswa
Dari hasil evaluasi inilah kita akan untuk berpikir dan menggunakan
mengetahui sejauh mana siswa kemampuan yang telah diketahui untuk
mengalami kesulitan belajar, dan dari menyelesaikan soal. Dari hasil pekerjaan
evaluasi ini pula dapat dilakukan langkah siswa dapat terlihat jelas kesalahan-
dignosis akan kesulitan belajar siswa. kesalahan yang mungkin dilakukan oleh
Kesalahan dalam pengerjaan soal dapat siswa dalam mengerjakan soal.
didiagnosis menurut jenis-jenis Wawancara
kesalahannya yang menjadikan informasi Wawancara yang digunakan dalam
tersebut menjadi sangat berarti. penelitian ini adalah jenis wawancara
METODOLOGI PENELITIAN mendalam dengan ciri-ciri sebagai
Tempat dan Subyek Penelitian berikut :
Lokasi penelitian 1. Melibatkan individual
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 2. Bertatap muka dan menggunakan
V SDN pojoksari I Kecamatan bahasa verbal
Sukomoro, Kabupaten Magetan. Langkah-langkah diagnosis
14
Langkah pertama yang dilakukan kemudian menentukan kesulitan atau
adalah mengidetifikasi siswa yang kekurangan yang diduga menjadi
diperkirakan mengalami kesulitan belajar. penyebab kesalahan siswa dalam
Adapun langkah-langkah menjawab soal.
mengidentifikasi siswa yang mengalami Teknik analisis yang digunakan
kesulitan belajar adalah sebagai berikut : dalam penelitian ini adalah teknik
1. Menandai siswa dalam satu kelas interaktif yaitu suatu teknik analisis data
atau dalam kelompok yang kualitatif yang terdiri dari tiga alur
diperkirakan mengalami kesulitan kegiatan yaitu reduksi data, penyajian
belajar pada pokok bahasan pecahan. data dan penarikan kesimpulan/verifikasi
2. Menganalisis hasil ulangan dengan yang terjadi secara bersamaan. (Sukardi,
melihat sifat kesalahan yang dibuat. 2006 : 72).
3. Melekukan observasi pada siswa HASIL PENELITIAN
saat kegiatan proses belajar Deskripsi Hasil Penelitian
mengajar yaitu mengamati tingkah Penelitian yang dilakukan ini
laku siswa dalam mengerjakan menggunakan 4 langkah dalam desain
tugas-tugas tertentu yang diberikan kerjanya yaitu (1) tahap persiapan
di dalam kelas. pelaksanaan tes, (2) tahap pelaksanaan
4. Mendapatkan kesan atau pendapat tes, (3) tahap analisis dan wawancara dan
dari guru lain terutama wali kelas (4) tahap kesimpulan.
dan guru pembimbing. Dugaan Penyebab Kesalahan
Langkah berikutnya adalah menandai Dari beberapa jawaban yang didapatkan
dan melokalisasi letak kesulitan belajar ternyata beberapa siswa yang tidak
siswa. Setelah dilokalisasi kesulitan mengerjakan seperti yang diharapkan, hal
belajar, kemudian menentukan jenis dan ini dimungkinkan bahwa siswa tersebut
karakteristik kesulitan belajar dan faktor memang sepenuhnya tidak mengerti dan
penyebab kesulitan belajar. memahami konsep. Namun ada juga yang
Analisa data dimungkinkan karena konsep prasyarat
Analisa data dilakukan untuk yang dimiliki kurang.
menentukan materi mana yang belum Kemungkinan kesulitan atau
dikuasai siswa, mengidentifikasi jenis kekurangan yang diduga menjadi
kesalahan yang dilakukan siswa, penyebab kesalahan adalah :
15
1. Kesalahan yang dialami siswa dalam kannya seperti pada operasi
mengerjakan operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan.
bilangan pecahan adalah sebagai berikut : 4) Salah ,menyederhanakan pecahan
a. Penjumlahan dan pengurangan pada hasil akhir.
bilangan pecahan 5) Tidak teliti dalam menentukan hasil
1) Menjumlah atau mengurangi akhir pada operasi perkalian.
