Anda di halaman 1dari 4

Tugas : Tutorial 2

Tutor : A. Zulkarnain Ali, S.IP., M.Si


Pokjar : Ponpes SAQA
Jurusan : Administrasi Bisnis Kelas 3A
MK/Kode : Sistem Politik Indonesia
Nama : AHMAD JAMARUDDIN

1. Jelaskan Perbedaan antara Kelompok Penekan dan kelompok kepentingan, Beri contoh
2. Jelaskan Peranan partai Politik pada masa Demokrasi Parlementer, Demokrasi terpimpin,
demokrasi Pancasila dan Reformasi?
3. Jelaskan Peran dan fungsi Lembaga Eksekutif dan legislatif pada masa orde baru dan
reformasi?
4. Jelaska kewenangan Mahkamah Konstitusi (MK ) dan Komisi Yudisial, beri contoh
konkrit kinerja nyata MK dan KY Pada tahun 2021?
5. Jelaskan penyelewengan penyelewengan yang terjadi pada badan yudikatif pada masa
demokrasi terpimpin dan perubahan penting apa saja pasca amandemen ke-3 UUD 1945
pada periode 1999-2002?

Jawaban

1. Perbedaan kelompok kepentingan dengan Kelompok penekan adalah pada cara dan sasaran
dalam mencapai tujuan. Kelompok kepentingan mementingkan bagaimana mereka
memfokuskan diri pada suatu isu atau kepentingan untuk mencapai tujuan dalam jangka
waktu yang lebih lama sedangkan kelompok penekan lebih bersifat sementara, kelompok
penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yang mempunyai kepentingan bersama.
Kelompok penekan juga memiliki lembaga politik yang digunakan oleh masyarakat untuk
menuangkan pendapat yang memiliki peran untuk memengaruhi kebijakan pemerintah.
Contohnya untuk kelompok kepentingan dimana lebih bersifat jangka waktu yang lama
semisal pembuatan UU oleh DPR dimana hal tersebut dipertimbangkan untuk jangka
panjang untuk mengatur tatanan pemerintahan dan kemasyrakatan yang lebih baik tentunya
hal tersebut dipertimbangkan semaksimal mungkin.
Contoh dari kelompok penekan yaitu fokus pada isu isu lingkungan dan
mengkampanyekan perlindungan dan kelestarian lingkungan dengan menyuarakan
masalah seperti perubahan keanekaragaman hayati, energi terbarukan. Serta kelompok
gerakan mahasiswa terkait pembuatan UU yang tak sesuai dengan kondisi dan situasi di
Indonesia sehingga mereka melakukan demo agar merevisi UU yang akan dirancang oleh
pemerintah

