Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RUANG KOLABORASI MODUL 1.

1
CGP Angkatan 9 Kelas 366A KAB.TULUNGAGUNG

Yanis Mustofa M. Nashir

Diah Windi W Ragil Desi W Shinta Wardani


Pengertian Sosio kultural

”Sosio-kultural (sosiokultural) juga didefinisikan sebagai


gagasan- gagasan, kebiasaan, keterampilan, seni, dan alat
yang memberi ciri pada sekelompok orang tertentu pada
waktu tertentu. Sosiokultural adalah sebuah sistem dari pola-
pola terpadu yang mengatur perilaku manusia (Condon 1973:
4)
APA KEKUATAN KONTEKS SOSIO KULTURAL DI DAERAH
ANDA YANG SEJALAN DENGAN PEMIKIRAN KHD?

Trilogi pendidikan
“Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”
Dalam Kegiatan “Gugur Gunung”
Apa itu Gugur Gunung ?

Dalam bahasa Jawa “gugur gunung” tegese yaiku wujud kerjasama


sing ditindakake dening masarakat ing upaya supaya bisa nggayuh
tujuan sing umum.
Menurut penjelasan umum, pengertian gugur gunung adalah kerja
bakti bersama dengan tujuan membantu sesama manusia sebagai
makhluk sosial.
Filosofi Pemikiran KHD dalam “Gugur Gunung”

Secara sederhana, gugur gunung bisa diartikan sebagai tindakan gotong royong. Istilah
gugur gunung ini konon diadopsi dari bahasa Jawa yang merupakan satu konsep sosial
warisan leluhur Nusantara.
Dalam gugur gunung yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa, mereka tidak
mengenal adanya upah atau pamrih. Mereka bekerja bersama tanpa upah, tanpa
pamrih. Mengutamakan kebersamaan, saling membantu, silahturahmi, bahu-membahu.
Umumnya, mereka sudah merasa senang atau puas dengan makan dan minum sebagai
ganti lelah. Bukan berarti tidak menghargai kerja seseorang. Ini dikarenakan gugur gunung
alias gotong royong dalam konteks tertentu akan menciptakan semangat persatuan dan
kesatuan masyarakat.
Contoh Kegiatan Gugur Gunung

1. Kerja bakti membangun jembatan


2. Mendirikan rumah ibadah bersama
3. Turut membantu saat orang punya hajatan
4. Bersama-sama membersihkan lingkungan
5. dsb
Manfaat Kegiatan Gugur Gunung
1. Mempererat persaudaraan.
2. Menciptakan hidup rukun bersama dengan para tetangga.
3. Meringankan pekerjaan yang berat.

Jadi, gugur gunung bisa menjadi sarana untuk menyadarkan warga


bahwa mereka bertanggungjawab mengayomi dan menjaga
lingkungan tempat tinggalnya, selain itu juga untuk tetap menjaga
kebersihan lingkungan.
BAGAIMANA PEMIKIRAN KHD DAPAT DIKONTEKSTUAL-
SESUAIKAN DENGAN NILAI-NILAI LUHUR KEARIFAN BUDAYA
DAERAH ASAL YANG RELEVAN MENJADI PENGUATAN
KARAKTER MURID SEBAGAI INDIVIDU SEKALIGUS SEBAGAI
ANGGOTA MASYARAKAT PADA KONTEKS LOKAL SOSIAL
BUDAYA DI DAERAH ANDA

Trilogi pendidikan dalam kegiatan gugur gunung dapat pendidik terapkan


dengan cara memberi contoh agar siswa tergerak untuk turut ikut serta apa
yang dilakukan oleh gurunya (ing ngarso sung tuladha), memberikan
semangat kepada siswanya yang mau mengerjakan dan memotivasi siswa
yang enggan untuk ikut serta (ing madya mangun karsa), dan guru ikut serta
dalam kegiatan bersama siswanya (tut wuri handayani).
Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Pemikiran
KHD sesuai dengan Konteks Kelas dan Sekolah

Dari kegiatan gugur gunung ini bisa kita turunkan pada tingkat sekolah,
contohnya kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. Bisa lebih
khusus lagi masuk pada lingkup kelas, contohnya adalah kegiatan piket
kelas.
Tentu kita tahu bahwa dalam pelaksanaan kerja bakti maupun piket kelas
itu pasti ada kendala, salah satunya adalah anak yang tidak mau
melaksanakan piket kelas ataupun ikut serta dalam kerja bakti
membersihkan lingkungan sekolah.
Untuk mengatasi hal tersebut akan kami jabarkan pada slide di bawah ini.
Penyelesain dari Kendala yang
dihadapi
1. Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan membuat keyakinan
kelas. hal ini perlu dilakukan agar anak sadar akan tanggung jawab dan
konsekuensi yang akan diperoleh jika tidak melaksanakan tugas, selain itu
dengan keyakinan kelas, anak tersebut bisa mendapat teguran dari temannya
sendiri, sehingga hal tersebut bisa membuat siswa yang tidak piket akan merasa
malu sendiri.
2. Guru memberikan apresiasi atau reward kepada petugas piket kelas dalam satu
minggu yang paling bersih rapi pada kelas tersebut dan memberikan evaluasi
bagi yang masih kurang dalam hal membersihkan kelas.
Penyelesain dari Kendala yang
dihadapi
3. Guru aktif dalam menyesuaikan kegiatan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, contoh peserta didik yang bergerak aktif maka diberi
aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan yang aktif, seperti
mengepel lantai, membersihkan jendela, membuang sampah dsb
sedangkan peserta didik yang lebih telaten maka diberi aktifitas yang
lebih telaten, seperti mencabut rumput, mengelap meja, melipat,
membersihkan tempat alat tulis.
4. Memberikan literasi kepada peserta didik melalui tayangan video
pendek atau gambar-gambar referensi tentang gotong royong yang saling
bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas masing-masing serta
manfaat yang didapatkan agar siswa termotivasi dalam diri setelah tahu
sisi manfaatnya.
• SEPAKATI SATU KEKUATAN PEMIKIRAN KHD YANG
MENEBALKAN LAKU MURID DI KELAS ATAU
SEKOLAH ANDA SESUAI DENGAN KONTEKS LOKAL
SOSIAL BUDAYA DI DAERAH ANDA

Salah satu pemikiran KHD yang menebalkan laku murid adalah "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.
Ing ngarsa sung tuladha bermakna guru memberi contoh atau teladan bagi peserta didik, ing
madya mangun karsa bermakna guru membangun ide atau gagasan, sedangkan tut wuri
handayani bermakna guru memberi dukungan dari belakang atau sebagai pamong atau
penuntun.
Di dalam penerapan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik sehari-hari nampak ketika guru
memberi teladan langsung kepada peserta didik dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan
gotong royong, guru memberi dukungan dengan mengetahui karakteristik atau kebutuhan
peserta didik, untuk disesuaikan dengan kegiatan sesuai dengan karakteristik peserta didik serta
memberikan tuntunan dengan motivasi motivasi positif.
Terima kasih… ☺

Anda mungkin juga menyukai