Anda di halaman 1dari 15

FISIOLOGI HIDUNG

PENGHIDU
Oleh:
Kelompok II

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA


KUSUMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2013/2014

ANATOMI

1. Olfactory bulb , 2. Mitral cells, 3. Bone, 4. Nasal Epithelium , 5. Glomerulus , 6. Olfactory receptor cells

Didalam cavum nasi terdapat konka nasalis,


konka medius dan konka superior
Pada konka superior terdapt lapisan mukosa
olfactoris
Lapisan mukosa olfaktoris ini merupakan letak
dari reseptor penghidu yaitu sel olfaktorius.
Sel olfaktoris ini merupakan neuron bipolar yaitu
dendrit yang menonjol ke permukaan epitel dan
akson masuk kedalam lapisan propria.

Dendrit di permukaan akan berakhir


sebagai vesikula olfaktoria
Vesikula olfaktoria akan mengeluarkan silia
olfaktoria
Akson pada lamina propria akan bergabung
menjadi suatu berkas serabut saraf
sensoris yang disebut fila olfaktoria
Fila olfaktoria menembus lamina cribrosa
os os ethmoidalis masuk ke bulbus
olfaktorius otak.

FISIOLOGI RESEPTOR

Potensial membran istirahat sel-sel olfaktorius


rata-rata: -55 mV
Potensial aksi meningkat ketika depolarisasi
membran sel olfaktorius menyebabkan
voltase menjadi lebih positif.
Adaptasi: 50% pada detik pertama atau
setelah terkena rangsangan.
Kualitas afektif penghidu hanya berupa
menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Perangsangan Sel-Sel Olfaktorius


Beberapa faktor fisik yang mempengaruhi
derajad perangsangan:
Mudah menguap
Larut dalam air
Larut lemak
Mekanisme perangsangn pada sel-sel
olfaktorius ini adalah sangat melipatgandakan
efek rangsangan.

Mekanisme Perangsangan

Mekanisme Perangsangan
Substansi berbau menyebar secara difusi kedalam
mukus penutup silia
Senyawa tersebut kemudian berikatan dengan
protein reseptor pada silium
Hal

tersebut

menyebabkan

memecahkan diri dari

subunit

alfa

kompleks protein G dan

mengaktivasi adenilat siklase


Adenilat siklase akan mengubah ATP menjadi cAMP

cAMP mengaktivasi pembukaan gerbang


kanal natrium didekatnya
Ion natrium akan masuk kedalam sel
Muatan intrasel lebih bertambah positif
Jika

muatan

lebih

besar

didalam

sel

melebihi ambang batas maka akan timbul


potensial aksi pada sel olfaktorius

SIRKUIT

Fila olfaktoria
glomeruli pada bulbus
olfaktorius
sel mitral pada traktus olfaktorius , terbagi
menjadi 2 menuju:
1. Area olfaktorius medial (mewakili sistem
olfaktorius paling tua) hipotalamus dan bagian
primitif dari sistem limbik
2. Area olfaktorius lateral mewakili:
a. Sistem olfaktorius yang tua
bagian
kurang primitif sistem limbik, seperti hipokampus
b. Paling baru
thalamus
kuadran
lateroposterior korteks orbitofrontalis

PROSES PERSEPSI
Area olfaktorius medial: respon primitif
terhadap bau.
Area olfaktorius lateral: sistem perilaku
limbik dan menganalisis bau secara sadar

KELAINAN
Penyebab gangguan penghidu dapat diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu gangguan transpor odoran,
gangguan sensoris, dan gangguan saraf.
Gangguan transpor disebabkan pengurangan odoran
yang sampai ke epitelium olfaktorius, misalnya pada
inflamasi kronik dihidung.
Gangguan sensoris disebabkan kerusakan langsung
pada neuroepitelium olfaktorius,misalnya pada
infeksi saluran nafas atas, atau polusi udara toksik.
Sedangkan gangguan saraf disebabkan kerusakan
pada bulbus olfaktorius dan jalur sentral olfaktorius,
misalnya pada penyakit neurodegeneratif, atau
tumor intrakranial.

Beberapa bentuk gangguan pada penghidu


antara lain:
1.

Anosmia

yaitu

hilangnya

kemampuan

menghidu.
2. Disosmia yaitu kesalahan persepsi bau yang
dihirup. Terdapat 2 jenis, yaitu:
a. Troposmia: kesalahan persepsi terhadap
odoran yang dihirup.
b. Pantosmia: adanya persepsi terhadap suatu
odoran yang sebenarnya tidak ada.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai