Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penjelajahan bawah laut sering menghasilkan ide baru, teori baru, dan
penemuan-penemuan baru, termasuk penemuan obat-obatan baru. Laut yang
memiliki beragam spesies tumbuhan dan hewan, dapat menyediakan berbagai
senyawa kimia yang tidak dapat ditemukan di daratan. Para peneliti sampai saat ini
terus melakukan penelitian terhadap spesies-spesies yang ada di laut dengan harapan
dapat menemukan obat untuk menangani kanker, infeksi bakteri dan virus, serta
berbagai gangguan lainnya.
Salah satu spesies yang ditemukan di laut yang berguna dalam bidang
kesehatan adalah Cyanobacteria. Organisme prokariotik ini banyak digunakan
sebagai makanan oleh manusia.1,2 Cyanobacteria sering merupakan komponen utama
dari fitoplankton pada banyak ekosistem laut maupun ekosistem air tawar.1 Banyak
bahan aktif yang di dapat dari Cyanobacteria yang digunakan dalam makanan,
kosmetik, maupun dalam bidang farmasi.3 Cyanobacteria sudah sejak lama dikenal
sebagai sumber protein dan vitamin yang baik. Selain itu senyawa aktif pada
Cyanobacteria dapat digunakan sebagai anti-viral, anti-tumor, anti-bakterial, dan
juga sebagai anti-HIV.1,2
Manfaat dari Cyanobacteria ini terus diteliti guna mendapatkan obat-obatan
baru yang diharapkan dapat menangani masalah kesehatan saat ini. Produksi
Cyanobacteria pada lingkungan alami maupun lingkungan buatan juga sudah mulai
1

dilakukan. Selain itu beberapa teknik sedang dikembangkan dan distandarisasi untuk
ekstraksi, isolasi, deteksi, dan purifikasi senyawa aktif dari Cyanobacteria.2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut hal-hal yang ingin diketahui penyusun
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana morfologi dari Cyanobacteria?
2. Apa saja senyawa aktif yang ada pada Cyanobacteria?
3. Apa saja manfaat Cyanobacteria dalam bidang kesehatan?
4. Apa saja racun-racun yang dapat ditemukan pada Cyanobacteria?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah adalah:
1. Untuk mengetahui morfologi Cyanobacteria
2. Untuk mengetahui senyawa aktif yang ada pada Cyanobacteria
3. Untuk mengetahui manfaat Cyanobacteria dalam bidang kesehatan
4. Untuk mengetahui racun-racun yang ada pada Cyanobacteria
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui morfologi Cyanobacteria
2. Mengetahui senyawa aktif yang ada pada Cyanobacteria
3. Mengetahui manfaat Cyanobacteria dalam bidang kesehatan
4. Mengetahui racun-racun yang ada pada Cyanobacteria
BAB II
PEMBAHASAN
A. MORFOLOGI CYANOBACTERIA
Cyanobacteria merupakan salah satu mikrofosil yang sangat mudah
diidentifikasi. Ukurannya lebih besar dari bakteria lain dan morfologi dalam grup
tetap sama selama bertahun-tahun. Seperti bakteria lain, Cyanobacteria tidak
memiliki nucleus atau sistem membran internal, namun pada beberapa spesies
membrane eksternal telah dilipat guna memperluas total permukaan area.
Bungkusan-bungkusan yang terbentuk pada membran sel oleh lipatan-lipatan ini

menjadi tempat dimana reaksi kimia fotosintesis berlangsung. Semua Cyanobacteria


uniseluler, walaupun banyak yang bertumbuh dalam koloni atau filament, biasanya
dikelilingi oleh lapisan lendir. Koloni Nostoc dapat berbentuk speris dengan diameter
antara tiga sampai empat sentimeter.4
B. SENYAWA AKTIF PADA CYANOBACTERIA
Cyanobacteria merupakan salah satu grup organisme yang memiliki banyak
senyawa aktif. Cyanobacteria seperti Microcystis, Anabaena, Nostoc, dan
Oscittatoria menghasilkan banyak variasi metabolit sekunder. Beberapa metabolit
penting dari Cyanobacteria adalah sebagai berikut:2
1. Cyanovirin-N
Cyanovirin-N (CV-N) adalah protein unik dengan 101 rantai asam amino. CV-N
ditemukan sebagai komponen dari Cyanobacteria yang dikultur, Nostoc
ellipsosporum. CV-N juga membuat strain virus HIV menjadi inaktif dan
memblok transmisi infeksi HIV dari sel ke sel. 1,2 Selain itu CV-N juga aktif
4

terhadapa rhinovirus, Human Parainfluenza Virus, dan virus enteric.


