Anda di halaman 1dari 4

SISTEM KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

TERM OF REFERENCE (TOR)


Kementerian negara/Lembaga : Kementerian Agama RI
Unit Eselon I : Ditjend Bimas Hindu
Program : Bimbingan Masyarakat Hindu
Hasil : Guru Agama Hindu yang ditingkatkan Kompetensinya
Unit Eselon II/Satker : Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
Kegiatan : Pembinaan Guru Agama Hindu PNS dan Non PNS
Indikator Kinerja Kegiatan : Pembinaan Guru Agama Hindu/Sekolah Minggu Dalam
Melaksanakan Kurikulum
Satuan Ukur/Jenis Keluaran : Kegiatan/orang
Volume : 1 Kegiatan per 30 Orang

I. Latar Belakang
a. Dasar Hukum.
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksa Pengelolaan dan Tanggungjawab
keuangan
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2005
4. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru danDosen,
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan (Lembaran Negara Ri Tahun 2007 Nomor 124 Tambahan Lembaran Negara Ri
Nomor4769)
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Agama
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2007 tentang Perubahan keenam atas Keputusan Presiden
Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon | Kementerian Negara Republik
Indonesia
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tentang Kedudukan Tugas. Fungsi Kewenangan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Ri
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134/PMK. 05/2005 tentang Pedoman
Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
11. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61a Tahun 2013
Tentang Implementasi Kurikulum
12. Peraturan Menten Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Intasni
Vertikal Kementerian Agama
13. Peraturan Menten Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang bantuan pemerintah pada
kemnetenian Agama sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan menten Agama Nomor 62
Tahun 216 tentang Perubahan atas Peraturan menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015

b. Gambaran Umum.

Sehubungan perubahan kunkulum yang dilakukan oleh Kemendikbud pada tahun 2012 yang
implementasinya dilakukan mulai 2013 maka perlu ada program Pembinan guru agama Hindu
yang dilakukan Bimas Hindu Provinsi Sumatera Utara.
Dengan adanya kurikulum 2013 yang dibuat oleh Kemendikbud tersebut akan berakibat pada
penyiapan dokumen Kurikulum, penulisan buku ajar dan buku pegangan guru, pengadaan buku
dan pelatihan bagi guru dan pengawas pendidikan Hindu

Karena implementasi perubahan kurikulum tersebut dilakukan secara bertahap sejak tahun
2013, maka pada tahun 2017 dan seterusnya perlu didukung program kegiatan untuk
memastikan bahwa perubahan kurikulum tersebut terimplementasikan pada semua jenjang
pendidikan Hindu tingkat dasar dan menengah.

Kurikulum 2013 telah memuat beberapa perubahan, khususnya Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Hindu dan pembelajarannya. Pertama, adanya pertambahan jam pelajaran bagi
Pendidikan Agama Hindu (PAH). Jika pada Kurikulum 2006, PAH hanya 2 jam per minggu, pada
Kurikulum 2013 mengalami pertambahan 3 jam per minggu. Meskipun pertambahan itu juga
sebagai akibat adanya transformasi dari istilah mata pelajaran yang semula hanya Pentelaan
Anama Hinduk meniad Pentetikan Anama Hindu dan Rurli Pekerti

Kedua reonenta pendekatan pembelajaran PAH. Kurkum 2013 memperkuku podpr pembelajaran
PAH yutu dengan memperkenalkan pendeka seying pasa pemben sanda dengan allah
pendekatan keterampilan proces sans Mela pendekatan beberapa langkah yang perlu dipahams
oleh Guru Pendidikan Agama Hindu (Guru PAH) dalam membajakan peserta didik yat (1) swa
hans dihadapkan pada fenomena konkret bas fenomena alam, tosut maupun budaya dingin
harapan mereka berur benar dihadapkan paxta kondisi nyata dan tenta (2) dan fanomena
tersebut akan tubuhku siswa dengan melakukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana hal tu
bateja Inilah langkah kedua (3) untuk memperoleh jawab pertanyaan tersebut peserta didik
difasilitasi untuk menggal, mengkaj memahami pormasalahan melalu serangkaian kegiatan
seperti mengeksplor perpustaraan mencal narasumber langsung di pangan ataupun melakukan
percobaan (studi ekspermen) yang pata intinya mereka memperoleh jawab dari pertanyaan
mereka yang menipakan langkah terakhir, setelah mendapatkan data yang vaid dan berbagai
sumber, maka peserta dita hanas mampu mengkomunikasikan hasil menela dalam forum dichuti
ketar untuk mendapatkan penguatan baik dan peserta dida lain maupun Guru PAH

Memperhatikan model pendekatan tersebut, maka ada 4 (empat) atpek yang harus diben
perhaban khusus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013 Pertama
kompetensi Guru PAH dalam pemahaman subittansi bahan ajar (kompetensi pedagogi akademia)
Didalamnya terkait dengan metodologi pembelaran

Kedua kompetensi akademik (keilmuan), ini juga penting, karena Guru PAH sesungguhnya
memiliki tugas untuk dapat mencerdaskan peserta didik dengan lamu dan pengetahuan yang
dimilikinya, jika Guru PAH hanya menguna metode penyampaiannya tanpa kemampuan
akademik yang menjadi tugas utamanya, maka peserta didik tidak akan mendapatkan ilmu
pengetahuan

Ketiga, kompetensi sosial Guru PAH harus juga bisa dipastikan memiliki kompetensi sosial karena
sa tidak hanya dituntut cerdas dan bisa menyampakan maten keilmuannya dengan bak, tapi juga
dituntut untuk secara sosial memiliki komptensi yang memadai

Keempat, kompetensi manajerial atau kepemimpinan ini adalah jauh lebih penting, karena pata
konteks ini Guru PAH tidak sekedar mencerdaskan peserta didik dalam makna intelektual (10),
tetapi juga mencerdaskan dalam makna emosi (EQ) dan spiritualnya (SQ) Kondisi demikian
cukuplah dipahami karena pada din gurulah sesungguhnya terdapat teladan, yang diharapkan
dapat dicontoh oleh peserta didiknya

Berdasarkan kenyataan demikian, Guru PAH sebagai ujung tombak penerapan kunkulum,
diharapkan bisa menyiapkan dan membuka din terhadap beberapa kemungkinan terjadinya
perubahan. Kesiapan Guru PAH ini jauh lebih penting dari pada pengembangan kunkulum 2013.
Guru PAH menjadi penting karena dalam kurikulum 2013 bertujuan mendorong peserta didik
mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bemalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima maten
pembelajaran

c. Keterkaitan Program dengan Kegiatan

Pembinan guru agama Hindu merupakan program nasional dan berkaitan dengan program Bimas
Hindu Provinsi Sumatera Utara

II. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

a. Uraian Kegiatan dan Keluaran.


Kegiatan Pembinan guru agama Hindu ini dikuti 30 peserta yang merupakan para guru yang
akan diberikan pembekalan tentang implementasi kurikulum agama Hindu. Output yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah para guru dapat menjadi guru yang profesional khususnya
guru agama Hindu di masing-masing tempat mengajar.

b. Indikator Kinerja.
Indikator kinerja dan kegiatan ini adalah para guru agama Hindu NPS dan Non PNS lebih
profesional di tempatnya bertugas

c. Batasan Kegiatan.
Bentuk kegiatan ini adala Pelatihan, Para narasumber yang dilibatkan adalah pakar-pakar
pendidikan yang berpengalaman dibidangnya

III. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud Kegiatan.
Maksud dari Mergutan ini adalah makukan pelattan tanadap Guru Agama Hindu gaya menika
terjad Guru yang lebih profesional di tempat para guru mengajar
b. Tujuan Kegiatan.
Tujuan dari kegatan pembinaan ini adalah:
 Mengikuti hmbauan pementan untuk segera menjadi guru yang lebih professional
 Agar para Guru Agama Hindu dapat menjadi guru agama Hindu yang profesional di
tempatnya dia mengajar.
 Mericiptakan pendidikan Hindu yang lebih baik.
 Mewujudkan tujuan Undang-Undang Pendidikan Nasional.
c. Volume dan Satuan Ukur.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam 1 (satu) kegiatan Peserta kegiatan ini adalah teruman 30 orang
IV. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Metoda Pelaksanaan.
Metode yang digunakan adalah dalam berupa permbinan guru agma Hindu Gungunkan
pelatihan untuk siap menjadi guru agama Hindu yang profesional di tempat para guru mengajar
b. Tahapan Pelaksanaan.
Tahap pertama para guru diberikan pembekalan berupa matan berkatan pembinan guru agama
Hindu. Tahap kedua yaitu diskusi dan kerja kelompok Tahap ketiga proses praktek berkaitan
dengan pembinaan guru agama Hindu.

Materi dalam kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari dengan jumlah jam materi sebanyak 18
Jam yang diaksanakan secara epektif dan efisien sbb.
1. Kebijakan Kakanwil tentang Pendidikan
2. Public Speaking
3. Leadership
4. Desaian Pembelajaran
5. Strategi Belajar mengajar yang epektif

V. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan Pelatihan dan Pelatih Pembinan guru agama Hindu ini dilaksanakan di Medan Sumatera
Utara.
VI. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN
a. Pelaksana Kegiatan.
Bimas Hindu Provinsi Sumatera Utara
b. Penanggungjawab Kegiatan.
Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
c. Penerima Manfaat.
Para penerima manfaat secara langsung adalah para guru yang nanti diharapkan dapat menjadi
fasilitator dalam Pembinan guru agama Hindu dengan baik. Dan manfaat secara tidak langsung
diterima oleh stake holder pendidikan Hindu yaitu para sawa Hindu lembaga pendidikan Hindu,
dan Masyarakat
VII. JADWAL KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Pembiran guru agama Hindu dilaksanakan Medan Tahun 2003
b. Matrik Pelaksanaan Kegiatan (Time Table)

No Hari/Tanggal Kegiatan
1 Sesi I Pembukaan Dan Pengarahan
2 Sesi II Penyampaian materi
3 Sesi III Diskusi
4 Sesi IV Praktik

VIII. Biaya

Untuk melaksanakan Kegiatan ini diperlukan biaya sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) yang dialokasikan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Ditjen Bimas Hindu Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara Tahun 2023.

Medan, Januari 2024


An. Kepala Kantor Wilayah
Pembimas Hindu.

Elirosa Tarigan

Anda mungkin juga menyukai