Anda di halaman 1dari 8

22/01/2024

Martanty A ditya

PENDAHULUAN

• Tuberkulosis (TBC) masih merupakan ancaman kesehatan


masyarakat di Indonesia.
• Kasus TBC di Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan
sejumlah
845.000 kasus dengan insidensi 312 per 100.000 (WHO
Global TBC Report 2020).
• Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar
kedua di dunia setelah India.
• Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030, diperlukan
strategi percepatan penemuan dan pengobatan yang
mencakup perluasan akses dan penyediaan layanan yang
3 bermutu dan terstandar.
22/01/2024

• Perki raan kasus TB per tahun : 845.000 (jumlah kasus kedu a


terbesar setelah I n d i a (2,64 juta).
• I n s i den TB: 312 per 100K (urutan ke 1 4 d i antara 30 negara
HBC)
• Mortalitas: 3 4 per 100K (urutan ke 1 4 d i antara 30 HBC)
• WHO mencanangkan strategi • Perki raan jumlah kasus TB dengan status HIV positif sebesar
19.000
End Tuberculosis • Esti masi ka sus TB RR/ MDR I n d o n esi a sebesar 24.000 ka sus
dengan rate sebesar 8 ,8 per 100K penduduk.
• Visi End TB (2030): • Perki raan TB RR / T B MDR di an t ara TB Baru adalah 2,4% d a n
• Jumlah kematian akibat TB berkurang 13% di an t ara pasien TB pengobatan u l an g
95% disbanding tahun 2015 • Persentase TB RR yang TB MDR adalah 99%.

• Angka insidensi TB berkurang 90%


KASUSTB KASUSTB RO TB HIV
dibandingkan tahun 2015
Estimasi: 845.000kasus
Estimasi: 24.000 kasus Estimasi: 19.000kasus
• Tidak ada keluarga yang mengalami
• 48 %pria • 11.463dilakukan Pasien HIV (POSITIF HIV)
masalah ekonomi yang katastropik • 35% wanita pemeriksaan • 11.708yang dinotifikasi
• 17%anak
• 5.531 memulai pengobatan • 4.995 yang menjalani
• 562.000 yang ditemukan pengobatan ARV
• 67%yang menjalani pengobatan
TatalaksanaTB 161121 4

• Derajat penyakit / bakteriologis 1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
• Derajat & frekuensi batuk 2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka
• Kualitas & jumlah sekret jalan waktu panjang.
napas 3. Perokok
• Pemberian obat anti TB 4. Konsumsi alkohol tinggi
sebelumnya 5. Anak usia <5 tahun dan lansia
• Karakteristik paparan 6 . M emiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang
infeksius.
7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis
(contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka
panjang)
Batuk: 3.000 percik renik
Bersin: 1 juta percik renik 8. Petugas kesehatan

7 8
22/01/2024

Diagnosis Tuberkulosis

• Anamnesis • M embutuhkan > 10000 kuman/ ml sputum untuk hasil positif


G ejala klinis : • sensitivitas rendah, Spesifisitas (96-99%)
• Gejala Respiratorik • sampel harus baik dan mencukupi
• Batuk  2-3 minggu ,batuk darah, sesak, nyeri dada. • Sederhana
• G ejala sistemik: • Mudah
• Demam (65-80% kasus) • Murah
• Berat badan menurun, anoreksia, keringat malam • Cepat
• 10-20% tanpa gejala • Tersedia di mana mana
• Pemeriksaan fisik : sangat bervariasi • Dapat membedakan kondisi sakit atau infeksi, monitoring terapi dan
• Laboratorium : Pemeriksaan bakteriologi Sputum BTA (Basil Tahan sembuh/tidak sembuh
Asam) Sewaktu - Pagi.
The Great Imitator

Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi Bakteriologis:


• Pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan, tes cepat (GenXpert).
Sensitivitas • Kelompok:
• Kavitas ---> 80-90% • TB paru BTA positif; biakan M.tb positif; tes cepat M.tb positif
• TB ekstraparu terkonfirmasi bakteriologis jaringan yg terkena
• Infiltrat ---> 50-80%- • TB anak terdiagnosis bakteriologis.
• Nodul ------> < 50%
Pasien TB terdiagnosis secara Klinis:
Negatif palsu: • Pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
• Jumlah kuman sedikit bakteriologis, tetapi didiagnosis sebagai TB aktif & diputuskan
• Tehnik pengambilan sputum tidak baik diterapi TB.
• Kelompok:
• Pembacaan sampel terlalu cepat • TB paru BTA negatif dg foto toraks TB;
• TB ekstraparu tanpa konfirmasi bakteriologis (Klinis+HistoPA)
• TB anak terdiagnosis dg sistim skoring. 12

PedNas TB 2014
22/01/2024

Klasifikasi pasien TB
Klasifikasi Pasien TB berdasarkan :
a. Lokasi anatomi dari penyakit 1. Tuberkulosis paru :
b. Riwayat pengobatan sebelumnya • Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru.
c. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat • Milier TB TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.
d. Status HIV
2. Tuberkulosis ekstra paru
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:  Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya :
1) Pasien baru TB pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit,
2) Pasien yang pernah diobati TB: sendi, selaput otak dll
Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB  Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil
terakhir, yaitu: pemeriksaan bakteriologis atau klinis.
• Pasien kambuh:  Bila menyerang beberapa organ  diklasifikasikan sebagai
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): gambaran TB yang terberat.
• Lain-lain
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
TB paru +TB ekstra paru = TB paru.

Tujuan adalah:
1) Pasien baru TB
a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup
2) Pasien yang pernah diobati TB: b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya
c. Mencegah terjadinya kekambuhan TB
pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 d . M enurunkan penularan TB
dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat
terakhir, yaitu:
• Pasien kambuh: Prinsipnya adalah:
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal:  Diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam
obat
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):  Diberikan dalam dosis yang tepat
• Lain-lain  Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PM O (Pengawas Menelan
Obat)
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.  Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
serta tahap lanjutan

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
22/01/2024

Tahap Pengobatan:
 Tahap Awal : Setiap hari
 Tahap Lanjutan: 3 kali seminggu

Paduan OAT yang digunakan Indonesia adalah:


• Kategori 1 : awal 2(HRZE) / 4(HR)3
• Kategori 2 : awal 2(HRZE)S S/5(HR)3E3
• Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR

Pemantauan kemajuan pengobatan


 Dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis 2x (sewaktu dan
pagi)
 negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif.
Positif bila salah satu contoh uji positif atau keduanya
positif.

Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16
Berat Badan RHZE (150/75/400/275) minggu
Paduan OAT yang digunakan oleh program nasional Pengendalian TB di Indonesia : RH (150/150)
1. Kategori-1 (KDT/Kombipak) 30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
2. Kategori-2 (KDT/Kombipak) 55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
3. Kategori Anak (KDT)

• Diperuntukkan:
1. Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
2. Pasien TB paru terdiagnosis klinis
3. Pasien TB ekstra paru
22/01/2024

Fixed Dose Combination/ FDC


OBAT ANTITUBERKULOSISKOMBINASI DOSIS TETAP (KDT)
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
tiap hari 3 kali seminggu
Berat Badan RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)

Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu


30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT


4FDC(RHZE) + 750 mg Streptomisin inj. + 3 tab Etambutol
150/75/400/275 55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tab Etambutol

≥71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT


+ 1000mg Streptomisin inj. ( > do maks ) + 5 tab Etambutol

Diberikan Pada Pasien yang pernah di obati TB:


2FDC(RH) 1. Pasien kambuh
150/150 2. Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

Program Pemberantasan Tuberkulosis


Drug Dose The recommended Maxim Dose (mg/KgBW) Nasional (National TB Control Programme)
(mg/KgBW dose um
/day)
Daily Intermit- dose 28-39 40-60 >60
(mg/KgBB
/day)
ten
(mg/KgBW
(mg)
Dengan Strategi DOTS
/day)
R 8-12 10 10 600 300 450 600 DIRECTLY
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
OBSERVED
E 15-20 15 30 750 1000 1500
TREATM EN T A N D
S 15-18 15 15 1000 According 750 1000
SHORT C OURSE
BW

24 25
22/01/2024

• Persyaratan PMO
1. Komitmen politis • Dikenal, dipercayadan disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan dan
2. Pemeriksaan sputum BTA : SPS (Sewaktu –Pagi – disegani serta dihormati olehpasien
Sewaktu) • Tinggal dekat dengan pasien
• Bersedia membantu pasien dengansukarela
3. Pengobatan teratur diawasi PMO (Pengawas
• Bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan Bersama pasien
Menelan Obat)
• Tugas seorang PMO
4. Pengadaan obat
• Mengawasi pasien TBC agar menelan OAT secara teratur sampai selesai
5. Pencatatan dan pelaporan pengobatan
• Mengingatkan pasien untuk periksa dahak pada saat yang telah ditentukan
• TugasPMO bukan untuk menggantikan kewajiban pasien untuk mengambil
obat di fasyankes

26 TatalaksanaTB 161121 27

Early Preventing
Sterilizing
Drug bactericidal drug
activity resistance activity

Isoniazid ++++ +++ ++


Rifampicin ++ +++ ++++
Pyrazinamide + + +++
Streptomycin ++ ++ ++
Ethambutol ++ ++ +
Saat pasien minum obat, didampingi oleh seorangPMO
Highest ++++ High +++ Intermediate ++ Low +
28
ISTC Training M odules 2008
22/01/2024

Hasil pengobatan Definisi


Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal
Sembuh pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan
menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.

 Bacteriological Pengobatan
Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana
pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif
lengkap namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir
 Radiological pengobatan.
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
 Clinical Gagal
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja
apabila selama dalam pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang
menunjukkan adanya resistensi OAT
 Sideeffects Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau
Meninggal
sedang dalam pengobatan.
 Adherenceto takemedication Putus berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang pengobatannya
(loss to follow-up) terputus selama 2 bulan terus menerus atau lebih.

Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya. Termasuk dalam


kriteria ini adalah ”pasien pindah (transfer out)” ke kabupaten/kota lain
Tidak dievaluasi
dimana hasil akhir pengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota yang
ditinggalkan.

• Konsumsi makanan bergisi


• Tinggal di lingkungan sehat Penting Memastikan
mengetahui riwayat diagnostic TB Pastikan ada
• Meminimalkan natrium dan kafein Pengobatan sesuai
pengobatan secara resistensi O AT atau
standar
sebelumnya Bakteriologis/Klinis tidak
• Olahraga rutin

Evaluasi dan Monitoring dan


Pengendalian
monitoring terapi Tatalaksana efek
infeksi secara baik
secara teratur samping

Anda mungkin juga menyukai