Anda di halaman 1dari 19

UJIAN TENGAH SEMESTER

RANGKUMAN PENGANTAR FILSAFAT

LOUIS O. KATTSOFF 1989

Penerjemah Soejono Soemargono

Yogyakarta, Tiara Wacana

Disusun Oleh :

Ayunda Sari ( 2271500403 )

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN DESAIN KREATIF

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

JAKARTA

2023
A. PERENUNGAN KEFILSAFATAN ?
Secara sederhana tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia
sebanyak mungkin, dan menerbitkan serta mengatur semua itu didalam bentuk
yang sistematis. filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman
membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. keinginan filsafat ialah
pemikiran secara ketat, filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap
penalaran mengenai suatu masalah dan penyusunan secara sengaja serta sistematis
atas suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan, dan hendaknya
diingat bahwa kegiatan yang kita namakan kegiatan filsafat itu sesungguhnya
merupakan perenungan atau pemikiran. filsafat sebagai perenungan mengusahakan
kejelasan, keruntutan , dan keadaan memadai pengetahuan, agar kita dapat
memperoleh pemahaman.
Seorang filsuf dianggap sebagai memandang segala sesuatu dari sudut keabadian
dan karenanya menemukan ketiadaan sifat pentingnya segala sesuatu atau
dianggap sebagai orang yang memandang manusia sebagai sesuatu yang tidak
bearti, dan karenanya bersikap acuh tak acuh terhadap segala hal. maka ada
gambaran bahwa sorang filsuf merupakan mesin yang berpikir tanpa suatu
perasaan apapun, apapun yang dilupakan ialah, bahwa mereka yang memandang
seorang filsuf dalam hubungan yang demikian ini dan karenanya memandang
filsafat sebagai sesuatu yang membawa orang kepada sikap yang demikian itu,
sesungguhnya tidaklah berbicara tentang filsafat, melainkan tentang filsafat
khusus. ada filsafat yang cendrung memuja akal.
Ada sistem filsafat yang didasarkan pada pandangan yang mengutamakan
kehendak. dan dewasa ini ada sistem filsafat yang menegaskan bahwa pengetahuan
yang mendalam dalam arti yang sebenarnya diperoleh melalui perasaan. dengan
cara yang sama, banyak filsuf memberikan tekanan pada ketiadaan sifat pentingnya
manusia, tetapi para filsuf memberikan tekanan pada ketiadaan sifat pentingnya
manusia, tetapi para filsuf yang lain mengaskan tentang keunggulan manusia.
filsafat merupakan pemikiran secara sistematis. Kegiatan filsafat ialah merenung
tetapi merenung bukanlah melamun juga bukan berpikir secara kebetulan yang
bersifat untung-untungan. Perenungan filsafat ialah percobaan untuk menyusun
suatu sistem pengetahuan yang rasional yang memadai untuk memahami diri kita
sendiri. Perenungan filsafat dapat merupakan karya satu orang yang dikerjakannya
sendiri ketika ia dengan pikiranya berusaha keras menemukan alasan dan
penjelasan dengan cara semacam bertanya kepada diri sendiri atau perenungan itu
dapat pula dilakukan oleh dua atau lebih dari dalam suatu percakapan ketika
mereka menghubungkan pikiran mereka secara timbal balik.
Sesungguhnya tidak ada filsafat yang disusun dari ketiadaan dan tanpa hal – hal
yang mendahuluinya yang telah dipelajari, dan oleh rekan – rekan semasa hidupnya
yang mengajukan kritik terhadapnya. sejumlah karya filsafat yang besar terulis
dialog yakni dalam bentuk percakapan diantara dua orang atau lebih yang memiliki
penyelesaian yang berupa alternatif dan yang dengan pembicaraan secara rasional
berusaha memperoleh kesimpulan yang memuaskan.
Perenungan filsafat ialah sejenis percakapan yang dilakukan dengan diri sendiri
atau dengan orang lain dalam hal ini berupa intropeksi diri ketika mengalami suatu
kejadian yang tanpa sadar melibatkan kita dan terjerumus kedalam suati
permasalahan yang membuat kita begitu kalut dan tertekan maka ada dimana suatu
titik kita berpikir ulang atau merefresh apakah benar yang saya lakukan ini dan
memikirkan apa sebab akibat mengapa semua ini bisa terjadi, itulah sebabnya
mengapa sorang filsuf tampak selalu berhubungan dengan polemik dan tampak
lebih menaruh perhatian kepada usaha merusak dan menetang dibandingkan
