Anda di halaman 1dari 10

MEKANISME PERHITUNGAN PEMOTONGAN DAN

PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA


PT. BPR ASABAHANA SEJAHTERA PATI

Novita Berliana Bistyantri


Akuntansi, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesia
Email: 212201903957@mhs.dinus.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the mechanism of calculation, withholding, and
reporting of Income Tax Article 21 on employee salaries at PT. BPR Asabahana Sejahtera.
The research uses a descriptive analysis method that discusses the problem by collecting,
processing data, calculating, comparing, and explaining the situation that occurs so that
conclusions can be drawn which include the calculation, deduction, and reporting of Article
21 on employees of PT BPR Asabahana Sejahtera. Based on the results of the study, it was
found that there were discrepancies in the calculation of Income Tax Withholding Article 21
at PT BPR Asabahana Sejahtera, resulting in overpayment of income tax. The existence of
these errors, results in the company needing to make calculations according to applicable
regulations and continue to update any new laws and regulations regarding support in the
process of calculating Income Tax Article 21.
Keywords: Income Tax Point 21, Mechanism Income Tax Point 21, Income Tax Reporting
Point 21
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme perhitungan, pemotongan
dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 tentang gaji karyawan pada PT. BPR Asabahana
Sejahtera. Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif yaitu membahas masalah
dengan mengumpulkan, mengolah data, menghitung, membandingkan dan menjelaskan
tentang situasi yang terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mencakup perhitungan,
pemotongan dan pelaporan Pasal 21 pada karyawan PT. BPR Asabahana Sejahtera.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada ketidaksesuain dalam Perhitungan
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. BPR Asabahana Sejahtera, sehingga
menyebabkan lebih bayar pajak penghasilan. Adanya kesalahan tersebut, mengakibatkan
perusahaan perlu melakukan perhitungan sesuai aturan yang berlaku dan terus meng-update
setiap Peraturan Perundangan-Undangan yang baru mengenai penunjang dalam proses
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.
Kata kunci: PPh Pasal 21, Mekanisme PPh Pasal 21, Pelaporan Pajak

1
PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang No.7 tahun 2021 tentang HPP (Harmonisasi Peraturan
Perpajakan), “pajak yaitu suatu kontribusi kewajiban bagi negara oleh orang pribadi atau
badan yang memiliki sifat memaksa berlandaskan Undang-Undang dengan tidak
memperoleh imbalan secara akurat serta diperuntukkan demi memenuhi kepentingan negara
demi kesejahteraan rakyat” (G Dubaili et al., 2022). Berkaitan dengan penerimaan yang
diperoleh oleh orang pribadi maupun perusahaan, pemerintah akan mengenakan pungutan
atas penghasilan yang diterima yang disebut sebagai PPh (Alfons et al., 2018).
Undang-Undang Pajaki Penghasilan (PPh) yang menyusun tentang pajak
penghasilan berdasarkan penghasilan wajib pajak atau diperoleh selama tahun pajak.
Menurut pasal yang ada yaitu Pasal 2 ayat 1 UU PPh “yang menjadi subjek pajak
meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak, badan dan bentuk usaha tetap”. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, 2008).
“Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajaki yang dipungut melalui sistem
Withholding System yaitu menggandeng pihak ketiga yangi didasarkan undang-undang
yang diberi intensitas untuk memotong PPh Pasal 21.” (Kurniyawati, 2019). Pajak
Penghasilan Pasal 21 mengandung perhitungan yang berbeda antara orang pribadi dan
badan. Pajak badan merupakan suatu pajak yang dikenakan pada perusahaan atas
keuntungan yang diperoleh dari perusahaan tersebut. Pajak orang pribadi merupakan
suatu pajak yang dikenakan pada individu atas penghasilan yang didapatnya baik dari
pekerjaan, usaha atau sumber penghasilannya.
Pada penelitian ini, peneliti berkeingin mengupas tentang perbedaan perhitungan,
pemotongan dan pelaporan PPh pasal 21 yang terjadi pada PT. BPR Asabahana Sejahtera
dengan cara perhitungan, pemotongan dan pelaporan PPh pasal 21 yang semestinya secara
umum sesuai dengan UU perpajakan No.7 tahun 2021. PT. BPR Asabahana Sejahtera Pati
menarik untuk diteliti karena memiliki beberapa rangkaian masalah yang terjadi didalamnya.
Salah satunya mengenai perhitungan PPh Pasal 21 yang merupakan isu penting untuk diteliti
lebih lanjut, karena memiliki sasaran yang sejalan dengan kebutuhan perusahaan. Sehingga
menarik untuk dilakukan penelitian mengenai mekanisme perhitungan, pemotongan dan
pelaporan pajak penghasilan pada karyawan.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pajak
Definisi dari pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H,
“Pajak merupakan pembayaran yang dilakukan kepada negara berdasarkan Undang-
Undang yang dapat dipaksakan dengan meninggalkan suatu pertimbangan atau sebuah
hubungan timbal balik yang langsung dapat dialihkan serta digunakan sebagai
pembayaran pengeluaran umum” (Assa et al., 2018). Pajak secara umum merupakan
suatu kontribusi wajib yang mempunyai sifat memaksa sesuai dengan peraturan
undang-undang perpajakan yang bermanfaat bagi negara.

2
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajaki Penghasilani Pasali 21i merupakani pajaki yangi berkaitani dengani
pekerjaan,i jasaii dani kegiatani yangi dilakukani olehi wajibi pajaki orangi pribadi.i
Yangi merupakani pajaki atasi suatui penghasilani yaitui berupai gaji,i upah,i honorarium,i
tunjangani maupuni pembayarani lainnyai dalami variani apapuni yangii masihi
bersandarkani dengani kegiatani yangi dilakukani olehi orangi pribadii tersebut.i
Mengiringi maksudi tersebut,i terdapati subjeki dani objekii pajaki penghasilan.i
Subjeki pajaki penghasilani merupakani seseorangi yangi menerimai penghasilani
yangi masihi sehubungani sesuaii dengani pekerjaani yangi berupa jasa ataupun
kegiatan dari pemotongan pajak.i objek pajak penghasilani
merupakani suatui penghasilani yangi dipotongi olehi pemotongi pajaki untuki
memenuhii pajaki penghasilani pasali 21i berupai peghasilani diterimai secarai tidaki
teraturi sertai upah-i upahi lainnyai sebagaii suatui imbalani yangi masihi sehubungani
dengani pekerjaani berupai jasaii ataui keiatani wajibi pajaki dalami negerii sertai
penerimaannyai dalami bentuki kenikmatani lainnyai ataui yangi disebuti dengani natura.
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Pemotongan PPh Pasal 21 merupakan pemotongan tentang pajak penghasilan
setiap orangi pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No.7 Tahun 1983
kemudian diubah menjadi UU No. 17 tahun 2000 lalu berubah lagi menjadi UU No.
36 Tahun 2008 dan berakhir menjadi UU No. 7 Tahun 2021. Yang berhak memotong
pajak penghasilan pasal 21 yaitu pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas
pemerintah, dana pensiun, orang pribadi serta penyelenggara kegiatan.
Dalam pemotongan pajak penghasilan Pasal 21, terdapat 3 cara yang dapat
dipergunakan. Pertama, Metode Nett atau sering disebut dengan metode gaji bersih dengan
pajak yang ditanggung oleh perusahan. Kedua, terdapat Metode Gross atau gaji kotor tanpa
tunjangan pajak. Artinya, setiap karyawan menanggung pajak penghasilannya sendiri atau
sama saja dengan gaji karyawan belum dipotong dengan pajak penghasilan tersebut. Ketiga,
Metode Gross-Up atau disebut dengan metode pemotogan gaji bersih dengan tunjangan
pajak. Artinya, setiap karyawan di perusahaan memperoleh tunjangan pajak atau upahnya
dinaikkan terlebih dulu sebesar jumlah pajak yang akan dipotong.
Pada perhitungan PPh pasal 21 dilakukan penyesuaian dengan tarif PTKP yang telah
ditetapkan oleh Direktoral Jenderal Pajak. Peraturan ini sudah didasari dengan Undang-
Undang Harmonisasi Perpajakan No. 7 Tahun 2021 pada Bab III Pasal 7 sesuai PMK No.
101 Tahun 2016. Berikut tarif PTKP terbaru yang berlaku hingga sekarang:
 Wajib pajak orang pribadi sebesar Rp 54.000.000
 Wajib pajak kawin memperoleh tambahan sebesar Rp 4.500.000
 PTKP istri yang berpenghasilan digabung dengan penghasilan suami sebesar Rp
54.000.000
 Bila terdapat tambahan tanggungan keluarga sedarah atau masih satu keturunan,
maksimal 3 orang, sebesar Rp 4.5000.000
Pada perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 21, terdapat juga tarif progresif yang
digunakan dalam menghitung penghasilan kena pajak (PKP) pada setiap karyawan
perusahaan, yaitu
 5 %  0 – Rp 60.000.000

3
 15 %  Rp 60.000.000 – Rp 250.000.000
 25 %  Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000
 30 %  Rp 500.000.000 – Rp 5.000.000.000
 35 %  > Rp 5.000.000.000
Dasar Pengenaan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Berdasarkani peraturani Direkturi Jenderali Pajaki Nomori PER-16/PJ/2016i Pasali 10i ayat
(1)i dani (2),i (Haryantoi eti al.,i 2021)i mengenaii Dasari Pengenaani dani Pemotongani Pajaki
Penghasilani PPhi Pasali 21i dani Peraturani Menterii Keuangani RIi Nomori 102/PMK.010/2016i
(Peraturani Menterii Keuangani Indonesiai Nomori 102/PMK.010/2016,i 2016)i mengenaii
penetapani bagiani penghasilani sehubungani dengani pekerjaani darii pegawaii hariani dani
mingguani sertai pegawaii tidaki tetapi lainnyai yangi tidaki dikenakani pemotongani pajak.
Penyetorani Pajaki Penghasilani Pasali 21
Mengarahi padai Peraturani Dirktorati Jenderali Pajaki dengani dipotongnyai PPhi Pasali 21i
olehi pemotongi pajaki bagii tiapi masai pajaki harusi dilakukani penyetorani kei Kantori Posi ataui
banki yangi telahi ditentukani olehi Menterii Keuangani dengani memberikani Surati Setorani Pajaki
(SSP)i selambat-lambatnyai padai 10i harii setelahi berakhirnyai masai pajak.i (Maghfirahi eti al.,i
2018)
Pelaporani Pajaki Penghasilani Pasali 21
Menuruti (Maghfirahi eti al.,i 2018),i “Pelaporani dilakukani olehi pemotongi pajaki kei
kantori pelayanani yangi dimanai wajibi pajaki terdaftari dalami rentangi waktui 20i bulani takwimi
berikutnyai dengani menyerahkani Surati Pemberitahuani Masai Pajaki Penghasilani Pasali 21i
(SPT).”
METODOLOGI PENELITIAN
Yang menjadi objek penelitian adalah PT. BPR Asabahana Sejahtera yang
berlokasi di Jalan Raya Pati-Tayu KM.10, Wedarijaksa, Kota Pati, Jawa Tengah.
Populasi dan sampel yang diambil dari laporan keuangan yang telah diaudit, rekap
gaji pegawai serta kompensasi karyawan PT. BPRi Asabahana Sejahtera Pati.
menggunakan pendekatan analisa deskriptif, berupa deskriptifi kualitatifi dan kuantitatif.
Deskriptifi kualitatifi yang dimasukkan berupai sejarah perusahaan, perhitungan pajak
penghasilan pasal 21, wawancara dan pengamatan langsung dengan bagian keuangan.
Sebaliknya, data kuantitatifi yang diambil langsung dari perusahaan berupa laporan
keuangan yang telah diaudit, rekap gaji dan kompensasi karyawan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Mekanisme Perhitungan PPh Pasal 21 pada PT. BPR Asabahana Sejahtera
Berikut salah satu perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 yang
dilakukan PT. BPR Asabahana Sejahtera dan perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
sesuai dengan Undang-Undang pada bulan Maret tahun 2023 pada karyawan yang berstatus
tetap dan karyawan dengan status honorer.
ERM merupakan salah satu karyawan tetap yang memiliki jabatan sebagai SPI
dengan status TK/0 yang bekerja di PT. BPR Asabahana Sejahtera. Memperoleh Penghasilan
Gaji sebulan dengan Gaji Pokok + tunjangan tetap sebesar Rp 4.311.100, lembur Rp
1.313.495, premi JKK & JKM Rp 360.385 serta pada bulan Maret 2023 menerima bonus
THR sebesar gaji pokok ditambah tunjangan tetap yang diterima setiap bulannya.