2. Borophycin
Borophycin adalah sebuah metabolit yang mengandung boron, yang didapat
melalui isolasi strain Cyanobacteria dari laut Nostoc linckia dan Nostoc
spongiaeforme var. tenue. Metabolit ini memperlihatkan sitotoksisitas yang kuat
terhadap human epidermoid carcinoma dan human colorectal adenocarcinoma.
Selain itu borophycin juga menunjukan aktivitas anti mikroba.2

Gambar 1. Struktur kimia Borophycin


(Sumber: Singh S, Kate BN, Banerjee UC. Bioactive Compounds from Cyanobacteria and
Microalgae: An Overview. Crit Rev Biotechnol. 2005 Sep;25(3):7395.)

3. Cryptophycin
Cryptophycin didapat melalui isolasi Nostoc sp. ATCC 53789 dan memiliki efek
antifungi. Metabolit ini juga didapat melalui isolasi Nostoc sp. GSV 224 dan
menunjukan sitotoksisitas terhadap sel tumor manusia. Mekanisme sitotoksisitas
dari Cryptophycin adalah interaksi-tubulin, yang akan mengakibatkan apoptosis
dari sel-sel kanker.2,5

Gambar 2. Struktur kimia Cryptophycin


(Sumber: Dixit RB, Suseela MR. Cyanobacteria: potential candidates for drug discovery. Antonie
Van Leeuwenhoek. 2013 May;103(5):94761.)

4. Lipopeptides
Sekitar 68% dari produk alami yang didapat dari Cyanobacteria mengandung
nitrogen. Produk dari Cyanobacteria laut mengandung fragmen yang berasal dari
asam amino berhubungan dengan bagian yang berasal dari asam lemak,
membentuk senyawa yang dikenal sebagai lipopeptida. Lipopeptida yang didapat
dari Cyanobacteria memiliki aktivitas anti kanker, antibiotik,

antiviral, dan

antifungi.2,5 Salah satu lipopeptida yang didapat dari Cyanobacteria adalah


Hapalosin.

Gambar 1. Struktur kimia Hapalosin


(Sumber: Singh S, Kate BN, Banerjee UC. Bioactive Compounds from Cyanobacteria and
Microalgae: An Overview. Crit Rev Biotechnol. 2005 Sep;25(3):7395.)

C. MANFAAT CYANOBACTERIA
Berikut ini adalah beberapa efek dari Cyanobacteria:
1. Efek pada sistem imun
Pada mencit yang diberi makan dengan diet suplemen algae, menunjukan bahwa
adanya peningkatan jumlah sel-sel yang memproduksi antibody IgG di spleen.
Injeksi ekstrak blue-green algae secara intraperitoneal satu jam setelah reaksi
alergi dapat menurunkan mortalitas akibat senyawa anafilaksis.2,6
2. Aktivitas antiinflamatori
Blue-green algae mengandung jumlah karotenoid (-caraotene, lycopene, lutein)
yang banyak, dan senyawa-senyawa ini memiliki efek antiinflamatori. Selain
senyawa-senyawa ini, efek antiinflamatori dari blue-green algae juga disebabkan
oleh phycocyanin. Efek antiinflamatori merukan hasil yang menginhibisi formasi
leukotrin, yang merupakan metabolit inflamatori dari asam arakidonat.2,7
3. Efek antivirus

Kelas baru inhibitor HIV yang disebut asam sulfonic, yang mengandung
glycolipid, diisolasi dari ekstrak blue-green algae dan senyawanya ditemukan
aktif terhadap HIV. Cyanoviridin-N yang diisolasi dari blue green algae
menginaktifkan strain virus HIV. Selain itu ekstrak calcium spirulan yang
didapatkan dari blue-green algae juga dapat digunakan untuk melawan virus
herpes simpleks, human cytomegalovirus, dan virus campak.2,8,9
4. Efek Anti kanker
Efek lain dari blue-green algae adalah efek anti kanker. Salah satu metabolit
yang didapat dari Nostoc sp. GSV 224 dan menunjukan sitotoksisitas terhadap sel
tumor manusia. Mekanisme sitotoksisitas dari Cryptophycin adalah interaksitubulin, yang akan mengakibatkan apoptosis dari sel-sel kanker.1,2

D. RACUN DARI CYANOBACTERIA


Beberapa spesies cyanobacteria menghasilkan racun yang dapat berakibat fatal bagi
manusia. Beberapa contoh dari racun-racun tersebut adalah:
1. Hepatotoksin
Hepatotoksin merupakan racun yang paling sering ditemui pada cyanobacteria.
Contoh dari senyawa yang merupakan hepatotoksin adalah microcystin dan
nodularin. Sampai saat ini tercatat ada lebih dari 50 varian berbeda dari
microcystin yang diisolasi dari spesies cyanobacteria seperti Anabaena,
Hapalasiphon, Microcystis, Nostoc, dan Oscillatoria. Hepatotoksin ini bersifat
merusak sel-sel hati.2
2. Kalkitoksin
Kalkitoksin merupakn neurotoksin yang memblok channel sodium yang akan
mencegah saraf mengirim sinyal mereka. Kalkitoksin merupakan senyawa

farmasi yang sangat berguna dan dapat digunakan untuk mengetahui cara kerja
channel sodium dan efek suatu penyakit pada channel sodium.2,10
3. Saxitoksin
Saxitoksin merupakan alkaloid neurotoksin yang dapat memblok transmisi
neuron yang nantinya akan mengakibatkan efek neurotoksin. Namanya berasal
dari moluska dimana racun ini pertama kali diidentifikasi2

4. Brevitoksin
Brevitoksin merupakan neurotoksin, yang berupa senyawa lipofilik dengan berat
molekul sekitar 90 Da. Brevitoksin dapat menyebabkan masuknya Na+ yang
tidak terkontrol ke dalam sel.2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cyanobacteria menghasilkan banyak sekali senyawa-senyawa aktif. Selain
senyawa yang dapat digunakan dan dikembangkan sebagai obat-obatan, ada juga
senyawa dari Cyanobacteria yang bersifat racun. Senyawa aktif dari Cyanobacteria
dapat digunakan sebagai anti kanker, anti virus, anti inflamasi, dan mungkin masih
banyak efek lain yang belum diketahui. Selain itu racun yang dihasilkan oleh
Cyanobacteria antara lain hepatotoksin, kalkitoksin, saxitoksin, dan brevitoksin.
B. Saran
Cyanobacteria merupakan salah satu sumber bahan aktif yang
sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi obat-obatan baru,
namun kekayaan alami yang ditawarkan Cyanobacteria masih belum

dapat dieksploitasi sepenuhnya. Penelitian yang lebih lanjut


mengenai Cyanobacteria harus dilakukan untuk mengeksploitasi
potensi dari Cyanobacteria guna menemukan temuan-temuan baru.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dixit RB, Suseela MR. Cyanobacteria: potential candidates for drug discovery.
Antonie Van Leeuwenhoek. 2013 May;103(5):94761.
2. Singh S, Kate BN, Banerjee UC. Bioactive Compounds from Cyanobacteria and
Microalgae: An Overview. Crit Rev Biotechnol. 2005 Sep;25(3):7395.
3. Tan LT. Bioactive natural products from marine cyanobacteria for drug discovery.
Phytochemistry. 2007 Apr;68(7):95479.
4. Speer BR. Cyanobacteria: More on Morphology. Regents Univ Calif [Internet].
2006; Available from: http://www.ucmp.berkeley.edu/bacteria/cyanomm.html
5. Burja AM, Abou-Mansour E, Banaigs B, Payri C, Burgess JG, Wright PC.
Culture of the marine cyanobacterium, Lyngbya majuscula (Oscillatoriaceae), for
bioprocess intensified production of cyclic and linear lipopeptides. J Microbiol
Methods. 2002 Feb;48(2-3):20719.
6. Kim H-M, Lee E-H, Cho H-H, Moon Y-H. Inhibitory Effect of Mast CellMediated Immediate-Type Allergic Reactions in Rats by Spirulina. Biochem
Pharmacol. 1998 Apr 1;55(7):10716.
7. Romay C, Ledn N, Gonzlez R. Phycocyanin Extract Reduces Leukotriene B4
Levels in Arachidonic Acid-induced Mouse-ear Inflammation Test. J Pharm
Pharmacol. 1999;51(5):6412.
8. Hayashi K, Hayashi T, Kojima I. A natural sulfated polysaccharide, calcium
spirulan, isolated from Spirulina platensis: in vitro and ex vivo evaluation of antiherpes simplex virus and anti-human immunodeficiency virus activities. AIDS
Res Hum Retroviruses. 1996 Oct 10;12(15):146371.
9. Hayashi O, Hirahashi T, Katoh T, Miyajima H, Hirano T, Okuwaki Y. Class
Specific Influence of Dietary Spirulina platensis on Antibody Production in Mice.
J Nutr Sci Vitaminol (Tokyo). 1998;44(6):84151.

10

10. Wu M, Okino T, Nogle LM, Marquez BL, Williamson RT, Sitachitta N, et al.
Structure, Synthesis, and Biological Properties of Kalkitoxin, a Novel Neurotoxin
from the Marine Cyanobacterium Lyngbya majuscula. J Am Chem Soc.
2000;122(48):120412.

Anda mungkin juga menyukai