Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“HINDARI SEKS PRANIKAH”

DISUSUN OLEH :

NAMA : MERRY YULI NIKE MM


NIM : B.21.06.171
KELAS : 06 MAMASA

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


PRODI SI KEBIDANAN
TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HINDARI SEKS PRANIKAH

A. PELAKSANAAN
Topik : Hindari Seks Pranikah
Hari / tanggal : Sabtu, 10 September 2022
Waktu : 09.00-10.00 WITA
Tempat : SMP Negri 2 Buntu Malangka
Sasaran : Remaja
Metode : Ceramah, Simulasi dan Diskusi
Materi : Terlampir

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan Remaja mendapatkan
informasi dan pengetahuan tentang apa itu seks pranikah.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan Remaja diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
2. Menjelaskan aspek-aspek perilaku seksual pranikah
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
4. Menjelaskan dampak dari perilaku seksual pranikah
5. Menjelaskan upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja

D. MEDIA
Buku Informasi Kesehatan (Rapor Kesehatan Siswa) dan Gambar Peraga

E. GARIS-GARIS BESAR MATERI


1. Pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
2. Aspek-aspek perilaku seksual pranikah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
4. Dampak dari perilaku seksual pranikah
5. Upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja

F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

G. KEGIATAN PENYULUHAN
2. Penyajian a. Perilaku seksual dan seks pranikah
b. Aspek-aspek perilaku seksual pranikah
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual pranikah
30 menit
Dampak dari perilaku seksual pranikah
a. · Upaya menanggulangi seks
bebas di kalangan remaja
3. Evaluasi b. Memberikan kesempatan kepada
PUS
dan WUS untuk bertanya
a. Menjelaskan kembali materi
penyuluhan yang belum dimengerti
b. Meminta PUS atau WUS
mempraktekkan cara melakukan 15 menit
4. Penutup SADARI
a. Menyimpulkan materi 5 menit

b. Memberikan pujian kepada seluruh


PUS dan WUS yang telah mengikuti
kegiatan penyuluhan
c. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian dan waktunya yang telah
diberikan kepada PUS dan WUS
d. Mengucapkan salam

