Anda di halaman 1dari 14

1

Penalaran Hukum

Dr. Agus Setiawan, S.H., M.Hum., M.Kn.


Pendahuluan :
1. Perkenalan
3. Boleh bertanya / berdiskusi kapan saja
4. Materi didapat dari: beberapa sumber dan pengalaman
5. Peserta kuliah diwajibkan mencatat secara mandiri materi kuliah yang
diberikan
6. Penunjukkan Ketua Kelas
7. Kehadiran 80% sepenuhnya menjadi tanggung jawab peserta kuliah, tidak
ada pembahasan apapun mengenai kehadiran yang kurang dari 80% di
kemudian hari.
• Apa itu penalaran hukum? à Proses berpikir yang dilakukan oleh para
profesional hukum (Prof. Arief: Pengemban Profesi Hukum).

• Profesional hukum: Praktisi dan Akademisi

• Apa pekerjaan sehari-hari para profesional hukum? à Menjawab


pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hukum = Memberikan
solusi hukum atau memecahkan masalah hukum.

• Penalaran hukum à menyelidiki dan menjelaskan tentang PROSES


BERPIKIRNYA para pengemban profesi hukum.

• Fokus selama ini pada: kasus (input) & jawaban (output), padahal ada
proses berpikir.
• Fokus selama ini pada: kasus (input) & jawaban (output), padahal ada
proses berpikir.

• Baca: “How judge think”

• Cara berpikir pada Anglo Saxon system dan Eropa Continental system
sama, yang berbeda adalah sumber hukumnya.

• Semua orang melakukan penalaran, tetapi yuris punya karakter yang khas
à Prof Arief: “berpikir yuridik”.
CARA BERPIKIR DALAM PENALARAN HUKUM = BERPIKIR YURIDIK

Prof. B. Arief Sidharta memaknai ‘berpikir yuridik’ sebagai:

Suatu cara berpikir tertentu, yakni terpola dan terarah, dalam konteks sistem kaidah-
kaidah hukum positif dan kenyataan kemasyarakatan, untuk memelihara stabilitas dan
prediktabilitas demi menjamin ketertiban dan kepastian hukum, untuk menyelesaikan
kasus konkret secara imparsial-obyektif-adil-manusiawi.

Masalah pokok dalam kegiatan berpikir yuridik adalah pertanyaan: apa yang seharusnya
terjadi atau dilakukan orang tertentu, artinya apa hukumnya (apa hak dan kewajiban)
para pihak dalam situasi konkret tertentu? Lebih konkret lagi: siapa berhak
(berkewajiban) atas apa terhadap siapa berkenaan dengan apa dalam situasi konkret
apa dan atas dasar apa?

Pada kegiatan penalaran hukum, pengemban profesi hukum secara terus menerus akan
berpikir secara terpola dan terarah dalam konteks kaidah hukum yang terkait dengan
fakta yuridik untuk sampai pada pendapat hukum tertentu mengenai hak dan
kewajiban dari para klien yang berhadapan dengannya dan kondisi-kondisi yang
mengitarinya.
MODEL BERPIKIR dalam Penalaran Hukum
POSISI PENALARAN DALAM PERSPEKTIF LOGIKA DAN LUARANNYA
Pendapat
B. Arief Sidharta, Pengantar Logika – Sebuah Langkah Pertama
Pengenalan Medan Telaah, Cet. Ketiga, Bandung: Refika Aditama, Hukum
2010.

Kegiatan Berpikir Tingkat ke-3 Luaran :


PENALARAN (Reasoning) Argumentasi

Kegiatan Berpikir Tingkat ke-2 Luaran :


Proposisi /
KEPUTUSAN (Judgement)
Pernyataan

Kegiatan Berpikir Tingkat ke-1


APREHENSI SEDERHANA Luaran :
Konsep
(Simple Aprehension)
Penalaran, Penalaran Hukum, dan Luarannya
PENALARAN :
“Suatu kegiatan merumuskan pendapat yang benar sebagai suatu hasil dari proses berpikir untuk merangkai
fakta-fakta atau evidensi menuju pada suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat (rasional).”
(Dr. R.B. Budi Prastowo)

Logika: Kegiatan berpikir tingkat ke-3 Luaran :


ARGUMENTASI
Salah satu bentuk RETORIKA (suatu kegiatan mengenai bagaimana ide/gagasan
disampaikan kepada orang lain, baik secara tertulis maupun lisan) , selain:
NARASI (yang merupakan cerita dari suatu peristiwa, urut-urutan, dan bagaimana
hal itu terjadi), DESKRIPSI (penjelasan terhadap suatu obyek tertentu, ciri,
Jika diterapkan pada keistimewaan dll), EKSPOSISI (yang merupaan suatu perbandingan).
(Dr. R.B. Budi Prastowo)
bidang hukum

PENALARAN HUKUM :
“Proses menalar dalam kerangka dan berdasarkan tata-hukum positif mengidentifikasi hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yuridik spesifik dari subyek-subyek hukum tertentu” (Prof. B. Arief Sidharta)

Luaran :

Produk ARGUMENTASI YURIDIK = PUTUSAN HUKUM = PENDAPAT HUKUM


Hukum dari “Pendirian hukum yang bermuatan penentuan secara umum atau secara konkret
tentang status, hak, dan kewajiban subyek hukum, serta tentang status obyek
Yuris hukum” (Prof. B. Arief Sidharta)
Nama lain yang sering dijumpai bagi:

Penalaran Hukum
Legal Reasoning /
Teori Argumentasi Yuridik /
Penemuan Hukum /
Rechtsvinding /
Law Making /
Logika Hukum
• Perlu diperhatikan:
Ø Pendapat yuris harus didasarkan pada kaidah hukum (bukan hanya
pada peraturan perundang-undangan semata)
Ø Pendapat yuris harus adil à tidak sekedar menerapkan kaidah hukum,
tetapi harus memperhatikan ‘rasa keadilan’

• Prof. Arief: “Untuk menjadi pengemban profesi hukum, harus memiliki


intelektual yang tinggi, tapi juga haruslah seseorang yang memiliki rasa
kesusilaan dan keadilan yang halus (baca: tinggi)”

• Yang bisa diajarkan adalah proses berpikir yang sistematis logis


• Pembelajaran mengenai proses berpikir yang sistematis logis dibagi 2:
ü Tentang PROSES BERPIKIR-nya
ü Pendapat hukum yuris selalu disampaikan kepada pihak lain à yang
disampaikan bukan saja pendapat hukumnya, tetapi juga proses
berpikirnya harus mampu untuk dieksplisitkan.

• Karenanya suatu pendapat hukum diterima / ditolak akan sangat


bergantung pada proses berpikir dan penyampaiannya.

• Yang akan dilatihkan juga adalah bagaimana mengeksplisitkan proses


berpikir yang sistematis logis itu.
Struktur kuliah Penalaran Hukum :

A. Sebelum UTS:

Teori ttg Argumentasi Yuridik

B. Setelah UTS:

Praktik melakukan Penemuan Hukum


Mata kuliah Penalaran Hukum termasuk kelompok
kemahiran (tujuannya: mahir); jadi hanya bisa
dicapai dengan praksis / latihan.

Penilaian:
• UTS 30 %

• UTS 30 %

• KAT 40 %

Tugas akan banyak dan berkesinambungan

Anda mungkin juga menyukai