pembilang dengan pembilang dan c. Pembagian bilangan pecahan
penyebut dengan penyebut. 1) Bilangan yang dibagi dibalik (yang
2) Salah dalam mengubah bilangan dibalik seharusnya bilangan
pecahan campuran menjadi pecahan pembagi)
biasa dan salah mengubah bilangan 2) Pada pembagian bilangan pecahan
pecahan biasa menjadi pecahan biasa, langsung membagi pembilang
campuran. dengan pembilang dan penyebut
3) Penyebut sudah disamakan tetapi dengan penyebut atau penyebutnya
pembilang belum disesuaikan. tetap.
4) Salah dalam menentukan KPK 3) Pada pembagian bilangan pecahan
(kelipatan persekutuan terkecil) campuran, lansung membagi bagian
untuk menyamakan penyebutnya. bulat dengan bagian bulat dan bagian
5) Salah dalam menyederhanakan pecahan dengan bagian pecahan
bilangan pecahan pada hasil akhir. (pembilang dengan pembilang dan
6) Tidak teliti dalam menjumlah. penyebut dengan penyebut atau
b. Perkalian bilangan pecahan penyebutnya dibuat tetap) kemudian
1) dilakukan adalah mengalikan bagian hasilnya dijumlahkan.
bulat dengan bagian bulat dan 4) Salah dalam mengubah bilanga
mengalikan bagian pecahan dengan pecahan campuran menjadi bilangan
bagian pecahan. pecahan biasa kebudian baru
2) Salah mengubah bilangan pecahan melakukan operasi pembagian.
biasa menjadi bilangan pecahan 5) Tidak teliti dalam perhitungan hasil
campuran dan sebaliknya kemudian akhir.
baru mengalikannya. d. Operasi hitung campuran
3) Menyamakan penyebutnya terlebih 1) Salah dalam urutan pengoperasian
dahulu baru kemudian mengali- yaitu mengurutkan pengerjaan dari
16
depan (seharusnya memperhatikan 4. Kurang memahami konsep
sifat operasi, mana yang lebih kuat). prasyarat
2) Salah mengubah bilangan pecahan 5. Salah dalam komputasi atau
campuran menjadi bilangan pecahan perhitungan
biasa . Saran
3) Apabila bilangan pecahan campuran, 1. Hendaknya guru dapat memaksimalkan
mengoperasikan bagian bulat dengan kegiatan proses belajar mengajar, yaitu
bagian bulat dan bagian pecahan tidak hanya mengajar target kurikulum
dengan bagian pecahan. terselesaikan, tetapi juga memperhatikan
4) Disamakan penyebutnya tanpa tingkat penguasaan siswanya terhadap
memperhatikan operasi yang materi yang dimaksud. Sebaiknya setiap
dikerjakan (seperti pada operasi akhir tatap muka selalu dilakukan tes dan
penjumlahan dan pengurangan). juga diberikan pekerjaan rumeh yang
Tidak teliti dalam perhitungannya untuk selalu diperiksa oleh guru sekaligus
mendapatkan hasil akhir. meminta untuk menjelaskan setiap
a. Belum memahami konsep langkah yang mana yang belum dikuasai
b. Menggunakan proses yang keliru siswa agar dapat melakukan bimbingan
c. Ceroboh dalam memahami maksud secara intensif. Satu hal lagi yang perlu
soal diperhatikan adalah menggunakan buku
d. Kurang memahami konsep prasyarat sumber yang tidak asing. Bagi siswa
e. Salah dalam komputasi atau hendaknya bersikap aktif menerima buku
perhitungan sumber selain yang diberikan guru.
SIMPULAN DAN SARAN 2. Hendaknya pada saat selesai mengerjakan
Simpulan materi, guru memberikan tugas berkaitan
Beradasarkan hasil penelitian dengan yang dijelaskan tadi. Untuk
dan pembahasan dapat kesalahan pemahaman konsep atau
disimpulkan: Kesalahan siswa dalam istilah, guru dapat mengajarkan konsep
nenyelesaikan soal cerita disebabkan dengan cara menekankan definisi dan
oleh: sifat-sifat yang dapat diturunkan dari
1. Belum memahami konsep definisi, menekankan contoh-contoh dan
2. Menggunakan proses yang keliru alasannya, membandingkan dan
3. Ceroboh dalam memahami mempertentangkan obyek yang tidak
maksud soal
17
sesuai dengan konsep, dan memberikan
contoh lawan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Surakarta:
Sebelas Maret University
Press.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Makmum Syamsudin Abin. 2007.
Psikologi Pendidikan
Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. Bandung: Rosdakarya.
Radatz Hendrik. 1979. Error Analysis in
Mathematics Education.
Journal for Research in
Mathematics Education: Vol.
10, No .3 (May, 1979). Pp.
163-172.
18
Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-
Naturalistik Dalam
Pendidikan. Yokyakarta:
Usaha Keluarga.
Wood, D. 2007. Kiat Mengatasi
Gangguan Belajar.
diterjemahkan ole Ivan
Taniputera. Jogjakarta:
Katahati.
Wiwik Sustiwiriani. 2007. Diagnosis
Kesulitan Belajar Matematika
Pada Pokok Bahasan
Bilangan Bulat Pada Siswa
Kelas V Sekolah Dasar Di
Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunungkidul:
Tesis Uiversitas Sebelas
Maret.
19
C. IDENTITAS SISWA
22
Empat pendekatan pembelajaran matematika yang telah dikemukakan yang
memiliki implikasi bagi anak kesulitan belajar matematika. Empat macam pendekatan
tersebut dapat digunakan secara gabungan untuk membantu anak-anak kesulitan
belajar matematika.
1. Guru harus menyadari tahap perkembangan siswa. Anak-anak berkesulitan
belajar matematika memerlukan banyak pengalaman dengan belajar prabilangan
sebagai landasan belajar matematika.
2. Anak berkesulitan belajar matematika memerlukan pendekatan belajar tuntas
tentang berbagai konsep melalui pembelajaran langsung yang terstruktur dan
terancang secara sistematis. Proses analisis tugas, menetapkan tujuan khuus, dan
merancang urutan pembelajaran adalah esensial. Di samping itu, alokasi waktu
yang cukup untuk mempelajari tiap langkah urutan juga merupakan bagian yang
perlu diperhatikan oleh guu.
3. Pendekatan strategi belajar telah terbukti efektif dalam membantu anak
berkesulitan belajar matematika. Siswa harus didorong untuk bertanya kepada
diri sendiri tentang sebagai pertanyaan agar secara kognitif mereka memproses
informasi sebagai strategi pemecahan masalah, dan mengembangkan
pendekatan mereka sendiri dalam belajar dan berpikir tentang matematika.
4. Bagi sebagian besar anak berkesulitan belajar, pemecahan masalah merupakan
bagian yang paling sulit dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu,
bimbingan dan latihan yang cukup sangat diperlukan untuk belajar
mengkombinasikan berpikir dan berbahasa dengan keterampilan menghitung
dan konsep-konsep yang diperlukan dalam pemecahan masalah matematika.
Menurut Lerner (1981 : 357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar matematika, yaitu (1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2)
abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-motorik, (4) perseverasi, (5) kesulitan
mengenal dan memahami symbol, (6) gangguan pengkhayatan tubuh, (7) kesulitan
dalam bahasa dan membaca, dan (8) performance IQ lebih rendah daripada sekor
verbsl IQ.
Berikut ini dikemukakan tiga jenis asasmen informal, (1) metide inventori, (2)
tes buatan guru yang didasarkan atas kurikulum, dan (3) analisis kekeliruan siswa.
1) Inventori
23
Suatu tes informal dalam bentuk inventori dapat dibuat oleh guru untuk mengukur
keterampilan anak dalam bidang studi matematika secara cepat. Begitu ditemukan
adanya kesulitan, suatu tes diagnotik yang lebih ekstensif dapat diberikan kepada
anak. Pada Gambar 13.1 di halaman 267 dikemukakan suatu inventori untuk
mengetahui keterampilan aritmetika yang dikembangkan oleh Lerner (1988: 445);
sedangkan pada Gambar 13.2 di halaman 268 disajikan suatu tes penempatan
untuk program pembelajaran langsung yang dikembangkan oleh Lovitt (1989: 269
-297) untuk anak-anak TK dan kelas satu SD.
