Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

TENTANG KETUBAN PECAH DINI


Di Ruang OK Rsud H. Hanafie Muara Bungo

Dosen Pembimbing :
Lilis Kholisah,STr.Keb,MKM
Tiara Rizky Novita,STr.Keb,MKM

CI Lapangan :
1. Paridah, S.Tr. Keb
2. Rina maya sari, SST,M.Kes
Disusun Oleh :
FESTIA SINTA MAHARANI
NPM: 2115210008

AKADEMI KEBIDANAN AMANAH MUARA BUNGO


TAHUN AJARAN 2024/2025
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Laporan kasus dinas PKK III Mahasiswi Akademi


Kebidanan Amanah Muara Bungo di RSUD H.Hanafie
Muara Bungo
DILAKSANAKAN : Tanggal 28 Februari – 06 Maret 2024

Muara Bungo, Februari 2024

Koordinator Lapangan CI Akademik

(Lilis Kholisah., S.Tr.Keb., M.K.M) (Tiara Rizky Novita., S.Tr.Keb.,


M.K.M)

CI Lapangan CI Lapangan

(Paridah, S.Tr. Keb) (Rinamayasari,SST,M.Kes)

Direktur Akbid Amanah Muara Bungo

ii
(Sefryani Nursari SM., SST., M.Kes)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena
dengan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“KETUBAN PECAH DINI” yang mana dimaksudkan untuk memenuhi syarat
tugas laporan kasus PKK III di RSUD H. HANAFIE Muara Bungo serta
menambah kemampuan dan pengetahuan penulis mengenai ketuban pecah
dini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Terutama kepada Dosen
Akademik yang telah banyak memberikan ilmunya yaitu Ibu Lilis Kholisah, Str.
Keb, M.K.M dan Ibu Tiara Rizky Novita, Str. Keb, M.K.M, serta Dosen
pembimbing Lapangan Ibu Paridah, S.Tr.Keb selaku kepala ruangan dan Kak
Rina maya sari, SST,M.Kes. yang merupakan CI Ruangan OK.
Diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi tuntunan belajar bagi
mahasiswa di Insitusi Pendidikan Kesehatan khususnya pada bidang
Kebidanan. Semoga dengan adanya laporan kasus ini bisa memberikan banyak
pengetahuan bagi pembaca dan bagi pihak penulis sendiri. Dalam penulisan
laporan kasus ini, kami menyadari masih banyak kekurangan. Baik karena
keterbatasan pengetahuan ataupun susunan dalam penulisan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan demi
kesempurnaan laporan kasus ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga
laporan kasus ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Muara Bungo, Februari 2024

iii
Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.........................................................................................................4
2.2 Etiologi ........................................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis......................................................................................10
2.4 Diagnosis...................................................................................................10
2.5 Faktor faktor yang memepengaruhi KPD..................................................11
2.6 Penatalksanaan medis ...............................................................................12
2.7 Komplikasi................................................................................................12
BAB III PAPARAN KASUS
3.1 Status Pasien..............................................................................................14
BAB IV KESENJANGAN TEORI DAN PRAKTIK
4.1 Pembahasan..............................................................................................19
4.2 Kesenjangan Teori Dan Praktik...............................................................19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................20
5.2 Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat

menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada

ibu dan bayi. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya

melahirkan dimana pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

Ketuban pecah dini (KPD) dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm.

Menurut World Health Organization (WHO) selama satu tahun dari tahun 2019 – 2020 angka

kematian ibu (AKI) mengalami penurunan dari 303 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019

menjadi 227.22 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2020. Hal ini disebabkan karena

komplikasi saat dan pasca persalinan antara lain perdarahan 34%, infeksi 23%, tekanan darah

tinggi 18,5%, komplikasi persalinan14,3% dan aborsi 10,2%1

Kejadian KPD preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal

maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami

infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan

mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi

mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul, infeksi

perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang umum terjadi. KPD

preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di Amerika Serikat .

Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi. Manajemen bergantung pada

pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian risiko relatif persalinan preterm versus

manajemen ekspektatif. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan bertambah pemahaman

5
mengenai risiko-risiko serta faktor-faktor yang mempengaruhi, diharapkan ada suatu pedoman

dalam praktik penatalaksanaan KPD aterm dan KPD preterm, seperti waktu persalinan,

penggunaan medikamentosa, dan praktik pemilihan/ pengawasan terhadap manajemen

ekspektatif, karena masih banyaknya variasi mengenai manajemen KPD, khususnya KPD

preterm. Dengan adanya pendekatan penatalaksanaan yang sistematis dan berbasis bukti ataupun

konsensus maka diharapkan luaran persalinan yang lebih baik.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan Kebidanan pada Ny.N dengan ketuban pecah

dini di ruangan OK RSUD H. HANAFIE Muara Bungo tahun 2024.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada Ny.N dengan Ruftur Blas di ruangan OK

RSUD H. HANAFIE tahun 2024.

2. Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Ny.N dengan Ruftur Blas di ruangan OK

RSUD H. HANAFIE tahun 2024.

3. Mahasiswa dapat membuat perencanaan pada Ny.N dengan Ruftur Blas di ruangan OK

RSUD H. HANAFIE tahun 2024.

4. Melaksanakan tindakan kebidanan pada pasien yang mengalami Ruftur Blas di ruangan

OK RSUD H. HANAFIE tahun 2024

6
1.3 Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan yang menjadi

fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya yang

berkenaan dengan ketuban pecah dini.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi RSUD H. HANAFIE untuk menambah pengetahuan

Bidan dan Perawat dalam penatalaksanaan pada pasien ketuban pecah dini.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan penulis khususnya dalam pelaksanaan pada pasien

dengan kasusketuban pecah dini.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalina

dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Manuaba, 2009). Ketuban pecah dini adalah

pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun (Arma, dkk

2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017).

ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah

kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah

usia kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang

sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. Jadi

ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.

Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara

pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan sebutan Lag

Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam

sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang

dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).

2.2 Etiologi

Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba, 2007) yaitu sebagai

berikut:

a. Multipara dan Grandemultipara

b. Hidramnion

c. Kelainan letak: sungsang atau lintang

8
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)

e. Kehamilan ganda

f. Pendular abdomen (perut gantung)

Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai penyebab

kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD mayoritas pada ibu

multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu, pembesaran uterus normal dan

letak janin preskep

2.3 Manifestasi klinis

a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.

b. Aroma air ketuban berbau khas dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut

masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warn darah.

c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.

Tetapi bila sedang duduk atau brdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah bisa

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.

d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Nugroho, 2012)

2.4 Diagnosis

Berdasarkan anamnesa pada pasien merasakan basah pada vagina atau mengeluarkan cairan

yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perhatikan warnanya. Pada

pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Perlu dipertimbangkan pemeriksaan

dalam (VT) pada kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan.

Pemeriksaan dalam dilakukan pada kasus KPD yang sudah dalam persalinan atau yang

dilakukan induksi persalinan. Diagnosa juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium

9
untuk menentukan ada tidaknya infeksi. Dan juga pemeriksaan ultasonografi (USG) untuk

melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.

2.5 Faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini

Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa

faktor meliputi :

1. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama

kehamilan maupun mengahdapi persalinan. Usia untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu

adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko

kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem

reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkuarng kemampuannya dan

keelastisannya dalam menerima kehamilan (Sudarto, 2016).

2. Sosial Ekonomi

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu

keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam

mempengaruhi kehidupannya. Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang

bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan

yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan

(BPS, 2005).

3. Paritas

Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan

anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara.

Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia

10
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalalmi

kehamilan dengan usia kehamilan 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau

lebih. Sedangkan grande multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami hamil

dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari

5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami

KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih

berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

4. Anemia

Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persendian

zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persendian zat besi tubuh dan

akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil

mengalami hemodelusi atau pengencangan dengan penigkatan volume 30% sampai 40% yang

puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia

biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan

darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yang pada trimester pertama dan trimester ke

tiga.

Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas,

berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat

mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban

pecah dini (Manuaba, 2009).

5. Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada

kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk

11
karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa

kehamilan dapat menyebabkan gangguan-gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah

dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

6. Riwayat KPD

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini dapat

berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya

beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara

singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya

ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada

kehamilan menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada

wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang

semakin menurun pada kehamilan berikutnya.

7. Serviks

yang Inkompetensik Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otototot

leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka

ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan

laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks

yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa

kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan

robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.

8. Tekanan Intra Uterin

12
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan

terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :

1) Trauma : berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.

2) Gemelli : Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan

gemelli terjadinya distensi uterus yang berlehihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan

rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar

dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan

sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Novihandari, 2016).

2.6 Penatalaksanaan medis

Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas

perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran preterm

pada kehamilan dibawah 37 minggu. Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-tanda KPD.

Setelah mendapatkan diagnosis kemudian melakukan penatalaksanaan berdasarkan usia gestasi.

