Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

METODOLOGI KEPERAWATAN

Di Susun Oleh Kelompok IV :

1. Alfika Azizah Salsabila Syukur (11430123056)


2. Erna Julita Koli (11430123046)
3. Michiko k e sony (11430123028)
4. Zahra resky ayu (11430123047)

Dosen Pengampuh : Simon L. Momot, MPH

Mata Kuliah : Metodolgi Keperawatan

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KEMENKES

SORONG 2024 / 2025


1. Peran Perawat Dalam Pengkajian

Secara umum, ada 7 peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989 ujar Jurnal
Media Keadilan yaitu :

1. Pemberi asuhan keperawatan

Perawat memiliki peran untuk memperhatikan kebutuhan dasar manusia setiap pasiennya melalui layanan
keperawatan yang ia sudah pelajari.Pelayanan/asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
maupun yang kompleks.

2. Advokat klien

Peran perawat kedua adalah sebagai advokat atau penasihat. Jadi, perawat harus membantu proses
komunikasi dan pemberian informasi untuk para pasien dan keluarga khususnya dalam situasi mengambil
persetujuan untuk sebuah tindakan keperawatan. Dengan demikian, pasien bisa mendapat hak-hak
pelayanan kesehatan mereka seperti mendapat informasi penyakit, hak privasi pasien, hak membuat
keputusan, dan lainnya.

3. Educator atau pendidik

Sebagai pendidik, perawat juga berperan membantu klien atau pasiennya meningkatkan pengetahuan
terkait kesehatannya, gejala penyakit, hingga tindakan yang akan dilakukan. Jadi, setelah diberikan
pendidikan ini, pasien bisa merubah perilaku atau pola hidupnya agar lebih sehat dan bisa terus
mendukung kesehatannya.

4. Koordinator

Selain tiga peran di atas, perawat juga punya peranan sebagai koordinator untuk pasiennya. Di sini,
perawat ditujukan untuk merencanakan dan mengarahkan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga semua proses terarah dan sesuai kebutuhan pasien. Selain sesuai kebutuhan pasien, pelayanan
kesehatan harus memperhatikan apakah keputusan tim tersebut adalah solusi yang terbaik atau tidak.

5. Kolaborator

Perawat juga harus menjadi seorang kolaborator yang andal. Peran ini harus dilakukan oleh perawat
karena ia harus bekerja sama dengan tim kesehatan yang terdiri dari banyak
anggota.Misalnya, berkolaborasi dengan dokter, fisioterapi, dan sesama perawat agar dapat
menyimpulkan pelayanan terbaik yang diperlukan pasien.

6. Konsultan

Sebagai seorang konsultan, perawat berperan untuk membuat rencana konsultasi, kerjasama, perubahan
tindakan secara terarah sesuai metode pemberian pelayanan keperawatan.
Sehingga, para pasien nantinya bisa mengetahui pilihan perawatan apa saja yang bisa ia terima dan
manakah solusi medis yang terbaik untuknya.

7. Pembaharu atau peneliti

Peran terakhir dari perawat adalah sebagai pembaharu atau peneliti. Di sini, perawat juga memiliki
tanggung jawab untuk mengadakan rencana dan kerja sama dengan orang lain dalam melakukan
penelitian.

Tentunya, penelitian ini harus dilakukan secara sistematis sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

2. Macam Macam cara Pemeriksaan fisik

Ada banyak cara pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter untuk mengevaluasi kondisi kesehatan
seseorang. Beberapa di antaranya termasuk:

1. Pengukuran Suhu Tubuh: Menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh, yang bisa
menunjukkan adanya demam atau kondisi lainnya.

2. Pemeriksaan Denyut Nadi: Memeriksa denyut nadi untuk mengevaluasi ritme dan kecepatan jantung.

3. Pemeriksaan Tekanan Darah: Menggunakan alat sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah,
yang penting untuk menilai kesehatan jantung dan pembuluh darah.

4. Pemeriksaan Respirasi: Mengamati pola pernapasan dan menghitung jumlah pernapasan per menit.

5. Pemeriksaan Kulit: Mengamati kondisi kulit, termasuk warna, kelembapan, dan turgor (elasticity).

6. Pemeriksaan Mata: Melakukan pemeriksaan mata dengan menggunakan cahaya atau alat khusus untuk
menilai fungsi visual.

7. Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan: Memeriksa organ-organ ini untuk mengetahui adanya
infeksi atau gangguan lainnya.

8. Pemeriksaan Abdomen: Melakukan palpasi abdomen untuk mengevaluasi organ-organ dalam seperti
hati, limpa, dan ginjal.

9. Pemeriksaan Neurologis: Memeriksa refleks, kekuatan otot, dan koordinasi untuk mengevaluasi fungsi
sistem saraf.

10. Pemeriksaan Genital dan Rektal: Dilakukan sesuai kebutuhan untuk menilai organ-organ reproduksi
dan saluran pencernaan bagian bawah.

Ini hanya beberapa contoh cara pemeriksaan fisik yang umum dilakukan oleh dokter. Metode
pemeriksaan bisa bervariasi tergantung pada kebutuhan spesifik pasien dan keluhan kesehatannya.
Berikut adalah beberapa metode pemeriksaan fisik yang umum dilakukan:

1. *Inspeksi*: Melihat secara visual bagian luar tubuh untuk mencari tanda-tanda abnormalitas seperti
perubahan warna kulit, pembengkakan, atau deformitas.

2. *Palpasi*: Meraba atau menekan permukaan tubuh dengan tangan untuk memeriksa struktur dalam,
seperti organ dalam abdomen atau pembengkakan pada kelenjar getah bening.

3. *Percakapan/Dengar*: Mendengarkan suara-suara dalam tubuh menggunakan stetoskop, seperti denyut


jantung, pernapasan, atau suara-suar abnormal di dalam organ.

4. *Perkusi*: Mengetuk permukaan tubuh dengan lembut menggunakan jari-jari untuk mendengarkan
suara perkusi yang dihasilkan, membantu menilai kondisi organ dalam seperti paru-paru.

5. *Olfaktori*: Memeriksa bau tubuh yang bisa menunjukkan kondisi kesehatan tertentu, seperti bau
nafas yang asam dapat mengindikasikan kondisi ketosis pada penderita diabetes.

6. *Goniometri*: Mengukur rentang gerak sendi menggunakan alat yang disebut goniometer, membantu
mengevaluasi fungsi dan mobilitas sendi.

7. *Tes Neurologis*: Melibatkan pemeriksaan refleks, kekuatan otot, koordinasi, sensasi, dan fungsi saraf
lainnya untuk mengevaluasi sistem saraf.

8. *Tes Fungsi Respirasi*: Melakukan tes seperti spirometri untuk mengevaluasi fungsi paru-paru dan
pernapasan.

Setiap metode ini memberikan informasi yang berharga kepada dokter untuk mengevaluasi kondisi fisik
seseorang dan membuat diagnosis yang tepat. Metode yang digunakan tergantung pada keluhan pasien
dan tujuan pemeriksaan.

3. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Pada Implementasi

Implementasi keperawatan adalah proses penerapan intervensi keperawatan yang direncanakan untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
keperawatan meliputi:

1. *Ketersediaan Sumber Daya*: Termasuk personel keperawatan, peralatan medis, dan fasilitas yang
diperlukan untuk memberikan perawatan yang tepat kepada pasien.

2. *Pendidikan dan Pelatihan*: Tingkat pendidikan, pelatihan, dan keterampilan anggota tim
keperawatan mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
dengan baik.

3. *Ketersediaan Informasi dan Teknologi*: Akses terhadap informasi medis yang mutakhir dan
teknologi kesehatan dapat meningkatkan efektivitas implementasi keperawatan, seperti penggunaan
catatan medis elektronik dan sistem pendukung keputusan klinis.
4. *Kebijakan dan Prosedur*: Kebijakan organisasi, standar praktik keperawatan, dan prosedur
operasional yang jelas dan diterapkan dengan konsisten memfasilitasi implementasi keperawatan yang
efektif.

5. *Kepemimpinan dan Budaya Organisasi*: Dukungan dari pimpinan organisasi terhadap praktik
keperawatan yang berbasis bukti dan budaya organisasi yang mendorong inovasi dan pembelajaran
berkelanjutan memengaruhi implementasi keperawatan.

6. *Keterlibatan Pasien*: Keterlibatan pasien dalam perencanaan dan implementasi perawatan mereka
sendiri dapat meningkatkan kepatuhan dan hasil kesehatan.

7. *Kolaborasi Tim*: Kolaborasi antara berbagai anggota tim keperawatan, seperti perawat, dokter,
terapis, dan pekerja sosial, penting untuk mengimplementasikan perawatan yang holistik dan
terkoordinasi.

8. *Kondisi Pasien dan Keluarga*: Kondisi kesehatan, preferensi pasien, dan dukungan dari keluarga
dapat mempengaruhi implementasi perawatan.

9. *Evaluasi dan Umpan Balik*: Proses evaluasi terhadap implementasi keperawatan serta umpan balik
dari pasien dan anggota tim dapat membantu mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan
penyesuaian.

10. *Konteks Sosial dan Budaya*: Faktor sosial dan budaya, seperti norma, nilai, dan keyakinan
masyarakat, dapat mempengaruhi penerimaan dan kepatuhan terhadap perawatan.

Memahami dan mengelola faktor-faktor ini dengan baik merupakan kunci untuk mencapai implementasi
keperawatan yang efektif dan memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.

4. Pengertian Evaluasi Dan Tujuan Evaluasi

A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan
yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
(Ali, 2009)

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,
membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013)

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria
evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan. (Nurhayati, 2011)

B. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan:

1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan)

3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan) (Lyer dalam Nursalam, 2008

Beberapa aspek penting dari evaluasi keperawatan dan tujuannya meliputi:

1. *Mengevaluasi Kesejahteraan Pasien*: Tujuan utama dari evaluasi keperawatan adalah untuk
mengevaluasi dampak intervensi keperawatan terhadap kesejahteraan dan kebutuhan pasien, termasuk
perubahan dalam kondisi kesehatan, peningkatan kualitas hidup, dan kepatuhan terhadap perawatan.

2. *Menilai Efektivitas Intervensi*: Evaluasi keperawatan digunakan untuk menilai sejauh mana
intervensi keperawatan yang direncanakan telah berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, seperti
mengontrol gejala penyakit, mencegah komplikasi, atau memfasilitasi pemulihan.

3. *Mengidentifikasi Kekuatan dan Kelemahan*: Evaluasi keperawatan membantu mengidentifikasi


kekuatan dan kelemahan dalam penyelenggaraan perawatan, baik dari segi praktik klinis, manajemen
kasus, atau interaksi dengan pasien dan keluarga.

4. *Meningkatkan Kualitas Perawatan*: Hasil dari evaluasi keperawatan digunakan untuk merancang
perbaikan dalam praktik keperawatan, termasuk peningkatan proses perawatan, peningkatan kualitas
dokumentasi, atau peningkatan komunikasi tim.

5. *Mendukung Pengambilan Keputusan*: Informasi yang diperoleh dari evaluasi keperawatan


membantu dalam pengambilan keputusan klinis yang lebih baik, seperti menyesuaikan rencana perawatan
atau merujuk pasien ke spesialis lainnya.
6. *Mendorong Pembelajaran Berkelanjutan*: Evaluasi keperawatan merupakan bagian dari proses
pembelajaran berkelanjutan bagi tenaga keperawatan, yang memungkinkan mereka untuk terus
meningkatkan praktik dan memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien.

Tujuan evaluasi keperawatan adalah untuk memastikan bahwa perawatan yang diberikan sesuai dengan
standar praktik yang terbaik, mencapai hasil yang diinginkan, dan memberikan manfaat maksimal bagi
pasien.

5. Macam Macam Evaluasi

Ada beberapa macam evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan, tergantung pada tujuan evaluasi
dan konteks perawatan yang sedang dievaluasi. Beberapa di antaranya termasuk:

1. Evaluasi Formatif : Evaluasi yang dilakukan selama proses perawatan untuk memberikan umpan
balik kepada tenaga keperawatan tentang kinerja mereka. Tujuannya adalah untuk memperbaiki
praktik perawatan secara langsung saat masih berlangsung.

2. Evaluasi Sumatif : Evaluasi yang dilakukan setelah selesainya suatu periode perawatan untuk
menilai keseluruhan efektivitas intervensi keperawatan dan mencapai tujuan perawatan yang telah
ditetapkan.

3. Evaluasi Mandiri : Evaluasi yang dilakukan oleh perawat secara independen untuk mengevaluasi
kualitas dan efektivitas perawatan yang diberikan kepada pasien.

4. Evaluasi Kolaboratif : Evaluasi yang melibatkan kerjasama antara perawat dengan anggota tim
kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, terapis fisik, dan lain-lain, untuk mengevaluasi hasil
perawatan secara komprehensif.

5. Evaluasi Sistematis : Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan metode yang terstruktur dan
sistematis, termasuk pengumpulan data, analisis, dan interpretasi hasil evaluasi secara menyeluruh.

6. Evaluasi Berkala : Evaluasi yang dilakukan secara teratur pada interval waktu tertentu untuk
memantau perkembangan perawatan dan mengidentifikasi perubahan yang diperlukan dalam rencana
perawatan.

7. Evaluasi Outcomes : Evaluasi yang fokus pada penilaian hasil perawatan, seperti peningkatan
kesehatan pasien, kepuasan pasien, atau pengurangan komplikasi, untuk menentukan efektivitas
perawatan.

8. Evaluasi Proses : Evaluasi yang mengevaluasi proses pelaksanaan perawatan, termasuk kepatuhan
terhadap prosedur klinis, efisiensi pemberian perawatan, dan koordinasi tim.

9. Evaluasi Struktur : Evaluasi yang mengevaluasi faktor-faktor struktural yang mempengaruhi


penyelenggaraan perawatan, seperti kebijakan, standar, sumber daya, dan lingkungan kerja.

Pemilihan jenis evaluasi yang sesuai tergantung pada kebutuhan spesifik perawatan, tujuan evaluasi,
dan konteks organisasi atau praktik keperawatan.
6. Apa Yang Dimaksud Dengan S-O-A-P-I-E-R Pada Evaluasi

S-O-A-P-I-E-R adalah singkatan yang merujuk kepada format dokumentasi dalam catatan
perkembangan pasien. Format ini umum digunakan dalam pengarsipan catatan keperawatan untuk
memberikan informasi yang terstruktur dan komprehensif tentang perawatan yang diberikan kepada
pasien. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap komponen dalam format S-O-A-P-I-E-R:

1. Subjective : Bagian ini mencakup informasi subjektif yang dilaporkan oleh pasien atau keluarga
tentang kondisi kesehatannya. Ini dapat mencakup keluhan, gejala, dan persepsi pasien tentang
kondisinya.

2. Objective : Bagian ini mencakup informasi objektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik, hasil
tes diagnostik, dan pengamatan langsung oleh tenaga medis. Ini mencakup data yang dapat diukur
secara fisik dan secara langsung diamati.

3. Assessment : Bagian ini mencakup penilaian atau evaluasi oleh tenaga medis tentang kondisi
pasien berdasarkan informasi subjektif dan objektif yang terkumpul. Ini mencakup diagnosis atau
evaluasi masalah kesehatan yang mendasari.

4. Plan : Bagian ini mencakup rencana perawatan yang direkomendasikan berdasarkan penilaian
masalah kesehatan. Ini mencakup langkah-langkah atau intervensi yang akan dilakukan untuk
mengelola atau merawat kondisi pasien.

5. Implementation : Bagian ini mencakup pelaksanaan rencana perawatan yang telah direncanakan.
Ini mencakup detail tentang tindakan atau intervensi yang dilakukan oleh tenaga medis untuk
merawat pasien.

6. Evaluation : Bagian ini mencakup evaluasi hasil dari implementasi rencana perawatan. Ini
mencakup penilaian terhadap efektivitas intervensi yang telah dilakukan dan apakah ada perubahan
yang terjadi dalam kondisi pasien.

7. Revision : Bagian ini mencakup revisi atau perubahan yang dilakukan dalam rencana perawatan
berdasarkan hasil evaluasi. Ini mencakup penyesuaian terhadap intervensi atau tindakan yang
diperlukan untuk meningkatkan perawatan pasien.

Format S-O-A-P-I-E-R membantu memastikan dokumentasi yang komprehensif dan sistematis dari
perawatan yang diberikan kepada pasien, serta memfasilitasi komunikasi yang efektif antara anggota
tim keperawatan.

KESIMPULAN :

1. Peran Perawat dalam Pengkajian: Perawat memiliki peran penting dalam proses pengkajian
pasien, yang meliputi pengumpulan data subjektif dan objektif, pemeriksaan fisik, penilaian kondisi
kesehatan, identifikasi masalah kesehatan, dan perencanaan perawatan yang tepat. Pengkajian yang
cermat dan komprehensif oleh perawat membantu dalam menyediakan perawatan yang individual dan
efektif kepada pasien.

2. Macam-Macam Cara Pemeriksaan Fisik: Ada berbagai cara pemeriksaan fisik yang dilakukan
oleh dokter atau tenaga medis, termasuk pengukuran suhu tubuh, pemeriksaan denyut nadi, tekanan
darah, pemeriksaan pernapasan, pemeriksaan kulit, mata, telinga, hidung, tenggorokan, serta
pemeriksaan neurologis. Setiap pemeriksaan memberikan informasi yang berharga untuk
mengevaluasi kondisi kesehatan seseorang.

3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Implementasi: Berbagai faktor seperti ketersediaan


sumber daya, dukungan politik, partisipasi stakeholder, kondisi sosial dan budaya, serta kualitas
manajemen dan kepemimpinan mempengaruhi keberhasilan implementasi program atau kebijakan
kesehatan. Memahami dan mengelola faktor-faktor ini dengan baik penting untuk mencapai tujuan
implementasi yang diinginkan.

4. Evaluasi dan Tujuan Evaluasi: Evaluasi adalah proses sistematis untuk mengevaluasi efektivitas,
efisiensi, dan kualitas suatu program atau kebijakan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengevaluasi
pencapaian tujuan, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, mendukung pengambilan keputusan,
dan mendorong perbaikan berkelanjutan dalam penyelenggaraan program atau kebijakan.

5. Macam-Macam Evaluasi: Ada berbagai jenis evaluasi termasuk formatif, sumatif, mandiri,
kolaboratif, sistematis, berkala, outcomes, proses, dan struktur. Setiap jenis evaluasi memiliki tujuan
dan metode yang berbeda, tetapi semua bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas suatu
intervensi atau program.

6. S-O-A-P-I-E-R dalam Evaluasi: S-O-A-P-I-E-R adalah format dokumentasi yang digunakan


dalam catatan perkembangan pasien dalam bidang keperawatan. Format ini membantu memastikan
dokumentasi yang komprehensif dan sistematis dari perawatan yang diberikan kepada pasien serta
memfasilitasi komunikasi yang efektif antara anggota tim keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai