Anda di halaman 1dari 9

ARP

Modul 2.4. Reactor Simulation – Kinetics Type


(Semua materi diambil dari Essentials of Chemical Reaction Engineering 2nd Edition karya H.
Scott Fogler)

I. Laju Reaksi / Rate of Reaction (-ra)


Laju reaksi dapat diartikan sebagai seberapa cepat jumlah mol sebuah spesies kimia
yang dikonsumsi untuk menghasilkan spesies kimia lainnya. Atau dapat dituliskan
sebuah rate of reaction / laju reaksi adalah laju penghilangan/penghabisan suatu spesies
kimia, misalkan spesia A, yaitu jumlah molekul spesies A yang kehilangan identitas
kimianya per waktu per volume melalui penghancuran dan pembentukan ikatan kimia
selama terjadinya reaksi (Fogler, 2018). Terdapat 3 cara sebuah spesies kimia dapat
kehilangan identitasnya:
A. Dekomposisi
Dekomposisi diartikan dengan spesies kehilangan identitas kimianya dengan cara
penghancuran/dekomposisi menjadi molekul, atom, atau pecahan atom yang lebih
kecil. Contoh: dekomposisi cumene menjadi benzene dan propylene

Dekomposisi = Arah reaksi ke kanan


Figure 1. Dekomposisi Cumene Menjadi Benzene dan Propylene (Fogler, 2018)
B. Kombinasi
Kombinasi diartikan dengan kebalikan dari dekomposisi, yaitu pembentukan suatu
spesies kimia dari berbagai spesies kimia. Contoh dari kombinasi adalah reaksi
balik dari dekomposisi cumene menjadi benzene dan propylene, yaitu pembentukan
cumene dari benzene dan propylene.
Kombinasi = Arah reaksi ke kiri
Figure 2. Kombibasi benzene dan propylene menjadi cumene (Fogler, 2018)
C. Isomerisasi
Perubahan spesies kimia karena perubahan konfigurasi struktur kimianya walau
tanpa penambahan molekul atau pemecahan molekul. Contoh:

Figure 3. Isomerisasi (Fogler, 2018)

