Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi adalah teknologi pemanfaatan mikroba atau produk mikroba yang


bertujuan menghasilkan bahan atau jasa tertentu.
Secara istilah bioteknologi terdiri dari bio (hidup), teknos (penerapan) dan logos
(ilmu), dapat didefinisikan ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip biologi.

Bioteknologi merupakan usaha terpadu dari berbagai disiplin ilmu seperti biokimia,
mikrobiologi, teknik kimia, dan genetika, yang kemudian mengkristal menjadi suatu
disiplin ilmu baru.

1.2 Sejarah Perkembangan Bioteknologi

Bioteknologi sudah dimulai ribuan tahun yang lalu dan terus berkembang
sampai saat ini. Bila dicermati secara historis, bioteknologi sudah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu pada proses fermentasi makanan dan minuman. 6000 SM
bioteknologi digunakan dalam proses produksi bir. Pada 4000 SM proses fermentasi
juga digunakan dalam pembuatan keju, yoghurt, cuka dan anggur. Pada tahun 1953
ditemukan struktur DNA oleh Watson dan Crick yang menjadi dasar perkembangan
bioteknologi modern. Era 1975 - sampai saat ini merupakan era bioteknologi modern
yang ditandai dengan rekayasa genetika.

Bioteknologi tradisional dan bioteknologi modern dibedakan berdasarkan


teknologi yang digunakannya. Perkembangan bioteknologi dimulai dari penerapan
bioteknologi tradisional berupa fermentasi mikroba dengan teknik fermentasi non
steril untuk produksi berbagai jenis makanan, contohnya tempe, tape, dan kecap.
Biodekomposer dimanfaatkan untuk mendekomposisi limbah dan kotoran,
biofertiliser (pupuk hayati) menggunakan mikroba telah dimanfaatkan dalam bidang
pertanian. Kontrol Biologi berupa penggunaan pestisida hayati seperti bakteri, fungi
atau predator serangga untuk melindungi tanaman dari hama.
Teknologi kultur jaringan memainkan peran penting untuk perbanyakan secara cepat.
Penemuan enzim restriksi memberi jalan berkembangnya teknologi DNA rekombinan.
Teknologi DNA rekombinan (rekayasa genetika) pada awalnya dilakukan pada
mikroba, kemudian berkembang pada rekayasa genetika tanaman dan hewan.
Rekayasa genetika telah membuka jalan lahirnya bioteknologi modern.

Rekayasa genetika adalah memodifikasi gen-gen spesifik untuk tujuan tertentu dan
memindahkannya diantara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan

1
hewan. Dengan rekayasa genetika para ahli menyisipkan gen dengan sifat yang
diinginkan ke dalam molekul DNA sehingga dihasilkan DNA rekombinan. DNA hasil
rekayasa tersebut kemudian dimasukkan kembali ke dalam sel sehingga dapat
mengekspresikan gennya, untuk menghasilkan produk yang diinginkan.

TEKNIK YANG DIGUNAKAN DALAM BIOTEKNOLOGI

2.1. Teknik Fermentasi

Teknik fermentasi merupakan aplikasi dari metabolisme sel-sel mikroorganisme


untuk mengubah bahan mentah menjadi berbagai macam produk yang
bermanfaat. Teknik fermentasi merupakan teknik penting dalam proses bioteknologi
tradisional dan modern. Teknik fermentasi tradisional menggunakan mikroorganisme
untuk menghasilkan berbagai produk makanan seperti keju, yoghurt, kecap, tempe,
roti, dan sake. Produk fermentasi, substrat dan mikroorganisme yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Produk, Substrat, dan Mikrooganisme yang digunakan

Produk Substrat Mikroorganisme yang digunakan


Asam Sitrat Gula tebu, molase Bakteri Lactobacillus
Asam
Air kelapa Acetobacteraceti
Asetat
Enzim Tepung terigu Jamur Aspergillus niger
Kecap Kacang kedelai hitam Jamur Asperfillus oryzae
Keju Kepala susu Jamur Penicillium requeforti
Oncom Bungkil kacang tanah Jamur Neurosphora sitophila
Roti dan
Tepung terigu Ragi Saccharomyces cereyiciae
donat
Tauco Kacang kedelai Jamur Aspergillus oryzae
Kacang kedelai yang
Tempe Jamur Rhyzophus olygophorus
sudah direbus
Sake Tepung Jamur Aspergillus oryzae
Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Yoghurt Susu
Streptoccocus termophylus
Sumber : Smith, 1996

Teknik fermentasi modern digunakan pada produksi metabolit primer seperti asam

2
sitrat dan asam asetat, produksi metabolit sekunder seperti antibiotik, produksi enzim,
antibodi monoklonal dan protein terapeutik seperti interferon dan interleukin.

