Anda di halaman 1dari 31

MENGIDENTIFIKASI KASUS KESULITAN BELAJAR

Dosen Pengampu : Aprilia Setyowati, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :

Difta Ratna Setianingsih 1600001014


Raharjehanning Widhi Gustomi 1600001037
Muhamad Ihsan Fauzi Sujana 1600001047
Dayu Dhisparina 1600001054
Suci Rahayu 1600001058

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Mengidentifikasi Kesulitan Belajar.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga paper tentang Mengidentifikasi Kesulitan
Belajar ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, Maret 2018

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. IDENTIFIKASI MURID YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR................3

B. MASALAH KESULITAN BELAJAR...........................................................................9

C. IDENTITAS SISWA....................................................................................................19

D. KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA.................................................................19

E. MENGATASI KESULITAN BELAJAR.....................................................................24

1. Kiat Mengatasi Anak dengan Dyscalculia................................................................24

2. Identifikasi kasus.......................................................................................................24

BAB III.....................................................................................................................................26

PENUTUP................................................................................................................................26

A. Kesimpulan...................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang


dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar, proses belajar merupakan
aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Aktifitas belajar bagi setiap individu,
tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, kadang-kadang lancar, kadang-
kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang tinggi, tetapi terkadang juga
sulit mengadakan konsentrasi. Keadaan murid tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya disebut “kesulitan belajar”.
Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu
mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama mempelajari juga
tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang
mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu lama. Sebaliknya,
jika bahan belajar mudah dan siswa berkemampuan tinggi maka proses belajar
memakan waktu singkat. Aktivitas belajar tersebut dapat diketahui oleh guru dari
perlakuan siswa terhadap bahan belajar.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak
yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui
masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan label kepada anak mereka
sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal.Seharusnya siswa yang mengalami
kesulitan belajar tersebut dibantu mengentaskan masalahnya agar dapat berkembang
secara optimal.
Dalam menanggapi kasus seperti ini, kita bermaksud untuk mengubah hal-hal
yang kurang baik dalam pembelajaran, mengerti apa saja yang menjadi masalah untuk
anak dalam belajar serta menanggulangi masalah-masalah belajar tersebut dan juga
menumbuhkan rasa senang bagi anak didik untuk selalu giat belajar.

B. Tujuan
1. Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar
2. Mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar

1
3.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI MURID YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR

Tujuan identifikasi dalam kasus ini adalah menemukan murid yang


diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam mengidentifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar, yaitu :
1. Menandai murid dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar yang baik yang sifatnya umum maupun khusus dalam
mata pelajaran (bidang studi), misalnya pelajaran IPS,IPA,Bahasa dan sebagainya.
Cara yang dilakukan adalah membandingkan posisi atau kedudukan murid dalam
kelompoknya atau dengan kriteria tingkat penguasaan yang telah ditetapkan
sebelumnya (Penilaian Acuan Patokan) untuk suatu mata pelajaran atau bahan
tertentu.
2. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain :
a. Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam record academic. Kemudian
dibandingkan dengan nilairata-rata kelas dengan criteria peningkatan penguasaan
minimal kompetensi yang dituntut.
b. Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
c. Melakukan observasi pada saat murid dalam proses belajar mengajar:
1) Mengamati tingkah laku dan kebiasaan murid dalam mengikuti satu
pelajaran tertentu.
2) Mengamati tingkah laku murid dalam mengerjakan tugas0tugas tertentu
yang diberikan di dalam kelas.
3) Berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar murid di rumah melalui
check list atau melalui kunjungan rumah.
4) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas, guru
pembimbing daln lain-lain (Entang, 1991).
Menurut Abin Syamsudin, dalam mengidentifikasi murid yang mengalami kesulitan
belajar dapat dilakukan dengan menghimpun, menanalisis dan menafsirkan data hasil
belajar dapat dipergunakan alternatife acuan penilaian yaitu :
1. Penilaian Acusn Patokan ( Criterion Referenced Evalution)
2. Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evalution )
3
Ad 1. Penilaian Acuan Patokan ( Criterion Referenced Evalution)
Menafsirkan data hasil belajar dengan Penilaian Acusn Patokan, dapat
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menetapkan angka nilai kualifikasi minimal yang dapat diterima (misalnya 6,7
dan seterusnya) sebagai batas lulus (Passing Grade) atau jumlah kesalahan
minimal yang masih dapat dimaafkan dalam suatu penilaian.
b. Kemudian membandingkan angka nilai (prestasi) dari setiap murid dengan nilai
batas lulus tersebut dan mencatat murid yang posisi angka nilai batas lulus
tersebut. Secara teoritis murid yang angka nilai atau prestasinya berada dibawah
batas lulus sudah dapat diduga sebagai murid yang mengalami kesulitan belajar.
c. Menghimpun semua murid yang mempunyai angka nilai atau prestasi di bawah
angka minimal nilai batas lulus tersebut. Kesemuanya mungkin akan merupakan
sebagian (mayoritas), seimbang, sebagian kecil (minoritas) dibandingkan
dengan keseluruhan populasi kelompoknya.
d. kalau akan memberikan prioritas layanan kepada mereka yang diduga
mengalami kesulitan paling berat atau yang paling banyak membuat kesalahan,
sebaiknya membuat ranking dengan menyisihkan angka nilai setiap murid yang
mengalami kasus dengan angka nilai batas lulus (passing grade) sehingga akan
diperoleh angka selisih (deviasi) nya dan menyusun daftar kasus tersebut mulai
dengan murid yang angka selisihnya paling besar.
Dengan cara demikian, akan ditemukan individu-individu murid sebagai kasus,
kalau ternyata hanya sebagian kecil dari populasi kelas, serta dapat pula ditemukan
murid yang perlu mendapat prioritas. Di samping itu akan ditemukan pula
kelompok murid tertentu sebagai kasus, kalau ternyata mayoritas dari populasi kelas
tersebut nilai prestasinya di bawah angka nilai batas lulus.

Ad 2. Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation)


Penelitian Acuam Norma tepat dipergunakan, apabila angka nilai batas prestasi
rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap angka nilai murid bersifat
individual. Adapun teknik pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

4
a. Mencari atau menghitung angka nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan
mengoprasikan formula yang telah dipelajari (jumlah nilai atau nilai berbobot
keseluruhan dibagi dengan jumlah anggota/populasi kelas).
b. Kemudian menandai murid yang angka nilai prestasinya berada di bawah rata-
rata prestasi kelasnya.
c. Apabila akan diberikan prioritas layanan bimbingan, harus dibuat ranking
(menghitung angka selisih atau deviasi nilai prestasi individual dengan angka
nilai rata-rata prestasi kelasnya).

Dengar cara demikian akan didapatkan sejumlah murid kasus yang diduga
mengalami kesulitan belajar,karena mempunyai prestasi jauh dibawah rata-rata
prestasi kelasnya.penilaian acuan norma hanya dapat menunjukkan kasus-kasus murid
yang diduga mengalami kesulitan belajar dibandingkan dengan prestasi kelompoknya.
Sedangkan tingkat pencapaian penguasaan (materi) dari suatu mata pelajaran sukar
diketahui, karena mungkin saja pada situasi tententu nilai prestasi seluruh murid dan
kelompok yang bersangkutan ada dibawah angka lulus. Seperti yang telah dijelaskan
diatas, kasus kesulitan belajar dapat dideteksi dari catatan observasi atau laporan
proses kegiatan belajar. Diantara catatan proses belajar itu adalah:
a. Catatan cepat lambat (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugas).
b. Catatan kehadiran (presensi) dan ketidak hadiran (absensi).
c. Catatan partisipasi dan kontribusi dalam pemecahan masalah.
d. Catatan kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi,1994).

Ad (a) catatan cepat lambat (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugas)


Dalam lembaga pendidikan tertentu,untuk bidang studi tertentu dan oleh guru
tertentu telah mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang secara efektif digunakan
oleh muridnya dalam memecahkan soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam
koonteks kelas, biasanya waktu dialokasikan untuk tiap bidang studi dan tiap jam
pelajaran tertentu (40-45 menit)
Dalam konsteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari atau
minggu tertentu,dengan menerapkan ancer-ancer batas waktu akhir. Catatan ini sangat
berharga sehingga dapat menggambarkan siapa murid yang selalu lebih cepat atau
selalu terlambat (tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan), disamping
5
murid yang selalu tepat pada waktunya.
Dengan membandingkan deviasi (berapa lama terlambat) dan frekuensi murid
secara kelompok atau dengan jalan membuat rangking, mulai dari mereka yang paling
lambat atau yang paling sering terlambat dalam penyelesaian soal-soal atau tugas-
tugas akan mempermudah bagi guru untuk menemukan kasus-kasus murid yang
diduga mengalami kesulitan belajar melalui keterlambatan tersebut.

Ad (b) Catatan kehadiran (presensi) danketidakhadiran (absensi)

Pada umum nya setiap guru sangat memperhatikan pencatatan kehadiran atau
ketidakhadiran dari muridnya. Frekuensi ketidak hadiran ini pun merupakan indicator
berharga untuk menandai murid yang diduga mengalami kesulitan belajar, dengan
membuat ranking mulai dari yang paling banyak angka ketidak hadirannya, maka
guru lebih mudah menentukan siapa-siapa murid yang dapat dijadikan kasus.
Kemungkinan relevansi frekuensi ketidakhadiran ini akan Nampak dengan kualifikasi
prestasinya (kalau hal ini diperhitungkan dalam pemberian angka nilai).

Ad (c) Catatan partisipasi dan kontribusi dalam pemecahan masalah

Dalam bidang studi tertentu yang mengutamakan penguasaan keterampilan


berkomunikasi dan berintergrasi social dalam pengembangan pikiran,
menyanggah, menjawab dengan argument tertentu, maka catatan pertisipasi ini
sangat berharga. Guru akan memperoleh gambaran seberapa banyak aktifitas,
kontribusi serta partisipasi murid dalam kelompoknya (kelas) dengan menghitung
frekuensi pembicaraan dan segala kualifikasinya. Dengan memperhatikan angka-
angka frekuensi tersebut, guru dapat menandai siapa murid Yang aktif dan pasif.
Prosedurnya dapat dilakukan sama seperti untuk point 2 (dua) diatas.

