LP KPD
LP KPD
Dosen Pembimbing :
Lilis Kholisah,STr.Keb,MKM
Tiara Rizky Novita,STr.Keb,MKM
CI Lapangan :
1. Paridah, S.Tr. Keb
2. Rina maya sari, SST,M.Kes
Disusun Oleh :
FESTIA SINTA MAHARANI
NPM: 2115210008
CI Lapangan CI Lapangan
ii
(Sefryani Nursari SM., SST., M.Kes)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena
dengan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“KETUBAN PECAH DINI” yang mana dimaksudkan untuk memenuhi syarat
tugas laporan kasus PKK III di RSUD H. HANAFIE Muara Bungo serta
menambah kemampuan dan pengetahuan penulis mengenai ketuban pecah
dini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Terutama kepada Dosen
Akademik yang telah banyak memberikan ilmunya yaitu Ibu Lilis Kholisah, Str.
Keb, M.K.M dan Ibu Tiara Rizky Novita, Str. Keb, M.K.M, serta Dosen
pembimbing Lapangan Ibu Paridah, S.Tr.Keb selaku kepala ruangan dan Kak
Rina maya sari, SST,M.Kes. yang merupakan CI Ruangan OK.
Diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi tuntunan belajar bagi
mahasiswa di Insitusi Pendidikan Kesehatan khususnya pada bidang
Kebidanan. Semoga dengan adanya laporan kasus ini bisa memberikan banyak
pengetahuan bagi pembaca dan bagi pihak penulis sendiri. Dalam penulisan
laporan kasus ini, kami menyadari masih banyak kekurangan. Baik karena
keterbatasan pengetahuan ataupun susunan dalam penulisan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan demi
kesempurnaan laporan kasus ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga
laporan kasus ini dapat selesai dengan tepat waktu.
iii
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.........................................................................................................4
2.2 Etiologi ........................................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis......................................................................................10
2.4 Diagnosis...................................................................................................10
2.5 Faktor faktor yang memepengaruhi KPD..................................................11
2.6 Penatalksanaan medis ...............................................................................12
2.7 Komplikasi................................................................................................12
BAB III PAPARAN KASUS
3.1 Status Pasien..............................................................................................14
BAB IV KESENJANGAN TEORI DAN PRAKTIK
4.1 Pembahasan..............................................................................................19
4.2 Kesenjangan Teori Dan Praktik...............................................................19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................20
5.2 Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada
ibu dan bayi. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan dimana pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Ketuban pecah dini (KPD) dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm.
Menurut World Health Organization (WHO) selama satu tahun dari tahun 2019 – 2020 angka
kematian ibu (AKI) mengalami penurunan dari 303 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019
menjadi 227.22 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2020. Hal ini disebabkan karena
komplikasi saat dan pasca persalinan antara lain perdarahan 34%, infeksi 23%, tekanan darah
Kejadian KPD preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal
maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami
infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan
mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi
mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul, infeksi
perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang umum terjadi. KPD
Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi. Manajemen bergantung pada
pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian risiko relatif persalinan preterm versus
5
mengenai risiko-risiko serta faktor-faktor yang mempengaruhi, diharapkan ada suatu pedoman
dalam praktik penatalaksanaan KPD aterm dan KPD preterm, seperti waktu persalinan,
ekspektatif, karena masih banyaknya variasi mengenai manajemen KPD, khususnya KPD
preterm. Dengan adanya pendekatan penatalaksanaan yang sistematis dan berbasis bukti ataupun
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan Kebidanan pada Ny.N dengan ketuban pecah
2. Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Ny.N dengan Ruftur Blas di ruangan OK
3. Mahasiswa dapat membuat perencanaan pada Ny.N dengan Ruftur Blas di ruangan OK
4. Melaksanakan tindakan kebidanan pada pasien yang mengalami Ruftur Blas di ruangan
6
1.3 Manfaat
fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya yang
Bidan dan Perawat dalam penatalaksanaan pada pasien ketuban pecah dini.
3. Bagi Penulis
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalina
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Manuaba, 2009). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun (Arma, dkk
ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah
usia kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. Jadi
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara
pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan sebutan Lag
Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam
sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang
dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).
2.2 Etiologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba, 2007) yaitu sebagai
berikut:
b. Hidramnion
8
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai penyebab
kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD mayoritas pada ibu
multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu, pembesaran uterus normal dan
a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau khas dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warn darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila sedang duduk atau brdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah bisa
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
2.4 Diagnosis
Berdasarkan anamnesa pada pasien merasakan basah pada vagina atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perhatikan warnanya. Pada
pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Perlu dipertimbangkan pemeriksaan
dalam (VT) pada kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan.
Pemeriksaan dalam dilakukan pada kasus KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan. Diagnosa juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
9
untuk menentukan ada tidaknya infeksi. Dan juga pemeriksaan ultasonografi (USG) untuk
Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi :
1. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama
kehamilan maupun mengahdapi persalinan. Usia untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu
adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem
2. Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu
yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan
(BPS, 2005).
3. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan
anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara.
Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia
10
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalalmi
kehamilan dengan usia kehamilan 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau
lebih. Sedangkan grande multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami hamil
dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari
5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami
KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih
4. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persendian
zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persendian zat besi tubuh dan
akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodelusi atau pengencangan dengan penigkatan volume 30% sampai 40% yang
puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia
biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan
darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yang pada trimester pertama dan trimester ke
tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas,
berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
5. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada
kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk
11
karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa
dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
6. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini dapat
berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya
beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara
singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya
ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada
kehamilan menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada
wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang
7. Serviks
yang Inkompetensik Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otototot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan
laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks
yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan
12
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
2) Gemelli : Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan
gemelli terjadinya distensi uterus yang berlehihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar
dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Novihandari, 2016).
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas
perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran preterm
pada kehamilan dibawah 37 minggu. Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-tanda KPD.
Hal ini berkaitan dengan proses kematangan organ janin, dan bagaimana morbiditas dan
mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis. Terdapat dua manajemen dalam
penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah
penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi
untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan pada
Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm didapatkan bahwa
morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia dan takipnea transien lebih besar
13
apabila ibu melahirkan pada usia tersebut dibanding pada kelompok usia lahir 36 minggu.
tidak secara signifikan berbeda. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa
mempertahankan kehamilan adalah pilihan yang lebih baik. Ketuban Pecah Dini usia
kehamilan 24 - 34 minggu. Pada usia kehamilan antara 30-34 minggu, persalinan lebih
terhadap kejadian respiratory distress syndrome. Pada saat ini, penelitian menunjukkan
2.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang seringkali ditimbulkan dari KPD sangat berpengaruh terhadap
morbiditas dan mortalitas bayi serta dampak terhadap ibunya sendiri, diantaranya adalah:
(Wiknyosastro H, 1999).
1. Persalinan premature Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
2. Infeksi Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini preterm, infeksi lebih sering
14
daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat
sebanding dengan lamanya periodelaten.Kriteria klinis infeksi yang digunakan pada KPD yaitu;
adanya febris, uterine tenderness (di periksa setiap 4 jam), takikardia (denyut nadi maternal lebih
dari 100x/mnt), serta denyut jantung janin yang lebih dari 160 x/mnt.
3. Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidamnion sehingga bagian kecil
janin menempel erat dengan dinding uterus yang dapat menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia
atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidamnion,
4. Sindrom deformitas janin Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,
15
BAB III
PAPARAN KASUS
16
Dada : Simetris
Abdomen : Keras
Extremitas : Akal hangat
e. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium:
Leukosit : 9,gr\dl Eritrosit : 3,4 jutaSel/mm
Hemoglobin : 8 Sel/mm MCV : 89 FI
Basofil : 0% MCH : 28 pg
Eosinifil : 0% MCHC : 31%
Neutrofil : 75 Hematokrit : 30%
Limfosit : 13% Trombosit :327.000
Sel/mm
Monosit : 8%
Antigen Test : Negatif
b) Terapi
1.
c) Tindakan Lanjut
Diagnosa Intervensi
17
2.5 SOAP
Tanggal : Kamis , 29 Februari 2024
Pukul : 15.00 WIB
Subjek
Objek
b. Kesadaran : composmetis
d. TTV :
2) Suhu : 36,5˚C
3) Nadi : 81x/i
4) Pernafasan : 24x/i
f. HB: 8 gr%
1. Assasement
tunggal, intra uteri, leskep, keadaan jalan lahir sc , keadaan umum ibu lemah dan
janin baik.
b. Dasar :
18
1) Keluarga menggatakan ibu baru saja habis post sc
c. Kebutuhan :
3) Pemberian Infus rl
4) Observasi
5) Edukasi
2. Planning
Hb:8 gr%
c. Observasi pasien
19
Melakukan observasi kepada ibu di ruangan OK kurang lebih 1-2 jam, kemudian jika
kondisi ibu sudah stabil maka ibu akan dipindah ke ruangan kebidanan masih
d. Edukasi
- Jelaskan pada pasien bahwa ketuban pecah dini mengacu pada pecahnya
kantong ketuban yang terjadi sebelum permulaan persalinan dan sebelum usia
20
BAB IV
KESENJANGAN TEORI DAN PRAKTIK
2.1 Pembahasan
........................................................................................................................
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan,
ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 atau lebih dari 37 minggu.
minggu disebut sebagai “Ketuban Pecah Dini ” (KPD). Ketuban Pecah Dini menyumbang
persentase sebesar 65% dalam kejadian infeksi, yang mana infeksi adalah salah satu dari 75%
penyebab kematian ibu. Insiden KPD ini dinilai cukup tinggi jika dibanding dengan masalah
kehamilan lainnya dan kasus KPD menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu
maupun janin meningkat, sehingga Ketuban Pecah Dini perlu mendapatkan penanganan
Faktor risiko perlu diidentifikasi agar dapat membantu diagnosis antenatal dari
KPD dan mendidik wanita dengan menjelaskan faktor-faktor risikonya sebagai kebutuhan
untuk melaporkan lebih awal jika ada diantaranya yang terjadi. Beberapa faktor risiko yang
perlu diindentifikasi meliputi; infeksi genital pada ibu, riwayat obstetri ibu, persentasi janin,
gangguan hipertensi, diabetes mellitus, kenaikan berat badan yang buruk, pekerjaan dan
pendapatan, kebiasaan merokok. Identifikasi faktor risiko ini perlu dilakukan untuk mencegah
berbagai outcomes dari Ketuban Pecah Dini baik yang mempengaruhi bayi maupun ibu.
22
5.2 Saran
keterampilannya dalam menjalani pratek dan pembuatan asuhan keperawatan dalam hal
Pada saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan KPD hendaknya
3. bagi pasien
Diharapkan agar bisa menjadi pedoman untuk mengetahui lebih lanjut penyakit yang di
alaminya.
23
DAFTAR PUSAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2373/4/BAB%20II%20pdf.pdf
https://www.pogi.or.id/wp-content/uploads/download-manager-files/PNPK-KPD
%202016.pdf
https://repository.um-surabaya.ac.id/270/3/BAB_2.pdf
https://www.alomedika.com/komunitas/topic/membedakan-kpd-dan-ketuban-
pecah-normal
https://repository.ump.ac.id/5373/4/Anisatun%20Khafidoh%20BAB%20II.pdf
24