dengan usaha membangun.
Dalam arti lain perenungan dapat dipandang sebagai pertentangan diantara
alternatif yang masing – masing berpegangan pada unsur atau segi yang penting
dan kemudian mencoba untuk mengujinya pada pengalamanya kenyataan empirik
dan akal. Banyak filsuf sudah puas dengan sekedar mengerjakan karya – karya
rintisan bagi orang lain, mereka sudah puas dengan menunjukan kesalahan –
kesalahan dan hal – hal yang tidak runtut dan menyerahkan pekerjaan untuk
menciptakan sistem – sistem seperti hegel kepada orang lain. Sebenarnya, memang
lebih mudah untuk bersikap destruktif secara kritis, ketimbang bersikap kontrukstif
secara koheren. perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagan
konsepsional. konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal – hal serta proses – proses dalam hubungan yang umum.
Filsafat merupakan hasil menjadi – sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri
sebagai pemikir, dan menjadi – kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai
pemikir didalam dunia yang dipikirkanya.
Sebagai konsekuensinya seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada
dalam dirinya sendiri melainkan juga mebicarakan perbuatan berpikir itu sendiri.
Ia tidak hanya ingin mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran – ukuran untuk
mengenai segala sesuatu melainkan ia berusaha menemukan kaidah – kaidah
berpikir itu sendiri. Saling hubungan antar jawaban filsafat kesukaran yang
menyangkut pertanyaan yang membutuhkan pemikiran tentang proses pemikiran
akan segera muncul setelah seseorang berusaha menjawab salah satu diantaranya,
sebab usaha untuk menjawab petanyaan yang satu bersangkutan dengan
pertanyaan yang lain dalam usaha mengetakan apakah yang dinamakan kebenaran
orang harus berusaha menemukan apakh yang dinamakan kenyataan.
Perenungan filsafat mencari atau menyusun suatu bagan yang koheren dan
konsepsional yang bersifat runtut. Suatu perenungan filsafat tidak boleh
mengandung pernyataan yang saling bertentangan. Jika orang mulai menyukai
perenungan filsafat maka ia akan bertanya, mengapa tidak boleh? Filsuf berusaha
memperoleh penyelesaian atau jawaban terhadap pertanyaan yang terbukti benar,
atau yang terbukti kebenaranya daripada kenyataan. Munculnya kotradiksi
merupakan tanda yang pasti tentang kelemahan yang terkandung di dalam suatu
sistem kefilsafatan karena itu perenungan filsafat berusaha untuk menghindari
kotradiksi – kontradiksi dan menyusun suatu sistem pengetahuan yang koheren.
Dalam perenungan filsafat kita berusaha mencari dasar – dasar bagi kepercayaan
kita dengan mengingat ciri – ciri perenungan filsafat mudahlah bagi kita untuk
memberikan definisi pertama tentang filsafat. Filsafat merupakan hasil perenungan
yang tidak berusaha menemukan fakta – fakta. Tetapi filsafat selalu menunjukan
fakta – fakta untuk mengkaji apakah penjelasanya sudah memadai. Seorang filsuf
tidak pernah menerima suatu fakta secara dangkal, bahkan seorang ilmuwan yang
baik tidak hanya berbicara mengenai fakta-fakta, ia juga mempunya pandangan
dunia dan dalam hubunganya dengan pandanganya itu ia memandang fakta-fakta
yang dimilikinya. Filsafat spekulatif sebagai penyusun sistem, bagi filsafat
spekulatif tidak ada bahaya yang lebih besar ketimbang tidak diketahuinya
lapangan – lapangan pengetahuan manusia tertentu sintesa ialah untuk mencari
kesatuan dalam keragaman itu.
Perenungan filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan dan
demikian usaha ini hanya berakhir apabila telah ditemukan jawaban terhadap
masalah yang telah diteliti. Kesimpulan dapat bermacam – macam bentuknya,
mungkin masalah tersebut merupakan masalah yang tidak bermakna, masalah
kemungkinan mengandung makna namun tidak terjawab oleh pemikiran manusia
misalnya tentang ketuhanan yang menciptakan manusia dari tanah. walaupun
dijelaskan dalam kitab suci alquran telah dijelaskan tapi tetap saja kita bingung
tanah yang bagaimana yang dapat diajadikan manusia? apakah betul hanya dari
tanah manusia bisa terbentuk

B. CIRI-CIRI PIKIRAN KEFILSAFATAN


Menurut Craig, 2002; Kebung, 2011; dan Kattsoff, 2004 (dalamBoeriswati & Arung,
2018 ) ciri- ciri berpikir kefilsafatan adalahsebagai berikut :
• Komprehensif dan Mendalam
Berpikir kefilsafatan berarti berpikir secara komprehensifatau universal atau
menyeluruh dan melingkupi totalitas dan mendalam atau hingga ke
akarakarnya. Berpikir dengan cara iniakan membawa kita pada pertanyaan
demi pertanyaan yangmemberikan wawasan yang lebih luas untuk melihat
kompleksitas kehidupan manusia dan sekitarnya. Pertanyaan - pertanyaan yang
diajukan adalah pertanyaan – pertanyaan filosofis yang spesifik namun
menuntut jawaban yang luas, bersifat umum namun menuntut jawaban yang
mendalam.
• Konseptual
Konseptual yang merupakan generalisasi dan abstraksi dari pengalaman -
pengalaman hidup kita serta proses - prosesnya satu demi satu. Kita tidak hanya
melihat dan merenungkan sesuatu yang nyata tampak oleh indera kita tetapi
lebih kepada hal – hal yang abstrak (metafisik) serta bagaimana cara (kaidah)
berpiki rkita sampai kepada penemuan kebenaran yang kita cari (realitas).
• Koheren dan Konsisten
Jika gagasan filosofis kita mengalami pertentangan dengan gagasan-gagasan
lain maka kondisi ini belum dapat dikatakan sebagai ciri berpikir kefilsafatan.
Jika ditemukan gagasan - gagasan yang saling bertentangan maka tugas kita
mempertanyakannya dengan pertanyaan - pertanyaan filosofi shingga kita
menemukan pernyataan yang lebih terbukti kebenarannya daripada pernyataan
- pernyataan yang lain. Jadi, ciri berpikir kefilsafatan tidak berhenti pada
pernyataan yang membawa pertentangan atau memberi pernyataan yang benar
dan yang lain salah .Olehnya itu, ciri berpikir kefilsafatan harus bersifat
koheren; bersatu dan membentuk keseluruhan atau saling berpaut satu sama
lain, atau sesuai dengan kaidah berpikir, dan konsisten; berlaku dengan cara
yang sama dari waktu ke waktu atau tidak berubah - ubah atau taat asas atau
tidak terdapat kontradiksi. Prinsip ini juga disebut sebagai sistematis sehingga
berpikir kefilsafatan juga mengandung ciri sistematis; teratur.
• Rasional
Artinya bahwa apa yang kita ajukan dan nyatakan bersesuaian dengan nalar
dan bersifat logis. Sesuai dengan nalar berarti sesuai dengan akal walau tidak
dengan akal sehat,sedangkan logis berarti sesuai dengan logika atau benar
menurut penalaran. Logika, secara umum, merupakan prosesmemberi alasan
(premis - premis) bagi suatu kesimpulan. Juga secara khusus, berarti suatu
proses berpikir yang memilikistruktur rasional yang dapat diuraikan oleh
analisis filosofis (Nickles, 1980).
• Bebas dan Kritis
Bebas berarti bahwa ketika berpikir kefilsafatan, pikiran kita bebas dari
prasangka sosial, budaya, historis, dan agamawi. Jika pemikiran kefilsafatan
kita masih terikat oleh prasangka- prasangka tersebut maka kita tidak dapat
berpikir secara filosofis sebab ada begitu banyak filter prasangka yang
membatasi kita. Bebas bukan berarti sembarangan dalam berpikir tetapi bebas
mengajukan pertanyaan – pertanyaan filosofis dalam menemukan realitas atau
kebenaran namun berdasarkan kaidah - kaidah berpikir. kritis berarti bahwa
ketika kita berpikir kefilsafatan, kita tidak berusaha mencari dan menemukan
fakta - fakta tetapi kita menerima fakta - fakta tersebut untuk mengujinya lebih
lanjut apakah penjelasan fakta - fakta tersebut sudah memadai atau belum. Kita
mengkritik makna yang dikandung oleh fakta - Fakta tersebut lalu kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat umum dari fakta - fakta itu.
• Bertanggung Jawab
Ciri terakhir dari berpikir kefilsafatan yang tidak kalah pentingnya adalah
bertanggung jawab atau memiliki kewajibanuntuk melakukan sesuatu. Apa
yang perlu kita lakukan adalah berpikir untuk terus mencermati abstraksi -
abstraksi dari hal – hal fisik yang justru orang lain fokuskan. Kita bertanggung
jawab untuk meragukan setiap hal yang menjadi bayang-bayang dunia
pendidikan, terus - menerus mengajukan pertanyaan filosofi dalam upaya
untuk mencari, menemukan, dan menyatakan realitas dunia Pendidikan.
C. METODE KEFILSAFATAN
1.) Tata cara perenungan kefilsafatan
Analisa
Analisa pada akhirnya dimaknai sebagai kegiatan berpikiryang melakukan
perincian terhadap istilah- istilah atau pernyataan- pernyataan ke dalam bagian
-bagiannya agar dapatmenangkap makna yang dikandungnya atau
memahamikomponen terlebih dahulu kemudian menguraikan
komponen.Berkaitan dengan itu, penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir
yang menyandarkan diri kepada suatu analisa dankerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebutadalah logika penalaran yang
bersangkutan
Sintesa
Sintesa diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau
elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesa juga
diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara
koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan
antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi. dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau
hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hokum yang
umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan
pendapat Kattsof (1986) yang menyatakan bahwa logika sintesis adalah
kegiatan berpikir logis yang melakukan penggabungan semua pengetahuan
yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan atau konsep.
2.) Perangkat-perangkat metodologi
a. Logika (Deduktif & Induktif)
Logika merupakan ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus.
Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan - aturan serta cara -cara
untuk mencapaikesimpulan, setelah didahului oleh perangkat premis.
Logika dibagi dalam dua cabang pokok yaitu logika deduktif dan logika
induktif. Logika deduktif membicarakan cara - cara untuk
b. mencapai kesimpulan
kesimpulan bila lebih dahulu diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
semua atau sejumlah di antarasuatu kelompok barang sesuatu. Sedangkan
logika induktif membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari
pernyataan umum melainkan dari pernyataan khusus. Kesimpulan hanya
bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan yang telah diajukan.
c. Analogi & komparasi
Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan
menggantikan apa yang dicoba dibuktikan dengan sesuatu yang serupa
dengan hal tersebut, namun yang lebih dikenal, dan kemudian
menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran tersebut.
3.) Cara memulai dan melanjutkan dalam perenungan kefilsafatan
a. Adanya masalah
Tahap pertama dalam perenungan kefilsafatan ialah menyadari adanya
masalah, masalah yang dihapai terbagi menjadi dua yaitu ; menguji prinsip-
prinsip yang mendasari hal-hal yang semula dipercayainya, yang demikian
ini akan memberikan petunjuk kepadanya terhadap apa yang harus
diwaspadai. Dan masalah yang kedua yaitu menentukan sesuatuyang tidak
dapat diragukan kebenarannya dan darinya, menyimpulkan kebenaran –
kebenaran yang lain.
b. Meragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan
Setelah merumuskan adanya masalah selanjutnya menguji pengetahuan
yang diperoleh dari inderanya dari kesadaran untuk membedakan dengan
pengetahuan yang diperoleh dari tidur dan bahkan dari akal, dan
menemukan alasan-alasan untuk meragukan segala sesuatu yang ada
disekitarnya, hakikatsegala sesuatu yang bersifat fisik, kebenaran
matematika dan hal-hal lain.
c. Memeriksa penyelesaian-penyelesaian terdahulu
Hal ini dimaksudkan agar dalam pikiran kita ada kejelasantentang langkah
permulaan yang sesat, segi-segi yang diabaikan atau bahan- bahan bukti
yang tidak lengkap.
d. Menyarankan hipotesa
Setelah melalui langkah pertama dalam perenungan kefilsafatan dan
ditinjau kembali terhadap apa yang direnungkan maka siap memberikan
hipotesa yang disarankannya sendiri
e. Menguji konsekuensi
Konsekuensi Langkah selanjutnya dalam perenungan kefilsafatan adalah
melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang yang telah
dilakukan, karena filsafat ialah berusaha memahami, maka tugas pokok
filsafat adalah memperoleh pengetahuan, maka verifikasi merupakan hal
terpenting. Verifikasi dapat berupa pengematan yang semakin banyak
perbandingan-perbandingan lanjutan, dan kemampuan untuk mengatasi
kritik yang dapat ditujukan untuk menentang hipotesa yang disarankan
f. Menarik kesimpulan
Merupakan langkah terakhir dalam perenungan filsafatsebagai cara untuk
memperoleh pengetahuan, dengan demikian usaha perenungan filsafat
akan berakhir apabila ditemukan berbagai macam jawaban terhadap
masalah yang bersangkutan
D. BAHASA DALAM URAIAN KEFILSAFATAN
1. Filsafat dan Bahasa
a. Hakikat Bahasa
Bahasa tersusun dari perangkat-perangkat tanda yangdigabungkan dengan
cara - cara tertentu. Ada tanda-tanda satu demi satu seperti yang ditunjukan
oleh huruf-huruf abjad. bila huruf - huruf ini digabungkan dengan cara-cara
tertentu, maka sejumlah darinya menimbulkan apa yang dinamakan “kata -
kata” atau “istilah - istilah dasar bahasa. Perkataan-perkataan dalam bahasa
kefilsafatan merupakan perkataan - perkataan yang telah memperoleh makna
khusus
b. Simbol dan perkataan
Kata-kata atau istilah-istilah merupakan simbol-simbol. Ini berarti,
perkataan-perkataan atau istilah-istilah merupakan tanda-tanda yang sudah
terbiasa dipakai untuk menunjuk sesuatu yang terdapat dibalik perkataan-
perkataan atau istilah-istilah itu sendiri. Perkataan-perkataan atau istilah-
istilah mewakili barang-barang atau mungkin mewakili gagasan-gagasan,
atau setidak - tidaknya harus mewakili sesuatu, maka setiap perkataan
mempunyai tiga macam segi; yaitu perkataanitu sendiri, sesuatu yang
ditunjuknya, subjek yang memakai perkataan itu.
c. Kalimat dan pernyataan
Jika kata-kata dipersatukan sesuai dengan aturan-aturan sintaksis (tata
bahasa) suatu bahasa, maka terjadilah kalimat-kalimat. Diantara kalimat -
kalimat dalam suatu bahasa ada kalimat - kalimat yang disebut kalimat
berita. Kalimat berita ialah kalimat yang menyatakan bahwa sesuatu keadaan
itulah yangmerupakan hal nya. Kalimat berita dinamakan juga pernyataan -
pernyataan.
d. Makna perkataan
Aspek ketiga suatu perkataan ialah hubungan perkataan dengan pikiran
seseorang yang bagi orang tersebut perkataan tersebut merupakan
perkataan. Kata-kata kefilsafatan berusaha mengandung makna semantic
e. Penggunaan pernyataan
Pernyataan dapat digunakan untuk sejumlah tujuan, pernyataan juga dapat
memuat atau memberitahukan pengetahuan. Penggunaan pernyataan yang
lain adalah sebagai ungkapan yang tepat tentang apa yang disukai dan
ucapan.
f. Aturan aturan terpokok suatu Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam uraian kefilsafatan terdiridari seperangkat
istilah dan seperangkat pernyataan yang dibentuk dari istilah-istilah dan
ditambah dengan istilah-istilah lain dalam maknanya yang lazim, yang
diambilkan dari bahasa sayang digunakan oleh seorang filsuf.
g. Pragmatika
Dalam mempelajari hasil-hasil yang dicapai oleh seorang filsuf dan
khususnya menentukan makna-makna yang diberikannya, kita perlu
memperhatikan bagaimana ia mempergunakan istilah-istilah tertentu dan
rangka emosi dansosial dari istilah tersebut.
2. Pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan yang mendasar
a. Yang Ada (Being)
Merupakan istilah yang paling umum, istilah yang ada memiliki bermacam
makna. Sebagian orang menyelaraskannya dengan dua istilah lain yaitu
esensi dan eksistensi.
b. Kenyataan (Reality)
Yang nyata sebagai yang dapat dipercaya. Segala sesuatu memiliki sifat
“yang ada” namun semua hal bersifat nyata ataumerupakan kenyataan.
Kenyataan juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang ditangkap dalam
tangkapan yang dapat dipercaya,yang dilawankan dengan apa yang
ditangkap dalam impian atau khayalan.
c. Eksistensi (Existence)
Eksistensi mengandung pengertian ruang dan waktu. Eksistensi merupakan
keadaan tertentu yang lebih khusus dari sesuatu apapunyang bereksistensi
tentu nyata ada. Tetapi tidak sebaliknya. Sesuatuhal dikatakan bereksistensi
jika sesuatu hal itu adalah sesuatu yang menurut W.T Stace, bersifat public.
Bersifat public artinya objekitu sendiri harus dialami oleh banyak orang
yang melakukan pengamatan. Eksistensi sering dikatakan berkenaan dengan
objek-objek yang merupakan kenyataan dalam ruang dan waktu
d. Sensi (Essence)
Esesnsi adalah hakikat barang sesuatu, esensi dan sifat terdalam sering
digunakan dalam arti yang sama. Maka esensi sesuatuadalah hakikatnya
e. Substansi (Substance)
Hubungan antara subtansi dan esensi adalah sama dengan hubungan antara
eksistensi dan kenyataan. Setiap substansi mengandung pengertian esensi,
tetapi tidak setiap esensi mengandung arti substansi. Substansi dipandang
sebagai sesuatu yang adanya terdapat didalam dirinya sendiri. Subtansi
sendiri dapat diartikan sesuatu yang mendasari atau mengandung kualitas-
kualitas serta sifat-sifat kebetulan yang mempunyai barang tertentu.lawan
dari substasi adalah aksidensi yaitu sesuatu yang termasuk dalam sifat
barang tetapi bukan substansi dari barangtersebut.
f. Materi (Matter)
Materi dapat dilihat dari cara seseorang memandang sesuatu terkadang kita
bicara materi barang sesuatu dan secarasederhana yang kita maksudkan
adalah substansinya. materi adalah perkataan yang digunakan sebagainama
jenis substansi yang mendasar dalam fisik. materi merupakan satu macam
subtansi,meskipun pengikut materialisme berpendirian bahwa materi itulah
yang merupakan satu-satunya macam subtansi.
g. Bentuk (Form)
Perkataan bentuk mempunyai sejumlah makna. Salah satunya diantaranya
dapat kita jumpai dalam barang misalnya meja kayu, sensi yang terwujud
dalam materi akan mempunyai bentuk yangkhusus dan bentuk itu dapat
dicontoh. Perkataan bentuk terkadang dapat diartikan sebagai pola barang
h. Perubahan (Change)
Perubahan sebagai suatu proses yang dapat kita definisikan perubahan
sebagai apa yang tejadi bila sesuatu hal menjadi hal yang lain dari hal itu
sendiri. dengan kata lain, perubahan adalah peralihan sesuatu hal yang dari
keadaanya menjadi bukan keadaanya dan dari bukan keadaanya menjadi
keadaanya yang sekarang. Jadi perubahan adalah proses dari keadaan
potensial menjadi keadaan aktual dan dari keadaan aktual menjadi keadaan
potensial.
i. Sebab-akibat (Causality)
Sebab akibat sebagai keadaan yang berhubungan. Ini salah satu diantara
istilah – istilah yang paling sulit dalam kamus kefilsafatan. Suatu sebab
sering dikira sebagai suatu perantara yang mengadakan perubahan atau
mencegah perubahan. Aristotales mendefinisikan 4 macam sebab yaitu;
causamaterialis, causa formalis, causa efficiens causa finalis.
j. Hubungan (Relation)
Istilah ini merupakan salah satu diantara pengertian –pengertian terdalam,
yang terhadapnya kita hanya dapat menunjukan unsur –unsur tertentu tanpa
mencoba untuk memberikan suatu definisi yang cermat. Saat ini sedang
berkembang dua buah teori umum perihal antara hal – hal. Teori yang satu
berpendirian bahwa semua relasi berasal dari luar hal – hal yang
berhubungan. Ini berarati bahwa ada hal – hal dan ada hubungan diantara
keduanya. Teori yang lain mengatakan bahwa semua hubungan berasal dari
dalam, yakni hubungan –hubungan kita terdapat didalam intrinsic objeknya
dan karena itu menghubungkan dua hal berarti merubah kedua hal tersebut.
E. LAPANGAN PENYELIDIKAN FILSAFAT
1. Cabang-cabang Filsafat
a. Logika
Logika adalah istilah yang dibentuk dari bahasa Yunani Logikos yang
berasal dari kata benda logos, artinya sesuatu yang diutarakan, suatu
pertimbangan akal pikiran, kata, percakapan dan bahasa. atau yang yang
berkenaan dengan bahasa. Jadi secara etimologi logika berarti suatu
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. dengan demikian bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan
kecakapan untuk berfikir lurusdan tepat.
b. Metafisika
Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu metatafisika yang berarti hal – hal
yang terdapat sesudah fisika. Aristotales mendefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan mengenai yang ada sebagai yang ada yang dilawankan
misalnya dengan yang ada sebagai yang digerakan atau yang ada sebagai
yang jumlahkan. dewasa ini metafisika dipergunakan baik untuk
menunjukan filsafat yang mempelajari pertanyaan – pertanyaan terdalam.
Metafisika juga seringkali dijumpai khususnya bagimereka yang ingin
menolaknya dengan salah satu bagianya yaitu ontology
c. Ontology & Kosmologi
Didalam metafisika dibagi menjadi dua cabang yaitukosmologi danontologi.
Perkataan kosmologi berasal dari perkataan yunani yaitu Cosmos dan logos
yang masing –masing berarti alam semesta yang teratur dan penyelidikan
tentang atau lebih tepatnya asas-asas rasional. Sedangkan perkataan ontologi
berasal dari yunani yaitu yang ada dan sekali lagi, logos. Ontologi
membicarakan asas- asas rasional dari yang ada sedangkan kosmologi
membicarakan asas asas rasional dari yang teratur.
d. Epistemologis
Epistemologis atau filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang
filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita
berbicara mengenai filsafat pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini
adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak
memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. epistemologis
adalah pengetahuan tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki
tentang pengetahuan kita sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang
pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan
orang lain.
e. Biologi kefilsafatan
Biologi kefilsafatan mencoba untuk menganalisa pengertian-pengertian
hakiki dalam biologi dengan cara yang hampirsama sebagaimana fisika
kefilsafatan menganalisa pengertia-pengertian dalam fisika. Biologi
kefilsafatan membicarakan metode-metode yang digunakan oleh para
ilmuwan biologi dan membicarakan makna bahan-bahan yang mereka
temukanmaka biologi kefilsafatan merupakan bantuan dalam Filsafat
spekulatif dan arena gambaran yang kita buat mengenai kenyataan tidak
boleh bertentangan dengan fakta-fakta biologi yang sudah ditetapkan dengan
baik

f. Psikologi kefilsafatan
Selanjutnya didalam cabang filsafat terdapat ilmu psikologi filsafat,
kemajuan ilmu jiwa psikologi dan ilmu kedokteran dewasa ini menunjukkan
bahwa jiwa berpengaruh terhadap raga. proses-proses kejiwaan
mempengaruhi proses yang semata-mata bersifat ragawi. Begitulah emosi
berpengaruh terhadap pencernaan makanan dan amarah menimbulkan
kegiatan-kegiatan kelenjar. Suara musik dapat menggerakkan emosi
sementara itu kurang makan yang berkepanjangan akan mengakibatkan
mundurnya hasrat seksual. Juga telah diketahui bahwa derajat kesembuhan
dalam sejumlah penyakit tertentu dapat dipengaruhi oleh sikap kejiwaan dari
mereka yang sakit. bahkan ada bukti yang menunjukkan bahwa derajat
pertumbuhan ragawi seorang anak tergantung pada suasana emosional
dimana ia hidup. Penyelidikan mengenai hubungan antara jiwa dengan raga
itu dalam istilah ilmuan modern disebut “Psikosomatika”.
g. Antropologi kefilsafatan
Antropologi sebagai cabang filsafat yang mencari sebab mengapa manusia
itu ada. Pertanyaan ini telah lama menjadi pertanyaan yang belum terjawab
dalam kitab injil yang akibatnya dapat membuat kita gelisah. pada abad 2
SM setelah melalui penyelidikan yang lama yang pada pokoknya bersifat
ontologis dan kosmologis, scorates tampil kedepan dengan semboyang
kenalilah diri sendiri. Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang
makna sejarah manusia. Apakah sejarah itu dan kemanakah arah
kecendrunganya. Filsafat antropologi adalah bagian metafisika khusus yang
mempersoalkan apakah manusia itu? apakah hakikat manusia? dan
bagaimana hubungan dengan alam dan sesamanya? Maka filsafat
antropologi berupaya menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut
sebagaimana adanya, baik menyangkut esensi, eksistensi, status maupun
relasi-relasinya.

h. Etika
Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan manusia baikdan perbuatan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika
disebut pula akhlak atau disebut pulamoral. Apabila disebut akhlak berasal
dari bahasa arab. Apabila disebut moral berarti adat kebiasaan. Istilah moral
berasal dari bahasa latin “Mores” Tujuan mempelajari etika adalah untuk
mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan burukbagi
semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika biasanya disebut ilmu
pengetahuan normatif sebab etika menetapkan ukuran bagi perbuatan
manusia dengan penggunaan norma tentang baik dan buruk Etika secara
etimologi berasal dari kata Yunani Ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Secara terminology etika adalah cabang filsafat yang membicarakan
tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik dan
buruk.
i. Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan, dan
peranan keindahan khususnya dalam seni. Estetika adalah cabang filsafat
yang membicarakan masalah seni (art) dan keindahan (beauty) Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani aesthesis yang berarti penyerapan inderawi,
pemahaman intelektual atau bisa juga berarti pengamatan spritual. dengan
kata lain, estetika merupakan studi Filsafat yang mempersoalkan atau
mengkaji hal-hal nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di
dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh. bagi
ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu,filsafat berfungsi sebagai
pengikat ke arah keseragaman dan kesatuan. Estetika dapat dibagi menjadi
dua, yaitu estetika deskriptif yang menguraikan dan melukiskan fenomena-
fenomena pengalaman keindahan, dan estetika normative yang
mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran pengalaman
keindahan.
j. Filsafat agama
Filsafat agama bukanlah cabang theologi, karenanya bukan merupakan
pembelaan filosofis terhadap dogma, ajaran teologis tertentu dan keyakinan
religius. Filsafat agama adalahcabang filsafat yang baru muncul pada abad
ke-18 . Filsafat agama ini seringkali dikacaukan dengan theologi natural
istilah yang telah dikenal sejak abad pertengahan – namun permasalahannya
telah dipersoalkan sejak zaman yunani kuno
F. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian materi di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya filsafat ilmu
memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan serta dan memiliki
kontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan. filasafat merupakan pemikiran secara
sistematis , Perenungan filsafat ialah percobaan untuk menyusun suatu sistem
pengetahuan yang rasional yangmemadai untuk memahami diri kita sendiri.
Perenungan filsafat dapatmerupakan karya satu orang yang dikerjakannya sendiri
ketika ia dengan pikiranya berusaha keras menemukan alasan dan penjelasan dengan
cara semacam bertanya kepada diri sendiri atau perenungan itu dapat pula dilakukan
oleh dua atau lebih dari dalam suatu percakapan ketika mereka menghubungkan
pikiran mereka secara timbal balik. Perenungan filsafatialah menyadari adanya
masalah-masalah yang kita hadapi mungkin seluas masalah mengenai adanya
kebenaran atau sesempit kesadaran manusia bahwa suatu istilah yang diajukan
memerlukan penjelasan.

Anda mungkin juga menyukai