Ad (d) Catatan kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya


Dalam bidang studi tertentu, juga kepada murid kadang-kadang dituntut suatu
kerjasama dengan kelompoknya. Salah satu kondisi yang perlu ada untuk bekerjasama
dalam konteks kelompok ini ialah saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai di antara sesame anggotanya dan juga dengan pimpinannya. Oleh karna
itu catatan atau gambaran tentang kondisis sosiogram amat penting, di mana murid
6
yang satu memilih, dipilih dan tidak dipilih oleh murid yang lain. Dari daftar
frekuensi pilihan atau sosiogram, guru dapat mengetahui siapa aja yang paling
disenangi dan siapa pula yang paling terisolir.
Sebagai ilustrasi, dapat dilihat dalam daftar table di bawah ini, yaitu kelompok yang
terdiri dari 10 orang di mana tiap orang memilih dua teman yang paling disenangi.
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH
1 - X X 2
2 - X X 2
3 X X - 2
4 - X 2
5 X - X 2
6 X - X 2
7 X X - 2
8 X X - 2
9 X X - 2
10 X - 2
JUMLAH 2 5 2 2 2 - 2 1 2 1 20

Secara visual interrelasi di antara murid dalam kelompok hipotetik ini dapat
digambarkan lebih lanjut dengan memperhatikan arah anak panah pilihan itu sebagai berikut :

1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10

Dari table dan gambar di atas, Nampak bahwa terdapat satu orang murid

7
terisolir, dalam pengertian tidak mempunyai teman dekat, dengan kata lain murid
nomor 6 tidak begitu disenangi oleh teman-temannya. Sudah barang tentu satu murid
inilah yang sebaiknya dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.
Adakalanya murid yang menjadi kasus kesulitan belajar berdasarkan analisis
prestasi belajar, juga menjadi kasus di dalam hasil analisis terhadap catatan proses
belajarnya. Jika itu terjadi, secara logis dapat dipahami murid terdapat kesulitan di
dalam melaksanakan proses belajar, maka hasil belajar kurang memadai meski tidak
selalu benar. Mungkin seorang murid dilihat dari segi angka nilai prestasinya tinggi,
tetapi ia merupakan murid yang terisolir dikelasnya. Untuk menetapkan prioritas,
sebaliknya kedua hasil analisis (hasil dan proses) dipadukan

8
B. MASALAH KESULITAN BELAJAR

Media Prestasi
Jurnal Ilmiah
STKIP PGRI
Ngawi
Vol.13 No. 1(2013) p1 – p8 Pendidikan

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR POKOK BAHASAN


PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Oleh: Erny Untari Dosen STKIP PGRI Ngawi

Abstarksi: Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab


kesulitan belajar siswa dalam menyesaikan soal pecahan dalam berbagai
macam operasi hitung. Penelitian dilaksanakan di SDN Pojoksari 1,
Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan, dan subyek penelitiannya adalah
seluruh siswa kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini
penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan
wawancara. Teknik analiasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik interaktif.

Kata Kunci : Diagnosis, Kesulitan Matematika, Pecahan

9
PENDAHULUAN matematika pada setiap pokok bahasan
Sekolah Dasar merupakan pondasi dalam pembelajaran.
yang sangat bermanfaat dalam memasuki Berdasarkan uraian di atas ternyata
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. ada permasalahan yaitu rendahnya
Matematika sebagai salah satu mata kualitas pemahaman konsep-konsep pada
pelajaran yang diberikan mulai jenjang bilangan pecahan terutama pada operasi
sekolah dasar harus pula memperkuat hitung. Di sini peneliti merasa penting
pondasi itu. Pembelajaran matematika untuk meneliti dan mendiagnosis
tidak pernah terlepas dengan operasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
hitung baik operasi penjumlahan, kelas V pada pokok bahasan Bilangan
pengurangan, perkalian maupun Pecahan.
pembagian. Pusat Pengembangan PEMBAHASAN
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Konsep Dasar Diagnosis Kesulitan
Penelitian dan Pengembangan Belajar
(Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa Pengertian Diagnosis
pecahan merupakan salah satu topik yang Menurut Thorndike dan Hagen
sulit untuk diajarkan. Data di lapangan yang dikutip oleh Abin Syamsudin
juga menunjukkan masih banyak siswa Makmun (2007 : 307) diagnosis dapat
yang salah dalam mengerjakan soal-soal diartikan sebagai (1) upaya atau proses
pada pokok bahasan pecahan. menemukan kelemahan atau penyakit apa
Kesulitan yang dialami siswa, yang dialami seseorang dengan melalui
memungkinkan siswa melakukan pengujian dan studi yang sesama
kesalahan dalam menyelesaikan soal mengenai gejala-gejalanya, (2) studi yang
seksama terhadap fakta sesuatu hal untuk

10
menemukan karakteristik atau kesalahan- dilakukan siswa adalah kesalahan dalam penggunaan
kesalahan dan sebagainya yang bahasa matematika dengan bahasa sehari-hari,
esensial, kemampuan dalam keruangan, kemampuan dalam
(3) keputusan yang dicapai penguasaan prasyarat, kesalahan dalam penguasaan
setelah dilakukan studi yang teori, dan
seksama atas gejala- gejala atau
fakta tentang suatu hal. Kesulitan
Belajar Matematika Kesulitan
belajar dalam mata pelajaran
matematika memiliki corak
dan karakteristik tersendiri
apabila dibandingkan dengan
kesulitan belajar dalam mata
pelajaran yang lain. Menurut Wood
(2007 : 68) bahwa beberapa
karakteristik kesulitan siswa
dalam belajar matematika adalah :
(1) kesulitan membedakan angka,
simbol-simbol, serta bangun ruang,
(2) tidak sanggup
mengingat dalil-dalil matematika,
(3) menulis angka tidak terbaca atau
dalam ukuran kecil, (4) tidak
memahami simbol-simbol
matematika, (5) lemahnya
kemampuan berpikir abstrak,
(6) lemahnya kemampuan
metakognisi (lemahnya kemampuan
mengidentifikasi serta
memanfaatkan algoritma dalam
memecahkan soal-soal
matematika). Sedangkan menurut
Radatz kesalahan yang sering

11
kesalahan dalam dalam Makmum Abin Syamsudin
penerapan aturan yang menggariskan tahapan-tahapan diagnosis
relevan (Hendrik Radatz, (the level of diagnosis) itu sebagai berikut
1979:163). :
Diagnosis Kesulitan Belajar 5.How can errors be prevented?
Berdasarkan pengertian diagnostikBagaimana kelemahan itu dapat
dan pengertian kesulitan dicegah?
belajar seperti terurai di 4.What remedies are suggested?
depan maka pengertian Penyembuhan-pentembuhan apakah
diagnosis kesulitan yang disarankan?
belajar dapat dirangkum 3.Why are the errors occur?
dari kedua pengertian
tersebut. Jadi definisi
dari diagnosis kesulitan
belajar adalah suatu
proses upaya untuk
memahami jenis dan
karakteristik serta latar
belakang kesulitan-
kesulitan belajar dengan
menghimpun dan
mempergunakan
berbagai data / informasi
selengkap dan seobyektif
mungkin sehingga untuk
mengambil kesimpulan
dan keputusan serta
mencari alternatif
kemungkinan
pemecahannya.
Prosedur Diagnosis Kesulitan
Belajar
Ross dan Stanley

12
Mengapa kelemahan-kelemahan itu Akan tetapi apabila kenyataannya masih
terjadi? jauh dari harapan maka diperlukan
2.Where are the errors located? langkah-langkah untuk mengatasi
Di manakah kelemahan-kelemahan kekurangan tersebut. Salah satu langkah
itu dapat dialokasikan? yang diperlukan tersebut adalah dengan
1. How are the pupils having diagnosis kesulitan belajar matematika.
trouble? Pada dasarnya kegiatan diagnosis
Siapa-siapa siswa yang mengalami adalah merupakan proses upaya
gangguan? memahami jenis dan karakteristiknya
Bilangan Pecahan beserta dengan latar belakang kesulitan-
Pengertian Bilangan Pecahan kesulitan belajar dengan menghimpun
Bilangan pecahan adalah bilangan dan menggunakan berbagai data atau
rasional yang dinyatakan dalam bentuk X informasi selengkap dan seobyektif
= 𝑎, dengan a bilangan bulat dan b mungkin sehingga memungkinkan untuk
𝑏
mengambil kesimpulan, keputusan serta
bilangan asli, bila-mana a tidak habis
mencari alternatif kemungkinan jalan
dibagi b. A dinamakan pembilang dan b
pemecahan kesulitan tersebut.
dinamakan penyebut. (Tampomas, 2003 :
Siswa usia anak SD kelas V
54).
dalam memahami pembelajaran
2. Suatu pecahan dapat dinyatakan dalam
𝑎
bentuk matematika masih sangat perlu
𝑏 dengan b ≠ 0, a disebut
dibutuhkan suatu alat peraga yang dapat
pembilang dan b disebut penyebut.
mengantarkan pemahaman anak pada
Operasi Hitung Utama Pada
konsep yang dituju. Alat peraga tersebut
Himpunan Bilangan
dapat meenjadi jembatan bagi anak, yang
Operasi hitung pada himpunan bilangan
untuk selanjutnya anak dapat memahami
disebut operasi hitung.
secara abstrak dari konsep-konsep
1)Penjumlahan
matematika yang ada.
2)Pengurangan
Hal yang juga turut berperan
3)Perkalian
dalam kegiatan diagnosis kesulitan
4)Pembagian
belajar adalah kurikulum matematika SD
KERANGKA BERPIKIR
yang nantinya diterjemahkan ke dalam
Prestasi belajar matematika yang
silabus dan rencana pembelajaran yang
tinggi merupakan harapan semua pihak.
13
merupakan pedoman pelaksanaan proses Subyek penelitian
pembelajaran sekaligus pengambilan Seluruh siswa kelas V SDN Pojoksari I
sumber materi dengan evaluasinya. Kecamatan Sukomoro, Kabupaten
Mengapa sampai harus Magetan.
dilaksanakan diagnosis kesulitan belajar Teknik Pengumpulan
matematika? Hal ini dilakukan tentunya Data Tes
dikarenakan adanya sesuatu yang kurang Tes dalam penelitian ini memuat soal
dalam proses pembelajaran terutama uraian tentang materi pecahan. Bentuk
setelah diadakan evaluasi. Dengan adanya soal uraian dipilih untuk mengumpulkan
evaluasi setiap akhir pembahasan pokok data mengenai kesalahan siswa karena
bahasan matematika tentunya akan dapat dalam menjawab soal uraian, siswa
memberikan masukan, pada materi apa dituntut untuk menguraikan langkah-
siswa sudah menguasai dan pada materi langkah ataupun proses yang dilakukan
apa siswa belum menguasai. untuk menyelesaikan soal tersebut.
Dari evaluasi ini pula dapat Dalam menyelesaikan soal uraian siswa
ditentukan mengapa siswa tidak dapat bebas memilih cara yang merupakan
menguasai atau memahami konsepnya. perwujudan dari aktivitas kognisi siswa
Dari hasil evaluasi inilah kita akan untuk berpikir dan menggunakan
mengetahui sejauh mana siswa kemampuan yang telah diketahui untuk
mengalami kesulitan belajar, dan dari menyelesaikan soal. Dari hasil pekerjaan
evaluasi ini pula dapat dilakukan langkah siswa dapat terlihat jelas kesalahan-
dignosis akan kesulitan belajar siswa. kesalahan yang mungkin dilakukan oleh
Kesalahan dalam pengerjaan soal dapat siswa dalam mengerjakan soal.
didiagnosis menurut jenis-jenis Wawancara
kesalahannya yang menjadikan informasi Wawancara yang digunakan dalam
tersebut menjadi sangat berarti. penelitian ini adalah jenis wawancara
METODOLOGI PENELITIAN mendalam dengan ciri-ciri sebagai
Tempat dan Subyek Penelitian berikut :
Lokasi penelitian 1. Melibatkan individual
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 2. Bertatap muka dan menggunakan
V SDN pojoksari I Kecamatan bahasa verbal
Sukomoro, Kabupaten Magetan. Langkah-langkah diagnosis

14
Langkah pertama yang dilakukan kemudian menentukan kesulitan atau
adalah mengidetifikasi siswa yang kekurangan yang diduga menjadi
diperkirakan mengalami kesulitan belajar. penyebab kesalahan siswa dalam
Adapun langkah-langkah menjawab soal.
mengidentifikasi siswa yang mengalami Teknik analisis yang digunakan
kesulitan belajar adalah sebagai berikut : dalam penelitian ini adalah teknik
1. Menandai siswa dalam satu kelas interaktif yaitu suatu teknik analisis data
atau dalam kelompok yang kualitatif yang terdiri dari tiga alur
diperkirakan mengalami kesulitan kegiatan yaitu reduksi data, penyajian
belajar pada pokok bahasan pecahan. data dan penarikan kesimpulan/verifikasi
2. Menganalisis hasil ulangan dengan yang terjadi secara bersamaan. (Sukardi,
melihat sifat kesalahan yang dibuat. 2006 : 72).
3. Melekukan observasi pada siswa HASIL PENELITIAN
saat kegiatan proses belajar Deskripsi Hasil Penelitian
mengajar yaitu mengamati tingkah Penelitian yang dilakukan ini
laku siswa dalam mengerjakan menggunakan 4 langkah dalam desain
tugas-tugas tertentu yang diberikan kerjanya yaitu (1) tahap persiapan
di dalam kelas. pelaksanaan tes, (2) tahap pelaksanaan
4. Mendapatkan kesan atau pendapat tes, (3) tahap analisis dan wawancara dan
dari guru lain terutama wali kelas (4) tahap kesimpulan.
dan guru pembimbing. Dugaan Penyebab Kesalahan
Langkah berikutnya adalah menandai Dari beberapa jawaban yang didapatkan
dan melokalisasi letak kesulitan belajar ternyata beberapa siswa yang tidak
siswa. Setelah dilokalisasi kesulitan mengerjakan seperti yang diharapkan, hal
belajar, kemudian menentukan jenis dan ini dimungkinkan bahwa siswa tersebut
karakteristik kesulitan belajar dan faktor memang sepenuhnya tidak mengerti dan
penyebab kesulitan belajar. memahami konsep. Namun ada juga yang
Analisa data dimungkinkan karena konsep prasyarat
Analisa data dilakukan untuk yang dimiliki kurang.
menentukan materi mana yang belum Kemungkinan kesulitan atau
dikuasai siswa, mengidentifikasi jenis kekurangan yang diduga menjadi
kesalahan yang dilakukan siswa, penyebab kesalahan adalah :

15
1. Kesalahan yang dialami siswa dalam kannya seperti pada operasi
mengerjakan operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan.
bilangan pecahan adalah sebagai berikut : 4) Salah ,menyederhanakan pecahan
a. Penjumlahan dan pengurangan pada hasil akhir.
bilangan pecahan 5) Tidak teliti dalam menentukan hasil
1) Menjumlah atau mengurangi akhir pada operasi perkalian.
pembilang dengan pembilang dan c. Pembagian bilangan pecahan
penyebut dengan penyebut. 1) Bilangan yang dibagi dibalik (yang
2) Salah dalam mengubah bilangan dibalik seharusnya bilangan
pecahan campuran menjadi pecahan pembagi)
biasa dan salah mengubah bilangan 2) Pada pembagian bilangan pecahan
pecahan biasa menjadi pecahan biasa, langsung membagi pembilang
campuran. dengan pembilang dan penyebut
3) Penyebut sudah disamakan tetapi dengan penyebut atau penyebutnya
pembilang belum disesuaikan. tetap.
4) Salah dalam menentukan KPK 3) Pada pembagian bilangan pecahan
(kelipatan persekutuan terkecil) campuran, lansung membagi bagian
untuk menyamakan penyebutnya. bulat dengan bagian bulat dan bagian
5) Salah dalam menyederhanakan pecahan dengan bagian pecahan
bilangan pecahan pada hasil akhir. (pembilang dengan pembilang dan
6) Tidak teliti dalam menjumlah. penyebut dengan penyebut atau
b. Perkalian bilangan pecahan penyebutnya dibuat tetap) kemudian
1) dilakukan adalah mengalikan bagian hasilnya dijumlahkan.
bulat dengan bagian bulat dan 4) Salah dalam mengubah bilanga
mengalikan bagian pecahan dengan pecahan campuran menjadi bilangan
bagian pecahan. pecahan biasa kebudian baru
2) Salah mengubah bilangan pecahan melakukan operasi pembagian.
biasa menjadi bilangan pecahan 5) Tidak teliti dalam perhitungan hasil
campuran dan sebaliknya kemudian akhir.
baru mengalikannya. d. Operasi hitung campuran
3) Menyamakan penyebutnya terlebih 1) Salah dalam urutan pengoperasian
dahulu baru kemudian mengali- yaitu mengurutkan pengerjaan dari

16
depan (seharusnya memperhatikan 4. Kurang memahami konsep
sifat operasi, mana yang lebih kuat). prasyarat
2) Salah mengubah bilangan pecahan 5. Salah dalam komputasi atau
campuran menjadi bilangan pecahan perhitungan
biasa . Saran
3) Apabila bilangan pecahan campuran, 1. Hendaknya guru dapat memaksimalkan
mengoperasikan bagian bulat dengan kegiatan proses belajar mengajar, yaitu
bagian bulat dan bagian pecahan tidak hanya mengajar target kurikulum
dengan bagian pecahan. terselesaikan, tetapi juga memperhatikan
4) Disamakan penyebutnya tanpa tingkat penguasaan siswanya terhadap
memperhatikan operasi yang materi yang dimaksud. Sebaiknya setiap
dikerjakan (seperti pada operasi akhir tatap muka selalu dilakukan tes dan
penjumlahan dan pengurangan). juga diberikan pekerjaan rumeh yang
Tidak teliti dalam perhitungannya untuk selalu diperiksa oleh guru sekaligus
mendapatkan hasil akhir. meminta untuk menjelaskan setiap
a. Belum memahami konsep langkah yang mana yang belum dikuasai
b. Menggunakan proses yang keliru siswa agar dapat melakukan bimbingan
c. Ceroboh dalam memahami maksud secara intensif. Satu hal lagi yang perlu
soal diperhatikan adalah menggunakan buku
d. Kurang memahami konsep prasyarat sumber yang tidak asing. Bagi siswa
e. Salah dalam komputasi atau hendaknya bersikap aktif menerima buku
perhitungan sumber selain yang diberikan guru.
SIMPULAN DAN SARAN 2. Hendaknya pada saat selesai mengerjakan
Simpulan materi, guru memberikan tugas berkaitan
Beradasarkan hasil penelitian dengan yang dijelaskan tadi. Untuk
dan pembahasan dapat kesalahan pemahaman konsep atau
disimpulkan: Kesalahan siswa dalam istilah, guru dapat mengajarkan konsep
nenyelesaikan soal cerita disebabkan dengan cara menekankan definisi dan
oleh: sifat-sifat yang dapat diturunkan dari
1. Belum memahami konsep definisi, menekankan contoh-contoh dan
2. Menggunakan proses yang keliru alasannya, membandingkan dan
3. Ceroboh dalam memahami mempertentangkan obyek yang tidak
maksud soal

17
sesuai dengan konsep, dan memberikan
contoh lawan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Surakarta:
Sebelas Maret University
Press.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Makmum Syamsudin Abin. 2007.
Psikologi Pendidikan
Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. Bandung: Rosdakarya.
Radatz Hendrik. 1979. Error Analysis in
Mathematics Education.
Journal for Research in
Mathematics Education: Vol.
10, No .3 (May, 1979). Pp.
163-172.

18
Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-
Naturalistik Dalam
Pendidikan. Yokyakarta:
Usaha Keluarga.
Wood, D. 2007. Kiat Mengatasi
Gangguan Belajar.
diterjemahkan ole Ivan
Taniputera. Jogjakarta:
Katahati.
Wiwik Sustiwiriani. 2007. Diagnosis
Kesulitan Belajar Matematika
Pada Pokok Bahasan
Bilangan Bulat Pada Siswa
Kelas V Sekolah Dasar Di
Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunungkidul:
Tesis Uiversitas Sebelas
Maret.

19
C. IDENTITAS SISWA

1. Subjek : Siswa kelas V SD


2. Pengumpulan data : memuat soal uraian pecahan. Siswa dituntut untuk
menguraikan langkah-langkah ataupun proses yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal tersebut.

3. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Siswa


a) Tidak mengerti dan memahami konsep matematika.
b) Tidak teliti dalam menjumlah
c) Kurang memahami konsep prasyarat

4. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa


a. Faktor Internal:
- Kurangnya motivasi dalam belajar
- Kurang berminat pada mata pelajaran matematika
- Tidak bisa memanfaatkan waktu belajar secara efektif
b. Faktor Eksternal :
- Fasilitas belajar yang kurang memadai
- Pengajaran kurang efektif

D. KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

Hakikat matematika yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa


definisi tradisional yang menyatakan matematika sebagai ilmu tentang kuantitas (the
science of quantity) atau ilmu tentang ukuran diskrit dan berlanjut (the science of
discrate an continuous) (Runes, 1967: 189).
Kesulitan Menghitung (Dyscalculia), berhitung merupakan kemampuan yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar
rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung
merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan membaca,
menulis, dan keterampilan bahasa lainnya seperti : kemampuan untuk membedakan
ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif, kemampuan untuk mengenali
20
urutan, pola, dan kelompok, ingatan jangka pendek untuk mengingat elemen-elemen
dari sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan, kemampuan membedakan
ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau sistem angka yang tidak
menggunakan basis sepuluh.
Meskipun banyak masalah yang mempengaruhi kemampuan untuk
memahami, dan mencapai keberhasilan dalam peljaran matematika. Istilah
dyscalculia, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung,
atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang
memiliki masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu
anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan
kemampuan menghitungnya.
Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu
aritmetika, aljabar, dan geometri. Berbagai alasan perlunya sekolah megajarkan
matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah
kehidupan sehari-harinya. Learner (1988:430) mengemukakan bahwa kurikulum
bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, 1) konsep, 2)
keterampilan, dan 3) pemecahan masalah.
Konsep merujuk pada pemahaman dasar, siswa mengembangkan suatu konsep
ketika mereka mampu mengklarifikasikan atau mengelompokan benda-benda atau
ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Sebagai contoh anak mengenal konsep segitiga sebagai suatu bidang yang dikelilingi
oleh tiga baris lurus. Pemahaman anak tentang konsep segitiga dapat dilihat pada saat
anak mampu membedakan berbagai bentuk geometri lain dari segitiga. Contoh lain
adalah, ketika anak menghitung perkalian 2 x 10 =20, 3 x 10= 30, dan 4 x 10 = 40,
anak memahami konsep perkalian 10, yaitu bilangan tersebut diikuti dengan 0. Jika
konsep menunjuk pada pemahaman dasar ,maka keterampilan menunjuk pada suatu
yang dilakukan oleh seseorang. Sebagai contoh, proses menggunakan operasi dasar
dalam penjumlahan ,pengurangan, perkalian dan pembagian adalah sebagai suatu
jenis keterampilan matematika. Suatu keterampilan dapat dilihat dari kinerja anak
secara baik atau kurang baik, secara cepat atau lambat, dan secara mudah atau sangat
sukar. Keterampilan cenderung berkembang dan dapat ditingkatkan melalui latihan.
Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep ketrampilan. Dalam
21
pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan
keterampilan dalam situsi baru atau situasi berbeda. Sebagai contoh, pada saat siswa
diminta untuk mengukur luas selembar papan, beberapa konsep dan keterampilan ikut
terlibat. Beberapa konsep yang terlibat adalah bujur sangkar, garis sejajar dan sisi; dan
beberapa keterampilan yang terlibat adalah keterampilan mengukur, menjumlahkan,
dan mengalikan.
Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berpikir
tentang cara memecahkan masalah dari pemrosesan informasi matematika. Dalam
menghadapi masalah matematika, khususnya soal cerita siswa harus melakukan
analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan
keputusan. Dalam memecahkan masalah matematika siswa harus menguasai cara
mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan komputasi dalam
berbagai situasi baru yang berbeda-beda. Pemecahan masalah sering melibatkan
beberapa langkah. Sebagai contoh, dalam mengukur luas selembar papan, siswa harus
memahami konsep bujursangkar dan sisi-sisi sejajar; dan memiliki keterampilan
dalam mengukur, menjumlah,dan mengalikan. Dalam pendekatan pemecahan
masalah, Fleischaer, Nuzum dan Marcola seperti dikutip oleh Lerner (1988: 439)
menyarankan agar siswa diperbolehkan menggunakan kalkulator. Penggunaan
kalkulator dimaksudkan agar siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pemecahan
masalah, dan tidak terpusat pada komputasi. Dalam melaksanakan pendekatan ini,
siswa diberi kartu saran guna membantu siswa dalam memecahkan masalah
matematika yang berisi langkah-lngkah sebagai berikut:
(1) Baca : Apa yang ditanyakan ?
(2) Baca kembali : Informasi apa yang diperlukan ?
(3) Pikirkan :
(a) Meletakan bersama = menambah,
(b) Memisahkan = mengurang,
(c) Apakah saya memerlukan semua informasi tersebut ?
(d) Apakah ini soal matematika dua-langkah ?
(4) Pemecahan masalah : Tulis persamaan tersebut!
(5) Periksa : Hitung kembali dan bandingkan!

22
Empat pendekatan pembelajaran matematika yang telah dikemukakan yang
memiliki implikasi bagi anak kesulitan belajar matematika. Empat macam pendekatan
tersebut dapat digunakan secara gabungan untuk membantu anak-anak kesulitan
belajar matematika.
1. Guru harus menyadari tahap perkembangan siswa. Anak-anak berkesulitan
belajar matematika memerlukan banyak pengalaman dengan belajar prabilangan
sebagai landasan belajar matematika.
2. Anak berkesulitan belajar matematika memerlukan pendekatan belajar tuntas
tentang berbagai konsep melalui pembelajaran langsung yang terstruktur dan
terancang secara sistematis. Proses analisis tugas, menetapkan tujuan khuus, dan
merancang urutan pembelajaran adalah esensial. Di samping itu, alokasi waktu
yang cukup untuk mempelajari tiap langkah urutan juga merupakan bagian yang
perlu diperhatikan oleh guu.
3. Pendekatan strategi belajar telah terbukti efektif dalam membantu anak
berkesulitan belajar matematika. Siswa harus didorong untuk bertanya kepada
diri sendiri tentang sebagai pertanyaan agar secara kognitif mereka memproses
informasi sebagai strategi pemecahan masalah, dan mengembangkan
pendekatan mereka sendiri dalam belajar dan berpikir tentang matematika.
4. Bagi sebagian besar anak berkesulitan belajar, pemecahan masalah merupakan
bagian yang paling sulit dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu,
bimbingan dan latihan yang cukup sangat diperlukan untuk belajar
mengkombinasikan berpikir dan berbahasa dengan keterampilan menghitung
dan konsep-konsep yang diperlukan dalam pemecahan masalah matematika.
Menurut Lerner (1981 : 357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar matematika, yaitu (1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2)
abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-motorik, (4) perseverasi, (5) kesulitan
mengenal dan memahami symbol, (6) gangguan pengkhayatan tubuh, (7) kesulitan
dalam bahasa dan membaca, dan (8) performance IQ lebih rendah daripada sekor
verbsl IQ.
Berikut ini dikemukakan tiga jenis asasmen informal, (1) metide inventori, (2)
tes buatan guru yang didasarkan atas kurikulum, dan (3) analisis kekeliruan siswa.
1) Inventori

23
Suatu tes informal dalam bentuk inventori dapat dibuat oleh guru untuk mengukur
keterampilan anak dalam bidang studi matematika secara cepat. Begitu ditemukan
adanya kesulitan, suatu tes diagnotik yang lebih ekstensif dapat diberikan kepada
anak. Pada Gambar 13.1 di halaman 267 dikemukakan suatu inventori untuk
mengetahui keterampilan aritmetika yang dikembangkan oleh Lerner (1988: 445);
sedangkan pada Gambar 13.2 di halaman 268 disajikan suatu tes penempatan
untuk program pembelajaran langsung yang dikembangkan oleh Lovitt (1989: 269
-297) untuk anak-anak TK dan kelas satu SD.
2) Asesmen yang Didasarkan atas Kurikulum
Prosedur informal asasmen yang didasarkan atas kurikulum merupakan suatu cara yang
bermanfaat untuk mengukur kemajuan belajar matematika. Asesmen yang
didasarkan atas kurikulum terkait langsung dengan yang diajarkan oleh guru di
kelas.
Zigmond et al. (Lerner, 1988:444) merekomendasikan adanya 12 langkah strategi
as amen yang didasarkan atas kurikulum bidang studi matematika yang dapat
membimbing para guru dari keputusan melakukan asasmen ke rancangan
pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah :
(1) Memutuskan apa yang akan diukur;
(2) Memilih atau mengembangkan suatu hierarki keterampilan;
(3) Memutuskan di mana memulai;
(4) Memilih atau mengembangkan instrument;
(5) Melaksanakan tes;
(6) Mengadministrasikan tes;
(7) Mencatat kekeliruan dan gaya kinerja;
(8) Menganalisis temuan dan meringkaskan hasil;
(9) Memperkirakan alasan kekeliruan dan menentukan bidang yang akan
diperiksa;
(10) Memeriksa;
(11) Melengkapi catatan dan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran khusus.
3) Menganalisi Kekeliruan Siswa
Guru yang mengajar anak berkesulitan belajar matematika hendaknya mampu
menditeksi berbagai tipe kekeliruan siswa seperti yang telah dikemukakan. Dengan
demikian, pembelajaran dapat diarahkan pada perbaikan kekeliruan-kekeliruan
24
tersebut. Guru harus memeriksa pekerjaan siswa dan meminta siswa menjelaskan
bagaimana ia sampai pada penggunaan pemecahan masalah seperti itu. Guru juga
perlu melakukan observasi terhadap cara yang digunakan oleh siswa dan melakukan
perbaikan terhadap kekeliruan tersebut.

E. MENGATASI KESULITAN BELAJAR

1. Kiat Mengatasi Anak dengan Dyscalculia

Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan; Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang
intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”.
Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer
tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan
belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan
ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi
pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem
dyscalculia tersebut. Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, dengan memberikan
kalkulator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan
problemdyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi
lebih kepada menghitung angka-angka tersebut. Selanjutnya, ada satu bentuk
pemecahan masalah kesulitan belajar yang disebut dengan bimbingan belajar.
Menurut Sudrajat bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajarnya (Sudrajat.2000).

2. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson memberikan beberapa pendekatan
dalam buku yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan
layanan bimbingan belajar, yakni :
1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara
bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar
membutuhkan layanan bimbingan.
2. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat
25
dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan
belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-
situasi informal lainnya.
3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah
penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti
tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta
diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar
yang dihadapi siswa.
4. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosia (Abin Syamsuddin. 2003)

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun banyak masalah yang mempengaruhi kemampuan untuk memahami,
dan mencapai keberhasilan dalam pelajaran matematika, siswa harus melakukan
analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan
keputusan. Dalam memecahkan masalah matematika siswa harus menguasai cara
mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan komputasi dalam
berbagai situasi baru yang berbeda-beda.
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses belajarnya, oleh karena itu masalah-masalah belajar
harus diselesaikan sedini mungkin. Guru / konselor juga memiliki peran yang penting
dalam membantu siswa dalam mengentaskan masalah belajarnya, hendak nya guru
dapat memberikan pencerahan kepada siswa, serta mendorong dan membela
terwujudkannya hak dan kepentingan serta kewajiban peserta didik dan cara yang
tepat sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Idris, R. (2017). Mengatasi kesulitan belajar dengan pendekatan psikologi kognitif. Lentera
Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , 12(2), 152-172

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Yogyakarta : Nuha Litera

Sudrajat, Akhmad. Akhmadsudrajat.wordpress.com/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/

Syamsuddin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Untari, E. (2013). Diagnosis Ksulitan Belajar Pkok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi, 13(01).

28

Anda mungkin juga menyukai