Anda di halaman 1dari 1

Berikut jawaban saya…..

1. Ketidakpatuhan: Tidak semua individu atau kelompok yang memiliki sifat disiplin/mematuhi
peraturan. Beberapa pejabat yang melanggar aturan sudah mengetahui resiko jika melanggar,
namun tetap melakukan kesalahan karena merasa mempunyai kuasa dan bisa bebas dari
jeratan hukum yang berlaku.
2. Kesempatan dan dorongan pribadi: Individu maupun kelompok selalu memiliki kesempatan
untuk melanggar aturan, tetapi tidak semua menolak kesempatan tersebut. Biasanya,
kesempatan yang ada akan di dorong oleh keinginan pribadi seorang pejabat untuk
memperkaya diri atau mendapatkan jabatan yang lebih tinggi.
3. Konteks budaya dan sosial: Budaya atau norma-norma sosial di sekitar lingkungan tempat
individu tersebut berada juga dapat mempengaruhi perilaku mereka. Misalnya, dalam budaya di
mana korupsi dianggap wajar atau di mana nepotisme dianggap sebagai cara yang sah untuk
memperoleh keuntungan, praktik semacam itu mungkin lebih sering terjadi.
4. Kurangnya penegakan hukum yang efektif: Terkadang, meskipun pelanggaran etika terdeteksi,
penegakan hukum yang lemah atau korup dapat menghambat proses penegakan hukum. Ini
dapat memberikan sinyal kepada pelaku pelanggaran bahwa mereka bisa menghindari hukuman
atau bahwa risiko pelanggaran tersebut rendah.
5. Kesenjangan kekuasaan dan akses sumber daya: Kesempatan untuk melakukan pelanggaran
etika sering kali terkait dengan tingkat kekuasaan dan akses terhadap sumber daya yang dimiliki
oleh pejabat negara. Mereka yang memiliki kekuasaan yang besar atau akses ke sumber daya
yang melimpah mungkin merasa lebih mampu untuk melakukan pelanggaran etika.
6. Kondisi ekonomi dan sosial: Di negara-negara dengan ketidakstabilan ekonomi atau tingkat
kemiskinan yang tinggi, pelanggaran etika seperti korupsi mungkin lebih umum karena individu-
individu tersebut melihat kesempatan untuk memperoleh keuntungan di tengah-tengah
ketidakpastian atau kesulitan ekonomi.

Mengatasi masalah pelanggaran etika seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme memerlukan upaya
yang holistik dan berkelanjutan, termasuk penguatan lembaga penegakan hukum,
pembangunan budaya integritas, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta partisipasi
aktif masyarakat dalam pengawasan dan pemantauan proses pemerintahan.

Referensi :
Materi youtube dari tutor
https://www.franswinarta.com/news/kurangnya-etika-politik-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-
bernegara/
SKOM4323, Filsafat dan Etika Komunikasi

Anda mungkin juga menyukai