Tiga fase pertumbuhan mikroorganisme dalam proses fermentasi, yaitu fase lag,
fase eksponensial dan fase stasioner. Pada fase lag belum ada penambahan jumlah sel
karena pada saat itu mikroorganisme sedang melakukan proses adaptasi. Fase
eksponensial ditunjukkan dengan kurva yang mulai naik dan kemudian dilanjutkan
dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Fase stationer menunjukkan jumlah sel
tidak lagi mengalami peningkatan karena nutrien mulai berkurang, dan sebagian sel
sudah mengalami kematian.

(1) fase lag (2) fase eksponensial (3) fase stasioner

Dalam proses fermentasi ada tiga teknik kultur yang digunakan yaitu kultur batch,
kultur kontinyu dan kultur semi kontinyu.

Pada kultur batch, mikroorganisme ditumbuhkan sampai mencapai fase


pertumbuhan maksimal kemudian dipanen produknya (berupa biomassa atau produk
metabolitnya). Dalam industri bioteknologi yang menggunakan teknik kultur batch,
pemanenan produk metabolit sekunder misalnya antibiotik biasanya dipanen pada fase
eksponensial atau fase stasioner karena sintesis metabolit sekundernya berlangsung
pada fase tersebut.

Pada kultur kontinyu, pertumbuhan mikroorganisme tidak pernah mencapai fase


stasioner dan kondisi fisiologis selalu dalam keadaan optimum. Teknik kultur
kontinyu digunakan dalam produksi metabolit sekunder seperti antibiotik, dan protein
yang disintesis berdasarkan hasil ekspresi gen alami. Pada kultur semi kontinyu,
nutrien ditambahkan ke dalam bioreaktor dalam jumlah tertentu hingga didapatkan
produk secara optimal. Kultur ini merupakan gabungan dari kultur batch dan kultur
kontinyu.

2.2. Teknologi Rekayasa Genetik/ DNA Rekombinan

Teknik Rekayasa genetika adalah teknik memodifikasi gen-gen spesifik untuk


tujuan tertentu dan memindahkannya diantara organisme yang berbeda.
Rekayasa genetika ditujukan untuk membuat produk yang bermanfaat. Dengan
menggunakan teknologi DNA, para ahli menyisipkan gen dengan sifat yang
diinginkan ke dalam molekul DNA sehingga dihasilkan DNA rekombinan.

Teknik untuk memperbanyak gen dikenal dengan kloning gen. Bakteri paling

3
umum digunakan untuk memperbanyak gen, karena di dalam sel bakteri terdapat
suatu “DNA sirkuler” yang dikenal dengan plasmid. Plasmid mudah diisolasi dari sel
bakteri. Plasmid dapat disisipi oleh gen dengan sifat tertentu sehingga menjadi
plasmid rekombinan. Plasmid rekombinan dimasukkan kembali ke dalam sel bakteri,
sehingga memperbanyak gen yang kita kehendaki.

Pada proses rekayasa genetika digunakan enzim restriksi untuk memotong DNA
pada lokasi-lokasi spesifik. Enzim restriksi memotong ikatan fosfodiester pada
kedua untai DNA, menghasilkan fragmen DNA dengan ujung-ujung “lengket”
beruntai tunggal. Perhatikan pada Gambar 2.3. bahwa urutan pengenalan pada satu
untai DNA merupakan kebalikan yang tepat dari untai pasangannya. Nukleotida yang
sama dijumpai pada kedua untai dalam arah yang berlawanan. Kemudian enzim DNA
ligase berperan dalam mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester sehingga
menyatukan fragmen secara permanen.

2.3. Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk memperbanyak DNA.

