BAB I. PENDAHULUAN
Bioteknologi merupakan usaha terpadu dari berbagai disiplin ilmu seperti biokimia,
mikrobiologi, teknik kimia, dan genetika, yang kemudian mengkristal menjadi suatu
disiplin ilmu baru.
Bioteknologi sudah dimulai ribuan tahun yang lalu dan terus berkembang
sampai saat ini. Bila dicermati secara historis, bioteknologi sudah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu pada proses fermentasi makanan dan minuman. 6000 SM
bioteknologi digunakan dalam proses produksi bir. Pada 4000 SM proses fermentasi
juga digunakan dalam pembuatan keju, yoghurt, cuka dan anggur. Pada tahun 1953
ditemukan struktur DNA oleh Watson dan Crick yang menjadi dasar perkembangan
bioteknologi modern. Era 1975 - sampai saat ini merupakan era bioteknologi modern
yang ditandai dengan rekayasa genetika.
Rekayasa genetika adalah memodifikasi gen-gen spesifik untuk tujuan tertentu dan
memindahkannya diantara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan
1
hewan. Dengan rekayasa genetika para ahli menyisipkan gen dengan sifat yang
diinginkan ke dalam molekul DNA sehingga dihasilkan DNA rekombinan. DNA hasil
rekayasa tersebut kemudian dimasukkan kembali ke dalam sel sehingga dapat
mengekspresikan gennya, untuk menghasilkan produk yang diinginkan.
Teknik fermentasi modern digunakan pada produksi metabolit primer seperti asam
2
sitrat dan asam asetat, produksi metabolit sekunder seperti antibiotik, produksi enzim,
antibodi monoklonal dan protein terapeutik seperti interferon dan interleukin.
Tiga fase pertumbuhan mikroorganisme dalam proses fermentasi, yaitu fase lag,
fase eksponensial dan fase stasioner. Pada fase lag belum ada penambahan jumlah sel
karena pada saat itu mikroorganisme sedang melakukan proses adaptasi. Fase
eksponensial ditunjukkan dengan kurva yang mulai naik dan kemudian dilanjutkan
dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Fase stationer menunjukkan jumlah sel
tidak lagi mengalami peningkatan karena nutrien mulai berkurang, dan sebagian sel
sudah mengalami kematian.
Dalam proses fermentasi ada tiga teknik kultur yang digunakan yaitu kultur batch,
kultur kontinyu dan kultur semi kontinyu.
Teknik untuk memperbanyak gen dikenal dengan kloning gen. Bakteri paling
3
umum digunakan untuk memperbanyak gen, karena di dalam sel bakteri terdapat
suatu “DNA sirkuler” yang dikenal dengan plasmid. Plasmid mudah diisolasi dari sel
bakteri. Plasmid dapat disisipi oleh gen dengan sifat tertentu sehingga menjadi
plasmid rekombinan. Plasmid rekombinan dimasukkan kembali ke dalam sel bakteri,
sehingga memperbanyak gen yang kita kehendaki.
Pada proses rekayasa genetika digunakan enzim restriksi untuk memotong DNA
pada lokasi-lokasi spesifik. Enzim restriksi memotong ikatan fosfodiester pada
kedua untai DNA, menghasilkan fragmen DNA dengan ujung-ujung “lengket”
beruntai tunggal. Perhatikan pada Gambar 2.3. bahwa urutan pengenalan pada satu
untai DNA merupakan kebalikan yang tepat dari untai pasangannya. Nukleotida yang
sama dijumpai pada kedua untai dalam arah yang berlawanan. Kemudian enzim DNA
ligase berperan dalam mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester sehingga
menyatukan fragmen secara permanen.
Proses PCR terdiri dari tiga tahap yaitu : denaturasi, annealing dan ekstensi. Pada
denaturasi, DNA untai ganda dipisahkan pada suhu 95 º C sehingga menjadi DNA
untai tunggal. Diperlukan adanya suatu primer sebagai pemicu dalam pembuatan
rantai DNA. Primer yang digunakan umumnya berupa oligonukleotida dengan
panjang 15 -20 pasang basa. Pada tahap annealing temperatur diturunkan sampai
55ºC, sehingga primer dapat menempel pada DNA target.
Tahap ekstensi, dimana temperatur dinaikkan kembali pada suhu 72 ºC agar terjadi
pemanjangan DNA oleh enzim polimerase. DNA polimerase merupakan suatu enzim
termostabil memiliki kemampuan mengkatalisis perpanjangan untai DNA.
PCR telah digunakan untuk menyalin fragmen DNA kuno (mammoth) yang telah
4
membeku selama 40.000 tahun. PCR dapat digunakan untuk mengusut perkara
kriminal dengan segmen DNA dari darah atau jaringan yang ditemukan di tempat
perkara. PCR dalam bidang kedokteran digunakan untuk perbanyakan (amplifikasi)
DNA dari sampel darah atau jaringan pasien. Hasil PCR dapat digunakan untuk
mendeteksi penyakit kanker, deteksi infeksi atau virus, juga penentuan hubungan
orang tua dan anak.
Proses rekayasa genetika dilakukan dengan terlebih dahulu mengisolasi DNA yang
akan disisipkan. DNA asing disisipkan ke dalam vektor plasmid Ti sehingga akan
terjadi rekombinasi pada fragmen T-DNA pada plasmid Ti. Plasmid Ti dimasukkan
kembali ke dalam A. tumefaciens. Pada waktu A. tumefaciens menginfeksi sel
tanaman, plasmid Ti rekombinan akan mengintegrasikan bagian T-DNA ke dalam
DNA inti sel tanaman. Dengan demikian DNA asing tersebut akan ikut terintegrasikan
ke dalam genom tanaman. Rekayasa genetika dengan menggunakan plasmid Ti dapat
dilihat sebagai berikut.
5
menjadi bagian genetik daun tomat. Daun ditumbuhkan dalam medium kultur jaringan
yang akan menghasilkan buah yang tidak cepat matang.
Rekayasa padi golden rice memang baru terdengar saat keberhasilan tersebut
termuat dalam Jurnal Science pada tahun 2000. Ilmuwan Jepang telah berhasil
mengisolasi gen crtI dari bakteri Erwinia uredovora.
Beberapa tahun kemudian, ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam biji padi
terdapat bahan dasar (prekusor) untuk biosintesa karotenoid, termasuk beta-karoten.
Namun secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi
penghambatan fungsi dari enzim phytoene synthase (Phy). Meskipun demikian,
penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan dengan cara mengintroduksi
gen phy dari tanaman daffodil (bunga bakung = Narcissus pseudonarcissus) dengan
menggunakan promoter spesifik untuk endosperma. Selain Phy dan CrtI, masih ada
satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-karoten yaitu
lycopene cyclase (Lyc) yang juga berasal dari tanaman daffodil. Gen-gen tersebut
6
disisipkan ke plasmid vektor Agrobacterium tumefaciens dan ditransfer ke dalam
kloroplas sel-sel endosperma. Biji padi ditanam sehingga diperoleh tanaman padi
yang bijinya mengandung beta karoten.
Pada tahun 1950 Fred Steward melakukan kloning wortel dengan menggunakan
sel-sel yang berdifferensiasi dari jaringan pembuluh tumbuhan. Sel-sel embrionik
dapat tumbuh dan menghasilkan tumbuhan wortel baru.
Tanaman yang dihasilkan dari hasil kloning sama dengan induknya. Kloning
tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk industri bibit. Manfaat kloning tumbuhan antara
lain dapat memproduksi bibit yang seragam, jumlahnya banyak dalam waktu yang
singkat. Dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman langka, tanaman jenis unggul
dan tanaman bernilai ekonomis.
5.1. Minuman Beralkohol
7
Saccharomyces diasticus.
Minuman anggur atau wine dapat dibuat dari buah anggur maupun dari buah lain.
Karena buah anggur mengandung gula maka langsung dapat difermentasi oleh ragi.
Untuk meningkatkan produksi alkohol perlu ditambahkan gula. Buah anggur yang
bersifat asam mengandung asam malat yang tinggi. Untuk menurunkan kandungan
asam malat ditambahkan bakteri asam laktat yang akan memfermentasi asam malat
menjadi asam laktat. Dengan peristiwa ini anggur yang dihasilkan akan menjadi
sedikit asam dan enak cita rasanya. Jika minuman anggur dibiarkan terkena udara
bebas maka bakteri aerob akan tumbuh dan mengasamkan anggur karena terjadi
pengubahan etanol menjadi asam cuka.
5.2. Yoghurt
Minuman anggur atau wine dapat dibuat dari buah anggur maupun dari buah lain.
Karena buah anggur mengandung gula maka langsung dapat difermentasi oleh ragi.
Untuk meningkatkan produksi alkohol perlu ditambahkan gula. Buah anggur yang
bersifat asam mengandung asam malat yang tinggi. Untuk menurunkan kandungan
asam malat ditambahkan bakteri asam laktat yang akan memfermentasi asam malat
menjadi asam laktat. Dengan peristiwa ini anggur yang dihasilkan akan menjadi
sedikit asam dan enak cita rasanya. Jika minuman anggur dibiarkan terkena udara
bebas maka bakteri aerob akan tumbuh dan mengasamkan anggur karena terjadi
pengubahan etanol menjadi asam cuka.
8
5.3. Roti
5.5. Kecap
5.6. Cuka
5.7. Keju
9
Bakteri asam laktat secara alami ada dalam susu. Pada masa kini, bakteri alami dalam
susu dibunuh dengan cara pasteurisasi yaitu dengan pemanasan sampai 600C dan
bakteri starter dimasukkan untuk menghasilkan bentuk yang sama dan produk yang
konsisten. Setelah melalui beberapa tahap, maka akan ditambahkan garam dan
diinokulasikan dengan bakteri Streptococcus cremoris atau Streptococcus diacelactis.
Penggunaan mikroba yang berbeda akan menghasilkan bau yang berbeda pula. Jenis
jamur yang memberikan aroma khas pada keju adalah Penicillium cememberti.
5.8. Tempe
PST dapat diproduksi dari berbagai jenis alga seperti Chlorella, Spirulina maxima dan
Scenedermus sp. Chlorella dibuat dalam bentuk tablet dikenal dengan nama
sunchlorella. Secara umum mikroorganisme yang digunakan untuk produksi PST
memiliki waktu pergantian generasi singkat dan berkadar protein tinggi.
10
11