Biosurfaktan adalah bagian komponen mikroba yang terdiri dari molekul
hidrofilik dan hidrofobik, mampu membuat ikatan dengan molekul hidrokarbon yang tidak larut air, serta mampu membuat tegangan permukaan menjadi turun. Sifat bakteri yang mudah mendegradasi juga disebab oleh bakteri yang mampu secara ekstraseluler membentuk emulsi dari hidrokarbon. Pemanfaatan biosurfaktan hingga saat ini paling banyak digunakan untuk bioremediasi lingkungan. Hal ini disebabkan konstaminasi fase cair. Pada dasarnya, penambahan biosurfaktan dapat meningkatkan kelarutan hidrokarbon yang memiliki peran penting untuk bioaugmentasi yang efekter. Proses degradasi bergantung pada spesies mikroorganisme, nutrisi anorganik, air, pH, komposisi hidrokarbon, suhu, dan ketersediaan oksigen di tanah.
Biosurfaktan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan surfaktan
sintetis. Salah satunya adalah biosurfaktan mampu didegradasi secara biologis sehingga tidak mencemari lingkungan dibandingkan dengan surfaktan biasa. Selain itu, biosurfaktan tidak bersifat racun terhadap makhluk hidup sehingga tidak membahayakan kehidupan di alam. Biosurfaktan yang diproduksi oleh Bacillus circulans yang memiliki aktivitas antimikroba potensial melawan patogen gram positif dan gram negatif membuatnya berguna untuk mengobati banyak penyakit seperti agen terapeutik dan probiotik. Biosurfaktan juga memiliki aktivitas antikanker, agen anti-adesif, membantu sistem imun, aktivitas antivirus, transfer gen, menstimulus metabolisme stem fibroblast, dan lain sebagainya (Fakruddin, 2012).
Dalam upaya pengoptimalan produksi biosurfaktan, maka dilakukan
penelitian gen bakteri senyawa biosurfaktan. Bacillus cereus dinyatakan sebagai penghasil biosurfaktan lipopeptida paling efisien yang meliputi surfaktin, lichenysin, bacillomycin, fengycin, dan iturin. Surfaktin, heptapeptida siklik yang mengandung gugus lemak þ hidroksil sebagai bagian hidrofobik adalah salah satu Beragam manfaat dan kegunaan dari biosurfaktan menyebabkan perlu adanya eksplorasi dari berbagai strain bakteri yang dapat menghasilkan biosurfaktan dalam jumlah yang banyak dan memiliki aktivitas yang sama dengan surfaktan kimia yang biasa digunakan dalam industri. Bakteri dari genus Bacillus yang dapat digunakan dalam industri (Plaza et al., 2015).berpotensi untuk menghasilkan biosurfaktan golongan lipopeptida seperti iturin, fengisin, dan surfaktin
Salah satu proses penting dalam pengerjaan bioteknologi adalah isolasi
DNA. Isolasi DNA adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh DNA murni, yaitu tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan. Prinsip isolasi DNA ialah memisahkan DNA genom dari komponen-komponen sel lain. Isolasi DNA dengan metode yang baik dapat menghasilkan DNA yang banyak dengan memaksimalkan kemurnian serta membebaskan DNA dari kontaminan . Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat konsentrasi Bacillus cereis. terkecil yang dapat diisolasi dengan metode yang ekonomis serta membutuhkan waktu yang singkat.
Dalam upaya pengoptimalan produksi biosurfaktan, dilakukan penelitian
isolat bakteri penghasil senyawa biosurfaktan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatka Fara Mudita (2021), bahwa hasil analisis penyejajaran sekuen protein dengan genom bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 diketahui keberadaan gen surfactin dengan persen identity 98,67% sedangkan hasil penyejajaran sekuen nukleotida dengan genom bakteri Bacillus cereus diperoleh dua jenis gen surfactin yaitu srfAA dan srfAB dengan masing-masing persen identity 97,72% dan 91,86%. Urutan primer 1F (5’- TACTACCGTCGCGCCAATC-3’) dan 1R (5’-GCTGCGCTACATTCTGTTG- 3’) yang merupakan primer terbaik ketika dilakukan analisis dengan oligoanalyzer ternyata tidak berhasil mengamplifikasi bakteri Staphylococcus epidermidis begitu juga dengan urutan primer untuk Bacillus cereus sehingga keberadaan gen surfactin tidak dapat dideteksi pada band hasil visualisasi elektroforesis.
Berdasarkan kajian di atas, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
isolat biosurfaktan yaitu surfactin dari bakteri Bacillus cereus dengan cara mengisolasi gen pengkode surfactin synthetase melalui metode PCR. PCR adalah suatu metode enzimatis untuk melipatgandakan suatu sekuen nukleotida tertentu secara eksponensial dalam waktu yang relatif singkat dengan cara in vitro. PCR merupakan teknik yang cepat, sederhana namun adekuat untuk mengamplifikasi sejumlah kecil sekuens DNA spesifik menjadi berjuta kali lebih banyak hanya dalam waktu beberapa jam.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
yang dapat diindentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Apakah primer yang digunakan berhasil memunculkan gen surfactin
synthase dengan metode ekstraski DNA? 2. Berapa kondisi optimum suhu anelin penempelan dari primer yang digunakan untuk memunculkan gen surfactin synthase dengan metode PCR?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Mendapatkan hasil yang digunakan berhasil memunculkan gen surfactin synthase dengan metode ekstraski DNA. 2. Mendapatkan hasil kondisi optimum suhu anelin penempelan dari primer yang digunakan untuk memunculkan gen surfactin synthase dengan metode PCR.