Anda di halaman 1dari 5

Fakultas Psikologi Diserahkan kepada:

Universitas Kristen Maranatha Efnie Indrianie, M.Psi, Psikolog

Bandung

TUGAS BIOPSIKOLOGI 2

Mechanisms of Perception

Disusun oleh:

Kelompok 4

Velline Alodia Ines 2030017


Revina Priscila 2030035
Grace Erlina Lukas 2030041
Belinda Nindya P. 2030064
Thesya Laura Ramba 2030102
Agnes Lauren 2030149

Kelas C

Diserahkan tanggal:

10 Maret 2021
1. Apa yang terjadi jika auditory cortex rusak?
Auditory cortex berfungsi memproses suara yang kita dengar
menjadi sebuah makna yang bisa diartikan oleh otak. Kita bisa mendengar
karena vibrasi suara yang diterima oleh telinga diteruskan ke dalam
auditory cortex. Upaya untuk mengkarakterisasi efek kerusakan pada
auditory cortex manusia telah diperumit oleh fakta bahwa sebagian besar
korteks pendengaran manusia berada di celah lateral. Akibatnya, jarang
sekali untuk mengalami kerusakan secara keseluruhan; dan jika ya, selalu
ada kerusakan ekstensif pada jaringan di sekitarnya. Akibatnya, upaya
untuk memahami efek kerusakan auditory cortex sebagian besar
bergantung pada studi tentang lesi yang ditempatkan dalam pembedahan
pada objek non-manusia.

Meskipun efek lesi auditory cortex agak bergantung pada spesies,


efek pada manusia dan monyet tampaknya sangat mirip (lihat Heffner &
Heffner, 2003). Setelah lesi bilateral, sering terjadi kehilangan
pendengaran total, yang mungkin disebabkan oleh syok pada lesi karena
pendengaran akan pulih pada minggu-minggu berikutnya. Efek permanen
utama adalah hilangnya kemampuan untuk melokalisasi suara dan
penurunan kemampuan untuk membedakan frekuensi (lihat Heffner &
Heffner, 2003). Efek dari lesi auditory cortex unilateral menunjukkan
bahwa sistem tersebut sebagian kontralateral. Lesi unilateral mengganggu
kemampuan untuk melokalisasi suara di ruang kontralateral, tetapi bukan
ke ipsilateral, melainkan ke arah lesi. Namun, defisit pendengaran lain
yang dihasilkan oleh lesi korteks auditori unilateral cenderung hanya
sedikit lebih besar untuk suara kontralateral.

Kehilangan pendengaran total jarang terjadi dan mungkin hanya


terjadi hanya pada 1% individu dengan gangguan pendengaran. Masalah
pendengaran yang parah biasanya diakibatkan oleh kerusakan pada telinga
bagian dalam atau telinga tengah atau saraf yang berasal darinya, bukan
dari kerusakan yang lebih sentral. Ada dua kelompok paling umum dalam

1
gangguan pendengaran: yang terkait dengan kerusakan pada ossicles
(conductive deafness) dan yang terkait dengan kerusakan pada koklea atau
saraf pendengaran (nerve deafness).

2. Jelaskan hal yang terjadi pada gambar.


Gambar tersebut merupakan salah satu contoh bagaimana
pengalaman sensorik dapat ditekan dengan begitu efektif oleh faktor
kognitif dan emosional. Terdapat tiga penemuan yang menuntun kepada
identifikasi penurunan rangkaian pengendalian rasa nyeri (pain control),
yakni:
a. Penemuan bahwa stimulasi elektrikal dari periaqueductal gray
(PAG) mempunyai efek analgesic (pain-blocking).
b. Penemuan bahwa ternyata PAG dan area lainnya dalam otak
mengandung beberapa reseptor khusus yang berperan seperti obat-
obatan analgesic.
c. Adanya isolasi dari beberapa “analgesic” yang diproduksi dari
dalam yakni endorphin.
Ketiga penemuan ini, menunjukkan bahwa obat-obat yang bersifat
analgesic dan faktor-faktor psikologis dapat menghalangi rasa sakit
melalui endorphin-sensitive circuit yang diturunkan dari PAG.

3. Apa yang dimaksud dengan anosmia dan ageusia?


 Anosmia
Ketidakmampuan untuk melakukan penciuman. Disebabkan karena
benturan yang dialami oleh kepala kita yang menyebabkan
kerusakan otak pada bagian tengkorak dan menyebabkan putusnya
saraf olfactory dimana mereka melewati cribriform plate.
 Ageusia
Ketidakmampuan untuk mengecap rasa. Ageusia ini langka. Tetapi,
pada kasus partial ageusia, terbatas pada ⅔ bagian dari lidah pada

2
satu sisi, dimana di sisi tersebut ada kerusakan yang terjadi pada
telinga. Berhubungan dengan telinga karena cabang pada facial
nerve yang membawa gustatory information dari lidah melewati
bagian tengah telinga.

4. Jelaskan apa itu simultanagnosia?


Merupakan salah satu gejala dari Sindrom Balint yang ditemukan
pada 1909 oleh Rezso Balint, pakar neurologis dari Hungaria. Sindrom
Balint disebabkan lesi bilateral pada perbatasan lobus parieto-oksipital
dengan trias gejala utama simultanagnosia, ataksia optik, dan apraksia
okular. Berbagai faktor penyebab adalah stroke, trauma kepala, tumor
otak. Sindrom Balint terkadang salah didiagnosis sebagai kelainan visus;
diperlukan pendekatan teliti agar penatalaksanaan tepat.
Orang yang menderita simultanagnosia hanya dapat melihat 1
objek pada 1 waktu. Selain itu, mereka juga akan kesulitan dalam
menyebutkan suatu benda dalam suatu kesatuan. Ketika ditanya apa yang
dilihatnya pada satu pemandangan yang penuh dengan bentuk segi empat,
penderitanya akan menyebutkan suatu bentuk segi empat namun kesulitan
menyebutkan segi empat lainnya. Ketika diberi objek kacamata, mereka
akan menyebutkan ada satu lingkaran dan satu lingkaran lainnya yang
dihubungkan dengan besi panjang. Kemungkinan mereka akan
menyebutkan benda tersebut merupakan sebuah sepeda, bukannya
kacamata.

3
DAFTAR PUSTAKA

Pinel, J.P.J, Barnes, S.J,. 2018. Biopsychology, 10th edition. Boston USA:
Pearson

DAFTAR RUJUKAN

Karmila, Hanna & Leonirma Tengguna. 2018. CDK-270 / vol. 45 no. 11.
Kalimantan Barat , Indonesia. Diakses pada 5 Maret 2021 pukul 15.07
WIB (http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/download/563/348)

Anda mungkin juga menyukai