Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL ASESMEN PSIKOLOGI

“Gangguan Depresi Ringan pada Pria Dewasa Awal Pasca


Ditinggal Nikah”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktik Konseling dan Psikoterapi

Dosen Pengampu :
Dra. Tri Esti Budiningsih, S. Psi., M. A.
Fatma Kusuma Mahanani, S. Psi., M. Psi.

Disusun oleh :
Nanda Diaz Giscka
1511419011

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
1. IDENTIFIKASI KASUS
 Data Subjek
Nama / Inisial MY
Tempat, Tanggal Lahir Perak , Malaysia 23 Juni 2002
Usia 20 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Status Mahasiswa

 Identifikasi Masalah
Subjek MY merupakan seorang mahasiswa semester empat yang sedang menempuh
studi pada bidang komunikasi disalah satu universitas negeri di daerah Bandung. Subjek MY
sendiri merupakan seorang anak rantau, keluarganya tinggal di luar pulau Jawa. Selain kuliah
dan belajar subjek MY juga mempunyai aktivitas lain yakni bekerja menjadi barista di sebuah
kedai kopi yang terletak di sekitar kampusnya. Hal ini dilakukan subjek untuk membantu
meringankan biaya kuliah yang sedang dijalani olehnya. Tetapi beberapa minggu terakhir ini
aktivitas yang biasa dijalani oleh subjek MY mulai terganggu. Alasannya adalah karena
subjek MY mengalami suatu permasalahan.
Permasalahan itu adalah subjek MY baru saja ditinggal nikah oleh mantan pacar nya.
Setelah ditanya mengenai hubungan yang subjek MY jalani dengan mantan pacarnya
diketahui bahwa hubungan tersebut telah berlangsung cukup lama yakni 4 tahun. Subjek MY
telah mengenal mantan pacarnya sedari mereka bersekolah dibangku SMP. Subjek MY
mengaku bahwa dia sangat menyayangi mantan pacarnya, karena hubungan yang mereka
jalani sudah lama subjek MY pun berkeinginan untuk membawa hubungan ini lebih serius.
Dia merasa bahwa pacarnya adalah orang terbaik yang selalu support dan sabar
menghadapinya. Subjek MY sangat kaget dan kecewa saat tiba-tiba mantan pacar nya
memutuskan hubungan yang telah mereka jalani secara sepihak. Setelah ditanya alasan
mantan pacarnya memutuskan untuk menikah adalah karena dia ingin menikah muda dan
sudah ada orang lain yang siap menikahinya. Faktor lamanya hubungan dan alasan ini lah
yang membuat subjek MY masih sulit untuk merelakan mantan pacarnya yang sudah
menikah.
Subjek MY mengaku akibat dari permasalahan nya itu dia mengalami kesulitan tidur,
lebih sering menangis dan mengurung diri, stress yang berlebihan, tidak bersemangat
melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan mulai sering merokok. Hal ini sudah dirasakan
subjek MY selama kurang lebih 2 minggu. Keadaan ini bertambah parah saat kesehatan
subjek MY terganggu yang menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit selama 3 hari.
 Simpulan Identifikasi Masalah
Berdasarkan wawancara awal yang telah dilakukan bersama subjek MY menunjukan
bahwa subjek mengalami gejala depresi. Gejala depresi yang muncul diantaranya terdapat
perubahan mood yang signifikan dirasakan oleh subjek. Subjek MY mengatakan masih sering
merasa sedih jika mengingat tentang mantan pacarnya yang telah menikah. Akan tetapi
subjek MY juga merasa marah karena dia tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah
pernikahan tersebut terjadi. Gejala depresi lainnya yang subjek MY rasakan adalah perubahan
pola tidur dan pola makannya. Subjek MY menyadari bahwa dia menjadi sering tidur larut
malam bahkan terkadang tidak bisa tidur karena memikirkan banyak hal. Subjek juga
mengaku mengalami penurunan nafsu makan setelah kejadian tersebut. Ketika diwawancara
subjek MY menjelaskan bahwa saat ini banyak teman dan orang disekitarnya mulai khawatir
dengan kesehatannya karena mereka merasa subjek MY lebih sering menyendiri dan terlihat
sering melamun di beberapa kesempatan seperti saat kuliah dan melakukan aktivitas lainnya.
Subjek MY mengaku hal tersebut dia lakukan karena dia merasa malas untuk beraktivitas dan
suasana hatinya juga sering buruk. Jika merujuk pengertian depresi dalam DSM-IV-TR™
(2000) menyatakan bahwa gangguan depresi termasuk dalam gangguan suasana hati (mood
disorder). Menurut dsm seseorang dapat dinyatakan mengalami gangguan depresi apabila
individu tersebut setidaknya dalam dua minggu terakhir mengalami lima atau lebih dari
gejala berikut: adanya perubahan pada nafsu makan atau berat badan, adanya perubahan pola
tidur, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya. Perubahan ini hampir selalu menyebabkan
gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaannya. Berdasarkan kesamaan gejala yang
telah disebutkan oleh subjek maka konselor menyimpulkan sementara bahwa subjek
mengalami gangguan depresi.
2. TEORI YANG RELEVAN

 Definisi Depresi

Davidson G Neale (2002) menjelaskan depresi sebagai suatu keadaan emosi yang
ditandai dengan kesedihan yang sangat, perasaan tidak. Depresi menurut Nevid, dkk (Nevid
et al., 2005), merupakan periode kesedihan dari waktu ke waktu, merasa sangat terpuruk,
sering menangis, kehilangan minat pada berbagai hal, sulit untuk berkonsentrasi, berharap
hal terburuk akan terjadi, atau bahkan berpikiran mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Leitenberg & Wilson (1986) menyatakan bahwa mereka yang depresi menunjukkan kontrol
diri rendah, yaitu evaluasi diri yang negatif, harapan terhadap performance rendah, suka
menghukum diri dan sedikit memberikan hadiah terhadap diri sendiri.

Sedangkan Beck (2006) berpendapat bahwa depresi sebagai suatu keadaan abnormal
pada seseorang yang ditunjukkan dengan tanda-tanda dan gejala-gejala seperti suasana hati
yang murung, sikap pesimistik dan nihilistik, kehilangan spontanitas, serta tanda-tanda
vegetatif yang spesifik, seseorang yang mengalami depresi akan cenderung membandingkan
diri dengan orang lain, meyakinkan diri dengan evaluasi diri yang negatif, pikiran-pikiran
yang negatif atau disebut dengan kognitif depresif. Clark & Beck (dalam Santrock, 2003)
bahwa individu yang mengalami depresi karena pada awal perkembangannya ia
memperoleh skema kognitif dengan karakteristik berupa rendahnya penilaian terhadap diri
sendiri dan tidak adanya keyakinan mengenai masa depannya.

Kesimpulannya depresi adalah suatu gangguan mood yang biasanya disertai dengan
tidak adanya perasaan kendali dan pengalaman subjektif, dan juga mengalami penderitaan
yang dirasa berat. Individu yang mengalami depresi biasanya karena suatu kejadian atau
keadaan. Depresi merupakan suatu masalah serius. Ketika individu terkena gangguan
depresi maka akan mengganggu aktivitas sehari-hari yang dia lakukan.
 Faktor Penyebab Depresi

Beck (1976) mengemukakan bahwa mencela diri sendiri (self deprecating) dan cara
berfikir yang menyimpang (berpikir negatif) merupakan inti dari ciri depresi orang dewasa.
Beck dkk. (dalam Leitenberg dkk., 1986) selanjutnya menjelaskan sebenarnya ada tujuh
kesalahan kognitif (cognitive error) yang terdapat pada orang yang depresi, yaitu:
1. Overgeneralization yaitu percaya bahwa jika hasil negatif terjadi dalam suatu
kejadian maka hasil negatif tersebut juga akan terjadi pada kejadian yang sama
bahkan untuk kejadian yang belum terjadi
2. Selective abstraction yaitu mengarahkan pemikiran hanya pada hal-hal yang negatif.
3. Assuming excessive responsibility atau personal kausalitas yaitu menyalahkan diri
sendiri sebagai penyebab semua kegagalan atau suatu kejadian negatif.
4. Temporal causality atau predicting without sufficient evidence yaitu percaya bahwa
jika suatu kejadian buruk terjadi masa lalu, pasti hal tersebut juga akan terjadi lagi.
5. Making self reference yaitu percaya diri sendiri khususnya performance yang buruk
menjadi pusat dari pusat perhatian dari semua orang.
6. Catastrophizing yaitu selalu berpikir tentang hal-hal buruk yang akan terjadi.
7. Thinking dichotomously yaitu melihat sesuatu sebagai sesuai yang ekstrim (hitam atau
putih)
 Gejala Depresi

Beck (1985) mengklasifikasikan simtom-simtom depresi dalam empat kelompok


yaitu:

a) Simtom emosional diartikan sebagai perubahan pada perasaan penderita atau pada
perilaku luar yang disebabkan perasaannya, manifestasinya berupa kesedihan,
berkurang bahkan hilangnya kesenangan, apatis, berkurang bahkan hilangnya
perasaan cinta terhadap orang lain, kecemasan, hilangnya respon terhadap
kegembiraan.
b) Simtom kognitif mengandung tiga bagian yang berbeda. Bagian pertama sikap
penderita yang menyimpang terhadap diri, pengalaman dan masa depannya. Simtom
ini termasuk menilai jelek diri sendiri, distorsi citra tubuh dan harapan negatif.
Bagian kedua adalah penempatan kesalahan kepada diri sendiri. Penderita meyakini
bahwa dirinya adalah sumber berbagai permasalahan. Bagian ketiga ditandai dengan
ketidakmampuan penderita dalam mengambil keputusan.
c) Simtom motivasional diartikan dengan tidak adanya keinginan untuk melakukan
berbagai aktivitas seperti makan dan minum obat, timbulnya hasrat untuk mati dan
meningkatnya ketergantungan pada orang lain.
d) Simtom perilaku dan vegetatif merupakan refleksi dari simtom-simtom diatas,
meliputi gangguan tidur, kepasifan seperti tiduran selama berjam-jam, menarik diri
dari hubungan dengan orang lain, retardasi dan agitasi pada perilakunya, gangguan
nafsu makan/ anoreksia, gangguan aktivitas seksual.
Selain itu terdapat pedoman untuk mendiagnosis gangguan depresi menurut PPDGJ III
gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
1. Afek depresif

2. Kehilangan minat dan kegembiraan

3. Berkurang energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan aktivitas menurun.
Gejala lainnya :

 Konsentrasi dan perhatian kurang

 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang


 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

 Gangguan tidur

 Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang- kurangnya dua minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori
diagnosis episode depresif ringan , sedang, dan berat hanya digunakan untuk episode depresi
tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi pada salah satu
diagnosis gangguan depresi berulang.
3. METODE ASESMEN

 Metode Non-Tes
 Wawancara

Wawancara merupakan suatu bentuk interaksi yang bertujuan untuk memperoleh suatu
informasi. Keunggulan dari metode wawancara adalah mampu memperoleh informasi
secara lebih mendalam dari narasumber yang diwawancarai, sehingga diharapkan data
yang diperoleh dapat lebih detail serta mendalam. Jenis wawancara yang dipilih adalah
wawancara semi terstruktur karena dalam pelaksanaannya narasumber akan dimintai
pendapat, atau ide-idenya sehingga memberikan kesempatan untuk mendapatkan data
yang mendalam. Pada rancangan asesmen ini proses wawancara menggunakan
pedoman wawancara untuk membantu dalam mendapatkan data, interview guide
disusun dengan pertanyaan-pertanyaan yang berusaha mengungkap mengenai gangguan
depresi yang dirasakan oleh narasumber.
 Observasi

Metode observasi adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta


dari gejala yang ada dan mencari informasi secara faktual dan nyata mengenai suatu
peristiwa. Jenis observasi yang dipilih adalah observasi tidak langsung. Observasi
dilakukan selama empat hari. Peneliti memberikan tabel observasi kepada orang
terdekat narasumber yang kemudian nanti akan di ceklist sesuai dengan kolom yang
tertera didalam tabel.

 Metode Test
 Skala BDI (The Beck Depression Inventory)

Skala Beck Depression Inventory (BDI, BDI-II), yang dibuat oleh Dr. Aaron T. Beck.
Skala BDI terdiri dari 21 kelompok item yang menggambarkan 21 kategori sikap dan
gejala depresi, yaitu : sedih, pesimis, merasa gagal, merasa tidak puas, merasa bersalah,
merasa dihukum, perasaan benci pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri,
kecenderungan bunuh diri, menangis, mudah tersinggung, menarik diri dari hubungan
sosial, tidak mampu mengambil keputusan, merasa dirinya tidak menarik secara fisik,
tidak mampu melaksanakan aktivitas, gangguan tidur, merasa lelah, kehilangan selera
makan, penurunan berat badan, preokupasi somatik dan kehilangan libido seks (dalam
Lestari, 2003). BDI asli, pertama kali diterbitkan pada tahun 1961, terdiri dari dua puluh
satu pertanyaan tentang bagaimana perasaan subjek dalam seminggu terakhir. Setiap
pertanyaan memiliki satu set setidaknya empat pilihan jawaban yang mungkin dirasakan
oleh narasumber. Skala BDI digunakan untuk mengukur tingkat depresi yang dialami
oleh subjek. Sehingga peneliti dapat mengetahui apakah subjek mengalami depresi
ringan, sedang, atau berat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membangun diagnosis
yang tepat.

4. JADWAL RANCANGAN ASESMEN

 Tabel Rancangan Asesmen

No. Hari / Tanggal Pukul Metode

1. Rabu, 16 Maret 2022 19.00 - 20.30 WIB Wawancara

2. Jumat, 18 Maret 2022 06.00 – 00.00 WIB Observasi

sampai dengan

Senin, 21 Maret 2022

3. Rabu, 23 Maret 2022 09.00 – 10.00 WIB Skala BDI

 Tabel Interview Guide


Aspek Pertanyaan

Kronologi 1. Bisakah Anda ceritakan mengenai awal mula hubungan Anda?


permasalahan
2. Sebelum memutuskan hubungan dengan Anda, apakah mantan
Anda pernah membicarakan tentang keinginannya untuk segera
menikah?

3. Setelah menikah apakah Anda masih berhubungan dengan


mantan?

4. Apakah Anda pernah menanyakan secara langsung alasan


mantan Anda memilih menikah dengan orang lain?

5. Apa yang membuat Anda bertahan dalam menjalin hubungan


selama 4 tahun dengan mantan Anda?

6. Hal positif apa yang Anda dapat dari hubungan Anda?

Kepribadian 1. Apakah Anda adalah orang yang mudah bersosialisasi dengan


subjek orang baru?

2. Siapa orang yang Anda datangi ketika ingin bercerita atau


berkeluh kesah?

3. Seberapa besar lingkaran pertemanan Anda?

4. Apakah Anda cukup dekat dengan teman-teman Anda?

5. Seberapa sering Anda bercerita tentang masalah yang Anda


alami dengan keluarga?

6. Setelah tahu mengenai permasalah yang Anda alami


bagaimana respon dari keluarga dan orang terdekat Anda ?

Emosional 1. Setelah mengetahui bahwa mantan Anda menikah dengan


orang lain, bagaimana perasaan Anda?

2. Apakah Anda merasakan perubahan emosi pada diri Anda


pasca ditinggal menikah oleh mantan?

3. Emosi apa yang paling sering Anda rasakan dan sudah berapa
lama Anda merasakan perubahan emosi ini?

4. Apakah Anda merasa cemas setelah mantan Anda menikah


dengan orang lain?

5. Apakah teman-teman Anda pernah membahas mengenai


permasalahan yang Anda alami? Jika iya, bagaimana respon
yang Anda lakukan?

6. Saat Anda merasa sedih atau marah, hal apa yang Anda
lakukan untuk menghibur diri Anda?

Kognitif 1. Selain alasan dari mantan Anda bahwa dia ingin menikah
muda, apakah menurut Anda ada alasan lain mengapa dia
memilih menikah dengan orang lain?

