Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jensen Liawan

NPM : 6052001262
Matkul : Fenomenologi Agama
Kelas : D

Esai Ekonomi dan Agama

Ekonomi dan agama merupakan hal yang saling terikat dan tidak dapat
dipisahkan. Ekonomi dan agama tidak terpisahkan, karena keduanya merupakan
faktor yang paling mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia.
Hubungan agama dan ekonomi sudah tergambarkan sejak agama tersebut ditulis
dan diceritakan dalam Kitab Suci, terbukti dari konsep “kesejahteraan” yang terdapat
dalam Alkitab dan konsep “suku bunga” yang terdapat dalam Alquran.1 Dewasa ini,
keberagaman agama menghasilkan reaksi beragam terhadap hubungan antar
agama dengan ekonomi, ada yang memberikan reaksi positif, ada juga yang
memberikan reaksi negatif seperti diskriminasi ekonomi terhadap agama tertentu.
Diskriminasi ekonomi yang diarahkan pada umat beragama tertentu merupakan
fenomena yang kerap terjadi di kehidupan sehari-hari. Diskriminasi tidak dapat
dianggap sepele karena diskriminasi merupakan bentuk ketidakadilan yang harus
dibasmi. Oleh karena itu, diskriminasi ekonomi terhadap umat beragama tertentu
harus segera ditangani.
Rice University, Washington, Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap
diskriminasi agama dalam lingkungan kerja, dan mendapatkan hasil bahwa umat
Kristen, Yahudi dan Muslim mendapatkan perlakuan diskriminasi di tempat-tempat
kerja. Diskriminasi terhadap umat beragama marak ditemui pada masa perekrutan,
promosi, dan pemecatan. Pada umumnya perekrutan , promosi ,dan pemecatan
yang diskriminatif didasari atas stereotip dan preference personal dari atasan yang
berwenang terhadap suatu agama. Selain itu, para pekerja Yahudi dan Muslim
menghadapi diskriminasi berupa agresi mikro verbal yang berkaitan dengan
stereotip anti semit dan anti islam.2 Stereotip dan diskriminasi ekonomi terhadap
agama tidak hanya terjadi di Amerika saja, tetapi juga terjadi di Indonesia, karena
stereotip dan diskriminasi ekonomi terhadap umat beragama tertentu dialami oleh
semua negara yang heterogen.
Stereotip mengenai agama dalam dunia ekonomi terjadi juga di masyarakat
Indonesia, Orang yang beragama Kristen atau Budha dipandang sebagai
orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi yang baik, Orang yang beragama islam
dipandang sebagai orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi rendah.3 Stereotip ini
tidak hanya berpengaruh pada pandangan masyarakat terhadap hubungan agama
dengan tingkat ekonomi saja tetapi juga kepada penentu pilihan partner dalam

1
Bartolomeus Samho, Agama dan Kesadaran Kontemporer,(Yogyakarta :Pt. Kanisius ,2019),hlm.240.
2
Ani Nursalikah,Orang Kristen,Yahudi dan Muslim hadapi Diskriminasi Berbeda di Tempat
Kerja,2022https://www.republika.co.id/berita/r8vxe0366/orang-kristen-yahudi-dan-muslim-hadapi-diskr
iminasi-berbeda-di-tempat-kerja diakses 17 jan 2023
3
Jony Eko, Diskursus Stereotip dalam Dunia Bisnis , 2012,
https://www.uc.ac.id/library/diskursus-stereotip-dalam-dunia-bisnis/ diakses 18 Jan 2023.

1
menjalankan kegiatan usaha. Dikarenakan orang yang beragama Kristen dianggap
sebagai orang-orang yang kaya, maka orang-orang kristen akan mencari partner
bisnis orang Kristen lagi, dengan alasan orang Kristen dipandang sebagai orang
kaya. Lalu dikarenakan orang-orang beragama islam dianggap sebagai orang
miskin, maka seseorang pengusaha sukses yang beragama islam akan mencari
partner bisnis orang islam lagi, dengan alasan mendahului saudara seiman yang
membutuhkan. Stereotip tersebut sepanjang dimaknai bukan sebagai batasan dalam
berekonomi yang bersifat diskriminatif , maka stereotip tersebut bukanlah masalah.
Agama secara luas memberikan pemahaman mengenai tata cara hidup di
dunia ini dengan segala perlengkapan duniawi yang dimilikinya atau yang kita kenal
sebagai kegiatan ekonomi. Dalam agama Kristen terdapat visi Kristiani dimana
dalam menjalani kehidupan harus memiliki kerelaan berbagi dengan sesama,
terutama mereka yang paling lemah dan tersisih.4Dalam Islam, sistem ekonomi
dibangun dengan dasar moral dan rohani yang mengantar manusia pada
kebahagian dan menghapus penderitaan.5 Dalam Budha hal utama dari manusia
adalah dengan mengatasi derita hidupnya.6 Dari ketiga ajaran agama tersebut dapat
disimpulkan bahwa ketiganya mengajarkan bahwa kegiatan ekonomi adalah suatu
tindakan untuk mengusahakan manusia agar dapat mengatasi penderitaan,
sehingga diskriminasi ekonomi kepada agama tertentu merupakan hal yang
bertentangan dengan ajaran agama mengenai ekonomi, karena diskriminasi
melahirkan penderitaan kepada umat manusia.
Perbedaan Agama seharusnya tidak melahirkan diskriminasi ekonomi antar
umat beragama. Agama secara luas pada dasarnya mengajarkan umat manusia
untuk mengusahakan hidupnya untuk mengatasi penderitaan yang dialaminya.
Diskriminasi ekonomi terhadap umat beragama dipengaruhi oleh stereotip dan
preferensi personal terhadap suatu agama tertentu. Untuk mengatasi stereotip dan
personal preference terhadap suatu agama, masyarakat harus memisahkan
pengetahuan mengenai agama tertentu dari diri sendiri, seolah-olah masyarakat
belum mengenal agama tersebut, dengan begitu masyarakat tidak bertindak
berdasarkan stereotip dan preferensi personalnya.

4
Bartolomeus Samho,loc.cit,hlm.251.
5
Ibid,hlm.252
6
ibid.

Anda mungkin juga menyukai