2) Asesmen yang Didasarkan atas Kurikulum
Prosedur informal asasmen yang didasarkan atas kurikulum merupakan suatu cara yang
bermanfaat untuk mengukur kemajuan belajar matematika. Asesmen yang
didasarkan atas kurikulum terkait langsung dengan yang diajarkan oleh guru di
kelas.
Zigmond et al. (Lerner, 1988:444) merekomendasikan adanya 12 langkah strategi
as amen yang didasarkan atas kurikulum bidang studi matematika yang dapat
membimbing para guru dari keputusan melakukan asasmen ke rancangan
pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah :
(1) Memutuskan apa yang akan diukur;
(2) Memilih atau mengembangkan suatu hierarki keterampilan;
(3) Memutuskan di mana memulai;
(4) Memilih atau mengembangkan instrument;
(5) Melaksanakan tes;
(6) Mengadministrasikan tes;
(7) Mencatat kekeliruan dan gaya kinerja;
(8) Menganalisis temuan dan meringkaskan hasil;
(9) Memperkirakan alasan kekeliruan dan menentukan bidang yang akan
diperiksa;
(10) Memeriksa;
(11) Melengkapi catatan dan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran khusus.
3) Menganalisi Kekeliruan Siswa
Guru yang mengajar anak berkesulitan belajar matematika hendaknya mampu
menditeksi berbagai tipe kekeliruan siswa seperti yang telah dikemukakan. Dengan
demikian, pembelajaran dapat diarahkan pada perbaikan kekeliruan-kekeliruan
24
tersebut. Guru harus memeriksa pekerjaan siswa dan meminta siswa menjelaskan
bagaimana ia sampai pada penggunaan pemecahan masalah seperti itu. Guru juga
perlu melakukan observasi terhadap cara yang digunakan oleh siswa dan melakukan
perbaikan terhadap kekeliruan tersebut.
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan; Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang
intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”.
Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer
tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan
belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan
ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi
pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem
dyscalculia tersebut. Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, dengan memberikan
kalkulator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan
problemdyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi
lebih kepada menghitung angka-angka tersebut. Selanjutnya, ada satu bentuk
pemecahan masalah kesulitan belajar yang disebut dengan bimbingan belajar.
Menurut Sudrajat bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajarnya (Sudrajat.2000).
2. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson memberikan beberapa pendekatan
dalam buku yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan
layanan bimbingan belajar, yakni :
1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara
bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar
membutuhkan layanan bimbingan.
2. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat
25
dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan
belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-
situasi informal lainnya.
3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah
penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti
tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta
diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar
yang dihadapi siswa.
4. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosia (Abin Syamsuddin. 2003)
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun banyak masalah yang mempengaruhi kemampuan untuk memahami,
dan mencapai keberhasilan dalam pelajaran matematika, siswa harus melakukan
analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan
keputusan. Dalam memecahkan masalah matematika siswa harus menguasai cara
mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan komputasi dalam
berbagai situasi baru yang berbeda-beda.
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses belajarnya, oleh karena itu masalah-masalah belajar
harus diselesaikan sedini mungkin. Guru / konselor juga memiliki peran yang penting
dalam membantu siswa dalam mengentaskan masalah belajarnya, hendak nya guru
dapat memberikan pencerahan kepada siswa, serta mendorong dan membela
terwujudkannya hak dan kepentingan serta kewajiban peserta didik dan cara yang
tepat sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal.
27
DAFTAR PUSTAKA
Idris, R. (2017). Mengatasi kesulitan belajar dengan pendekatan psikologi kognitif. Lentera
Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , 12(2), 152-172
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Yogyakarta : Nuha Litera
Untari, E. (2013). Diagnosis Ksulitan Belajar Pkok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi, 13(01).
28