Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NENKSRI PURNAMASARI HENDIANA

NIM : KHGG23018
PRODI : S1 KEBIDANAN
MATKUL: PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

1. Cari contoh kasus dari salah satu jenis korupsi dan korupsi Prespektif Agama, Budaya, dan
Hukum. Kemukakan pandangan dan korelasinya hubungkan dengan Nilai Moral, dan Nilai Agama.

Jawaban:

KORUPSI DEFENSIF
Adalah perilaku korban korupsi pemerasaan. Tindakan korupsinya dilakukan untuk mempertahankan
diri. Pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang mengancam dirinya,
kepentingannya, atau orang dan hal yang dihargainya.

CONTOH KASUS KORUPSI DEFENSIF

KASUS KORUPSI DI SEKOLAH


Contoh kasus suap-menyuap dalam dunia pendidikan dapat dilihat mulai dari mudahnya masuk
sekolah negeri favorit melalui jalur belakang atau lebih dikenal dengan istilah "menyogok" yang
seharusnya sekolah tersebut memiliki standar ketentuan tersendiri dalam penerimaan siswa namun
karena adanya penerimaan siswa melalui jalur belakang ini secara tidak langsung mencurangi peserta
didik lain yang benar-benar mengikuti standar ketentuan untuk dapat masuk kedalam sekolah
tersebut.

Adapun contoh kasus untuk menaikkan nilai peserta didik tidak jarang para wali murid berani
memberikan salam tempel kepada tenaga pendidiknya agar nilainya dikatrol dan dapat naik kelas
atau lulus dengan nilai yang memuaskan.

Selanjutnya adapula contoh kasus dimana peserta didik yang merupakan anak dari seorang donatur
sekolah bisa lepas dari masalah yang dia buat dikarenakan sekolah tidak mau menindaklanjutinya,
mungkin ini dapat disebut dengan penyuapan terselubung atau tidak langsung.

Terdapat pula, kasus dimana murid bermasalah namun karena orang tuanya tidak ingin anaknya
mendapatkan sanksi atau hukuman akhirnya melakukan suap terhadap gurunya entah dapat berupa
uang maupun barang.

Kemudian contoh kasus suap yang lebih tinggi lagi dapat dilihat dari banyaknya tenaga didik yang
ingin naik jabatan dengan cara instan dan tidak mengikuti prosedur melalui penyuapan, atau bahkan
yang lebih parah lagi ada beberapa contoh kasus yang ditemukan dimana pihak-pihak di sekolah
menyalahgunakan dana bantuan dari pemerintah yang seharusnya digunakan untuk keperluan
peningkatan fasilitas sekolah dan bantuan dana untuk peserta didik yang kurang mampu namun
kemudian agar tindakannya tersebut tidak dilaporkan.

KORUPSI PRESPEKTIF AGAMA

Korupsi dari perspektif agama dianggap sebagai perilaku yang tidak bermoral dan bertentangan
dengan ajaran-ajaran agama. Berbagai agama memiliki pandangan dan nilai-nilai mengenai
kejujuran, integritas, dan kepemimpinan yang adil, sehingga tindakan korupsi dianggap sebagai
pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tersebut. Adapun pandangan beberapa agama terkait dengan
korupsi:

1. Dalam Islam, korupsi dianggap sebagai tindakan yang merugikan masyarakat dan
menciptakan ketidakadilan. Ajaran Islam mendorong kejujuran, transparansi, dan
pemenuhan hak-hak orang lain. Al-Qur'an secara tegas melarang praktik-praktik seperti riba
(bunga), gharar (ketidakpastian dalam transaksi), dan maisir (perjudian). Korupsi, yang
melibatkan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk memperoleh keuntungan pribadi,
dianggap sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai ini.

2. Dalam ajaran Kristen, tindakan korupsi juga dianggap sebagai perbuatan yang tidak sesuai
dengan ajaran moral Kristiani. Ajaran tentang kasih, kejujuran, dan integritas dipandang
sangat penting. Yesus Kristus mengajarkan untuk mengasihi sesama manusia dan
mengutamakan kepentingan orang lain di atas diri sendiri. Korupsi, yang seringkali
melibatkan penyalahgunaan kekuasaan atau pemenuhan kepentingan diri sendiri tanpa
memperhatikan keadilan, bertentangan dengan nilai-nilai ini.

3. Dalam Hinduisme, konsep dharma mengajarkan pentingnya tindakan yang adil dan
bijaksana. Korupsi dianggap bertentangan dengan dharma karena melibatkan kecurangan,
manipulasi, dan tindakan yang tidak jujur. Hinduisme mendorong kebajikan moral dan
tanggung jawab sosial dalam menjalani kehidupan.

4. Dalam ajaran Buddhisme, penting untuk menghindari tindakan-tindakan yang merugikan


orang lain dan menciptakan penderitaan. Korupsi, yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan,
kemiskinan, dan penderitaan bagi banyak orang, bertentangan dengan prinsip-prinsip ini.
Buddhisme mendorong tindakan yang menghasilkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi
semua makhluk.
Pada dasarnya dalam semua agama mengajarkan pentingnya kejujuran, integritas, dan tanggung
jawab sosial. Korupsi dianggap sebagai tindakan egois yang merugikan banyak orang dan merusak
keadilan sosial. Oleh karena itu, dari perspektif agama, menghindari tindakan korupsi dan berusaha
untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika adalah hal yang sangat ditekankan.

KORUPSI PRESPEKTIF BUDAYA


perspektif budaya di mana faktor-faktor budaya dalam suatu masyarakat dapat mempengaruhi
tingkat korupsi dan cara masyarakat meresponsnya. Budaya dapat memainkan peran penting dalam
membentuk norma-norma sosial, perilaku, dan pandangan terhadap tindakan korupsi. Berikut
beberapa cara pandang korupsi dari perspektif budaya:

Pandangan terhadap Aturan: Budaya yang kurang menghargai aturan atau memiliki sejarah tata
kelola yang lemah mungkin menghadapi tantangan lebih besar dalam mengatasi korupsi. Jika aturan
dianggap fleksibel atau tidak penting, maka tindakan korupsi bisa lebih mudah dilakukan.

Budaya Suap: Beberapa budaya memiliki praktik suap yang terintegrasi dalam rutinitas bisnis dan
interaksi sosial. Dalam budaya ini, suap mungkin dianggap sebagai cara untuk mempercepat proses
atau mendapatkan layanan yang seharusnya tersedia untuk semua. Ini bisa memperburuk korupsi
dalam skala yang lebih besar.

Toleransi Terhadap Praktik Korupsi: Beberapa budaya mungkin memiliki tingkat toleransi yang lebih
tinggi terhadap korupsi karena dilihat sebagai bagian dari realitas sosial. Faktor-faktor historis dan
politis juga dapat memainkan peran dalam membentuk pandangan budaya terhadap korupsi.

KORUPSI PRESPEKTIF HUKUM


Korupsi perspektif hukum adalah tindakan melanggar hukum yang melibatkan penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok, seringkali dengan
merugikan kepentingan masyarakat atau negara. Tindakan korupsi dapat melibatkan suap,
pemerasan, penyuapan, pencucian uang, dan penyalahgunaan dana publik, antara lain. Hukum
memiliki peran krusial dalam mengidentifikasi, menghukum, dan mencegah tindakan korupsi. Berikut
beberapa aspek terkait korupsi dari perspektif hukum:

1. Pengaturan Hukum: Banyak negara memiliki undang-undang khusus yang mengatur tindakan
korupsi dan memberikan definisi jelas tentang apa yang dianggap sebagai tindakan korupsi.
Undang-undang ini juga menguraikan jenis tindakan yang melanggar hukum, sanksi yang
mungkin diberikan, dan mekanisme penegakan hukum.

2. Penegakan Hukum: Sistem peradilan memiliki peran penting dalam menegakkan hukum
terkait korupsi. Pihak berwenang seperti kepolisian, jaksa, dan hakim bertanggung jawab
untuk menyelidiki, mengajukan dakwaan, dan mengadili kasus-kasus korupsi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
3. Pemberian Hukuman: Pelaku korupsi dapat dijatuhi hukuman berdasarkan undang-undang
yang ada. Hukuman ini dapat berupa denda, hukuman penjara, atau kombinasi keduanya,
tergantung pada tingkat keparahan tindakan korupsi dan kerugian yang ditimbulkannya.

Pentingnya hukum dalam melawan korupsi adalah untuk menjaga keadilan, integritas, dan
transparansi dalam sistem sosial dan pemerintahan. Hukum menciptakan landasan untuk
menegakkan prinsip-prinsip ini dan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari dampak
negatif tindakan korupsi.

PANDANGAN DAN KORELASI


1. Pelanggaran Etika dan Moral: Suap di sekolah dianggap sebagai pelanggaran terhadap etika
dan moral yang seharusnya mendominasi lingkungan pendidikan. Sekolah seharusnya adalah
tempat di mana keadilan, kesetaraan, dan kejujuran ditekankan, dan suap bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut.

2. Pengaruh Negatif pada Pendidikan: Suap dapat merusak integritas sistem pendidikan. Ketika
siswa atau orang tua dapat membeli nilai atau fasilitas tertentu, maka prestasi dan
penghargaan yang seharusnya didapatkan melalui usaha dan kompetensi nyata kehilangan
makna.

3. Korupsi Generasi Muda: Jika suap menjadi praktik umum di sekolah, itu bisa membentuk
pola pikir yang keliru pada generasi muda. Mereka mungkin tumbuh dengan pemahaman
bahwa sukses hanya bisa diperoleh dengan membayar, bukan dengan kerja keras dan
peningkatan keterampilan.

4. Korelasi dengan Praktik Korupsi Lainnya: Praktik suap di sekolah bisa menciptakan lingkungan
di mana korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan lebih mungkin terjadi di masa depan. Kultur
korupsi yang dibiarkan berkembang dalam skala kecil dapat memengaruhi struktur sosial
lebih besar.

Pencegahan dan penanggulangan suap di sekolah memerlukan kerja sama dari berbagai pihak,
termasuk pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Kampanye pendidikan mengenai nilai-
nilai etika, integritas, dan kejujuran serta penegakan hukum yang tegas terhadap tindakan suap
adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi masalah ini.
NILAI AGAMA DAN NILAI MORAL

1. Integritas dan Kejujuran: Nilai agama dan moral mendorong integritas dan kejujuran dalam
semua aspek kehidupan. Korupsi, sebagai tindakan yang melibatkan kecurangan, manipulasi,
dan penyalahgunaan, bertentangan dengan prinsip-prinsip ini. Integritas mengharuskan
individu untuk bertindak dengan jujur, bahkan ketika tidak ada pengawasan atau hukuman.

2. Keadilan dan Kesetaraan: Banyak agama dan sistem nilai moral mengajarkan tentang
pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam memperlakukan semua orang. Korupsi dapat
merusak prinsip-prinsip ini dengan memberikan perlakuan istimewa kepada sebagian orang
berdasarkan kekayaan atau kekuasaan, sementara merugikan yang lain.

3. Kasih Sayang dan Empati: Nilai-nilai agama dan moral sering menekankan pentingnya kasih
sayang, belas kasihan, dan empati terhadap sesama manusia. Korupsi dapat menghalangi
pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan serta merugikan mereka yang
membutuhkan dukungan.

Anda mungkin juga menyukai