Hal ini berkaitan dengan proses kematangan organ janin, dan bagaimana morbiditas dan

mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis. Terdapat dua manajemen dalam

penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah

penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi

untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan pada

KPD berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan.

1. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan

Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm didapatkan bahwa

morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia dan takipnea transien lebih besar

13
apabila ibu melahirkan pada usia tersebut dibanding pada kelompok usia lahir 36 minggu.

Morbiditas mayor seperti sindroma distress pernapasan dan perdarahan intraventrikular

tidak secara signifikan berbeda. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa

mempertahankan kehamilan adalah pilihan yang lebih baik. Ketuban Pecah Dini usia

kehamilan 24 - 34 minggu. Pada usia kehamilan antara 30-34 minggu, persalinan lebih

baik dari pada mempertahankan kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis

secara signifikan. (Lieman JM 2005)

2. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu

Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan

meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan

terhadap kejadian respiratory distress syndrome. Pada saat ini, penelitian menunjukkan

bahwa mempertahankan kehamilan lebih buruk dibanding melakukan persalinan.

2.7 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang seringkali ditimbulkan dari KPD sangat berpengaruh terhadap

morbiditas dan mortalitas bayi serta dampak terhadap ibunya sendiri, diantaranya adalah:

(Wiknyosastro H, 1999).

1. Persalinan premature Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode

laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah

ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada

kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan seringkali terjadi dalam 1 minggu.

2. Infeksi Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi

korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi

korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini preterm, infeksi lebih sering

14
daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat

sebanding dengan lamanya periodelaten.Kriteria klinis infeksi yang digunakan pada KPD yaitu;

adanya febris, uterine tenderness (di periksa setiap 4 jam), takikardia (denyut nadi maternal lebih

dari 100x/mnt), serta denyut jantung janin yang lebih dari 160 x/mnt.

3. Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidamnion sehingga bagian kecil

janin menempel erat dengan dinding uterus yang dapat menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia

atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidamnion,

semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

4. Sindrom deformitas janin Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,

serta hipoplasi pulmonary. (Charnaghan K.H et al, 2009).

15
BAB III
PAPARAN KASUS

Hari/tanggal :Kamis , 29 Februari 2024


Ruangan : OK

2.4 STATUS PASIEN


I. IDENTITAS
Nama : Ny.N Nama :Tn. A
Umur :37 tahun Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : kuamang Alamat : kuamang
Agama : Islam Agama : Islam
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Sekarang : Post sc
B. Riwayat Dahulu :-
C. Keluhan Utama : KPD
a) Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan Umum : Kondisi umum lemah
b. Kesadaran : Composmetis
c. TTV
TD : 115/79 mmhg
S : 36,5oC
N : 81x/i
Rr : 24x/i
Spo2 : 99 % Nassal
d. Pemeriksaan Fisik:
Kepala : Normal
Wajah : Terlihat pucat, bibir kering

16
Dada : Simetris
Abdomen : Keras
Extremitas : Akal hangat
e. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium:
Leukosit : 9,gr\dl Eritrosit : 3,4 jutaSel/mm
Hemoglobin : 8 Sel/mm MCV : 89 FI
Basofil : 0% MCH : 28 pg
Eosinifil : 0% MCHC : 31%
Neutrofil : 75 Hematokrit : 30%
Limfosit : 13% Trombosit :327.000
Sel/mm
Monosit : 8%
Antigen Test : Negatif
b) Terapi
1.
c) Tindakan Lanjut

Diagnosa Intervensi

KPD Kaji keluhan pasien


Ttv :
TD : 115/79 mmhg
S : 36,5oC
N : 99 x/i
Rr : 24x/i
Spo2 : 99%
 Cefotaxim
 Gentacimin
 ranitidin
 Rl
 Nacl
 Asam traneksamat
 Tramadol
 Vit k

17
2.5 SOAP
Tanggal : Kamis , 29 Februari 2024
Pukul : 15.00 WIB
Subjek

a. Keluarga mengatakan bahwa Ibu baru saja habis post sc

b. Keluarga mengatakan ibu tidak pernah abortus

Objek

a. Keadaan umum : lemah

b. Kesadaran : composmetis

c. Keadaan emosional :stabil

d. TTV :

1) Tekanan darah : 115/79 mmHg

2) Suhu : 36,5˚C

3) Nadi : 81x/i

4) Pernafasan : 24x/i

5) Spo2 : 99% Nassal

e. Kandung kemih : kateterisasi

f. HB: 8 gr%

1. Assasement

a. Diagnosa: Ny. ‘N’ G₃ P₂ A₀ H₃ dengan usia kehamilan 37 minggu 5 hari, janin

tunggal, intra uteri, leskep, keadaan jalan lahir sc , keadaan umum ibu lemah dan

janin baik.