H. EVALUASI
1. Menjelaskan pengertian, tanda-tanda dan penyebab kanker payudara.
2. Menjelaskan pengertian dan waktu pelaksanaan SADARI.
3. Mempraktekkan cara melakukan SADARI.
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi
Menurut PKBI (1981) pengertian perilaku seksual adalah segala bentuk kegiatan yang dapat
memberikan penyaluran pada dorongan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang berjenis
kelamin berbeda mulai dari bermesraan, bercumbu, sampai dengan berhubungan kelamin.
Sarwono (2000) mengatakan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku
berkencan, bercumbu sampai bersenggama. Lebih lanjut, perilaku seksual merupakan perilaku
yang bersifat alami atau manusiawi karena setiap manusia memiliki dorongan seksual dan hal
tersebut normal jika dilakukan sesuai dengan norma yang berlaku.
Ditambahkan oleh Knox (dalam Aryani, 2005) bahwa perilaku seksual tidak hanya sebagai
peristiwa menyatunya alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan saja tetapi juga
diartikan sebagai komunikasi yang terjadi untuk berbagai macam alasan dan dalam konteks yang
berbeda, sebelum menikah, selama menikah, di luar menikah, dan setelah menikah, tergantung
pada kualitas pernikahan. Lebih lanjut, perilaku seksual merupakan salah satu media
berkomunikasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan sebagai manifestasi dari dorongan
seksual. Perilaku seksual dimulai dari perasaan tertarik sampai pada akhirnya keduanya terlibat
dalam hubungan seksual .
Sementara itu, dalam website e-psikologi (2007) dikatakan bahwa perilaku seksual merupakan
perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah
mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri,
sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing
individu.
Menurut Kartono (1992) perilaku seksual pranikah adalah perilaku seksual yang dilakukan
sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini dapat dikategorikan sebagai perilaku
yang menyimpang, sebab perilaku seksual yang dilakukan di luar perkawinan tersebut merupakan
perbuatan berzina. Norma-norma yang berlaku hanya membenarkan perilaku seksual jika sudah
ada ikatan perkawinan yang sah antara dua orang yang berlawanan jenis kelamin.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan perilaku seksual pranikah adalah suatu perbuatan yang dapat diobservasi baik secara
lansung maupun tidak langsung, yang dilakukan oleh dua individu berjenis kelamin berbeda, mulai
dari berkencan, bercumbu sampai bersenggama, tetapi belum ada ikatan yang sah menurut norma,
hukum, ataupun agama.
2. Aspek-aspek Perilaku Seksual Pranikah
Menurut PKBI (1998) aspek-aspek perilaku seksual pranikah adalah :
a. Bermesraan
Aspek ini mengungkap aktivitas psikologis dua individu yang berlainan jenis dalam kesamaan
tujuan untuk saling berbagi rasa yang diungkap dalam kata-kata manis, pandangan mata yang
mesra, namun belum sampai pada aktivitas bercumbu. Bermesraan di sini dilakukan oleh dua
orang, yaitu pemuda dan pemudi yang ditandai dengan adanya ketertarikan afeksional (saling
mencintai) yang telah dinyatakan di antara keduanya, tetapi belum sampai pada tingkat
pertunangan.
b. Bercumbu
Aspek ini mengungkap pendekatan-pendekatan jasmaniah yang dilakukan, seperti saling
memegang, berciuman, berpelukan atau berangkulan, saling tempel alat kelamin, yang dapat
membangkitkan gairah seksual, tetapi belum sampai pada hubungan kelamim.
c. Hubungan kelamin
Hubungan kelamin berarti melakukan kegiatan senggama. Hubungan kelamin adalah hubungan
yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin, dengan kegiatan memasukkan penis ke
dalam vagina dan masing-masing orang akan memperoleh kepuasan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya
adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak
diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan
perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Orang tua yang
sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan melarikan diri dari
keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan
keadaan ekonomi yang kurang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Rohmahwati, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi
hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan
eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan
hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu larangan,
norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan
(Sarwono, 2003)
Menurut para ahli, faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk berperilaku seksual
pranikah yaitu:
a. Faktor fisik
Sarwono (2000) menyatakan bahwa mulai berfungsinya hormon perilaku seksual semakin kuat.
b. Pengaruh orang tua
PKBI (2000) mengemukakan bahwa kurangnya komunikasi secara terbuka antara orangtua dengan
remaja dalam masalah seputar seksual dapat mengakibatkan munculnya perilaku seksual
menyimpang. Markum (1997) menambahkan bahwa pendidikan seks pasif (tanpa komunikasi dua
arah) bisa mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang karena dalam pendidikan seks anak tidak
cukup hanya melihat dan mendengar sekali atau dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Orang tua wajib meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan risiko
perilaku seks yang salah.
c. Pengaruh alat kontrasepsi
Menurut Sarwono (1981) dengan banyak beredarnya alat kontrasepsi secara bebas di pasaran serta
mudah diperoleh oleh siapa saja tanpa adanya batasan yang tegas, seringkali disalahgunakan oleh
para remaja terutama untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangannya.
d. Pergaulan bebas
Sarwono (2000) mengatakan bahwa para remaja mempunyai banyak kebebasan dalam bergaul
dengan teman sebaya terutama pergaulan dengan lawan jenis. Pergaulan yang semakin bebas tanpa
adanya suatu pengendalian pada diri remaja dapat menimbulkan perilaku seksual pranikah.
e. Pengaruh media
Penyebaran informasi tentang masalah seksual melalui media cetak atau elektronik yang
menyuguhkan gambar porno, film porno, dan semua hal yang berbau pornografi, dapat
menyebabkan perilaku seksual pranikah pada remaja semakin meningkat (Sarwono, 2000).
4. Dampak dari Perilaku Seks Pranikah
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja,
diantaranya sebagai berikut :
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut,
cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan
kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan
dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
- Hancurnya masa depan remaja tersebut.
- Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan
fisiknya belum siap.
- Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa
kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
- Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
- Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga
tradisional) sering mengalami kematian strategis.
- Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis
(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul
kematian). Baik yang meminta, pelakunya, maupun yang mengantar dapat dihukum.
- Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain
dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu.
Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2003).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular
seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang
tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan
kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
5. Upaya untuk Menanggulangi Seks Bebas di Kalangan Remaja
Orang tua sebagai penanggung jawab utama terhadap perilaku anak harus menciptakan
lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Orang tua sejak usia dini harus
menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah
kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka remaja akan memahami jati
dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan
lingkungannya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk dengan memahami batas-batas nilai,
komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Remaja akan merasa damai di
rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling memahami di antara sesama keluarga.
Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas.
Orang tua harus terus mengawasi dan mengontrol perkembangan perilaku remaja.
Serta pendidikan seks harus diberikan sejak dini agar mereka sadar bagaimana menjaga
supaya organ-organ reproduksinya tetap sehat. Sebenarnya dalam masalah reproduksi ini, peran
orang tua dan guru diharapkan lebih menonjol karena bagaimanapun juga mereka juga berperan
sebagai filter atau penyaring bagi informasi yang akan diberikan kepada remaja, berbeda bila
informasi diperoleh dari media masa yang sering kali tanpa penyaringan terlebih dahulu. Dalam
upaya pemberian informasi mengenai masalah reproduksi bagi remaja, khususnya di sekolah, perlu
peran guru ditingkatkan. Untuk itu ingin diketahui seberapa jauh pengetahuan guru, khususnya
guru bimbingan dan konseling. Diharapkan guru Bimbingan dan Konseling nantinya dapat
berperan sebagai narasumber di sekolah (tempat kerja) dan memberikan informasi yang benar
mengenai hal-hal tersebut. Serta diadakan konseling seksualitas remaja.
Ada beberapa solusi, di antaranya, pertama, membuat regulasi yang dapat melindungi anak-
anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada
pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu, Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.
Kedua, orang tua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus
dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti pendidikan
anak), kepada orang tua dalam mendidik dan membina anak. Pertama, kembangkan komunikasi
dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas : openness, empathy,
supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua, tunjukkanlah penghargaan secara terbuka.
Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus
ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.
Ketiga, latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orang tua harus membiasakan
diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari kedua belah pihak.
Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan dengan pengembangan harga
diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa
efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-
anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga merupakan faktor
penting dalam menyelamatkan moral anak. Orang tua yang gagal memberikan teladan yang baik
kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, 2012. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Cara Melakukan SADARI, Volume 1.
Jakarta : EGC
Kamaladewi, 2016. Cara Alami Deteksi Dini & Cegah 7 Kanker Wanita. Jakarta: EGC.
KemenkesRI. Stop Kanker. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian.
http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/pusdatin/infodatin/infodatin- kanker.pdf.2016
Yuli D, 2014. Payudara dan laktasi. Jakarta: Salemba Medika.
DOKUMENTASI PERSIAPAN PENYULUHAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Anda mungkin juga menyukai