4
Tabel Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 antara
Perusahaan dengan Undang- Undang pada Karyawan Tetap

Perhitungan PPh Pasal 21 sesuai


PT. BPR Asabahana Sejahtera
Gaji sebulan Rp 4.311.100
lembur Rp 1.313.495
bonus THR Rp 4.373.600
Premi JKK JKM Rp 360.385
penghasilan bruto sebulan Rp 10.358.580
penghasilan bruto disetahun Rp 124.302.956
Pengurangan
biaya jabatan (5%)
(max 6 juta/tahun ) Rp 6.000.000
Iuran JHT Rp 1.574.496
total Rp 7.574.496
penghasilan netto setahun Rp 116.728.460
PTKP Setahun (TK/0)
- wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
PKP setahun Rp 62.728.000
PPh Pasal 21 Terutang Rp 3.409.200
PPh Pasal 21 Terutang sebulan
(bulan maret 2023) Rp 284.100

Perhitungan PPh Pasal 21 sesuai


UU No. 7 Tahun 2021
a. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus pengha b. PPh Pasal 21 atas gaji setahun
silan (penghasilan setahun) penghasilan setahun

Penghasilan setahun Penghasilan setahun


Gaji Gaji
(12 x 4.311.100) Rp 51.733.200 (12 x 4.311.100) Rp 51.733.200
bonus THR Rp 4.373.600 Premi JKK JKM
Premi JKK JKM (12x360.385) Rp 4.324.620
(12 x 360.385) Rp 4.324.620 Penghasilan bruto setahun Rp 56.057.820
Penghasilan bruto setahun Rp 60.431.420
Pengurangan:
Pengurangan: 1. biaya jabatan
1. biaya jabatan (5% x Rp 56.057.820) Rp 2.802.891
(5% x Rp 60.431.420) Rp 3.021.571 2. iuran JHT
2. iuran JHT (sudah disetahunkan) Rp 1.574.496
(sudah disetahunkan) Rp 1.574.496 Rp 4.377.387
Rp 4.596.067 Penghasilan Neto
Penghasilan Neto Setahun adalah Rp 51.680.433
Setahun adalah Rp 55.835.353 PTKP setahun
PTKP Setahun - Untuk wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
- Untuk wajib pajak sendiri Rp 54.000.000 Rp -
Penghasilan kena pajak setahunRp 1.835.353 Penghasilan kena pajak setahun Rp-
PPh Pasal 21 Terutang PPh Pasal 21 Terutang
(5% x PKP setahun) Rp 91.768 (5% x PKP setahun) Rp-
PPh Pasal 21 atas Bonus adalah
Rp 91.768 – 0 = Rp 91.768

Sumber: Data Olahan, 2023

5
Berdasarkan perhitungan diatas, terdapat perbedaan jumlah pajak terutang selama
sebulan pada bulan Maret tahun 2023 menurut perhitungan penulis yang sesuai dengan UU
yang berlaku dengan perhitungan berdasarkan PT. BPR Asabahana Sejahtera, yaitu sebesar
Rp 257.550 dan Rp 284.100 dengan selisih sebesar Rp 26.550 yang merupakan lebih bayar
dari PT. BPR Asabahana Sejahtera.
Terkait perolehan hasil perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 PT.
BPR Asabahana Sejahtera yang dianggap masih belum optimal dalam melakukan
perhitungannya. Terdapat perbedaan tatacara perhitungan antara perusahaan dengan Undang-
Undang Perpajakan yaitu mengenai perbedaan presentase pada iuran JHT, kemudian
perhitungan biaya jabatan serta perbedaan mengenai penghasilan bruto perusahaan yang
disetahunkan sedangkan jika dihitung sesuai perhitungan perpajakan bisa dihitung langsung
secara satu bulan. Dengan adanya perbedaan tersebut, peneliti menemukan sebuah solusi
untuk perusahaan PT. BPR Asabahana Sejahtera sebagai upaya dalam memperbaiki rumus
presentase perhitungan iuran JHT dan lebih memperhatikan tatacara perhitungan PPh Pasal
21 berdasarkan dengan Undang- Undang Perpajakan yang berlaku.
Kemudian ditemukan Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 pada karyawan
honorer yang dilakukan antara perusahaan dengan yang sesuai berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku. RN merupakan salah seorang karyawan honorer yang memiliki
jabatan sebagai Staff Marketing dengan status TK/0 yang bekerja di PT. BPR Asabahana
Sejahtera. Memperoleh Penghasilan Gaji sebulan dengan Gaji Pokok + tunjangan tetap
sebesar Rp 2.212.500, lembur Rp 1.622.841, premi JKK & JKM Rp 185.400, serta pada
bulan Maret 2023 menerima bonus THR sebesar gaji pokok ditambah tunjangan tetap yang
diterima setiap bulannya.
Tabel Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 antara
Perusahaan dengan Undang-Undang pada Karyawan Honorer

Perhitungan PPh Pasal 21 sesuai


PT. BPR Asabahana Sejahtera
gaji sebulan Rp 2.212.500
lembur Rp 1.622.841
bonus THR Rp 2.250.000
Premi JKK JKM Rp 185.400
penghasilan bruto sebulan Rp 6.270.741
penghasilan bruto setahun Rp 14.638.688
pengurangan
biaya jabatan 5% Rp 731.934
iuran JHT Rp 1.350.000
total Rp 2.081.934
penghasilan netto setahun Rp 12.556.753
PTKP Setahun (TK/0)
- wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
PKP Setahun Rp -
PPh Pasal 21 Terutang Rp -

Tidak terdapat pemotongan pajak PPh Pasal 21 karena jumlah p


enghasilan netto tidak dibisa dikurangi oleh PTKP setahun.

6
Perhitungan PPh Pasal 21 sesuai
UU No. 7 Tahun 2021
a. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus penghasilan b. PPh Pasal 21 atas gaji setahun
(penghasilan setahun)
penghasilan setahun penghasilan setahun
gaji gaji
(12 x 2.212.500) Rp 26.550.00 (12 x 2.212.500) Rp26.550.000
0 Premi JKK JKM
bonus THR Rp 2.250.000 (12x185.400) Rp2.224.800 P
Premi JKK JKM enghasilan bruto setahun Rp 28.774.800
(12x185.400) Rp 2.224.800
Penghasilan bruto setahun Rp 31.024.80 Pengurangan
0 1. biaya jabatan
(5% x Rp 28.774.800) Rp1.438.740
Pengurangan: 2. iuran JHT
1. Biaya jabatan (sudah disetahunkan) Rp1.350.000
(5% x Rp 31.024.800) Rp 1.551.240 Rp2.788.740
2. iuran JHT Penghasilan neto setahun adalah Rp25.986.060
(sudah disetahunkan) Rp 1.350.000 PTKP setahun
Rp 2.901.240 - Untuk wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
Penghasilan Neto Penghasilan kena pajak setahun Rp -
Setahun adalah Rp28.123.560 PPh Pasal 21 terutang Rp -
PTKP setahun
- Untuk wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp -
PPh Pasal 21 terutang Rp -
Sumber: Data Olahan, 2023

Berdasarkan perhitungan diatas, terdapat perbedaan mekanisme perhitungan yang


dilakukan perusahaan dengan yang sesuai Peraturan Undang-Undang yang berlaku. Jika
dilihat dari perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan penghasilan netto setahun tidak bisa
dikurangi dengan PTKP setahun yang menyebabkan tidak adanya PPh 21 terutang yang
terjadi terhadap karyawan tersebut. Sedangkan jika dilihat dari perhitungan yang sesuai
dengan Undang-Undang mendapatkan PPh 21 terutang selama selama bulan tersebut sebesar
Rp 188.122.
Makai terdapati perbedaani mekanismei perhitungani yangi terjadii antarai PT.i BPRi
Asabahani Sejahterai dengani peraturani perudang-undangani yangi berlakui yaitui Peraturani
Menterii Keuangani RIi Nomori 102/PMK.010/2016i tentangi Penetapani Bagiani Penghasilani
Sehubungani dengani Pekerjaani darii Pegawaii Hariani dani Mingguani sertai Pegawaii Tidaki Tetapi
Lainnyai yangi Tidaki Dikenakani Pemotongani Pajak.i Terkaiti adanyai perbedaani tersebut,i dapati
menjadikani perusaahani lebihi telitii dani lebihi meng-updatei informasii seputari perundang-i
undangani tentangi pemotongani pajaki penghasilani PPhi Pasali 21i padai karyawani tidaki tetap.
2. Mekanismei Pemotongani PPhi Pasali 21i padai PT.i BPRi Asabahanai Sejahtera
PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai selakui pelakui pemotongi pajaki yangi melakukani
pemotongani terhadapi gajii yangi diterimai olehi karyawani tetapi setiapi bulannya.i Dalami
perhitungani pajaki penghasilani PPhi Pasali 21,i perusahaani menggunakani sistemi komputerisasii
untuki kelengkapani administrasinya.

7
Tabel Perbandingan Deskripsi Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21

Menurut Undang-
Deskripsi Menurut Perusahaan Keterangan
Undang
Jumlah Penghasilan Bruto Jumlah Penghasilan Bruto
Pengurangan :
Pengurangan : - Biaya Jabatan sebesar 5%
- Biaya Jabatan sebesar Rp dari Jumlah Penghasilan
6.000.000 Bruto (Mak. Terdapat
- Iuran JHT 6.000.000/Tahun) perbedaan
Perhitungan
- Iuran JHT (2%) perhitungan
Pajak
Jumlah Penghasilan Neto Jumlah Penghasilan Neto terhadap iuran
Penghasilan
(Penghasilan Tidak Kena (Penghasilan Tidak Kena JHT dan hasil
Pasal 21
Pajak) Pajak) dari biaya
Penghasilan Kena Pajak x Penghasilan Kena Pajak x jabatan.
Tarif Pajak Tarif Pajak
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan
Terutang Terutang
3. Mekanisme Pelaporan PPh Pasal 21 pada PT. BPR Asabahana Sejahtera
Melakukani pelaporani hasili perhitungani pemotongani PPhi Pasali 21i yangi terutangi
menuruti ketentuani Peraturani Perundang-Undangani Perpajakan.i Beberapai tatacarai yangi
dilakukani olehi PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai saati pelaporani perhitungani pemotongani PPhi
Pasali 21i adalahi sebagaii berikut:
a. PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai padai prosesi pelaporani pajaknyai yaitui dengani
menggunakani SPTi yangi diambili sendirii dii Kantori Pelayanani Pajaki Pati.
b. PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai menggunakani 2i jenisi SPTi dalami melaporkani PPhi
Pasali 21i yaitu:
- SPTi Masai PPhi Pasali 21,i adalahi surati yangi dipakaii olehi perusahaani dalami
melakukani pelaporani perhitungani ataui pembayarani pajaki terutangi dalami
suatui masai pajak.
- SPTi Tahunani PPhi Pasali 21,i merupakani surati yangi digunakani perusahaani
untuki melaporkani perhitungani ataui pembayarani yangi terutangi dalami suatui
tahuni pajaki ataui yangi disebuti Formuliri 1721.i Surati SPTi tersebuti diisii
berdasarkani perhitungani dani pembayarani yangi telahi dilakukani olehi PT.i BPRi
Asabahanai dalami suatui masai pajaki ataui tahuni pajaki yangi bersangkutan.
c. Kemudiani Surati SPTi dilaporkani olehi PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai selambat-i
lambatnyai untuki SPTi Masai PPhi Pasali 21i padai tanggali 20i bulani berikutnyai setelahi
masai pajaki berakhiri dani untuki SPTi Tahunani PPhi Pasali 21i selambat-lambatnyai 3i
bulani setelahi berakhirnyai tahuni pajaki kei Kantori Pelayanani Pajaki Pati.
d. Langkahi terakhiri yaitui dengani melampirkani bukti-buktii darii PT.i BPRi Asabahanai
Sejahterai padai SPTi PPhi Pasali 21i berupa:
- Daftari gajii karyawani tetapi PT.i BPRi Asabahanai Sejahtera
- Surati Setorani Pajaki sebanyaki 3i lembar

Berikuti merupakani sajiani tabeli pelaporani SPTi Masai padai PT.i BPRi
Asabahanai Sejahterai Patii darii bulani Januarii sampaii Agustusi tahuni 2023:

8
Tabel Tabel Pelaporan PPh Pasal 21 PT. BPR Asabahana Sejahtera Pati

Pelaporan SPT Masa


Bulan
Tepat Terlambat
Januari X
Februari X
Maret X
April X
Mei X
Juni X
Juli X
Agustus X
Jumlah 8 0

Dapat diliat dari daftar tabel tersebut bahwa pelaporan yang dilakukan oleh PT. BPR
Asabahana Sejahtera termasuk dalam kategori patuh dalam pelaporan pajak dimana dari
awal bulan Januari sampai Agustus 2023 tidak pernah mengalami keterlambatan sekalipun.
Secara keseluruhan pada proses pelaporan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 PT. BPR
Asabahana Sejahtera Pati terbilang tertib. Hal tersebut dapat terlihat dari tidak pernahnya
terjadi keterlambatan didalam proses pelaporan SPT Masa. Patuhnya perusahaan dalam
proses pelaporan SPT Masa, maka tidak dikenakan saksi dalam hal ini denda yang
dikeluarkan perusahaan. Namun dalam proses pelaporaan tersebut masih mengalami
kesalahan karena adanya kesalahan di awal pada proses perhitungan PPh Pasal 21 sehingga
perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan perbaikan pelaporan SPT dan melakukan
pengembalian uang dari kelebihan pembayaran pajak pada karyawannya.
KESIMPULAN
Berdasarkani hasili penelitiani yangi sayai lakukani terhadapi PT.i BPRi Asabahanai
Sejahtera,i makai dapati ditariki kesimpulani yaitui PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai belumi mampui
melakukani perhitungani PPhi Pasali 21i yangi sesuaii dengani Undang-Undangi Perpajakan.i Lebihi
tepatnyai belumi dijelaskani lebihi rincii mengenaii berapai besari presentasei yangi digunakani dalami
menghitungi iurani JHTi dani perhitungani biayai jabatani sertai perbedaani mengenaii penghasilani
brutoi perusahaani yangi disetahunkani sedangkani jikai dihitungi sesuaii perhitungani perpajakani
bisai dihitungi langsungi secarai satui bulan.i Kemudiani dalami pemotongani PPhi Pasali 21i padai
PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai dilakukani setiapi akhiri bulani yangi dimanai penghasilani yangi
diterimai olehi karyawani langsungi dipotongi Pajaki Penghasilani 21.i Sertai pelaporani pajaki yangi
dilakukani olehi PT.i BPRi Asabahanai Sejahterai dengani menggunakani surati SPT,i yangi dimanai
surati tersebuuti diambili sendirii padai Kantori Pelayanani Pajaki Pati.i Dalami hali pelaporani
tersebuti sudahi benari dani sudahi tepati dalami pelaporani pajaknya.
SARAN
Perhitungani pajaki merupakani suatui hali yangi sangati pentingi untuki dilakukani dengani
sesuaii aturani Undang-Undangani Perpajakan.i Olehi karenai itui diharapkani agari PT.BPRi
Asabahanai Sejahterai supayai melakukani perhitungani sesuaii aturani yangi berlakui dani terusi
meng-updatei setiapi peraturani perundangan-undangani yangi barui mengenaii penunjangi dalami
prosesi perhitungani Pajaki Penghasilani Pasali 21.i Sertai terusi meningkatkani dani
mempertahankani kepatuhani terhadapi peraturani perpajakani gunai menghindarii pelanggarani
yangi terjadii dani tetapi mengikutii informasii terbarui mengenaii perubahani yangi mungkini akani
diberlakukani olehi Menterii Keuangani dani Dirjeni Pajak.

9
DAFTARi PUSTAKA
Alfons,i W.i A.i H.,i Runtu,i T.,i &i Afandy,i D.i (2018).i Analisisi Penerapani Pajaki Penghasilani Pasali
21i Padai Cvi Ungguli Abadii Dii Manado.i Goingi Concerni :i Jurnali Riseti Akuntansi,i 13(02),i
668–682.i https://doi.org/10.32400/gc.13.02.19927.2018
Anggreni,i N.i madei tika,i &i Noviari,i N.i (2020).i Analisisi Pelaksanaani Kewajibani Atasi Pajaki
Penghasilani Pasali 21i Padai Rumahi Sakiti Xyz.i E-Jurnali Ekonomii Dani Bisnisi Universitasi
Udayana,i 1,i 39.i https://doi.org/10.24843/eeb.2020.v09.i01.p03
Assa,i J.i R.,i Kalangi,i L.,i &i Pontoh,i W.i (2018).i Pengaruhi Pemeriksaani Pajaki Dani Sanksii
Perpajakani Terhadapi Kepatuhani Wajibi Pajaki Padai Kantori Pelayanani Pajaki Pratamai
Manado.i Goingi Concerni :i Jurnali Riseti Akuntansi,i 14(1),i 516–522.i
https://doi.org/10.32400/gc.13.04.21412.2018
Burhan,i I.,i &i Nuruli Wahidah,i N.i (2020).i Analisisi Pemotongan,i Penyetorani dani Pelaporani Phi
Pasali 21i Bagii Pegawai,i Bukani Pegawaii dani Dewani Komisarisi Padai PTi Pelindoi IV.i
Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan,
3(2).i https://doi.org/10.25139/jaap.v3i2.2184
Burnama,i I.i (2022).i Aspeki Keadilani Aturani Pajaki Indonesiai Dalami Mengaturi Transaksii
Ekonomii Digital:i Responi Atasi Investigasii Ustr.i Scientax,i 4(1),i 63–81.i
https://doi.org/10.52869/st.v4i1.242
Dananjaya,i G.i B.i (2018).i Pengaruhi Kesejateraani Pegawaii Dani Lingkungani Kerjai Terhadapi
Pelayanani Datai Kependudukani Dinasi Kependudukani dani Catatani Sipili Kotai Bandungi
Provinsii Jawai Barat.i Dukcapil,i 6(2),i 133–159.
Gi Dubaili,i R.,i D.Li Warongan,i J.,i &i Budiarso,i N.i (2022).i Analisisi Perhitungani Pemotongani
Dani Pelaporani Pajaki Penghasilani Pasali 23i Padai Perumi Bulogi Kantori Wilayahi Suluti Dani
Gorontalo.i Analisisi Perhitungani Pemotongani Dani Pelaporani Pajaki Penghasilani Pasali
23i Padai Perumi Bulogi Kantori Wilayahi Suluti Dani Gorontalo,i 6(1),i 1–10.
Haryanto,i A.i C.,i Elim,i I.,i Pusung,i R.i J.,i Perhitungan,i A.,i Pemotongan,i D.i A.i N.,i Penghasilan,i
P.,i Akuntansi,i J.,i &i Ekonomi,i F.i (2021).i Analisisi Perhitungani Dani Pemotongani Pajaki
Penghasilani Pasali 21i Atasi Pegawaii Tetapi Padai Pt.i Jasaraharjai Puterai Cabangi Manado.i
Jurnali EMBA:i Jurnali Riseti Ekonomi,i Manajemen,i Bisnisi Dani Akuntansi,i 9(1),i 153–162.
Kurniyawati,i I.i (2019).i Analisisi Penerapani Perhitungani dani Pelaporani Pajaki Penghasilani
(PPh)i Pasali 21i atasi Karyawani Tetapi Padai Pt.i Xi dii Surabaya.i JPENSI,i 4(2),i 1057–1068.i
https://doi.org/https://doi.org/10.30736/jpensi.v4i2.244
Maghfirah,i N.,i Sari,i S.i N.,i &i Paramita,i M.i H.i (2018).i Analisisi Pemotongan,i Penyetorani Dani
Pelaporani Pphi Pasali 21i Padai Pti Bantimurungi Indah.i Jurnali PABEANi …,i 3(1),i 65–78.
Peraturani Pemerintahi Republiki Indonesiai Noi 36i Tahuni 2021i Tentangi Pengupahan,i 53i Journali
ofi Chemicali Informationi andi Modelingi 6i (2021).
Peraturani Menterii Keuangani Indonesiai Nomori 102/PMK.010/2016,i (2016).i
Resmi,i S.i (2019).i Perpajakan:i Teorii dani Kasus,i Edisii 11,i Bukui 1.i Salembai Empat.i
Sugiyono,i D.i (2017).i Metodei Penelitiani Kuantitatif,i Kualitatif,i dani Tindakan.
Undang-Undangi Republiki Indonesiai Nomori 36i Tahuni 2008i Tentangi Perubahani
Keempati Atasi Undang-Undangi Nomori 7i Tahuni 1983i Tentangi Pajaki Penghasilan,i
(2008).

10

Anda mungkin juga menyukai