2. Peran partai politik


Pada masa demokrasi parlementer partai politik berperan aktif dan dinamis meskipun terdapat
kelemahan berupa tidak dapat bertahan nya pemerintahan koalisi yang berasal dari partai-partai.
Peranan partai politik di masa demokrasi terpimpin jauh menurun jika dibandingkan pada
masa parlementer. hal ini disebabkan karena kekuasaan politik yang berada di tangan presiden
Soekarno. penentangan terhadap kebijakan Soekarno dapat berakibat pada dibubarkannya partai
politik atau dipenjarakannya para pemimpin partai tanpa proses keadilan dan
Peranan partai politik di masa demokrasi Pancasila tetap sama pada masa demokrasi terpimpin
partai politik hanya memiliki peranan kecil dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini misalnya
dapat dilihat dari sedikitnya anggota partai politik dalam lembaga legislatif maupun lembaga
eksekutif. Bahkan pada kabinet pembangunan III sudah tidak ada lagi menteri yang berasal dari
partai politik. Militer dan birokrat merupakan kelompok yang mendominasi jabatan menteri.
Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya peran partai politik pada masa demokrasi Pancasila
adalah pendekatan ekonomi yang dipilih oleh rezim Soeharto, diberlakukannya beberapa peraturan
yang menyangkut kehidupan kepartaian, menguatnya peranan Golkar dan juga konflik internal
dalam tubuh partai politik.
Sementara itu pada masa reformasi menimbulkan implikasi yang bermuara kepada suatu hal
bahwa publik memperoleh ruang bebas dalam mengekspresikan aspirasi dan kepentingannya. BJ
Habibie melontarkan an-najah kan wes an pendirian partai-partai politik. BJ Habibie menyatakan
bahwa semua pihak boleh mendirikan partai baru asal tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD
1945 dan tidak mempersoalkan suku, agama, ras dan antargolongan. Akibatnya terdapat 48 partai
politik yang berhak mengikuti pemilu 1999. Sehingga partai politik berperan dalam pemilu 1999.
sedangkan untuk pemilu 2004 jumlah partai politik peserta pemilu menjadi hanya 24 partai politik.
3. peran dan fungsi lembaga legislatif dan eksekutif pada masa orde baru dan reformasi
Lembaga legislatif
Legislatif memiliki empat jenis fungsi yaitu fungsi legislasi (pembuatan undang-undang),
budgeting (penyusunan anggaran), pengawasan terhadap lembaga eksekutif, dan perwakilan
(terhadap konstituen), namun di masa orde baru seluruh fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik.
Lembaga legislatif di masa orde baru sering disebut sebagai tukang stempel bagi presiden.istilah
lain yang cukup kritis adalah lembaga legislatif di masa orde baru tidak lebih dari paduan suara
untuk mengatakan di setiap pengambilan keputusan di DPR selalu dijawab secara bersama-sama
oleh anggota DPR dan jawaban setuju.
Lembaga legislatif di masa pasca orde baru berusaha untuk memperkuat kembali fungsinya dengan
cara membangun lembaga perwakilan yang memiliki otoritas lebih besar. lembaga itu tidak saja
mampu menjalankan fungsi perwakilan, melainkan juga memperjuangkan kepentingan-
kepentingan dari konstituen atau rakyat yang diwakilinya. demikian juga lembaga legislatif
berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap pemerintahan atau eksekutif.
Lembaga eksekutif
Fungsi lembaga eksekutif yaitu menjalankan tugas-tugas seremonial, kepemimpinan dalam
pembuatan kebijakan, kepemimpinan umum, kepemimpinan birokratis, kepemimpinan di saat
kritis.
berbicara lembaga eksekutif di masa orde baru tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai
pelibatan militer Soeharto. Soeharto sebagai presiden atau pemimpin lembaga eksekutif di masa
orde baru ke masa Soeharto memimpin lembaga eksekutif dengan menggunakan kekuasaan secara
otoriter, represif, tertutup, dan personal. Sebaliknya di masa pasca orde baru. Hasil amandemen
UUD 1945 di tahun 1999-2002 menunjukkan bahwa sosok presiden tidak bisa kuat dan berkuasa
sebelumnya. Presiden hanya dapat dipilih sebanyak 2 kali. Selain itu tidak dapat menjalankan diri
kembali. Selain itu,kekuasaan lembaga eksekutif juga diharapkan seimbang dan sejajar dengan
lembaga legislatif

4. Wewenang mahkamah konstitusi (MK) adalah:


1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final untuk:
a) Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
b) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara
c) Memutus pembubaran partai politik
d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
2. memberikan putusan pemakzulan presiden dan atau wakil presiden atas perintah DPR karena
melakukan pelanggaran berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan dan tindak
pidana berat atau perbuatan tercela.
komidi yudisial berwenang untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung dan berwenang dalam
rangka menegakkan kehormatan dan perilaku hakim.
Contoh kerja nyata MK pada 2021 yaitu mahkamah konstitusi menolak Uji Formil UU KPK
dimana penolakan tersebut dikhawatirkan mengakibatkan kemunduran dalam pemberantasan
korupsi .

5. Pada masa demokrasi terpimpin telah terjadi penyelewengan penyelewengan terhadap asas
kebebasan badan yudikatif seperti yang ditetapkan oleh UUD 1945 yaitu, yaitu dengan
dikeluarkannya undang-undang No. 19 tahun 1964 tentang ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman, gimana pada pasal 19 undang-undang ini menyatakan bahwa " demi kepentingan
revolusi,kehormatan negara dan bangsa atau kepentingan masyarakat yang, presiden dapat turut
atau campur tangan dalam soal pengadilan."
Perubahan penting pasca amandemen UUD 1945 kedudukan lembaga yudikatif di Indonesia
pada kurun waktu 1999-2002 mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Perubahan pertama adalah dibentuknya lembaga baru selain mahkamah agung, mahkamah
konstitusi dan komisi yudisial. tujuan utama pembentukan kedua lembaga ini adalah untuk
memperkuat lembaga yudikatif dalam konteks sistem politik demokrasi
Perubahan kedua, pengurangan kewenangan di tubuh mahkamah agung dan secara bersamaan
adanya pemberian kewenangan kepada lembaga baru yaitu mahkamah konstitusi. Salah satu
alasan pengurangan kewenangan MA adalah dikhawatirkan nya bahwa MA yang didalamnya
terdapat orang-orang lama dari masa orde baru tidak akan membawa perubahan ke arah yang
lebih baik untuk lembaga yudikatif pasca reformasi.

Anda mungkin juga menyukai