b. Dasar :

18
1) Keluarga menggatakan ibu baru saja habis post sc

2) Keluarga menggatakan keadaan ibu lemah

c. Kebutuhan :

1) Informed consent kepada keluarga

2) Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan di ruangan OK

3) Pemberian Infus rl

4) Observasi

5) Edukasi

2. Planning

a. Melakukan pemeriksaan fisik

- Hasil dari pemeriksaan fisik ibu:

Keadaan Umum: Lemah

TD: 115/79 mmHg N: 81x/i

S: 36,5˚C Rr: 24x/i

Kandung Kemih: Kateterisasi

Hb:8 gr%

b. Menggunakan cairan infus RL

- Cairan infus telah di pasang

- Untuk terapi juga diberikan cefotaxim 10mg/ml secara drip

c. Observasi pasien

19
Melakukan observasi kepada ibu di ruangan OK kurang lebih 1-2 jam, kemudian jika

kondisi ibu sudah stabil maka ibu akan dipindah ke ruangan kebidanan masih

dilakukan observasi dan dilakukan TTV lagi kembali.

d. Edukasi

- Jelaskan pada pasien bahwa ketuban pecah dini mengacu pada pecahnya

kantong ketuban yang terjadi sebelum permulaan persalinan dan sebelum usia

kehamilan 37 minggu. Dan kita akan memberitahu kepada pasien ataupun

keluarga pasien mengenai kemungkinan penyebab, rencana penatalaksanaan,

dan risiko yang mungkin terjadi.

20
BAB IV
KESENJANGAN TEORI DAN PRAKTIK

2.1 Pembahasan
........................................................................................................................

2.2 Perbedaan Teori dan Praktik

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan,

ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 atau lebih dari 37 minggu.

minggu disebut sebagai “Ketuban Pecah Dini ” (KPD). Ketuban Pecah Dini menyumbang

persentase sebesar 65% dalam kejadian infeksi, yang mana infeksi adalah salah satu dari 75%

penyebab kematian ibu. Insiden KPD ini dinilai cukup tinggi jika dibanding dengan masalah

kehamilan lainnya dan kasus KPD menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu

maupun janin meningkat, sehingga Ketuban Pecah Dini perlu mendapatkan penanganan

segera atau lebih baik dicegah untuk menghindari berbagai komplikasi.

Faktor risiko perlu diidentifikasi agar dapat membantu diagnosis antenatal dari

KPD dan mendidik wanita dengan menjelaskan faktor-faktor risikonya sebagai kebutuhan

untuk melaporkan lebih awal jika ada diantaranya yang terjadi. Beberapa faktor risiko yang

perlu diindentifikasi meliputi; infeksi genital pada ibu, riwayat obstetri ibu, persentasi janin,

gangguan hipertensi, diabetes mellitus, kenaikan berat badan yang buruk, pekerjaan dan

pendapatan, kebiasaan merokok. Identifikasi faktor risiko ini perlu dilakukan untuk mencegah

berbagai outcomes dari Ketuban Pecah Dini baik yang mempengaruhi bayi maupun ibu.

22
5.2 Saran

Dengan dilaksanakan asuhan Kebidanan pada klien dengan perdarahan diakibatkan

ketuban pecah dini yang dapat diberikan yaitu:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan dapat memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan yang

menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

keterampilannya dalam menjalani pratek dan pembuatan asuhan keperawatan dalam hal

ini berkenaan dengan KPD.

2. Bagi Rumah Sakit

Pada saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan KPD hendaknya

bidan/perawat ruangan memberikan pembekalan penanganan di rumah supaya keluarga

dapat merawat pasien saat pasien pulang kerumah.

3. bagi pasien

Diharapkan agar bisa menjadi pedoman untuk mengetahui lebih lanjut penyakit yang di

alaminya.

23
DAFTAR PUSAKA

Mulyana dkk buku ajar ketuban pecah dini 2017

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2373/4/BAB%20II%20pdf.pdf

https://www.pogi.or.id/wp-content/uploads/download-manager-files/PNPK-KPD

%202016.pdf

https://repository.um-surabaya.ac.id/270/3/BAB_2.pdf

https://www.alomedika.com/komunitas/topic/membedakan-kpd-dan-ketuban-

pecah-normal

https://repository.ump.ac.id/5373/4/Anisatun%20Khafidoh%20BAB%20II.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai