Anda di halaman 1dari 34

Tatalaksana TB RO di Era

Pandemi COVID-19
Ungky Agus Setyawan
Outline
• Masalah TB RO masa Pandemi
• Gejala COVID-19 & TB
• Layanan & Alur TB RO selama Pandemi
• Diagnosis & Pengobatan TB RO selama Pandemi
• Evaluasi pengobatan TB RO selama Pandemi
• Pencegahan penularan COVID-19 pada pasien TB RO
• Inovasi selama pandemi
MDR TB Situation in Indonesia

• Global TB Report 2021 di Indonesia: insiden & mortalitas TB urutan ke 3 dunia, & South East Asia urutan ke 2.
• Terdapat perbedaan antara angka noifikasi kasus & inisiasi pengobatan.
• Keberhasilan pengobatan menurun 45,15% (2017) & Angka lost to follow up yang tinggi.
• Tahun 2018 terdapat 484.000 pasien TB TB-RR & 78% diantaranya TB MDR.
• Jumlah kasus TB RO baru tahun 2019 urutan ke 5 dunia.
• Angka kesembuhan TB SO tinggi (85%), angka kesembuhan TB MDR hanya 54% & TB XDR hanya 30%.

• Menjadi beban ganda dengan infeksi HIV


• Pasien TB cenderung memiliki komorbid (DM, HIV, Malnutrisi, Silikosis) yang meningkatkan kerentanan terkena
COVID-19.

Source : https://www.who.int/teams/global-tuberculosis-programme/data
Bagaimana kualitas
pelayanan TB selama
pandemi COVID-19?
• ESTIMASI WHO
• Penurunan deteksi kasus TB sebanyak 25%
selama 3 bulan akan berakibat peningkatan
13% jumlah kematian karena TB,
memundurkan progress keberhasilan
program TB seperti 5 tahun yang lalu.
• Diperkirakan terdapat 1.4 juta kematian
pada pasien TB akibat konsekuensi COVID-19
pada tahun 2020-2025.
Sumber:
Maintaining essential health services: operational guidance for the COVID-19 context (Internet). Cited
2020 Jul 5. Avaible from: https://www.who.int/publications-detail-redirect/10665-332240
Tantangan TB RO di Era Pandemi
• Upaya penemuan kasus TB turun (grebek TB ditunda).
• Fasyankes berhenti memberikan layanan TB RO & petugas
kesehatan dialihkan penanganan COVID-19.
• Pasokan obat & produk kesehatan (masker N95) yang
dibutuhkan tenaga Kesehatan terbatas.
• Dampak sosial bagi pasien TB, sehingga menurunkan tingkat
kepatuhan berobat & proses penyembuhan:
• Kebijakan pembatasan social berskala besar
• Pasien tidak mengambil obat
• Tidak ada biaya untuk berobat
• Tidak mampu membeli makanan bergizi
• Monitoring pengobatan terganggu karena terkendala
pengiriman spesimen.
• Enabler pasien TB RO tidak bisa diberikan secara rutin à
mengubah metode klaim & pembayaran.
Health Care Service
• Basic prevention & Infection control
Prevention • Etika batuk
• Triase pasien

• Diagnosis test untuk TB


Diagnosis • Diagnosis test untuk COVID-19

• Active case finding


• Contact tracing
Treatment & Care • Penggunaan tehnologi digital health untuk komunikasi, konseling
& informasi
COVID-19 VS TB
• Orang yang menderita TB & COVID-19
dapat menunjukkan gejala yang sama
seperti batuk, demam, & kesulitan
bernapas.
• Kedua penyakit ini menyerang
terutama paru & menular melalui
kontak erat.
• Sebagian besar RS Rujukan COVID-19
merupakan RS yang memiliki TCM &
pelayanan rujukan TB RO.
• Risiko kematian COVID-19 meningkat
pada HTN, penyakit jantung, penyakit
paru kronis, CVA, DM, kanker,
perokok, obesitas (BMI>30). (WHO,
2020;CDC, June 25, 2020)

Inkubasi: TB lebih lama 2-12 minggu & onset lambat, COVID-19: 2-14 hari (±5-6 hari)
Jenis Pemeriksaan Mikrobiologi Mesin TCM untuk deteksi COVID & TB
• Spesimen dahak bisa digunakan untuk deteksi kuman TB bersamaan
Program TB: dengan COVID-19.
• Cara kerja mirip dengan RT-PCR, namun lebih cepat karena
terotomatisasi dengan sistem cartridge.
TCM • Deteksi MTB & Resistensi Rif • Memerlukan cartridge khusus untuk COVID-19/ TB.
• Perhatian khusus saat pengambilan sampel & transportasi sputum & cairan
BAL.
• Sputum collection dilakukan diarea terbuka, menggunakan biosafety
• Deteksi BTA cabinet.
Mikroskopis
• Tidak bisa membedakan MOTT • Tidak dianjurkan mengirim pasien secara langsung ke faskes lain untuk
diagnostik.

• Lini 2: Flq, Injectable lini 2


LPA
• Lini 1: INH & Rif

• Media cair (2-6 mgg)


Biakan Media padat (2-8 mgg)

Cartridge Xpress SARS-CoV-2


• SDP: INH high, Mfx high, Amk, PZA,
Uji Kepekaan Lnz, Cfz, Bdq, Lfx
Jejaring rujukan: uji kepekaan & LPA tidak mengalami perubahan.
Bila terdapat kondisi khusus menginformasikan ke Dinkes.
Klasifikasi TB Resisten Obat
Terjadinya TB MDR/TBRO
Multidrug resistant • Intrinsik
Monoresisten Poliresisten (TB MDR) • Susunan unik dinding sel M.
tuberculosis -> Hanya sedikit antibiotik
yang dapat menembus ke dalam sel
• Mekanisme eflux -> menyebabkan
resistensi alami terhadap berbagai obat
TB PreXDR: MDR+res FQ TB lain seperti fluoroquinolon,
TB XDR: PreXDR & salah Rifampicin resistant aminoglikosida dan tetrasiklin
INH Resistant
satu obat group A ( BDQ (TB RR) • Acquired
& Lzd)
• Mutasi spontan pada kromosom, ->
pembentukan strain resisten
• Terjadi pada pengobatan yang tidak
adekuat (putus obat)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
Pemeriksaan Diagnosis TB RO
Risiko Tinggi TB RO Risiko Rendah TB RO
Pengelompokan WHO 2019
Pengobatan TB RO di Indonesia Selama Pandemi
• Sejak Agustus 2020, paduan pengobatan TB RO
Akselerasi
di Indonesia tidak lagi menggunakan obat perubahan • Injectable dirubah ke oral
• All oral regimen
injeksi (all-oral regimen), kecuali untuk kasus regimen

tertentu dapat diberikan Amikasin atau


Streptomisin. • Dilakukan rujukan balik & drug dispensing
Pelayanan • Inisiasi pengobatan di jejarning
Desentralisasi
• Berdasarkan durasinya pengobatan TB RO: • Followup TB RO: 2 minggu, 4 minggu (tiap bulan)

ü Paduan jangka pendek (9-11 bulan) (STR)


ü Paduan jangka panjang (18-24 bulan) (LTR) Community • Home base care & PPI baik
delivery
• Integrasi skrining COVID-19 dalam alur pasien, Services • Meminimalkan kunjungan ke FASKES

menunjukkan potensi bentuk layanan


terintegrasi lainnya (seperti skrining penyakit Pengurangan
tidak menular, kesehatan mental, promosi Ketergantungan
directly observed
• Memanfaatkan tehnologi
kesehatan) treatment (DOT) • Penggunaan video-observed therapy (VOT)
• Telemedicine

13
Algoritma penapisan COVID-19 pada pasien TB
Pasien TB RO
Alur pasien:
• Kedatangan sudah terjadwal, - Riwayat kontak erat probable/ konfirmasi
COVID-19 Algoritma
pengumpulan laporan, pengiriman
sampel dahak, & konsultasi.
- Pergi kedaerah dengan insiden COVID-19
tinggi
Lakukan Pemeriksaan:
- Swab antigen Penapisan
• Pasien diskrining COVID-19: suhu & COVID-19
skrining klinis termasuk
Terdapat salah satu gejala: terhadap Pasien
mengidentifikasi dugaan kasus atau
riwayat kontak COVID-19.
- Demam ≥ 38 ° C
- Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi
Bila perlu:
- DPL
TB RO dalam
• Kasus dengan skrining positif, pasien COVID-19
- Sesak napas memberat
- Foto toraks Pengobatan
diarahkan skrining sekunder untuk - Batuk muncul kembali
manajemen & pengujian lebih lanjut.

Mengarah COVID-19 Tidak mengarah COVID-19

Bila pasien Kontak Erat & Susp COVID-19


dengan kondisi baik, isolasi sambil Swab PCR Cari penyebab lain: Infeksi sekunder
menunggu hasil Swab PCR & terapi TB
RO tetap dilanjutkan
Lanjutkan tatalaksana TB Lanjutkan tatalaksana TB
Dua contoh uji berkualitas
baik

Alur Hasil LPA tidak

Pengobatan tersedia hingga hari


ke-7, pengobatan
TB RO harus segera dimulai

Pernah
mendapatkan tx TB
Dilakukan pengkajian riwayat RO: Lfx/ Mfx, Cfz, E,
pasien à memenuhi kriteria Bdq ≥ 1 bulan
mendapatkan paduan STR.
TB Paru berat: lesi
lanjut sedang, lesi
sangat lanjut
TB Extra paru berat:
ME, Tulang,
Spondilitis, Milier,
pericarditis, abdomen
Intoleransi:
penghentian
salah satu obat
Bdq, Lfx/ Mfx,
Cfz, Eto, INHDT
Pemeriksaan Baseline
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Darah perifer lengkap Hb
Pemeriksaan fisik Paru & extra paru
SGOT, SGPT, Bil total
Konseling & evaluasi Menumbuhkan kemauan & Elektrolit: Na, K, Ca, Mg Mg sebaiknya diperiksa
psikososial semangat pasien
Berat badan (IMT) BB & TB diukur secara peridik Ureum, creatinin
Albumin Menggunakan Dlm
Klinis

Skrining neuropati Menggunakan Michigan

Lab, Radiologi & EKG


perifer Neuropathy Screening Asam urat
Instrumet GDP & 2 jam PP HbA1C pada pasien tertentu
Skrining fungsi Tes buta warna & kondisi TSH Jika fasilitas tidak tersedia,
penglihatan tertentu funduscopy pengobatan dapat dilakukan sambil
memonitor efek samping.
Skrining psikiatri C Psikiater/ Psikolog
Tes kehamilan Pada wanita subur
BTA sputum ZN
Bakteriologis

Tes HIV Semua d PITC


Kultur sputum LJ/ MGIT
Rontgen dada
LPA lini 2 Dikirim ke lab pusat rujukan EKG qTC memanjang, aritmia
Uji kepekaan fenotipik Lab Rujukan Tes pendengaran Mendapat obat injeksi, ketersediaan sarana &
tenaga. Pemeriksaan pendengaran sederhana:
Hasil pemeriksaan penunjang yang harus ada: CXR, EKG, garpu tala, tes bisik atau audiometri
DPL, & tes kehamilan
-UAS202103 17
Paduan Pengobatan TB RO Jangka Pendek
Konversi: hasil
pemeriksaan mikroskopis
Tahap lanjutan: BTA sputum dari positif
Tahap awal: menjadi negative, pada 2
Bdq diberikan 6 bln tanpa memlihat 7 macam obat 4 macam obat kali pemeriksaan berturut-
durasi tahap awal. turut jarak 30 hari. Hasil
pemeriksaan negative
Semua obat diminum satu kali pertama merupakan
sehari, setiap hari, kecuali Bdq waktu konversi.
diminum setiap hari pada 2 minggu
pertama & 3x seminggu pada 22
minggu berikutnya (total Bdq 24 4-6 BDQ (6 bulan) – Lfx – Cfz – Hdt – Z – E – Eto / 5 Lfx – Cfz – Z – E
minggu).

ü Durasi total pengobatan: 9–11 bulan.


ü Tahap awal: 4 bulan (bila terjadi konversi BTA pada atau sebelum bulan ke-4) & tahap lanjutan selama 5 bulan.
ü Bila belum konversi BTA bulan ke-4, tahap awal pengobatan dapat diperpanjang sampai bulan ke-5 atau bulan
ke-6 (bergantung pada waktu konversi BTA).
ü Pemeriksaan LPA lini kedua & uji kepekaan obat harus diulang bila pemeriksaan BTA bulan ke-4 masih positif.
ü Bila tidak konversi BTA bulan ke-6, pengobatan STR harus dihentikan & dicatat sebagai “Gagal pengobatan” à
didaftarkan kembali atau dirujuk untuk pengobatan TB RO jangka panjang.
Kondisi klinis & radiologis harus dipantau untuk memastikan perbaikan.
18
Paduan Jangka Panjang Tanpa Injeksi
ü Pengobatan dimulai dengan lima obat TB yang
diperkirakan efektif & terdapat setidaknya tiga obat
setelah penggunaan Bdq dihentikan.
ü Pola resistansi & riwayat pengobatan TB harus
diperhatikan dalam menyusun paduan.

Langkah penyusunan paduan LTR


§ Pemilihan Grup C disesuaikan kondisi pasien,
mempertimbangkan urutan efektivitas obat.
§ Lfx lebih dianjurkan daripada Mfx (< QT memanjang).
§ Pemberian Bdq dapat ditambahkan Z (bekerja sinergis).
§ Dosis Lzd dapat diturunkan 300 mg/ hari bila terjadi
toksisitas.
§ Pemberian Bdq & Dlm secara bersamaan aman, kedua
obat diberikan hanya selama 6 bulan.
Konversi biakan:
• Bulan ke-1 atau 2, durasi total LTR 18 bulan.
• Bulan ke-≥3, durasi ditambahkan 16 bulan setelah konversi (n+16 bulan).

-UAS202103 19
Apakah terdapat perbedaan terapi TB pada pasien
TB tanpa & dengan COVID-19?
• Pada kebanyakan kasus TB & COVID-19 tidak terdapat perbedaan
terapi dengan TB tanpa COVID-19
• Pengobatan TB tidak boleh terputus

Perlu diperhatikan efeksamping masing-masing obat:


ü Obat TB bisa menimbulkan nausea atau pun
gangguan fungsi hari.
ü Efek COVID-19 & beberapa obat COVID-19 bisa
menimbulkan nausea ataupun gangguan fungsi
hati.
ESO TB RO
GANGGUAN Remde GI; LFT meningkat, kulit kuning
GANGGUAN
JANTUNG
PENDENGARAN
DEPRESI sivir Gangguan elektrolit; gang. darah
(Lfx/ Mfx, Cfz, Bdq, (H, Lfx/Mfx, Pro/Eto ,CS)
(Km)
Dlm) Favipir GI disturbance; nausea; LFT
NEUROPATI avir meningkat
GANGGUAN TIDUR HIPOTIROID
(H, Km, Eto/ Pto, Lzd, Cs,
(Lfx, Mfx) (Pto/ Eto, PAS) Molnup Diarea, dizziness
Bdq, Clf, Dlm)
iravir
GANGGUAN KELAINAN FUNGSI
TERATOGENIK GASTROINTESTINAL HATI Nirmatr Berikatan dengan CYP3A4
(Eto/ Pto, Km) (Eto/ Pto,Mfx,Cfz,H,E,Z, (Z, H, Eto/ Pto, E, Mfx, elvir/Rit
onavir inhibitor
Lzd, Bdq, Dlm, PAS) Lzd, Bdq, PAS)
KELAINAN FUNGSI Vit D Weakness, headache, decrease
NEURITIS OPTIK KELAINAN KULIT
GINJAL
(E, Lzd) (Cfz) appetice, nausea
(Km, Cm)
GANGGUAN Vit C GI, RFT menurun
KELAINAN HEMATOLOGI KEJANG
ELEKTROLIT
(Lzd) (Cs, Lfx/ Mfx)
(Cm)
Dexam GI
TENDINOPATI, RUPTUR ethaso
ASIDOSIS LAKTAT ATRALGIA, ATRITIS
TENDON n
(Lzd) (Z, Lfx/Mfx, Eto, H, Bdq)
(Lfx, Mfx)
Penelitian delamanid, termasuk pasien Indonesia (end TB Trial)
• Delamanid: pro-drug, yang
perlu diaktifkan oleh
nitroreduktase yang
bergantung pada
deazaflavin-F420
• Delamanid menghambat
sintesis komponen dinding
sel mikobakteri yaitu asam
metoksi mikolat, & asam
ketomikolat sehingga
memudahkan penetrasi obat
ke dalam mikobakteri.

Abstrak
Delamanid efektif untuk strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten, tapi penggunaan secara global sangat
lambat. Pada endTB (perluasan pasar untuk obat baru TB) penelitian observasional, rekrutmen dalam jumlah besar,
heterogen, kohort, pasien menggunanakan regimen multi obat, 80% pasien, mengalami konversi sputum dalam 6
bulan.
Zubair Shanib Bhat, Muzafar Ahmad Rather, Mubashir Maqbool et al, Cell wall: A versatile fountain of drug targets in Mycobacterium tuberculosis, Biomedicine &
Pharmacotherapy,2017 ;95; 1520-34
Pengobatan TB RO Jangka Panjang

MDR TB + HIV
• Pasien HIV mulai ARV, EFV diganti dengan TDF (bila menggunakan Bdq)
• Bila tidak menggunakan Bdq, bisa menggunakan regimen:
• 6 Dlm-Lfx-Lzd-Clz-Cs / 14 Lfx-Clz-Cs
• 6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Eto / 14 Lfx-Clz – Eto

Notes :
• Lfx lebih direkomendasikan dibandingkan Mfx untuk meminimalkan prolong QT interval
• Etambutol & pirazinamid digunakan bila masih sensitif
• Linezolid bisa diturunkan 300 mg daily bila terdapat toksisitas & tidak ada obat tambahan yang efektif.

23
Kombinasi Delamanid & Bedaquiline
• Uji klinis menunjukkan pengobatan Bdq selama 24 minggu menghasilkan konversi kultur sputum 79-81%
pada minggu ke 24 & 62-72% pada minggu ke 120.
• Rejimen Bdq mencapai tingkat konversi kultur sputum> 90% pada akhir pengobatan, walaupun proporsi TB
yang resistan terhadap fluoroquinolone & XDR-TB tinggi
• WHO tidak merekomendasikan kombinasi Bdq & Dlm karena potensi risiko tinggi toksisitas jantung.
• Kasus MDR/ XDR-TB yang sulit diobati, di mana alternatif farmakologis tidak tersedia, kombinasi Bdq & Dlm
sebagai tambahan untuk rejimen standar dapat diberikan untuk life-saving.
• Sistematik review 7 studi: Kombinasi Dlm & Bdq dengan rejimen standar, tingkat konversi kultur sputum
setelah 6 bulan pengobatan jauh lebih tinggi (81,4%),
• tetapi sekitar 2.3% terjadi efek samping jantung yang mengancam, menunjukkan perlunya data
tambahan untuk uji kemananan.

• Pengobatan MDR-TB dengan Bdq &/ Dlm umumnya efektif & dapat ditoleransi dengan baik tetapi pasien
harus dimonitor secara hati-hati untuk perpanjangan QTc.
Cheon Tae Kim, Tae-Ok Kim, Hong-Joon Shin, Bedaquiline and delamanid for the treatment of multidrug-resistant tuberculosis: a multicentre cohort study in Korea.
European Respiratory Journal Mar 2018, 51 (3)
Pontali E, Sotgiu G, Tiberi S, et al. Combined treatment of drug-resistant tuberculosis with bedaquiline and delamanid: a systematic review. Eur Respir J 2018; 52:
Jadwalkontrol dan pemberian OAT selamapandemi
pada pasien TB ResistenObat
OAT fase intensif diberikan dengan interval 7
hari*
(interval pemberian OAT bisa diperpendek tergantung kondisi pasien)

OAT fase lanjutan diberikan dengan


interval 14 – 28 hari
(Memperkuat PMO & menggunakan modalitas tehnologi dalam pemantauan
pengobatan)

* OAT injeksi tetap diberikan di klinik pada saat kontrol Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Protokol
Tatalaksana Pasien TB dalam Masa Pandemi COVID-19 edisi
(dengan prokes ketat & sebisa mungkin difaskes terdekat, serta tetap memperhatikan keamanan petugas) II, 30 Maret 2020
Petunjuk Pencegahan Penularan COVID di Poli TB RO
• Semua pasien menggunakan masker bedah, &
mengatur jarak (minimal 1,5 meter).
• Pengaturan cara minum obat & memastikan
aman.
• APD Petugas: masker N95, face shield, gaun.
• Pastikan ventilasi baik & ACH ³12.
• Mencuci tangan sebelum & sesudah tindakan.
• Membersihkan alat-alat dengan desinfektan
sebelum & setelah praktik.

Tempat Minum Obat TB RO


Pemantauan Pengobatan TB RO
ü Pemeriksaan awal & pemantauan STR & LTR
umumnya sama
ü Penambahan albumin (Dlm) & audiometri (obat
injeksi).

ü Pasien yang sudah selesai pengobatan


tetap dilakukan evaluasi tiap 6 bulan
selama 2 tahun.
• Untuk pasien TB RO dengan :
ü Obat suntik & perlu dilakukan follow up EKG à Kontrol
setiap hari.
ü Obat oral: tidak perlu kontrol setiap hari. Pasien di
fase awal kontrol & bisa ambil obat setiap minggu,
pasien di fase lanjutan kontrol & ambil obat setiap 2
minggu.
ü Pasien & keluarga diberi informasi tentang ESO
ü No telp pasien & petugas dicatat.
ü Bantuan manager kasus & pasien supporter.
-UAS202103 27
Penggunaan VOT
• Terdapat 2 jenis VOT:
• Direct: melakukan panggilan video-call. Petugas secara langsung mengamati
pasien saat meminum obat
• Indirect: pasien dilatih untuk merekam diri sendiri meminum obat &
mengirimkannya ke petugas yang ditunjuk
• VOT memiliki efektivitas yang sama/ lebih baik dibanding DOT & family DOT.

Membuat Jejaring Kelompok Pasien:


• Membentuk cluster/ kelompok pasien.
• Diawasi oleh perawat & Case manager (merangkap admin)
• Melakukan pertemuan virtual untuk menyampaikan pesan & informasi
kepatuhan berobat
• Dapat dilakukan berkala.
• TAK/ DPJP diminta untuk menjadi narasumber.
Sumber:
Story A, Aldridge RW, Smith CM, Garber E, Hall J, Ferenando G, et al. Smartphone-enabled video-observed versus directly observed treatment
for tuberculosis: a multicentre, analyst-blinded, randomised, controlled superiority trial. The Lancet. 2019 Mar 23;393(10177):1216–24.
Aplikasi TB di Smart Phone
• Pengingat jadwal minum OAT dan jadwal control
• Menyediakan sumber referensi terkait
• penyakit Tuberkulosis
• Dapat dikembangkan lebih lanjut agar bisa diintegrasikan
dengan fitur:
• VOT
• Konsultasi online (chat dan video)
• Penjadwalan control
• Kurir obat

Aplikasi SOBAT
& Empati Client
Vaksinasi
• Vaksin COVID-19:
• Penderita TB yang telah mendapatkan pengobatan OAT selama minimal 14 hari
& dapat mentoleransi OAT dengan baik dapat diberikan vaksinasi.
• Bila sudah melewati pemberian OAT 2 minggu & masih demam, vaksinasi
ditunda sampai tidak ada demam

• Vaksin influenza:
• Berikan vaksin influenza hanya jika tersedia di ruang baik & konsultasi dokter
selama kunjungan untuk penilaian klinis.
Pasien TB yang kurang sehat
• Menyarankan di rumah, menghubungi faskes melalui telepon. Jika perlu, pastikan pemahaman tentang
prosedur pada saat kedatangan.
• Pastikan sistem triase, termasuk skrining COVID-19 saat kedatangan.
• Jika pasien TB skrining COVID-19 negatif, langsung ke layanan TB.
• Jika pasien TB dengan skrining COVID-19 positif sediakan masker bedah, pisahkan pasien di dalam area
investigasi COVID-19 (atau setidaknya berjarak 1,5 m dari orang COVID-19 lain yang sedang diselidiki).

• Frekuensi kunjungan harus ditentukan atas kebijaksanaan dokter dengan pertimbangan tidak perlunya
kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan selama COVID-19.
Contact tracing:
• Identifikasi kontak (nama, usia, detail kontak) dilakukan saat awal diagnosis/ pengobatan.
• Nomor kontak pasien, keluarga & petugas direcord à memudahkan komunikasi & proses
triase.
• Cara Tracing kasus COVID-19 dapat diterapkan pada TB (memperkuat investigasi kontak)
HIMBAUANPDPI
ü Masyarakat tetap waspada & tidak panik.
ü Menghindari keramaian.
ü Menggunakan masker.
ü Menciptakan ruangan dengan ventilasi yang baik.
ü Hindari menyentuh wajah sebelum cuci tangan & menjaga jarak.

Inovasi:
• Telemedicine
• Fast track, registrasi pasien online
• Obat TB cukup sampai visit berikutnya
• Home base TB treatmen
• Sputum collection di rumah untuk tes follow up (sputum berjalan)

1. https://babyandchild.ae/age-1-4/healthy-toddler/article/1679/children-and-face-masks-why-kids-might-need-to-wear-them-most-of-all 33
2. http://healthzen.org/wp-content/uploads/2013/03/ventilated-House.jpg
3. https://hearinghealthmatters.org/waynesworld/files/2017/01/crowded-restaurent.jpeg
TERIMAKASIH

34

Anda mungkin juga menyukai