Anda di halaman 1dari 4

ANATOMI DAN FISIOLOGI

INDERA PENCIUMAN

BY

ULVA NOVIANA,S.Kep,.Ns.
ANATOMI INDERA PENCIUMAN

A. LOKASI DAN STRUKTUR RESPTOR PENCIUMAN

1. Mukosa olfaktorius terletak di rongga hidung mengandung tiga jenis

sel yaitu reseptor olfaktori, sel penunjang dan sel basal.

 Sel sel penunjang mengeluarkan mukus yang melapisi saluran

hidung.

 Sel basal adalah prekusor untuk sel sel reseptor olfaktorius yang

baru yang diganti setiap 2 bulan.hal ini sungguh luar biasa karena

tidak seperti reseptor indera lainnya, reseptor olfaktorius

merupakan .ujung ujung neuron aferen khusus bukan sel sel

tersendiri. Neuron keseluruhan termasuk akson aferen yang

menuju ke otak diganti.

 Sel sel reseptor secara kolektif membentuk syaraf olfaktorius

terdiri dari sebuah kepala yang menggembung dan berisibeberapa

silia panjang yang meluas ke permukaan mukosa. Silia ini

menganudng tempat pengikatan untuk melekatnya berbagai

molekul odoriferosa (membentuk bau) . selama kita bernafas

odoran biasanya mencapai reseptor reseptor peka hanya dengan

berdifusi karen amukosa olfaktorius terletak di atas jalur aliran

udara. Tindakan mengendus akan meningkatkan proses ini dengan

meningkatkan arus udara ke atas di dalam rongga hidung, sehingga

semakin banyak molekul odoriferosadi udara yang kontak dengan

mukosa olfaktorius.

B. PERSYARATAN BAHAN AGAR BISA DIBAUI

Agar dapat dibaui/ dicicum maka suatu bahan harus :

1. Cukup mudah menjadi gas(mudah menguap)sehingga sebagian

molekulnya dapat masuk ke hidung dalam udara yang dihirup

2. Cukup mudah untuk larut dalam air sehingga dapat larut ke dalam

mukus yang melapisi mukosa olfaktorius.


FISIOLOGI INDERA PENCIUMAN

 Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus di silia

menyebabkan pembukaan saluran saluran Na + dan K +. Teradi perpindahan

ion ion yang menyebabkan depolarisasi potensial reseptor yang

menyebbakan terbentuknya potensial aksi di serat eferen. Frekuensi

potensila aksi bergantung pada konsentrasi molekul molekul zat kimia yang

terstimulasi.

 Serat serat aferen berjalan melalui lubang lubang halus di lempeng tulang

datar yang memisahan mukosa olfaktori dari jaringan ota diatasnya. Serat

serat tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius, suatu struktur

syaraf omplek yang mengandung beberapa lapisan sel yang berbeda beda

yang secar fungsional serupa dengan lapisan retina mata.

 Serat serat yang keluar dari bulbus olfaktori berjalan melalui 2 rute 1)

rute subkortikal yang terutama menuju ke daerah daerah di sistem limbik

khususnya sisi medial lobus temporal yang dianggap sebagai kortek

olfaktori primer 2) rute Talamus Kortikal. Sampai saat ini rute kortikal

dianggap sebagai satu satunya jalur penghidu. Rute ini yang mencakup

keterlibatan hipotalamus memungkinkan koorddinasi erat antara reaksi

penghidu dan perilaku yang berkaitan dengan makan, dan penentuan arah.

Rute talamus kortikal seperti pada indera lainnya penting untuk persepsi

sadar dan diskriminasi halus penghidu.

 Mekanisme fisiologis diskriminasi penghidu masih belum dipahami. Manusia

dapat membedakan puluhan ribu abau yang berbeda beda. Para peniliti

umumnya beranggapan bahwa persepsi berbagai bau ini tergantung pada

kombinasi bau bau primer, serupa dengan penglihatan warna dan rasa.

Namun belum ada kesepakatan mengenai berapa jumlah bau primer.

Seorang peneliti baru baru ini menemukan gen gen untuk lebih dari

seratus jenis reseptor bau yang berbeda beda di mukosa penghidu, dan ia

beranggapan mungkin ada sampai 1000 sel reseptor jenis ini. Jenis

reseptor untuk deskriminasi bau berjumlah sangat besar tersebut diduga


diperlukan untuk berespon terhadap berbagai bentuk dan ukuran molekul

odoriferosa. Molekul molekul dengan bau serupa memiliki suatu konfigurasi

yang sama, bukan komposisikimiawi yang serupa. Dengan demikian setiap

jenis tempat pengikatan reseptor diperkirakan memiliki bentuk dan ukuran

tertentu (kunci) yang cocok dengan konfigurasi bau primer tertentu (anak

kunci)

 Walaupun sangat peka dan deskriminasi sistem penghidu juga cepat

beradaptasi. Kepekaan kita terhadap bau baru dengan cepat menghilang

setelah periode singkat terhadap pajanan bau tersebut, walaupun sumber

bau tersebut tetap ada. Peurunan kepekaan ini tidak melibatkan adaptasi

reseptor seperti yang selama ini diduga. Sebenarnya reseptor olfaktorius

itu sendiri yang beradaptasi secara lambat. Penurunan kepekaan tersebut

tampaknya melibatkan proses adaptasi di SSP. Adaptasi bersifat spesifik

terhadap bau tersebut, dan ketanggapan terhadap bau lain tetap tidak

berubah.

 Apa yang membersihkan molekul molekul odoriferosa dari tempat

pengikatan di reseptor penghidu sehingga sensasi bau tidak ”tetap ada”

setelah sumber bau dihilangkan ?? baru baru ini ditemukan adanya enzim

”pemakan bau” di mukosa penghidu yangmungkin berfungsi sebagai

pembersih molekuler yang membersihkan molekul molekul odoriferosa,

sehingga molekul molekul tersebut tidak terus merangsang reseptor

penghidu. Yang menarik enzim enzim penghilang bau ini secara kimiawi

sangat mirip dengan enzim di detoksifikasi yang ditemukan di hati. Para

peneliti berpendapat bahwa enzim ini memiliki fungsi ganda yaitu

membersihkan mukosa olfaktorius dari odoran odoran lama dan mengubah

zat kimia yang mungkin berbahaya menjadi molekul yang tidak

membahayakan. Detoksifikasi seperti ini sangat penting mengingat sangat

dekatnya mukosa penghidu dengan otak.

Anda mungkin juga menyukai