Anda di halaman 1dari 4

DNA

A. Sejarah (Persumber)

Friedrich Miescher adalah seorang ahli biologis dari Swiss yang melakukan riset DNA
pada tahun 1868. Digunakan sampel berupa nanah dari pembalut luka dan dideteksi substansi
ber-fosfat yang kemudian di berika nama nuklien. Nuklien tersusun atas bagian asam yaitu
DNA dan bagian berbasis protein yang dikenal dengan protein histon yang berperan dalam
pengemasan DNA. Pada tahun 1940 berkembang ide bahwa materi genetik adalah molekul
protein yang dilandaskan pada fakta bahwa DNA merupakan senyawa kimia sederhana yang
hanya tersusun atas empat jenis nukleotida, sehingga tidak mungkin dapat mengemban fungsi
infoemasi genetik yang kompleks.

Frederick Griffith (1928) melakukan penelitian yang mempelajari Streptococcus


pneumoniae suatu bakteri patogen penyebab peneumonia. Terdapat dua strain Streptococcus,
yaitu strain S yang virulen dan strain R yang tidak virulen. Frederick Griffith
MASIH ADA LANJUTANNYA
(Baktir, 2017)
DNA (Deoxyribonucleic acid) adalah suatu molekul polimer nukleotida (polinukleotida)
yang berisi informasi genetic yang terdapat di dalam sel. Setiap sel yang berasal dari satu
individu dapat dikatakan memiliki DNA identik, baik pada sel-sel akar rambut, lekosit,
maupun sel sperma (Syukriani, 2012)

Gambar 1. Struktur Molekul DNA (Syukriani, 2012)


Keterangan: DNA terdiri atas 4 jenis basa nukleotida yang membentuk rantai ganda.
Urutan basa nukleotida tidak acak, baik untuk tujuan menyimpan informasi
genetik (gen), fungsi penerjemahan informasi genetic (ekspresi gen),
maupun informasi nonstructural seperti halnya pada mikrosatelit yang
dimanfaatkan untuk identifikasi
Struktur DNA
Model DNA yang saat ini kita acu diperkenalkan oleh James D. Watson dan
Francis Crick pada tahun 1953. DNA merupakan bagian polimer yang tidak bercabang
yang tersusun dari 4 jenis molekul asam nukleotida. Nukleotida tersusun atas gugus
deoksiribosa, fosfat organik, dan salah satu dari basa purin; adenin (A) dan guanin (G),
atau salah satu dari basa pirimidin; timin (T) dan sitosin (C). Molekul-molekul tersebut
terangkai dengan ikatan kovalen fosfodiester, sehingga keempat jenis basa dapat tersusun
sedemikian rupa dengan rangkaian fosfat-deoksiribosa sebagai tulang punggung, apapun
molekul nukleotida yang dirangkainya. Rangkaian terdiri atas dua rantai yang molekul-
molekulnya saling komplementer, satu basa purin (A atau G) berpasangan dengan satu
pirimidin (T atau C) yang diikat dengan ikatan hidrogen. Ikatan-ikatan kimia tersebut
mempengaruhi struktur rangkaian, sehingga membentuk double helix (Syukriani, 2012).
Gambar 2. Lokasi DNA (Syukriani, 2012).
Keterangan: DNA terdapat di dalam inti sel dan mitokondria. DNA yang berada di inti
sel sangat panjang dan tersusun dalam struktur kompak yang dinamakan
kromosom, sedangkan DNA di dalam mitokondria ukurannya pendek dan
strukturnya melingkar (Syukriani, 2012).
Polimeofisme DNA
Pada rangkaian DNA, baik inti atau mitokondria, hanya sebagian daerah yang
mengode protein (gen). Sebagian lagi tidak diketahui fungsinya dan disebut sebagai non-
coding region. Pada non-coding region tampak fenomena menarik berupa variasi urutan
yang unik yang berbeda antar individu. Variasi dapat terjadi akibat adanya perbedaan
satu nukleotida saja dan sering disebut dengan SNPs (Single Nucleotide Polymophisms),
maupun akibat perbedaan panjang urutan nukleotida antar individu (Tandem Repeats).
Variasi DNA yang tidak dikaitkan dengan penyakit disebut polimorfisme DNA. Semakin
variative suatu non-coding region dalam populasi, semakin mudah kita menggunakannya
untuk membedakan satu individu dari individu lainnya, dan semakin baik untuk
kepentingan identifikasi DNA (Syukriani, 2012).
Polimofisme DNA adalah terminologi yang terkait dengan variasi normal suatu
urutan DNA. Beberapa litelatur menyatakan bahwa untuk menyatakan suatu variasi
urutan DNA adalah polimorfisme, varian tersebut setidaknya mewakili 1% populasi.
Konsep tersebut memang agak sulit diterapkan karena untuk memastikannya
membutuhkan data yang sangat banyak. Namun demikian, telah menjadi konsensus etis
bahwa untuk kepentingan identifikasi digunakan lokus yang terdiri atas urutan DNA yang
netral (tidak berkaitan dengan penyakit) (Syukriani, 2012).
DNA dan RNA merupakan dua jenis polimer nukleotida atau polinukleotida yang
berbeda tetapi sangat mirip. Perbedaan terletak pada dua hal yakni gugus gula dan basa
nitrogen. RNA memiliki gugus gula ribose, sedangkan DNA memiliki gugus gula
deoxyribose, yaitu gugus ribose yang kehilangan gugus OH pada karbon C-2’. Jenis basa
nitrogen DNA dna RNA masing-masing ada 4 jenis. Namun, RNA tidak terdapat basa
timin, sebagai gantinya terdapat basa urasil, basa ini juga golongan pirimidin
sebagaimana tamin (Syukriani, 2012).

Pola Pewarisan DNA


Polimorfisme nDNA dan mDNA ini diturunkan dari generasi ke generasi melalui
mekanisme berbeda. Seseorang memperoleh nDNA dari kedua orang tuanya, yaitu 50%
dari ibu dan 50% dari ayah; sedangkan mtDNA 100% diperoleh dari pihak ibu. Selalu
ada kemungkinan urutan DNA berubah setelah diturunkan kepada suatu generasi.
Dikarenakan strukturnya yang dilindungi protein histon, laju mutasi (mutation rate)
nDNA lebih lambat dibandingkan mtDNA (Syukriani, 2012).
B. Hjoo
C. J
DAFTAR PUSTAKA
Baktir, A. 2017. DNA Struktur dan Fungsi. Surabaya: Airlangga University Press.
Syukriani, Y. 2012. DNA Forensik. Jakarta: CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai