Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EVOLUSI & REFORMASI BANK SENTRAL

Oleh:
Kelompok 1

SABRINA APRILIA : 6120101220003


MUHAMMAD RIDHO : 6120101220007

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU SOSIAL & HUMANIORA

UNIVERSITAS BORNEO LESTARI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Andika Jaya Maulana, S.E,.M,M
sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Operasional yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Banjarbaru, 19.Oktober 2023


DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..

BAB II: PEMBAHASAN

1. Evolusi Bank Sentral……………………………………………………………..


2. Reformasi Bank Sentral…………………………………………………………
BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………

B. Saran………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bank sentral sendiri yang secara umum yang memiliki pengertian sebuah instansi yang
memiliki banyak tanggung jawab atas kebijakan moneter sebuah wilayah negara. Bank sentral
mempunyai sebuah peran untuk menjaga stabilitas harga maupun nilai mata uang yang telah
berlaku pada negara tersebut, yang banyak dikenal dengan istilah inflasi.

Bank sentral wajib menjaga agar tingkat inflasi terkendali serta selalu dalam nilai
serendah mungkin maupun pada posisi optimal untuk perekonomian, dengan bentuk
mengontrol keseimbangan pada jumlah barang serta uang. Apabila dalam jumlah uang yang
telah beredar terlalu banyak, bank sentral juga telah berhak menggunakan sebuah otoritas yang
dimilikinya.

Di Indonesia sendiri, fungsi dari sebuah bank sentral oleh Bank Indonesia. Bank
Indonesia merupakan sebuah lembaga negara yang independen, bebas dari urusan Pemerintah
maupun pihak lain, kecuali pada hal-hal yang secara tegas serta diatur pada undang-undang.

Fungsi bank sentral di indonesia ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Peran serta
tugas Bank Indonesia yang sebagai bank sentral sudah mengalami merupakan evolusi yang
cukup panjang dari yang berawal sebagai bank sirkulasi, kemudian pernah menjadi sebuah
agen dalam pembangunan dari pemerintah, dan terakhir pada tahun 1999 telah menjadi sebuah
lembaga yang independen dengan tujuan tunggal yaitu untuk mencapai kestabilan.

Bank sentral adalah instansi yang umumnya bertanggung jawab mengelola mata uang
dan kebijakan moneter di suatu negara. Tugas utamanya mencakup menjaga stabilitas mata
uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial. Berbeda dengan bank komersial, bank
sentral memiliki monopoli dalam meningkatkan basis moneter.

Bank Sentral adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi
sistem keuangan di suatu negara. Artinya, Bank Sentral juga bertanggung jawab agar keuangan
suatu negara tetap stabil.

Di samping itu, Bank Sentral juga mengeluarkan kebijakan moneter dan mengatur
jumlah uang yang beredar di negara tersebut. Nah, kalau di Indonesia, Bank Sentral yang
ditunjuk oleh undang-undang adalah Bank Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mengetahui Pengertian Bank Sentral. Ada beberapa masalah yang perlu
di bahas, yaitu :