Teknik PCR (polymerase chain reaction) adalah teknik untuk memperbanyak


DNA secara in Vitro. Mesin PCR ditemukan oleh Kary Mulis dkk pada tahun 1985
dan telah mendapatkan hadiah nobel pada tahun 1993. Mesin PCR dapat melakukan
reaksi untuk memperbanyak DNA secara keseluruhan.

Proses PCR terdiri dari tiga tahap yaitu : denaturasi, annealing dan ekstensi. Pada
denaturasi, DNA untai ganda dipisahkan pada suhu 95 º C sehingga menjadi DNA
untai tunggal. Diperlukan adanya suatu primer sebagai pemicu dalam pembuatan
rantai DNA. Primer yang digunakan umumnya berupa oligonukleotida dengan
panjang 15 -20 pasang basa. Pada tahap annealing temperatur diturunkan sampai
55ºC, sehingga primer dapat menempel pada DNA target.

Tahap ekstensi, dimana temperatur dinaikkan kembali pada suhu 72 ºC agar terjadi
pemanjangan DNA oleh enzim polimerase. DNA polimerase merupakan suatu enzim
termostabil memiliki kemampuan mengkatalisis perpanjangan untai DNA.

Siklus 1 menghasilkan 2 amplikon (DNA target yang telah digandakan). Siklus 2


menghasilkan 4 amplikon, siklus 3 menghasilkan 8 amplikon. Demikian siklus ini
dapat berjalan berulang-ulang. Dalam waktu beberapa jam, dapat dihasilkan miliaran
salinan segmen DNA target. Semua molekul DNA yang dihasilkan akan terdiri atas
urutan target yang tepat.

PCR telah digunakan untuk menyalin fragmen DNA kuno (mammoth) yang telah

4
membeku selama 40.000 tahun. PCR dapat digunakan untuk mengusut perkara
kriminal dengan segmen DNA dari darah atau jaringan yang ditemukan di tempat
perkara. PCR dalam bidang kedokteran digunakan untuk perbanyakan (amplifikasi)
DNA dari sampel darah atau jaringan pasien. Hasil PCR dapat digunakan untuk
mendeteksi penyakit kanker, deteksi infeksi atau virus, juga penentuan hubungan
orang tua dan anak.

CONTOH APLIKASI BIOTEKNOLOGI BIDANG PERTANIAN DAN


KEHUTANAN

4.1. Rekayasa Genetika dengan Plasmid Ti dari Agrobacterium tumefaciens

Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri patogen terhadap tanaman dikotil. Jika


suatu tanaman dikotil terinfeksi oleh bakteri ini maka akan terbentuk tumor yang
disebut crown gall. Kemampuan membentuk tumor ditentukan oleh plasmid Ti yang
ada dalam A. tumefaciens. Plasmid Ti mengandung suatu fragmen DNA yang disebut
T-DNA (berukuran 15-30 kb) yang dapat diintegrasikan ke dalam DNA inti sel
tanaman. Oleh karena itu plasmid Ti selanjutnya dikembangkan sebagai vektor untuk
memasukkan DNA asing ke dalam sel tanaman.

Proses rekayasa genetika dilakukan dengan terlebih dahulu mengisolasi DNA yang
akan disisipkan. DNA asing disisipkan ke dalam vektor plasmid Ti sehingga akan
terjadi rekombinasi pada fragmen T-DNA pada plasmid Ti. Plasmid Ti dimasukkan
kembali ke dalam A. tumefaciens. Pada waktu A. tumefaciens menginfeksi sel
tanaman, plasmid Ti rekombinan akan mengintegrasikan bagian T-DNA ke dalam
DNA inti sel tanaman. Dengan demikian DNA asing tersebut akan ikut terintegrasikan
ke dalam genom tanaman. Rekayasa genetika dengan menggunakan plasmid Ti dapat
dilihat sebagai berikut.

4.2. Buah Tomat yang Tidak Cepat Matang

Tanaman tomat dengan gen antisense untuk enzim poligalakturonase


menghasilkan tomat yang tidak cepat matang. Tomat mengalami pematangan
dengan aktifnya enzim poligalakturonase. Poligalakturonase merupakan enzim yang
memecah dinding sel pada waktu pematangan buah tomat dan menyebabkan tomat
berwarna jingga kemerahan. Para peneliti Amerika merekayasa tanaman tomat dengan
memasukkan gen yang membuat antisen untuk mRNA poligalakturonase disisipkan
ke dalam plasmid bakteri. Bakteri ditumbuhkan dalam medium bersama potongan
daun tomat. Daun tomat akan menyerap plasmid bakteri, sehingga gen tersebut

5
menjadi bagian genetik daun tomat. Daun ditumbuhkan dalam medium kultur jaringan
yang akan menghasilkan buah yang tidak cepat matang.

4.3. Tanaman Tahan Serangga

Tanaman tahan serangga telah dikembangkan dengan menyisipkan gen bt ke


dalam sel-sel tanaman. Gen bt telah berhasil diisolasi dan diklon pada T-DNA
plasmid Ti Agrobacterium tumifaciens. kemudian bakteri tersebut diinfeksikan pada
kecambah tanaman sehingga dihasilkan tanaman yang tahan terhadap serangga.

Balai penelitian Biologi (Balitbio) telah menggunakan gen bt untuk menghasilkan


tanaman padi dan jagung yang tahan terhadap serangga penggerek batang. LIPI telah
menghasilkan tanaman padi tahan terhadap serangga penggerek batang dan hama
wereng coklat, juga tanaman kentang tahan serangga dan tanaman tebu tahan ulat
penggerek batang.

4.4. "Golden Rice" Padi Transgenik yang Mengandung Provitamin A

Rekayasa genetika untuk menghasilkan tanaman padi yang mengandung


provitamin A. Ide rekayasa padi yang mengandung beta-karoten pada awalnya
muncul ketika para ahli biotek menemukan sebuah fenomena dimana terdapat banyak
anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A terutama di benua Asia dan Afrika.
Bagaimana rekayasa golden rice dilakukan sehingga bijinya bisa mengandung beta
karoten dan berwarna orange kekuningan?

Rekayasa padi golden rice memang baru terdengar saat keberhasilan tersebut
termuat dalam Jurnal Science pada tahun 2000. Ilmuwan Jepang telah berhasil
mengisolasi gen crtI dari bakteri Erwinia uredovora.

Beberapa tahun kemudian, ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam biji padi
terdapat bahan dasar (prekusor) untuk biosintesa karotenoid, termasuk beta-karoten.
Namun secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi
penghambatan fungsi dari enzim phytoene synthase (Phy). Meskipun demikian,
penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan dengan cara mengintroduksi
gen phy dari tanaman daffodil (bunga bakung = Narcissus pseudonarcissus) dengan
menggunakan promoter spesifik untuk endosperma. Selain Phy dan CrtI, masih ada
satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-karoten yaitu
lycopene cyclase (Lyc) yang juga berasal dari tanaman daffodil. Gen-gen tersebut
6
disisipkan ke plasmid vektor Agrobacterium tumefaciens dan ditransfer ke dalam
kloroplas sel-sel endosperma. Biji padi ditanam sehingga diperoleh tanaman padi
yang bijinya mengandung beta karoten.

4.5. Teknologi Kloning pada Tumbuhan

Kloning tumbuhan merupakan teknik perbanyakan tanaman melalui kultur


jaringan. Kloning dilakukan dengan menggunakan jaringan somatik tumbuhan di
dalam lingkungan aseptik yang terkontrol.

Tumbuhan memiliki sifat totipotensi . Pada tumbuhan, semua bagian sel-sel


mudanya yang masih aktif misalnya ujung akar, ujung batang dan meristem sekunder
(kambium) merupakan sel yang totipoten.

Pada tahun 1950 Fred Steward melakukan kloning wortel dengan menggunakan
sel-sel yang berdifferensiasi dari jaringan pembuluh tumbuhan. Sel-sel embrionik
dapat tumbuh dan menghasilkan tumbuhan wortel baru.

Tanaman yang dihasilkan dari hasil kloning sama dengan induknya. Kloning
tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk industri bibit. Manfaat kloning tumbuhan antara
lain dapat memproduksi bibit yang seragam, jumlahnya banyak dalam waktu yang
singkat. Dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman langka, tanaman jenis unggul
dan tanaman bernilai ekonomis.
5.1. Minuman Beralkohol

Bioteknologi berperan penting dalam produksi makanan dan minuman


fermentasi. Makanan dan minuman hasil fermentasi merupakan makanan yang lebih
bernutrisi, mudah dicerna dan rasanya lebih enak. Berikut akan disajikan peranan
mikroorganisme dalam mengubah bahan baku untuk menghasilkan berbagai produk
makanan dan minuman hasil fermentasi, serta pencarian sumber protein dari
mikroorganisme berupa Protein sel tunggal (PST) untuk konsumsi manusia.

Minuman beralkohol didapatkan dari hasil fermentasi mikroorganisme yang


mengubah gula menjadi alkohol. Proses pembuatan minuman beralkohol dapat
menggunakan sumber karbohidrat dari sereal, kentang, dan tetes tebu. Amilum diubah
oleh enzim amilase menjadi glukosa dan maltosa dan kemudian difermentasi oleh ragi
menjadi alkohol. Selanjutnya alkohol disuling untuk menghasilkan minuman berkadar
alkohol tinggi seperti vodka, wiski dan rum. Agar minuman beralkohol mengandung
kadar alkohol tinggi dan rendah karbohidrat biasanya digunakan jenis ragi

7
Saccharomyces diasticus.

Minuman anggur atau wine dapat dibuat dari buah anggur maupun dari buah lain.
Karena buah anggur mengandung gula maka langsung dapat difermentasi oleh ragi.
Untuk meningkatkan produksi alkohol perlu ditambahkan gula. Buah anggur yang
bersifat asam mengandung asam malat yang tinggi. Untuk menurunkan kandungan
asam malat ditambahkan bakteri asam laktat yang akan memfermentasi asam malat
menjadi asam laktat. Dengan peristiwa ini anggur yang dihasilkan akan menjadi
sedikit asam dan enak cita rasanya. Jika minuman anggur dibiarkan terkena udara
bebas maka bakteri aerob akan tumbuh dan mengasamkan anggur karena terjadi
pengubahan etanol menjadi asam cuka.

5.2. Yoghurt

Bioteknologi berperan penting dalam produksi makanan dan minuman


fermentasi. Makanan dan minuman hasil fermentasi merupakan makanan yang lebih
bernutrisi, mudah dicerna dan rasanya lebih enak. Berikut akan disajikan peranan
mikroorganisme dalam mengubah bahan baku untuk menghasilkan berbagai produk
makanan dan minuman hasil fermentasi, serta pencarian sumber protein dari
mikroorganisme berupa Protein sel tunggal (PST) untuk konsumsi manusia.

Minuman beralkohol didapatkan dari hasil fermentasi mikroorganisme yang


mengubah gula menjadi alkohol. Proses pembuatan minuman beralkohol dapat
menggunakan sumber karbohidrat dari sereal, kentang, dan tetes tebu. Amilum diubah
oleh enzim amilase menjadi glukosa dan maltosa dan kemudian difermentasi oleh ragi
menjadi alkohol. Selanjutnya alkohol disuling untuk menghasilkan minuman berkadar
alkohol tinggi seperti vodka, wiski dan rum. Agar minuman beralkohol mengandung
kadar alkohol tinggi dan rendah karbohidrat biasanya digunakan jenis ragi
Saccharomyces diasticus.

Minuman anggur atau wine dapat dibuat dari buah anggur maupun dari buah lain.
Karena buah anggur mengandung gula maka langsung dapat difermentasi oleh ragi.
Untuk meningkatkan produksi alkohol perlu ditambahkan gula. Buah anggur yang
bersifat asam mengandung asam malat yang tinggi. Untuk menurunkan kandungan
asam malat ditambahkan bakteri asam laktat yang akan memfermentasi asam malat
menjadi asam laktat. Dengan peristiwa ini anggur yang dihasilkan akan menjadi
sedikit asam dan enak cita rasanya. Jika minuman anggur dibiarkan terkena udara
bebas maka bakteri aerob akan tumbuh dan mengasamkan anggur karena terjadi
pengubahan etanol menjadi asam cuka.

8
5.3. Roti

Yoghurt dibuat dengan menginkubasikan susu dengan bakteri Lactobacillus


bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dalam perbandingan yang sama.
Bakteri Lactobacillus dapat mengubah laktosa menjadi asam laktat dan bakteri
Streptoccocus menghasilkan asam metanoat dan CO2. Kedua bakteri tersebut
menghasilkan etanal (asetataldehid) yang menyebabkan yoghurt bau khas. Yoghurt
dapat dibuat dari susu berlemak, tidak berlemak, dan susu bubuk. Yoghurt yang dijual
dipasar biasanya terbuat dari susu tak berlemak dan bakteri starter.

5.4. Sayuran Fermentasi

Sayuran fermentasi adalah sayuran diawetkan dengan cara pengasinan yang


mengundang bakteri asam laktat. Sayuran diiris-iris, kemudian dicampur dengan
garam lalu dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan. Adanya bakteri asam laktat
akan menurunkan pH, sehinggga mencegah tumbuhnya mikroorganisme lain.
Aktivitas bakteri juga menghasilkan akumulasi zat organik yang menimbulkan cita
rasa tertentu.

5.5. Kecap

Kecap dibuat dari kedelai hitam dengan fermentasi menggunakan jamur


Aspergillus oryzae. Pembuatan kecap berasal dari negara China dan kemudian
diperkenalkan ke negara Jepang dan negara oriental lainnya

5.6. Cuka

Produksi cuka dihasilkan dari fermentasi anaerob oleh Acetobacter dan


Glukonobacter. Etanol dari hasil fermentasi anaerob oleh ragi merupakan bahan dasar
cuka. Etanol akan dioksidasi oleh bakteri asam asetat seperti Acetobacter dan
Glukonobacter menjadi asam cuka.

5.7. Keju

Keju dibuat dari fermentasi susu menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus.

9
Bakteri asam laktat secara alami ada dalam susu. Pada masa kini, bakteri alami dalam
susu dibunuh dengan cara pasteurisasi yaitu dengan pemanasan sampai 600C dan
bakteri starter dimasukkan untuk menghasilkan bentuk yang sama dan produk yang
konsisten. Setelah melalui beberapa tahap, maka akan ditambahkan garam dan
diinokulasikan dengan bakteri Streptococcus cremoris atau Streptococcus diacelactis.
Penggunaan mikroba yang berbeda akan menghasilkan bau yang berbeda pula. Jenis
jamur yang memberikan aroma khas pada keju adalah Penicillium cememberti.

5.8. Tempe

Tempe merupakan makanan khas indonesia yang dihasilkan dari proses


fermentasi kacang kedelai. Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi tempe
terutama jenis Rhizopus oligosporus. Nilai gizi tempe lebih tinggi karena proses
penguraian kedelai oleh jamur menghasilkan senyawa-senyawa sederhana yang lebih
mudah diserap oleh tubuh. Tempe yang baik mempunyai ciri berwarna putih, empuk
dan memiliki aroma yang khas.

5.9. Protein Sel Tunggal

PST merupakan makanan kaya protein yang berasal dari mikroorganisme


bersel satu. Mikroorganisme bersel satu yang digunakan sebagai sumber makanan
mulai dikembangkan pada awal abad ke 19, dari ragi Candida utilis.

PST yang diproduksi dari jamur mikroskopik Fusarium graminearum dinamakan


mikoprotein. Mikoprotein berupa padatan berwarna kuning muda dengan sedikit rasa
cendawan. Mikoprotein merupakan bahan makanan serba guna karena dapat diberi
rasa dan warna sesuai selera. Mikoprotein dapat dibuat dalam bentuk tepung untuk
dijadikan bermacam-macam kripik. Mikoprotein dengan berat yang sama harganya
sedikit lebih murah dari daging.

PST dapat diproduksi dari berbagai jenis alga seperti Chlorella, Spirulina maxima dan
Scenedermus sp. Chlorella dibuat dalam bentuk tablet dikenal dengan nama
sunchlorella. Secara umum mikroorganisme yang digunakan untuk produksi PST
memiliki waktu pergantian generasi singkat dan berkadar protein tinggi.

10
11

Anda mungkin juga menyukai