Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


KOMPLEK PERKANTORAN TERPADU MANGGARAWAN
Jalan Raya Manggar-Gantung Telp : 082278258681 Kode Pos 33511
e-mail : dpupr@belit ungtimurkab. go.id

RKS
(RENCANA KERJA DAN SYARAT)

KEGIATAN
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM
DRAINASE YANG TERHUBUNG LANGSUNG
DENGAN SUNGAI DALAM DAERAH
KABUPATEN/KOTA

PEKERJAAN
PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE
DESA LALANG KEC. MANGGAR

LOKASI
KECAMATAN MANGGAR

VOLUME
1 (SATU) PAKET

SUMBER DANA
APBD KABUPATEN BELITUNG TIMUR
TAHUN 2023
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PASAL 1
STANDAR YANG BERLAKU

Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SK SNI, SNI, dan
Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas
jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :

SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991


SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU
AVWI PERATURAN UMUM INSTALASI AIR

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas.
maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar internasional
yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar
Persyaratan Teknis dan Negara-negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan.

PASAL 2
LOKASI PEKERJAAN

Lokasi Pekerjaan ini berada di Desa Lalang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.

PASAL 3
JENIS DAN MUTU BAHAN

3.1. Semua Bahan yang dipakai harus berkualitas baik.


3.2. Semen yang digunakan adalah Portland cement (PC) type 1 dalam kualitas baik, dalam
artian belum membeku atau mengeras.
3.3. Bahan batu dipakai batu kali atau batu gunung ukuran 15-20 cm, terdiri dari batu keras
dengan permukaan keras tanpa cacat dan retak terbebas dari kotoran lumpur.
3.4. Bahan pasir harus dari butiran alami yang keras dan kandungan lempung atau bahan lolos
saringan No. 200 tidak boleh melebihi dari 6% dari berat pasir.
3.5. Agregat keras/krikil adalah krikil alam dengan butiran yang keras dan bergradasi menerus
dengan diameter maksimum 3 cm, butirannya harus bersih dengan kandungan lumpur
maksimum 1% .
3.6. Bahan air harus bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti lumpur, asam dan unsur
organik.

1
PASAL 4
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen
tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari PPTK dan Pengawas. Pemberitahuan
yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada PPTK dan Pengawas dan
dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian
dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.

PASAL 5
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN

Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana PPTK dan Pengawas bermaksud
untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan
dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.

PASAL 6
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI

6.1. Administrasi
1. Pelaksana wajib menyediakan buku direks dan buku tamu.
2. Membuat request sheet untuk menerima persetujuan direksi/Pengawas tentang
kesiapan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan harian pekerjaan.
4. Bila pelaksanaan pekerjaan berlangsung ditemui hal-hal yang melibatkan perubahan
kontrak (addendum) dalam variasi volume pekerjaan, maka pelaksana wajib membuat
perhitungan tambah/kurang dengan memperoleh persetujuan dari pihak pemilik
kegiatan dan hasil perhitungan terlebih dahulu harus diperiksa oleh konsultan
pengawas.

6.2. Dokumentasi
Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0% (Nol Persen), 50% (lima puluh
persen), dan 100% (Seratus Persen).

PASAL 7
PENGUKURAN

Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah disetujui
oleh PPTK dan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran pengukuran yang
dibuatnya. Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja,
termasuk juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk
setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya. Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi
permukaan lantai bangunan induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya
menurut petunjuk Pelaksana, Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai saluran
yang telah ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan
pengurugan tanah.

2
PASAL 8
PAPAN NAMA KEGIATAN

Pelaksana harus memasang papan nama kegiatan pada lokasi kegiatan dengan ukuran 120x80
cm2 sebagai papan nama pemberitahuan yang berisikan informasi pekerjaan yang
dilaksanakan, pembiayaan, jangka waktu pelaksanaan, dan nama kontraktor pelaksana. Papan
nama kegiatan ini dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dan seluruh beban yang
timbul menjadi beban dan kewajiban pelaksana.

PASAL 9
PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

9.1 Lingkup Pekerjaan


Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya sampai pengurugan kembali hingga padat.

9.2 Pembersihan
Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua puing-puing di dalam daerah
pekerjaan.

9.3 Penggalian dan Penimbunan Kembali


1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk
pengupasan dan penimbunan kembali lapisan tanah atas (Top Soil) serta pekerjaan-
pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan dengan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan
a. Penggalian
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan
kedalaman yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan
pada gambar- gambar. Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan
bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaannya. Jika ternyata dijumpai kondisi yang tak
memuaskan pada kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar-gambar, maka
penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui oleh Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Pengawas pekerjaan, yang mana pekerjaan ini
akan dimulai sebagai pekerjaan tambah kurang. Jika terjadi kesalahan dalam
penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi
apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh PPTK dan Pengawas
pekerjaan, maka kelebihan di atas harus ditimbun kembali dengan pasir yang
dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik. Pada pekerjaan
penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah rencana maka Pemborong
harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak
merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.
b. Penimbunan
Penimbunan dan Penimbunan kembali harus dilaksanakan didaerah-daerah
ataupun bagian-bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran-ukuran ketinggian.
Kemiringan-kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar-
gambar. Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan
dengan ketebalan maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan Instruksi PPTK dan
Pengawas pekerjaan. Penimbunan dan timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh

3
PPTK dan pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan
atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
c. Perlindungan Terhadap Air
Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang disetujui
PPTK dan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan air yang dapat
mengganggu atau merusak semua pekerjaan galian atau urugan.
d. Penghamparan dan Pernadatan
Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20 cm
gembur, agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya.
Tanah urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan) untuk mencapai
kepadatan yang dipersyaratkan.

9.4 Permukaan Tanah


Sebelum memulai suatu penggalian, Pemborong harus memeriksa permukaan tanah, baik
setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak sesuai
Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada Pengawas, jika tidak maka tuntutan
mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.

9.5 Tinggi Pendugaan (Peil)


Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti
yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana. Tinggi lantai
ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada/selesai dibangun, sehingga
dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.

PASAL 10
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

10.1 Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua pondasi batu kali sesuai dengan
gambar dan persyaratan di sini.

10.2 Bahan-bahan
1. Batu
Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat/retak. Dan cara
pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal.
2. Pasir
Galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan dengan alat
timbris tangan terbuat dari logam atau stamper.
3. Adukan
Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 4 pasir.
4. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam,
dan unsur organik kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja
atas biaya sendiri.

10.3 Pemasangan
Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang
ditunjukkan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga
semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus dipasang

4
diatas lapisan adukan dan diketok ke tempatnya hingga teguh. Adukan harus mengisi penuh
rongga-rongga antar batu untuk mendapatkan massa yang kuat dan integral di beberapa sisi
luar dan dalam. batu yang akan dipasang dibasahi dahulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar
sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Ahli. Ankor/Stek dipasang dengan cara
dibungkus campuran batu kali dengan adukan 10 cm sekelilingnya, sedalam 20 cm tiap 1 m
dengan diameter anker/stek minimum 10 mm.

PASAL 11
PLESTER DAN ADUKAN

11.1 Lingkup Pekerjaan


Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan seperti yang dijelaskan dalam
gambar-gambar pelaksanaan.

11.2 Bahan-bahan
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjan ini terdiri dari:
1. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar. tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau
campuran-campuran lain.
2. Portland cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu
dan dalam zak yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu
jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.
3. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam,
dan unsur organik kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja
atas biaya sendiri.

11.3 Perencanaan
1. Campuran Adukan dan Plester
Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1
minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.
Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 4 ps digunakan pada daerah-daerah seluruh
dinding bata seperti ditunjukkan dalam gambar.

11.4 Pelaksanaan
1. Umum
Pergunakan peralatan yang memadai. Bersihkan semua permukaan yang akan
diplester dari bahan-bahan yang akan merusak plesteran dan disiram air hingga jenuh.
Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah PPTK dan Pengawas, dengan tebal
plesteran, kecuali bila dinyatakan lain < adalah 15 mm dengan toleransi minimum 13
mm dan maksimum 25 mm.
2. Pencampuran
Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan
bila ada izin dari PPTK dan Pengawas.
3. Pelaksanaan Adukan/Plesteran
a. Adukan pasangan batu: lihat Pekerjaan Pemasangan Batu.
b. Plesteran: Plesteran ke dinding batu kali.

5
PASAL 12
PEKERJAAN BETON

12.1 KETENTUAN UMUM


1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka
semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini:
a. Peraturan Beton SK SNI 1991
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
c. American Society of Testing Materials (ASTM)
d. Standar Industri Indonesia (SII).
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka
peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian
yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi
yang dikeluarkan oleh PPTK dan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong sendiri.
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan
dan disetujui oleh PPTK dan Pengawas. PPTK dan Pengawas berhak untuk meminta
diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas
segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh PPTK dan Pengawas harus
segera dikeluarkan dari proyek/site dalam waktu 3 x 24 jam.

12.2 LINGKUP PEKERJAAN


1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton
sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan
peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian
dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

12.3 BAHAN – BAHAN


1. Semen:
a. Semua-semen yang digunakan adalah jenis portland cement sesuai dengan
persyaratan SNI-2 Bab 3 Standar Indonesia SNI-8 /1964, SH 0013-81 atau ASTM
C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan tipe,
kualitas dari semen yang digunakan "manufacture's test certificate "yang
menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf "a" di atas.
c. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah
tanpa alas kayu.
d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dan
proyek dalam batas 3 x 24 jam.
e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar:
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi
sesuai menurut SNI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5
cm.
b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk

6
kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari
volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan
berat menurut test mesin Los Angeles (L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai
gradasi seperti berikut:
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
1” 25,00 mm 100
¾” 20,00 mm 90 - 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No.4 4,76 mm 0–1