II. Perhitungan Laju Reaksi / Rate of Reaction (-ra)


Laju reaksi A, -ra dipengaruhi oleh temperatur dan konsentrasi. Pada reaksi satu
arah/irreversible dapat dituliskan sebagai produk laju reaksi konstan, ka, dan fungsi dari
konsentrasi (aktivitas ) dari berbagai spesies dalam reaksi:
-ra = [kA(T)][fn(CA, CB, …..)] (1)
1. Konsep 1: Law of Mass Action
Laju reaksi meningkat dengan peningkatan konsentrasi reaktan karena peningkatan
kemungkinan tabrakan antar molekul. Persamaan yang menghubungkan antara -rA
dengan konsentrasi reaktan disebut dengan rate law. Laju reaksi spesifik tiap spesies
(kA), selalu merujuk pada spesies tertentu dan harus dibagi dengan koefisien reaksi
spesies tersebut. Contoh:
1 NaOH + 1 HCl → 1 NaCl + 1 H2O
Dapat dituliskan laju reaksi spesifik tiap spesies (kA):
𝑘𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑘𝐻𝐶𝑙 𝑘𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑘𝐻2𝑂
𝑘= = = =
1 1 1 1
2. Model Power Law dan Laju Reaksi Elementer
Laju reaksi (-rA) sebagai fungsi konsentrasi membutuhkan eksperimen untuk fitting
persamaan konsentrasi terhadap -rA. Salah satu persamaan paling umum konsentrasi
terhadap laju reaksi adalah power law model. Diartikan sebagai laju reaksi merupakan
produk dari konsentrasi masing-masing reaktan dengan pangkat tertentu. Contoh:
−𝑟𝐴 = 𝑘𝐴 𝐶𝐴 𝛼 𝐶𝐵 𝛽 (2)
Orde reaksi diartikan dengan pangkat konsentrasi dalam kinetic rate law. Dalam
persamaan (2), 𝛼 adalah orde reaksi terhadap reaktan A dan 𝛽 adalah order reaksi
terhadap reaktan B. Orde total reaksi, n, dapat dituliskan:
𝑛=𝛼+ 𝛽 (3)
Satuan -rA selalu dalam konsentrasi per waktu, sedangkan satuan untuk laju reaksi
spesifik, kA, bermacam-macam tergantung pada orde reaksi. Pada reaksi dengan satu
reaktan:
𝐴 → 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Dengan orde reaksi total n. Satuan laju reaksi, -rA, dan laju reaksi spesifik, k.
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
{−𝑟𝐴 } = [ ]
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
[𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖]1−𝑛
𝑑𝑎𝑛 {𝑘} =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
3. Reaksi Elementer
merupakan reaksi yang hanya melewati satu langkah reaksi. Contoh reaksi
biomolecular antara oxygen free radical dengan molekul methanol:
𝑂 ∘ +𝐶𝐻3 𝑂𝐻 → 𝐶𝐻3 𝑂 ∘ +𝑂𝐻 ∘
Koefisien stoikiometri identik dengan pangkat/orde reaksi pada laju reaksi. Rate law
untuk pengonsumsian molekul oksigen adalah:
−𝑟𝑂∘ = 𝑘𝐶𝑂∘ 𝐶𝐶𝐻3𝑂𝐻 (4)
Reaksi merupakan orde pertama terhadap oxygen free radical dan orde pertama
terhadap methanol; sehingga, dapat dikatakan bahwa reaksi dan rate law mengikuti
reaksi elementer.
Banyak reaksi dengan orde reaksi mengikuti koefisien stoikiometri, tapi bukan
merupakan reaksi elementer. Reaksi bukan elementer dengan koefisien stoikiometri
identik dengan orde reaksi pada rate law, disebut dengan reaksi yang mengikuti
reaksi elementer. Contoh, reaksi oksidasi nitric oxide:
2𝑁𝑂 + 𝑂2 → 2𝑁𝑂2 (5)
Reaksi tersebut bukan merupakan reaksi elementer, tetapi mengikui laju reaksi
elementer. Sehingga orde 2 terhadap NO dan orde 1 terhadap O2,
2
−𝑟𝑁𝑂 = 𝑘𝑁𝑂 𝐶𝑁𝑂 𝐶𝑂2 (6)
A. Persamaan Laju Orde 1

B. Persamaan Laju Orde 2

C. Persamaan Laju Non-Elementer

4. Reaksi Reversibel / Reaksi Bolak-Balik


Semua laju persamaan reaksi reversible pasti menurun terhadap konsentrasi spesies
hingga kesetimbangan. Pada kesetimbangan, laju reaksi netto bernilai 0 untuk semua
spesies (-rA = 0). Untuk persamaan berikut:
𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 ↔ 𝑐𝐶 + 𝑑𝐷 (7)
Konsentrasi pada kesetimbangan berkaitan dengan konstanta kesetimbangan, Kc:
𝑐 𝑑
𝐶𝐶𝑒 𝐶𝐷𝑒
𝐾𝐶 = 𝑎 𝑏 (8)
𝐶𝐴𝑒 𝐶𝐵𝑒
Contoh reaksi reversibel:
Pembentukan diphenyl dan satu molekul hydrogen dari Benzene (B)
2𝐶6 𝐻6 → 𝐶12 𝐻10 + 𝐻2 (9)
Perhitungan laju reaksi untuk reaksi reversibel:
𝑟𝐵 = 𝑅𝐵,𝑛𝑒𝑡 = 𝑅𝐵,𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 + 𝑅𝐵,𝑘𝑖𝑟𝑖 (10)
dengan,
𝑅𝐵,𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = laju reaksi ke kanan (penguraian Benzene; pembentukan
diphenyl dan hydrogen)
𝑅𝐵,𝑘𝑖𝑟𝑖 = laju reaksi ke kiri (pembentukan Benzene dari diphenyl dan
hydrogen)
𝑟𝐵 = −𝑘𝐵 𝐶𝐵2 + 𝑘−𝐵 𝐶𝐷 𝐶𝐻2 (11)
Dengan mengalikan persamaan (10) dengan -1, dan mengeluarkan kB,
didapatkan laju reaksi penguraian Benzene (B); -rB:
𝑘−𝐵
−𝑟𝐵 = 𝑘𝐵 𝐶𝐵2 − 𝑘−𝐵 𝐶𝐷 𝐶𝐻2 = 𝑘𝐵 (𝐶𝐵2 − 𝐶 𝐶 ) (12)
𝑘𝐵 𝐷 𝐻2
𝐶𝐷 𝐶𝐻2
−𝑟𝐵 = 𝑘𝐵 (𝐶𝐵2 − ) (13)
𝐾𝐶
dengan,
𝑘𝐵
= 𝐾𝐶 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑘−𝐵
5. Konstanta Laju Reaksi
Konstanta laju reaksi bukan merupakan konstanta, tetapi nilai tergantung pada
konsentrasi spesies pada reaksi. Konstanta laju reaksi merupakan fungsi temperature
dan ada tidaknya katalis (menurunkan energi aktivasi; Ea). Terdapat faktor lain yang
mempengaruhi konstanta laju reaksi seperti ikatan ionic, pemilihan solvent, dll tetapi
tidak cukup signifikan sehingga diambil asumsi faktor yang sangat mempengaruhi
konstanta laju reaksi hanya temperature.
Pengaruh temperature terhadap konstanta laju reaksi dituliskan oleh Svante Arrhenius
(1859-1927) sehingga disebut sebagai Persamaan Arrhenius:
−𝐸𝑎⁄
𝑘𝐴 (𝑇) = 𝐴𝑒 𝑅𝑇 (14)

dengan,
A = frequency factor
Ea = energi aktivasi, J/mol atau cal/mol
R = konstanta gas = 8,314 J/mol.K = 1,987 cal/mol.K
T = temperatur absolut, K
Informasi lebih lengkap mengenai konstanta laju reaksi dapat dilihat pada Essentials of
Chemical Reaction Engineering 2nd Edition karya H. Scott Fogler)
III. Macam Reaktor Kinetik
A. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
(RATB)
CSTR digunakan pada reaksi fasa liquid dan umumnya pada kondisi steady state,
dengan asumsi:
1. Perfectly mixed/completely mixed
2. Tidak ada temperatur, konsentrasi, dan laju reaksi sebagai fungsi posisi
3. Variabel keluar CSTR = variabel di dalam CSTR

Figure 4. Pola Pengadukan CSTR


Persamaan CSTR: (steady state)
𝑑𝑁𝑗
=0 (15)
𝑑𝑡
𝑉

∫ 𝑟𝑗 𝑑𝑉 = 𝑉 𝑟𝑗 (16)
0

𝐹𝑗0 − 𝐹𝑗
𝑉= (17)
−𝑟𝑗
𝐹𝑗 = 𝐶𝑗 . 𝑣 (18)
dengan,
𝐶𝑗 = konsentrasi laruta, 𝑚𝑜𝑙⁄𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

𝑣 = volumetric flowrate, 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒⁄𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

𝑣0 𝐶𝐴0 − 𝑣𝐶𝐴
𝑉= (19)
−𝑟𝐴

B. Plug Flow Reactor (PFR) / Reaktor Alir Pipa (RAP)


Jenis reactor yang paling biasa ditemui di industry, biasanya berbentuk pipa
panjang dan dalam kondisi steady state. PFR umumnya digunakan pada reaksi fasa
gas. Asumsi yang digunakan:
1. Konsentrasi reaktan dan produk sebagai fungsi panjang reaktor
2. Laju reaksi merupakan fungsi panjang reaktor
3. Tidak ada variasi konsentrasi dan laju reaksi terhadap sumbu aksial/jari-jari
reaktor

Figure 5. Skema PFR


Persamaan dalam menghitung PFR:
𝑉 𝑑𝑁𝑗
𝐹𝑗0 − 𝐹𝑗 + ∫ 𝑟𝑗 𝑑𝑉 = (20)
0 𝑑𝑡
𝐹𝑗 |𝑉+Δ𝑉 − 𝐹𝑗 |𝑉
[ ] = 𝑟𝑗 (21)
Δ𝑉
𝑑𝐹𝑗
= 𝑟𝑗 (22)
𝑑𝑉
𝑑𝐹𝐴
= 𝑟𝐴 (23)
𝑑𝑉
DAFTAR PUSTAKA

[1] Fogler, H.S. (2018) Essentials of Chemical Reaction Engineering. Boston: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai