TINJAUAN PUSTAKA
A. INDERA PENCIUMAN
Reseptor penciuman terletak pada selaput lendir hidung bagian atas (Concha
superior). Daerah ini mempunyai luas kurang lebih 2 cm yang berwarna kekuning –
kuningan yang disebut area olfaktoria. Daerah ini selalu berlendir karena ada secresi
daripada kelenjar Bowmann. Sekresi inilah yang akan melarutkan gas yang sampai pada
ara olfaktoria sehingga dapat merangsang saraf penciuman. Makin rendah titik didih suatu
Penciuman merupakan salah satu indera yang paling primitif. Walaupun penciuman tidak
terlalu penting untuk spesies manusia, penciuman sangat penting bagi kelangsungan hidup
binatang. Hal itu karena area korteks yang menjadi pusat penciuman pada spesies lain lebih
besar dibandingkan pada manusia. Perbedaan luas area korteks pusat penciuman itu
Alat penciuman erat hubungannya dengan alat pengecap bahkan disebut sebagai
pengecap jarak jauh. Alat penciuman mempunyai kepekaan yang luar biasa karena kadar
zat-zat yang dimiliki rendah sudah mampu merangsang reseptor penciuman. Reseptor
penciuman terletak di bagian atas dari rongga hidung, pada gerak pernafasan biasa aliran
gerak udara pernafasan hanya melalui bagian bawah rongga hidung, oleh karena itu kita
bernafas biasa suatu zat tidak tercium oleh kita. Supaya udara pernafasan dapat mencapai
rongga hidung bagian atas (area olfaktoria) maka kita harus menarik nafas dalam- dalam.
Dengan demikian terjadi arus memutar dari udara pernafasan sehingga gas yang
mengandung zat yang berbau tadi akan sampai pada ara olfaktoria akan bau akan
tercium. Penciuman disarafi oleh Nervus I (Nervus Olfaktorius) juga disaraf oleh Nervus
2. Adaptasi Reseptor
penciuman dapat beradaptasi dengan cepat, bila kita tinggalpd tempat yang berbau
setelah beberapa waktu bau tersebut tidak akan tercium lagi. Ini disebabkan karena
membantu pencernaan. Karena itu seseorang yang menderita flu maka penciumannya
(3). Hyper Osmia : daya penciuman yang berlebih daripada orang normal. Ini dapat
terjadi pada keadaan histeria serta tumor otak yang menyebabkan tekanan intro
cranial meninggi.
(4). Para Osmia : seseorang mencium bau yang berbeda dengan yang sebenarnya.
3. Fungsi
berfungsi untuk keluar masuknya udara b. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring
udara yang masuk ketika bernapas c. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya
kotoran & sebagai indra pembau d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang
ada dalam udara pernapasan e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke
otak Ketika kita mengunyah makanan, kemungkinan uap keluar melalui faring mulut
menuju rongga hidung. Uap ini akan terdeteksi oleh reseptor bau, sehingga menambah
cita rasa makanan tersebut. Selain bau, terdapat pula faktor yang lain sehingga makanan
dapat memiliki cita rasa yakni suhu dan sentuhan. Oleh karena itu, ketiga indra yaitu
Gambar 2.2 Belahan hidung dari samping (sumber perpustakaan cyiber 2012).
Indera penciuman terdapat pada hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius,
serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung yang dikenal dengan
sebutan olfaktori. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang
mengeluarkan fibril- fibril yang sangat halus, tenalin dengan serabut-serabut dari
bulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil, saraf olfaktorius terletak di atas
lempeng tulang etmoidalis.
Berbeda dengan indera lain, indera penciuman memiliki jalur yang relatif lebih
pendek. Reseptornya yang berada di rongga hidung berhubungan langsung tanpa
sinaps ke otak. Selain itu, tidak seperti indera penglihatan dan indera penglihatan
yang reseptornya jauh dari permukaan, reseptor indera penciuman terpapar langsung
dengan lingkungan, tanpa ada pelindung di depannya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.3:
C. SISTEM OLFAKTORIUS
Sistem olfaktorius terdiri dari reseptor di rongga hidung, daerah otak, dan jalur neural
penghubung. Reseptornya berupa sel-sel yang berbentuk seperti benang dan hihubungkan
dengan saraf olfaktorius. Molekul yang dilepaskan oleh substansi tertentu adalah stimulus
untuk penciuman. Molekul meninggalkan substansi, berjalan melalui udara dan memasuki
hidung. Molekul tersebut juga harus larut dalam lemak. Jika silia dari reseptor penciuman
bertemu dengan molekul odorant terjadilah impuls listrik. Proses ini adalah proses transduksi.
Molekul odorant yang telah menembus nervus olfaktorius dari bulbus olfaktorius, akan
bergerak melalui traktus olfaktorius menuju pusat olfaktoriuspada olbus temporalis di otak,
dimana akan dilakukan interpretasi pada stimulus yang masuk. Namun demikian kepekaan
reseptor penciuman terhadap molekul odorant akan berkurang, bahkan mudah hilang bila selalu
terpapar pada bau yang sama dalam waktu yang relatif lebih lama. Untuk memahami system
Walaupun indera penciuman pada manusia lebih primitive dari spesies lain, akan tetapi
indera penciuman manusia masih mampu merasakan banyak kualitas bau. Orang normal
diperkirakan dapat membedakan antara 10.000 sampai dengan 40.000 bau yang berbeda.
Akan tetapi, kemampuan untuk membedakan bau itu tidak diimbangi dengan kekayaan
suatu bau dengan meminjam istilah yang biasa dipergunakan untuk indera lain. Misalnya, bau
Salah satu dari kelainan fungsi indera penciuman adalah hiposmia, yaitu penurunan
sensasi bau. Kelainan ini dapat bersifat bilateral atau unilateral. Penyebab dari hiposmia dapat
berasal dari hidung, dimana terdapat sumbatan pada saluran hidung, dimana penderita
mengalami penurunan terhadap semua sensasi bau. Selain itu, hiposmia dapat pula disebabkan
oleh adanya kerusakan pada lobus frontalis, sehingga penderita mengalami penurunan terhadap