Hasil “crushing test” dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton
yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada PPTK dan Pengawas
untuk dimintakan persetujuannya.
3. Agregat Halus :
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah
batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton atau S NI -
2 pasal 3 bab 3.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dan partikel-
partikel yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut:

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8 9,5 mm 100


No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,39 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 – 10
No. 200 0,074 mm 0–5

4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta
zat-zat yang dapat memsak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air
bersih yang dapat diminum. atau seperti SNI - 2 pasal 6 Bab 3.
5. Tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah Besi Wiremesh M10 dengan jarak antara
tulangan 150 mm.
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan
penimbunan baja tulangan diudara terbuka harus dihindari.
c. Kawat ikat berukuran. minimal Ø 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat
terpisah dan diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur:
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak dijinkan tanpa persetujuan tertulis
dari PPTK dan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan

7
percobaani-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan
bahan pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton:
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek tebal
minimal 12 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang
tersebut dalam SK SNI jarak rangka kayu harus disetujui PPTK dan Pengawas.

12.4 MUTU BETON


1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan
tekan karakteristik sebagai berikut:
Mutu beton Jenis Pekerjaan
K 150 Lantai Kerja
K 175, K 225 Semua struktur beton & plat beton

2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah


sebagai berikut:
Slump Slump
Jenis Konstruksi
maks. (cm) min. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi Telapak 12,5 5,0
Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5
Kaison & Konstruksi bawah tanah 9,0 2,5
Pelat diatas tanah/pergeseran jalan 7,5 5,0
3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga
tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15
cm.

12.5 PERCOBAAN PENDAHULUAN


1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-
masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari PPTK dan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-
material harus dengan persetujuan PPTK dan Pengawas dan seluruh operasi harus
dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan
bertanggung jawab.
3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer atau
Portable Continuous Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum
menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan
lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila
kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan PPTK dan Pengawas berwenang untuk
menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna
yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan
konsistensi dalam setiap adukan
5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air
habis dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

8
12.6 PERSIAPAN PENGECORAN
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas.
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi
mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari
semua bagian-bagian yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran
diberikan oleh PPTK dan Pengawas.
5. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu maka dasar permukaan yang akan
dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.

12.7 ACUAN / CETAKAN BETON / BEKISTING DAN PEMBESIAN


1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. Cetakan
harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan
Multiplex.
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-
lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata
dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di
"finish" (exposed concrete).
3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan
termpat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani Struktur dari tiang penyangga
harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban yang ada diatasnya
selama pelaksanaan.
4. Penulangan/pembesian, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatan dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi "form
oil" untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati
agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat
beton dan dengan tulangan. Penulangan dengan besi Semua baja tulangan yang
dipakai adalah tulangan besi polos, tulangan besi ulir harus bersih dari segala macam
kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan,
pembengkokan dan pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T
15-1991.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Direksi atau
Konsultan Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut:
a. Bagian sisi balok 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
d. Plat lantai / atap / tangga 21 hari
6. Dengan persetujuan PPTK dan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila
basil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton
sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin
yang diberikan oleh PPTK dan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan
tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran

9
cetakan.
7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh
atas struktur-struktur yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana,
Pemborong wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurugan dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib
memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.

12.8 PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN


1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan
persetujuan PPTK dan Pengawas.
3. Pemborong harus memberitahukan PPTK dan Pengawas selambat- lambatnya 2 (dua)
hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
baja tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran
tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila PPTK dan
Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan
dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat
persetujuan PPTK dan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas
dari sisa-sisa beton yang mengeras.
6. Adukan tidak boloh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila
memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set"
atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena
getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai kerja setebal 5-10 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras
dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air
semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang
cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran,
adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran
dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak
dilaksanakan, kecuali atas persetujuan PPTK dan Pengawas dapat dilaksanakan pada
malam haii dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudali disiapkan dan
memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadi hujan.

10
12.9 PEMADATAN BETON
1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat
tanpa perlu penggetaran secara berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan "Mechanical Vibrator" dan
dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.
3. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan "Over Vibration" dan
tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan
beton.
4. Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi
atau keropos.
5. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
6. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
7. Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan
khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara
horizontal.
8. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada
tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak
minimal 5 cm dari bekisting.
9. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik,
hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).

PASAL 13
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI/PEKERJAAN LANTAI KERJA

13.1 LINGKUP PEKERJAAN


1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga dapat
diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
2. Pekerjaan lantai kerja ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan.

13.2 PERSYARATAN BAHAN


Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya kepada PPTK dan Pengawas untuk disetujui.

13.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


1. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang lantai kerja
harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga
diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat timbris.
2. Untuk pasangan di atas plat beton, plat beton diberi lapisan dengan mutu k-150 dan
diberi pasir setebal minimum 5 - 10 cm dengan memperhatikan kemiringan lantai,
terutama di daerah basah.
3. Lantai kerja beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-
benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah.

11

Anda mungkin juga menyukai