2. Apakah Anda merasa menyesal atas kejadian ini?

3. Dengan adanya kejadian ini, apakah Anda merasa bahwa hal


ini adalah kesalahan Anda?

4. Apakah Anda sering berpikir negatif tentang diri Anda?

5. Seandainya waktu bisa diputar hal apa yang ingin Anda


lakukan?

6. Setelah mengetahui mantan Anda sudah menikah, apakah


Anda merasa sulit untuk berkonsentrasi terhadap aktivitas yang
sedang Anda jalani?
7. Setelah mengalami hal ini apakah Anda merasa kesulitan
dalam mengambil berbagi keputusan dalam hidup Anda?

Motivasi 1. Apakah motivasi terbesar dalam hidup Anda?

2. Apakah mantan Anda adalah orang yang memotivasi Anda


dalam meraih impian Anda?

3. Apakah Anda mempunyai impian bersama dengan mantan


Anda?

4. Setelah mengetahui mantan Anda telah menikah, apakah Anda


kehilangan impian dan motivasi Anda ?

5. Siapakah orang yang memotivasi Anda untuk bertahan dan


bangkit dari kondisi ini?

6. Seberapa besar kejadian ini mempengaruhi diri dan hidup


Anda?

7. Apakah Anda mempunyai keinginan yang kuat untuk kembali


bangkit dan menjalani aktivitas seperti biasanya?

Perilaku 1. Setelah mengalami kejadian ini apakah Anda mengalami


perubahan nafsu makan?

2. Apakah Anda mengalami kesulitan tidur saat malam hari dan


seberapa sering hal itu terjadi?

3. Apa yang Anda lakukan saat mengalami kesulitan tidur?

4. Apakah Anda semakin tertutup pada keluarga dan teman


disekitar Anda?

5. Apakah Anda sering mengurung diri di kamar?

6. Apakah pekerjaan serta kuliah Anda menjadi terbengkalai?

7. Bagaimana respon teman-teman terhadap perubahan perilaku


Anda ini?

 Tabel Observasi
No. PERILAKU YANG Jumat, 18 Sabtu, 19 Minggu, 20 Senin, 21
DIOBSERVASI Maret 2022 Maret 2022 Mart 2022 Maret 2022

1. Kesulitan tidur
2. Makan tidak teratur

3. Kurang konsentrasi

4. Mengurung diri di kamar

5. Pergi bersama teman

6. Terlihat sedih / murung

 Skala BDI (The Beck Depression Inventory)

( Pilihlah salah satu penyataan yang anda anggap sesuai dengan diri anda saat ini,
dengan memberi tanda silang (x) pada huruf di depan penyataan yang anda pilih )

1. 0. Saya tidak merasa sedih


1. Saya merasa sedih
2. Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
menghilangkannya
3. Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi

2. 0. Saya tidak merasa berkecil hati terhadap masa depan


1. Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan
2. Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
3.Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan dan segala
sesuatunya tidak dapat diperbaiki

3.
0. Saya tidak merasa gagal
1. Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan daripada rata – rata
orang
2. Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang dapat saya lihat hanyalah
banyak kegagalan
3. Saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total

4.
0. Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya
1. Saya tidak dapat menikmati segala sesuatu seperti biasanya
2. Saya tidak lagi memperoleh kepuasan yang nyata dari segala sesuatu
3. Saya merasa tidak puas atau bosan terhadap apa saja
5.
0. Saya tidak merasa bersalah
1. Saya cukup sering merasa bersalah
2. Saya sering merasa sangat bersalah
3. Saya merasa bersalah sepanjang waktu

6.
0. Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum
1. Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum
2. Saya mengharapkan agar dihukum
3. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

7. 0. Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri


1. Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
2. Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri
3. Saya membenci diri saya sendiri

8. 0. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
1. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan atau kekeliruan
saya

2. Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas kesalahan –


kesalahan saya
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi

9. 0. Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri


1. Saya mempunyai pikiran – pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak
akan melaksanakannya
2. Saya ingin bunuh diri
3. Saya akan bunuh diri kalau ada kesempatan

10. 0. Saya tidak menangis lebih dari biasanya


1. Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya
2. Sekarang saya menangis sepanjang waktu
3. Saya biasanya dapat menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat
menangis meskipun saya ingin menangis
11. 0. Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada sebelumnya
1. Saya lebih mudah jengkel atau marah daripada biasanya
2. Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
3. Saya tidak dibuat jengkel oleh hal – hal yang biasanya menjengkelkan
saya

12. 0. Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain


1. Saya kurang berminat pada orang lain dibandingkan dengan biasanya
2. Saya telah kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain
3. Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain

13. 0. Saya mengambil keputusan – keputusan sama baiknya dengan


sebelumnya
1. Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya
2. Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil keputusan
daripada sebelumnya
3. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apa pun

14. 0. Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada
sebelumnya
1. Saya merasa cemas jangan – jangan saya tua atau tidak menarik
2. Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan tetap pada penampilan
saya yang membuat saya kelihatan tidak menarik
3. Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek

15. 0. Saya dapat bekerja dengan baik seperti sebelumnya


1. Saya membutuhkan usaha istimewa untuk mulai mengerjakan sesuatu
2. Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu
3. Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan apa – apa

16. 0. Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya


1. Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya
2. Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur kembali
3. Saya bangun beberapa jam lebih awal daripada biasanya dan tidak dapat
tidur kembali

17. 0. Saya tidak lebih lelah dari biasanya


1. Saya lebih mudah lelah dari biasanya
2. Saya hampir selalu merasa lelah dalam mengerjakan segala sesuatu
3. Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa saja

18. 0. Nafsu makan saya masih seperti biasanya


1. Nafsu makan saya tidak sebesar biasanya
2. Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang
3. Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

19. 0. Saya tidak banyak kehilangan berat badan akhir - akhir ini
1. Saya telah kehilangan berat badan 2,5 kg lebih
2. Saya telah kehilangan berat badan 5 kg lebih
3. Saya telah kehilangan berat badan 7,5 kg lebih.

