Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tegar Pambudi Sulistiyo

NIM : 142011233072
Kelas : D
RESUME JURNAL
“Pengolahan Produk Pasca Panen Hasil Perikanan di Aceh Menggunakan Teknologi
Tepat Guna”
Pendahuluan

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki produksi perikanan
yang cukup tinggi paa tahun 2007, yaitu 127.837 ton per tahun untuk perikanan laut,
sedangkan perikanan budidaya sebesar 34. 610 ton per tahun. Hasil produksi perikanan
terutama dari laut ternyata menyimpan sebuah masalah yang dihadapi oleh nelayan
tradisional, yaitu fluktuasi hasil tangkapan yang tidak dapat diprediksi. Ketika hasil
tangkapan terlalu besar, ada beberapa ikan tidak termanfaatkan dan akhirnya membusuk,
sehingga harga jual ikan menurun di pasaran.

Untuk mengatasi kasus membusuknya ikan, diperlukan solusi untuk mengatasi


masalah tersebut, salah satunya ialah pengawetan. Pengawetan merupakan suatu proses untuk
mempertahankan mutu produk perikanan dan memperpanjang masa simpan dari produk
perikanan. Salah satu metode pengawetan yang umum digunakan ialah pengeringan.
Pengeringan yang biasa dilakukan ialah memanfaatkan panas matahari, karena sangat
ekonomis dan mudah untuk dilakukan. Penggunaan panas matahri memiliki kekurangan,
yaitu durasi yang dibutuhkan sangatlah lama dan proses pengeringan tergantung cuaca,
sehingga diperlukan suatu inovasi untuk pengeringan ikan. Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan, lahirlah suatu media yang dapat mempercepat masa pengeringan ikan namun
tetap mudah diroperasikan, yaitu lemari pengering. Lemari pengering merupakan media
pengeringan ikan, dimana dalam lemari ini terdapat tingkatan yang banyak untuk
memperbesar kapasitas pengeringan ikan dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi panas.

Konsep pengeringan menggunakan lemari pengering ialah akan ada bahan baku yang
dibakar dan hawa panasnya akan mengarah ke ikan-ikan yang telah ditata melalui saluran
udara yang ada di dalam lemari. Nantinya, terdapat pola aliran panas yang disebabkan oleh
perbedaan densitas udara antara ruang bakar dengan ruang pengering. Keunggulan dari
lemari pengering ini ialah dapat dioperasikan tanpa bergantung cuaca, hemat tenaga kerja,
dan temperatur dapat diatur.
Metode Penelitian

Pada penelitian ini, lemari pengering dirancang untuk pengeringan ikan berskala kecil
hingga menengah. Pengujian yang dilakukan ialah pengaruh posisi ikan dalam rak lemari
pengering serta pengujian bahan bakar yang optimal dalam menghasilkan panas untuk
pengeringan ikan. Pada pengujian ini dilakukan perhitungan kadar air dalam ikan yang
dikeringkan untuk mengetahui bahan bakar apa yang optimal dalam menghasilkan panas.

Hasil dan Pembahasan

Pengeringan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air hingga batas yang
ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia, yaitu 10,27%. Perhitungan kadar air
menggunakan sistem berat kering karena penurunan berat berubah dengan bertahap menuju
kadar air yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai kadar air berbeda-beda dari
setiap perlakuan. Hal tersebut kemungkikan disebabkan oleh kemampuan bahan bakar dalam
menghasilkan udara panas untun mengeringkan ikan.

Pada penelitian ini, durasi yang digunakan dalam pengeringan ikan dari masing-
masing perlakuan ialah delapan jam. Dengan durasi yang ditentukan, bahan bakar yang dapat
menurunkan kadar air paling rendah ialah bahan bakar gas, dengan kadar air dalam ikan
11,43% pada rak nomor 1 dan 12,93% pada rak nomor 4. Pada urutan kedua, bahan bakar
minyak tanah dapat menurunkan kadar air dalam ikan 12,54% pada rak nomor 1 dan 13,66%
pada rak nomor 4. Pada urutan ketiga, bahan bakar kayu dapat menurunkan kadar air dalam
ikan 12,72% pada rak nomor 1 dan 14,36% pada rak nomor 4. Dari hasil pengujian, distribusi
panas yang lebih stabil dan lebih cepat ialah menggunakan bahan bakar gas.

Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, pengeringan yang efisien dan efektif ialah
menggunakan bahan bakar gas karena memiliki nilai penurunan kadar air paling rendah bila
dibandingkan dengan bahan bakar lainnya. Suhu yang didapatkan ketika pengeringan ialah
60℃ hingga 70℃. Distribusi panas yang paling luas ialah menggunakan kayu, sedangkan
gas menduduki peringkat terakhir. Dari ketiga bahan bakar yang diujikan, biaya pokok yang
paling efisien ialah menggunakan gas, yaitu sebesar Rp.193,95 untuk memanaskan 1 kg ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, F. dan Jumadi. 2016. Pengolahan Produk Pasca Panen Hasil Perikanan di Aceh
Menggunakan Teknologi Tepat Guna. Jurnal Polimesin, 14 (2): 8-12.

Anda mungkin juga menyukai