20. 0. Saya tidak mencemaskan kesehatan saya melebihi biasanya


1. Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya, seperti sakit dan rasa
nyeri; sakit perut; ataupun sembelit
2. Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit
memikirkan hal – hal lainnya
3. Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat
berpikir mengenai hal – hal lainnya

21. 0. Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada
akhir – akhir ini
1. Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan dengan
biasanya
2. Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks
3. Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks
Skoring Skala BDI :
1-10 : Naik turunnya perasaan ini tergolong normal
11-16 : Gangguan mood ringan atau perasaan murung ringan
17-20 : Batas depresi
21-30 : Depresi rendah
31-40 : Depresi sedang
Lebih dari 40 : Depresi ekstrem

5. HASIL ASESMEN

 Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap subjek MY diperoleh beberapa informasi
sebagai berikut:

Subjek MY sudah menjalin hubungan sangat lama yakni 4 tahun. Dia merasa bahwa
mantannya adalah perempuan yang baik, penyayang, dan sangat cocok dengan dirinya.
Karena hal ini lah membuat subjek MY mempunyai impian untuk bisa menikahinya kelak
setelah lulus dan mendapat pekerjaan. Subjek MY mengaku bahwa banyak hal positif yang
dia dapat dan pelajari dari mantannya seperti kesabaran, pengertian, tekun beribah, setra agar
berhati-hati saat bergaul. Subjek MY sendiri mempunyai anggapan bahwa alasan mantannya
menikah adalah karena keinginan orang tua bukan keinginannya sendiri. Dia juga mengaku
bahwa semenjak mantannya menikah dia sudah tidak pernah lagi berhubungan atau bertukar
kabar.

Selain itu subjek MY juga mempunyai kepribadian yang tertutup. Dia jarang bercerita
mengenai masalah yang dialami pada keluarganya karena takut membuat khawatir. Subjek
MY juga mengaku bahwa dia hanya mempunyai beberapa lingkaran pertemanan seperti
teman kuliah, teman kerja, serta dua orang sahabat meskipun begitu subjek MY meilai
hubungan pertemanan yang dia miliki ini cukup dekat walau tidak banyak. Jika mempunyai
masalah subjek MY akan menceritakannya pada mantan nya hal ini membuat subjek MY
mempunyai ketergantungan yang besar terhadap sosok mantannya. Saat mengetahui
mengenai kejadian yang menimpa subjek MY keluarga dan teman terdekatnya menjadi
prihatin dan meminta dia untuk bersabar dan ikhlas.
Setelah mengalami kejadian itu subjek MY mengaku merasakan beberapa perubahan
dalam dirinya, seperti dari aspek emosional, kognisi, perilaku, dan motivasi. Dari aspek
emosional sendiri setelah mengetahui mantannya menikah dengan orang lain tentunya dia
merasa sedih, kecewa, dan marah. Emosi tersebut sering sekali mendominasi perubahan mood
dari subjek MY, selain itu dia juga menjadi sangat sensitif ketika teman atau orang
disekitarnya membahas mengenai kejadian tersebut. Untuk mengalihkan kesedihan yang dia
rasakan subjek MY lebih memilih untuk mendengarkan musik dan sesekali pergi berolahraga.

Jika dilihat dari aspek kognitif, subjek MY merasa bahwa alasan mantannya menikah
adalah karena keinginan orang tua dan kebiasaan adat di daerah mereka yang memandang
bahwa perempuan lebih baik jika cepat menikah. Subjek MY juga sangat menyesal dan
cenderung berpikir bahwa hal ini terjadi karena kesalahannya. Dia yang terlahir dari keluarga
sederhana dan belum juga mapan membuat dia tidak bisa menikah dengan mantannya. Dia
juga merasa bahwa hal ini terjadi karena dia belum punya keberanian untuk berbicara dengan
orang tua mantannya. Karena tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah hal itu terjadi
menjadikan subjek MY sulit untuk mengikhlaskan kejadian kemarin.

Dari aspek motivasional subjek MY mengaku mengalami penurunan motivasi secara


signifikan pasca dia mengetahui mantannya menikah dengan orang lain. Terdapat juga impian
yang terpaksa harus dia lepaskan, seperti impian untuk menikahi pacarnya kelak setelah lulus
kuliah dan mendapat pekerjaan. Subjek MY juga mengaku bahwa dia merasa seperti
kehilangan setengah dari dirinya, hal ini terjadi karena subjek menganggap mantannya adalah
orang yang sangat penting, dia selalau memotivasi dan mendukung subjek untuk dapat
meraih impiannya. Adanya kejadian membuat subjek belum mampu merelakan dan juga
beradaptasi dengan keadaan, namun keluarga dan teman terdekat selalu memberikan
semangat dan motivasi untuk bangkit. Keinginan ini juga muncul dalam diri subjek yang
ingin bisa kembali beraktivitas normal dan ingin bahagia.

Pada aspek perilaku teradapat beberapa perubahan yang dirasakan oleh subjek MY
seperti sulit berkonsentrasi saat kuliah maupun bekerja akibatnya subjek mendapat teguran
dari teman maupun atasan di tempat kerja. Selain itu subjek juga mengalami penurunan nafsu
makan yang berakibat pada tidak teraturnya pola makan dan harus dirawat di rumah sakit
selama 2 hari. Subjek MY juga kerap kali mengalami kesulitan tidur karena terus memikirkan
kejadian kemarin. Pola tidur yang berantakan ini membuat subjek sering tidak masuk kuliah
dan gampang merasa lelah di tempat kerja. Subjek MY menjadi lebih sering mengurung diri
di kamar dengan alasan dia malas untuk keluar dan lebih nyaman di kamarnya. Saat sendirian
di kamar subjek MY kerap teringat tentang kejadian yang dialaminya untuk menghilangkan
pemikiran tersebut subjek MY akan merokok dan bermain game. Teman-teman disekitarnya
mulai khawatir akan perubahan perilaku yang dialami oleh subjek MY ini beberapa teman
juga sering menasehati agar jangan terlalu larut dalam kesedihan.
 Hasil Skala BDI (The Beck Depression Inventory)

LEMBAR JAWABAN BECK DEPRESSION INVENTORY

Nama / Inisial : MY
Jenis kelamin : L
Tanggal lahir : 23 Juni 2002
Tanggal tes : 23 Maret 2022

NO 0 1 2 3 NILAI

1 √ 2

2 √ 1

3 √ 1

4 √ 2

5 √ 3

6 √ 1

7 √ 1

8 √ 2

9 √ 0

10 √ 1

11 √ 1

12 √ 2

13 √ 1

14 √ 2

15 √ 1
16 √ 1

17 √ 2

18 √ 1

19 √ 1

20 √ 1

21 √ 2

JUMLAH TOTAL 29

KRITERIA : 21-30 (Depresi rendah)


 Hasil Observasi

No. PERILAKU YANG Jumat, 18 Sabtu, 19 Minggu, 20 Senin, 21


DIOBSERVASI Maret 2022 Maret 2022 Maret 2022 Maret 2022

1. Kesulitan tidur √ √ √ -

2. Makan tidak teratur - √ - √

3. Kurang konsentrasi √ √ √ √

4. Mengurung diri di √ √ - √
kamar

5. Bersosialisasi - - √ -

6. Terlihat sedih / √ √ √ √
murung

Kesimpulan hasil observasi :


Menurut hasil observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa subjek MY
mengalami kesulitan tidur selama tiga hari berturut-turut. Dia juga terlihat beberapa kali
tidak makan dengan teratur, menurut keterangan yang disampaikan oleh observer, subjek
MY mengalami penurunan nafsu makan ditandai dengan berkurangnya porsi makan dan
penurunan berat badannya sekitar 2 kg dari yang semula 70 kg. Subjek MY juga terlihat
sering tidak berkonsentrasi hal ini di amati melalui keaktifan saat kuliah dan pada saat
bekerja di coffe shop. Setelah diamati selama beberapa hari, subjek MY ternyata menjadi
lebih menarik diri dengan lingkungannya, hal ini diperlihatkan dari perilakunya yang sering
mengurung diri di kamar. Meskipun subjek MY merupakan peribadi yang agak tertutup dan
dia mengaku hanya memiliki lingkaran pertemanan yang kecil tetap saja hal tersebut
termasuk bentuk penarikan diri dari interaksi sosial. Menurut keterangan observer yang
mengamati subjek MY juga masih sering terlihat sedih dan murung saat sedang beraktivitas,
hal ini menyebabkan teman-teman dekat subjek MY menjadi khawatir dari keterangan yang
disampaikan oleh observer beberapa teman subjek MY sudah sering mengajak subjek MY
untuk pergi atau sekedar berolahraga agar subjek dapat melupakan kejadian yang
dialaminya.
6. DIAGNOSIS KASUS

 Esensi Masalah
Berdasarkan hasil dari berbagai metode asesmen yang telah dilakukan seperti
wawancara, observasi, dan pengisian skala maka dapat disimpulkan bahwa subjek
MY mengalami gangguan depresi. Hal yang menjadi bahan pertimbangan konselor
dalam mendiagnosis kasus ini adalah karena subjek MY menampilkan beberapa
gejala seperti berikut:
1) Subjek MY sering mengalami perubahan suasana hati atau emosional seperti
sedih, marah, dan kecewa.
2) Subjek MY mengalami penurunan nafsu makan dan kesulitan tidur pada
malam hari.
3) Subjek MY kehilangan motivasi dan semangat untuk menjalani aktivitas
sehari-hari pasca mantan pacarnya menikah dengan orang lain.
4) Subjek MY sering terlihat murung dan tidak berkonsentrasi saat kuliah
maupun bekerja.
5) Subjek MY mempunyai penyesalan yang besar dan kecenderungan untuk
menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang telah terjadi.
6) Subjek MY melakukan penarikan diri dari lingkungan sosial hal ini ditunjukan
dengan lebih sering mengurung diri di kamar dan enggan pergi bermain
bersama teman-temannya.

Berbagai gejala tersebut merujuk pada gangguan depresi. Konselor juga telah
meminta subjek MY untuk mengisi skala BDI (Beck Depression Inventory) untuk
mengetahui sejauh mana tingkatan depresi yang dialami oleh subjek MY. Hasil skor
dari skala yang diberikan adalah 29 yang dalam panduan scoring berada pada kategori
depresi rendah.

 Latar Belakang Kasus


Kasus gangguan depresi yang dialami oleh subjek MY dapat terjadi karena beban
yang di tanggung subjek MY sangat besar. Latar belakang ekonomi keluarga yang
sederhana menyebabkan subjek MY yang merupakan seorang mahasiswa rantau di
Kota Bandung harus mengambil pekerjaan sebagai seorang barista. Hal ini dilakukan
subjek MY guna membantu biaya kuliah yang ditanggung oleh orang tuanya. Peran
serta tanggung jawab yang diambil oleh subjek MY secara tidak langsung turut
mempengaruhi perkembangan fisik, psikis, emosi, dan pola pikirnya. Subjek MY
selalu berusaha menjadi sosok anak yang mandiri dan tidak bergantung pada orang
tua hal ini ditunjukan dengan jarangnya subjek MY menceritakan mengenai
permasalah yang dialami kepada orang tuanya.
 Sebab-Sebab Timbulnya Kasus
a) Faktor Internal
Faktor internal yang menjadi penyebab timbulnya gangguan depresi pada
subjek MY adalah karena kepribadian subjek MY yang tertutup terhadap
orang baru bahkan orang tuanya menyebabkan subjek MY hanya terbiasa
bercerita tantang masalah yang dialaminya kepada mantannya. Pengaruh
mantan sangat besar bagi subjek MY hal ini mengakibatkan tingginya rasa
ketergantuang subjek terhadap keberadaan mantannya. Selain itu adanya
pemikiran negatif seperti menyalahkan diri sendiri yang dilakukan oleh subjek
turut mempengaruhi timbulnya gangguan depresi.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menjadi penyebab timbulnya gangguan depresi pada
subjek MY adalah karena peran ganda yang dijalani oleh subjek MY yakni
sebagai mahasiswa yang berkuliah serta sebagai barista yang bekerja. Dua
kegiatan ini tentunya membutuhkan tanggung jawab yang besar dan pasti tidak
mudah untuk dijalani. Namun hal tersebut tetap dilakukan oleh subjek MY
agar dapat memenuhi kebutuhan seperti uang kuliah dan keperluan lainnya.
 Dinamika Psikis Kasus
a) Dinamika Positif Kasus
Dinamika positif dari kasus ini adalah karena subjek mempunyai keinginan
yang kuat untuk dapat kembali beraktivitas seperti dulu. Subjek MY tidak
ingin terus menerus seperti ini dia ingin bisa lepas dari bayang-bayang masa
lalu bersama mantannya dan kembali hidup senang dan bahagia.
b) Dinamika Negatif Kasus
Dinamika negatif dari kasus ini adalah karena subjek merupakan orang yang
agak tertutup terhadap orang baru. Selain itu juga subjek MY sudah menjalin
hubungan yang sangat lama dengan mantan nya dan adanya harapan untuk
dapat menikah. Subjek MY juga masih mempunyai kesulitan melepaskan
ketergantungan dari mantannya.
7. PROGNOSIS

Berdasarkan hasil dari diagnosis yang telah dilakukan pada kasus subjek MY, maka
dapat disimpulkan bahwa kasus gangguan depresi tingkat rendah yang dialami subjek MY
memiliki prognosis positif. Pernyataan ini didukung oleh adanya faktor internal yakni
keinginan yang kuat dari dalam diri subjek MY untuk dapat kembali menjalankan aktivitas
sehari-harinya seperti biasa serta tidak lagi terbayang-bayang dengan masa lalu bersama
mantannya. Selain itu adanya faktor eksternal seperti dukungan dari keluarga dan teman-
teman disekitar subjek MY untuk bisa bangkit dari masalah yang dialaminya membuat subjek
MY lebih semangat dan bertekat untuk bisa kembali hidup normal dan bahagia.

8. RANCANGAN INTERVENSI

1. Pendekatan yang Digunakan


Pendekatan yang digunakan dalam konseling ini adalah Cognitive Behavior Therapy
(CBT). Alasan konselor menggunakan pendekatan CBT adalah karena dari hasil
asesmen yang sudah dilakukan terhadap subjek MY memperlihatkan bahwa terdapat
keyakinan atau pemahaman yang salah dari subjek MY mengenai peristiwa yang
dialaminya. Hal ini menyebabkan pikiran negatif yang berujung penyesalan dan
tindakan menyalah kan diri sendiri yang dilakukan oleh subjek MY. Dari hasil
asesmen juga diketahui bahwa subjek MY mengalami depresi pada kategori ringan,
sehingga terapi CBT sangat tepat untuk diberikan kepada subjek dengan gejala
gangguan depresi.
2. Tujuan Konseling
Konseling ini bertujuan untuk membantu subjek agar mengubah pikiran dan
pernyataan negatif serta keyakinan tidak rasional yang dialaminya. Selain itu
konseling ini juga bertujuan untuk membuat subjek dapat lebih mandiri dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya dan tidak terlalu bergantung kepada satu orang.
3. Teknik CBT
CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh konselor untuk
membantu individu ke arah yang positif. Berbagai variasi teknik perubahan kognisi,
emosi, dan tingkah laku menjadi bagian yang terpenting dalam cognitive behavior
therapy. Konselor kognitif behavioral akan menggunakan berbagai teknik intervensi
untuk mendapatkan kesepakatan prilaku sasaran dengan subjek (konseli). Berbagai
teknik yang dapat digunakan dalam CBT :
 Menantang keyakinan irasional
 Bibliotheraphy
 Mengulangi pernyataan diri dengan role play
 Mencoba menggunakan pernyataan diri yang berbeda dalam situasi yang rill
 Mengukur perasaan
 Menghentikan pikiran
 Desensitisasi sistematis
 Pelatihan keterampilan sosial
 Assertiveness skill training
 Penugasan pekerjaan rumah
 In vivo exposure
4. Langkah yang Ditempuh
a) Mempersiapkan subjek
Pada langkah ini konselor dan subjek akan membangun rapport agar proses konseling
dapat berjalan lancar. Selain itu subjek juga harus menandatangani kontrak sebagai
bentuk komitmen untuk menjalani konseling dengan aktif dan kolaboratif bersama
konselor. Konselor bersama dengan subjek juga akan menetapkan tujuan akhir yang
ingin dicapai dari konseling CBT ini. Contoh subjek MY dengan gangguan depresi
ringan adalah merubah pikiran negatif tentang dirinya dan melepas ketergantungan
dengan sosok pacar sebelumnya.
b) Identifikasi pemikiran negatif
Pada tahapan ini subjek akan berlatih bersama konselor untuk mengenali kondisi dan
situasi yang menjadi penyebab munculnya berbagai pikiran irasional, serta perasaan
yang timbul akibat pikiran tersebut, dan apa yang dilakukan oleh subjek saat pikiran
negatif tersebut muncul.
c) Restrukturisasi kognitif
Restrukturisasi kognitif dilakukan dengan cara menganalisa dan mengevaluasi
pikiran negatif yang muncul. Pada tahapan ini, subjek diminta untuk menganalisa dan
mengevaluasi pikiran negatifnya tentang kejadian ditinggal nikah yang dialaminya.
Ditahapan ini subjek juga akan diajarkan mengenai hubungan antara kognitif, emosi,
dan perilaku.
d) Membantu subjek berpikir positif dan rasional
Subjek akan diminta untuk mengidentifikasi dan merubah pikiran irasional. Subjek
akan belajar bersama konselor untuk mengenali distorsi pada proses kognitifnya yang
menyebabkan timbulnya pikiran negatif atau irasional pada kondisi tertentu.
Selanjutnya subjek melakukan pemeriksaan mandiri atas pikiran irasional atau
negatifnya.
e) Catatan pikiran (jurnal)
Subjek diminta membuat catatan atau jurnal mandiri segera setelah munculnya
stressor atau adanya perubahan perasaan dan pikiran. Catatan pikiran (jurnal) ini
merupakan pekerjaan rumah yangdiberikan oleh konselor. Catatan pikiran atau jurnal
ini biasanya terdiri dari 3 kolom yang berisi situasi pemicu, pikiran otomatis yang
muncul, dan perasaan yang menyertai. Subjek juga diminta secara aktif mengevaluasi
pikiran negatif dan mengubah pikirannya menjadi lebih positif.
f) Modifikasi perilaku
Setelah membuat catatan pikiran (jurnal) subjek akan diminta mengidentifikasi
perilaku-perilaku yang menyertai emosi negatifnya. Subjek juga kemudian diminta
secara aktif mengenali perilaku-perilaku yang memperkuat pikiran negatifnya.
g) Follow up
Follow up dilakukan satu minggu setelah intervensi dilakukan. Subjek akan diberikan
tugas untuk menilai tingkat gangguannya secara kuantitatif setelah intervensi
diberikan. Konselor akan menanyakan kepada subjek tentang gangguan depresi yang
dialaminya apakah mengalami penurunan atau tidak. Setelah sesi terapi diakhiri,
diharapkan subjek bisa melakukan semua keterampilan yang diajarkan secara mandiri
dan terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA

Beck, AT (1976). terapi kognitif dan gangguan emosional. INT.UNIV.PRESS,NEW


YORK . https://doi.org/10.1176/appi.psychotherapy.1977.31.4.633

Davison, G. C., Neale, J. M., Blankstein, K. R., & Flett, G. L. (2002). Abnormal psychology:
Canadian edition.

Kendall, PC, Hollon, SD, Beck, AT, Hammen, CL, & Ingram, RE (1987). Isu dan
rekomendasi mengenai penggunaan Beck Depression Inventory. Terapi dan penelitian
kognitif , 11 (3), 289-299.

Leitenberg, H., Yost, LW, & Carroll-Wilson, M. (1986). Kesalahan kognitif negatif pada
anak-anak: pengembangan kuesioner, data normatif, dan perbandingan antara anak-anak
dengan dan tanpa gejala depresi yang dilaporkan sendiri, harga diri rendah, dan kecemasan
evaluasi. Jurnal Konsultasi dan Psikologi Klinis , 54 (4), 528.

Maslim, R. (2013). Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: PT Nuh Jaya.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga, 96-
101.

Ni Nyoman Wistya Tri Mayasari. (2020). Gambaran Umum Depresi. SMF Psikiatri , 1–19.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja.

Sulistyorini, W., & Sabarisman, M. (2017). DEPRESI : SUATU TINJAUAN


PSIKOLOGIS. Sosial Informa , 3 (2). https://doi.org/10.33007/inf.v3i2.939

Anda mungkin juga menyukai