1. Bagaimanakah Evolusi & Reformasi Bank Sentral?


2. Ada berapa periode dalam Bank Sentral di dunia?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang Bank Sentral
2. Untuk menganalisis Evolusi & Reformasi Bank Sentral
BAB II
PEMBAHASAN
2. Evolusi Bank Sentral
2.1 Sejarah Bank Sentral
Sejarah bank sentral tidak terlepas dari sejarah dikenalnya sistem uang sebagai
alat tukar dalam perdagangan dan perekonomian secara umum, dan mulai
ditemukannya metode perbankan untuk pertama kalinya dalam perekonomian dan
perdagangan suatu negara. Di mana pada zaman dahulu alat tukar yang digunakan
adalah memang berupa uang yang memang memiliki nilai intrinsik yang sama
terhadap material yang terbuat dari uang tersebut. Biasanya berupa uang logam
(emas, perak, perunggu, dll) yang memiliki nilai intrinsik yang sama terhadap nilai
dari uang logam tersebut. Artinya jika uang logam emas seberat 1 gram bernilai
1000 misalnya, pada saat itu memang karena emas dengan kondisi 1 gr tersebut
ketika diperdagangkan/dipertukarkan di mana-mana nilainya adalah 1000. Alat
tukar dengan uang logam seperti ini sudah lebih maju dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya di mana perdagangan dilakukan dengan alat tukar yang belum
bisa diterima oleh banyak kalangan atau bahkan sistem barter langsung terhadap
barang yang diperdagangkan di mana ini menjadi cikal-bakal dimulainya
perdagangan dalam sejarah peradaban manusia.
Seiring dengan waktu dan terus berkembangnya perdagangan dan
perekonomian, alat tukar berupa uang logam tersebut mulai menjadi keterbatasan
karena memang ketersediaan sumber daya alam yang terbatas untuk mencetak
jenis uang seperti itu, dan ini menghambat potensi untuk berkembang lebih
besarnya lagi perekonomian suatu negara sementara jenis-jenis produk baru dan
bentuk industri baru sangat potensial untuk muncul namun amat disayangkan jika
aktivitas perdagangan dan perekonomian secara umum harus terhambat karena
mengikuti kemampuan ketersediaan uang berupa logam yang sangat terbatas
tersebut.Untuk itulah kemudian dikenal sistem uang kertas yang pertama kali
ditemukan melalui sistem penjaminan yang dalam hal ini dilakukan oleh suatu
badan penjamin sekaligus penyimpan yang disebut bank, di mana uang kertas
yang dikeluarkan oleh bank tersebut dijamin memiliki nilai yang sama atau
dijanjikan akan memiliki nilai beberapa kali lebih besar terhadap emas atau uang
logam yang di simpan oleh nasabah/masyarakat pada waktu mendatang atau pada
masa yang ditentukan. Pada praktik dan perkembangannya masing-masing, bank-
bank yang pada saat itu membuat aturannya sendiri-sendiri dan jenis-jenis
jaminan/uang kertasnya masing-masing yang sangat potensial merugikan
masyarakat karena belum dikelola negara untuk memastikan tidak adanya
penyimpangan atau aturan yang tidak adil. Di mana pada suatu ketika seorang
nasabah berniat untuk mengambil kembali emas atau uang logam yang disimpan
pada bank tersebut dengan cara menukar kembali uang kertas yang dia dapat dari
bank tersebut ternyata harus kecewa karena uang logam yang dia terima lebih
sedikit dari yang dijanjikan atau bahkan lebih kecil dari jumlah yang sama dari
yang pernah ia simpan ke bank tersebut. Pada masa itulah mulai terjadi untuk
pertama kalinya dalam sejarah model-model fraud dan rekayasa dalam sektor
industri yang baru ini, yaitu sektor keuangan.
Sejak itulah negara menyadari perlunya suatu bank sentral yang selanjutnya
didirikan dengan tujuan untuk memastikan adanya satu jenis mata uang kertas
yang sama dan berlaku di suatu negara tersebut agar memiliki nilai yang stabil dan
dapat dipercaya karena dijamin oleh negara (dengan cara awalnya negara
menjamin uang kertas tersebut dengan sejumlah emas deposit atau logam berharga
lainnya yang dicadangkan setiap mencetak nominal uang tersebut, namun
belakangan tidak lagi dan jaminannya hanya atas nama negara saja atau sejumlah
kecil emas) dan dapat dipergunakan terus menerus oleh masyarakat dalam
menjalankan aktivitas perekonomiannya di negara tersebut. Dan dengan
kewenangannya, bank sentral mengatur jumlah uang yang beredar agar dapat
menggerakkan roda perekonomian dengan keseimbangan yang tepat antara
peredaran jumlah uang dan barang, dan dapat terus saling mengembangkan,
dengan cara tidak sampai menyebabkan kelebihan jumlah likuiditas/uang yang
beredar dalam perekonomian negara tersebut yang dapat menyebabkan inflasi
(naiknya harga-harga atau turunnya nilai uang), dan juga sebaliknya jangan
sampai terjadi kekurangan likuiditas yang dapat menyebabkan perekonomian sulit
bergerak apalagi untuk berkembang.
2.2 Kemunculan Lembaga Bank Sentral di Abad ke-19
Lembaga yang dikenal sebagai bank sentral muncul atau didirikan sebagai bank
umum atau bank pemerintah. Evolusi mereka menjadi bank sentral terjadi karena adanya
monopoli penerbitan surat utang dan peran mereka sebagai lender of last resort, serta fungsi-
fungsi lainnya. Menjalankan bisnis komersial secara besar-besaran menimbulkan konflik
kepentingan, sehingga praktik ini ditinggalkan. Menetapkan tingkat ketergantungan yang
tepat merupakan hal yang sulit dan berubah pada saat krisis. Independensi itu penting: hal ini
membantu membangun reputasi, yang merupakan segalanya di perbankan. Depresi Hebat,
yang banyak dikaitkan dengan perilaku Bank Sentral yang tidak kompeten, mengganggu
independensi bank sentral, namun perilaku harga yang buruk menyebabkan hal tersebut
kembali terjadi. Pada abad ke-19, laissez faire dan standar emas mendorong dan terkadang
memberikan kebebasan yang cukup besar. Perubahan yang lebih besar terjadi dalam
lingkungan pemerintahan baru setelah Depresi Besar dan bangkitnya perekonomian yang
dikelola. Perekonomian dalam masa transisi menghadapi inflasi yang tinggi dan masalah
menjaga stabilitas moneter seperti yang dialami negara-negara berkembang yang baru
merdeka pada tahun 1960an. Bagaimana cara mengendalikan inflasi? Di bawah rezim fiat,
jumlah uang beredar dikendalikan oleh otoritas moneter domestik. Namun bisakah mereka
mengendalikan pertumbuhan moneter? Catatan sebelumnya dan saat ini tidak
menggembirakan. Akankah pihak berwenang mempunyai kredibilitas yang mereka perlukan?
Pilihannya termasuk mempertahankan nilai tukar tetap atau menghidupkan kembali dewan
mata uang. Dewan mata uang berfungsi seperti bank sentral independen, memegang
cadangan dan mengikat mata uang domestik dengan mata uang asing yang kuat. Terdapat
kelemahan pada dewan mata uang, terutama bagi negara-negara dalam masa transisi. Hal ini
membutuhkan pengorbanan kedaulatan yang besar, dan sepertinya tidak akan menarik bagi
negara-negara yang baru mulai memulihkan kedaulatannya yang hilang.
2.3 Evolusi Kelembagaan Bank Sentral
Sejak penerbitan The Evolution of Central Banks karya Goodhart ( 1988 ) , para
ahli jarang mengkaji sifat bank sentral, peran fundamentalnya, dan evolusinya (Bindseil
2020 ; Giannini 2011 ; Ugolini 2017 ).Catatan kaki1 Kurangnya evaluasi kritis terhadap
pendirian bank sentral dan dasar pemikiran kelembagaan mereka menjadi lebih akut
dalam literatur pascakrisis (Calomiris dan Haber 2014 ; Paniagua 2016a , b , 2017 ,
2020 ). Gambaran umum Goodhart ( 1988 ) mengenai pendirian awal bank sentral
sebagian didasarkan pada catatannya mengenai Bank of England (BoE) (Selgin 1993 ).
Demikian pula, V. Smith ( 1990 [1936]) berupaya mengeksplorasi asal usul dan
perkembangan bank sentral dengan fokus khusus pada Bank Dunia. Bank dengan
demikian tidak diragukan lagi merupakan contoh paradigmatik tentang bagaimana bank
nirlaba menjadi bank para bankir, dan, akhirnya, menjadi bank sentral (Capie dkk.
1994; Thornton 1978 [ 1802 ]).Catatan kaki2

Fokus Goodhart dan V. Smith pada BoE menggemakan keprihatinan awal


Bagehot ( 1873 ) mengenai pembentukan bank sentral. Seperti Goodhart dan V. Smith,
Bagehot ( 1873 ) menganggap Bank Dunia sebagai contoh paradigmatik tentang
bagaimana bank sentral muncul dan berkembang dari proses keterikatan politik yang
dimulai oleh intervensi pemerintah dalam sistem perbankan. Dinamika politik ini—
yang diisyaratkan oleh V. Smith, Thornton ( 1978 [1802]), dan Bagehot—menjadi
fokus utama artikel ini. Analisis ini memberikan bukti lebih lanjut yang menantang
klaim Goodhart ( 1988 ) dan Congdon ( 1981 ) bahwa bank sentral muncul secara alami
dan oleh karena itu secara institusional dan logis sangat diperlukan.

Meskipun para ilmuwan sosial telah mencapai kemajuan penting dalam menjelaskan
gagasan evolusi kelembagaan dan bagaimana perubahan kelembagaan terjadi dalam
tatanan sosial (Blyth et al. 2011 ; North 2005 ; Ostrom 2014 ; Van den Bergh dan Stagl
2004 ), masih sedikit penelitian yang memperluas gagasan-gagasan ini menjadi teori
perbankan atau evolusi kelembagaan bank sentral.Catatan kaki3 Karya penting Ostrom
( 1990 ) tentang mengatur milik bersama telah diperluas ke gagasan tata kelola
keuangan urusan perbankan sistemik, seperti bank run, pemantauan mandiri, dan
ketahanan keuangan (Salter dan Young 2018; Paniagua , 2016b , 2020 ) . Namun,
kesenjangan yang masih ada dalam literatur perbankan melibatkan pembentukan bank
sentral pada tahap awal dan pengembangan kelembagaan (Bindseil 2020 ; Salter 2014
). Kegagalan untuk memperluas analisis dan wawasan kelembagaan ke dalam literatur
perbankan telah memiskinkan pemikiran makroekonomi dan, pada akhirnya,
mempengaruhi cara pandang para ekonom tentang lembaga perbankan, membuat
mereka secara konseptual terjebak dalam dikotomi seperti anarki perbankan versus
bank-bank yang berorientasi pada pemerintah (Calomiris dan Haber 2014 ). Dengan
meminjam kerangka kerja Calomiris dan Haber ( 2014 ), artikel ini berkontribusi untuk
mengisi kesenjangan tersebut pada bank sentral awal dengan menganalisis kasus Bank
of England pada awal pendiriannya dan perkembangan selanjutnya, 1694–1708,
kemudian perubahan institusional yang penting selama periode tersebut. 1797–1821
dan sampai tahun 1890.
Evolusi kelembagaan bank-bank proto-sentral awal, berdasarkan pada
pemeriksaan perkembangan historis BoE sebagai studi kasus evolusi perbankan yang
paradigmatik—namun tidak disengaja (Goodhart 1988 ) . Seperti Blyth dkk. ( 2011 :
hal. 307) menyadari, 'banyak ilmuwan sosial saat ini sedang mencari pemahaman yang
lebih baik tentang asal usul dan mekanisme perubahan institusional dan politik.
Masalahnya adalah sebagian besar model ilmu sosial mengasumsikan mekanisme yang
tetap.' Permasalahan ini sangat akut dalam literatur perbankan dan fiskal yang biasanya
memperlakukan institusi sebagai hasil keseimbangan rasional dari strategi
pemaksimalan satu kali (Broz 1998 ). Sebaliknya, ekonomi politik dapat digunakan
untuk menguji bank sentral; hal ini dapat memperluas gagasan sempit tentang institusi
sebagai keseimbangan yang mapan dalam memaksimalkan pertukaran yang rasional
(Blyth dkk. 2011 ; Salter dan Tarko 2019 )Catatan kaki4 dan oleh karena itu mempunyai
kapasitas untuk menjelaskan fenomena perubahan kelembagaan (Ostrom 1990 , 2014
).

Dibangun dari argumen utama Goodhart ( 1988 ) dan wawasan teoretis dan historis
Broz ( 1998 ), artikel ini mengusulkan alasan alternatif untuk memahami kemunculan
bank-bank sentral proto (sebelum tahun 1800-an). Alternatif ini penting untuk
mengembangkan penjelasan kelembagaan guna membantu menjelaskan mengapa bank
sentral didirikan dan bagaimana bank sentral berkembang.

3. Reformasi Bank Sentral

Penggunaan alat pembayaran dan perbankan yang sangat sederhana, sudah ada
sejak periode sebelum masehi. Kontrol pemerintah atas uang sendiri tercatat dalam
ekonomi Mesir Kuno pada 2750-2150 SM. Pada saat itu, orang-orang Mesir melakukan
pembayaran dengan mengukur nilai suatu barang menggunakan logam, seperti emas,
perak, perunggu, dan sejenisnya. Seiring berjalannya waktu, penggunaan logam mulai
menurun seiring dengan berkurangnya ketersediaan sumber daya alam untuk mencetak
jenis alat pembayaran ini. Setelah uang logam memudar, jaringan bank profesional
mulai didirikan di Eropa Selatan dan Eropa Tengah pada abad pertengahan. Pada masa
ini, sistem moneternya sendiri masih dikontrol oleh pemerintah, terutama soal mata
uang. Namun, bank memiliki wewenang untuk mengeluarkan, meminjamkan, dan
mentransfer uang tanpa kontrol langsung dari pemerintah. Guna mengonsolidasikan
sistem moneter, maka jaringan bank pertukaran publik didirikan pada awal abad ke-17
di pusat-pusat perdagangan Eropa. Pada 1609, didirikan bank transfer publik pertama
yaitu Amsterdam Wisselbank di Belanda, yang kemudian diikuti dengan pendirian di
Hamburg, Venesia, dan Nuremberg. Bank tersebut menawarkan fasilitas pembayaran
internasional tanpa menggunakan uang tunai. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
efisiensi perdagangan internasional dan menjaga stabilitas moneter. Bahkan bank
tersebut juga mengeluarkan mata uang sendiri yang disebut Mark Banco.Berdirinya
Amsterdam Wisselbank ini dianggap sebagai cikal bakal bank sentral modern.

Pada 1694, muncul bank sentral di Inggris yang dirancang oleh Charles Montagu,
bernama Bank of England. Bank of England merupakan model dasar bagi berbagai bank
sentral di penjuru dunia saat ini. Terbentuknya Bank of England didasari oleh kondisi
keuangan serta kredit Inggris yang saat itu sedang sangat rendah. Alhasil, Inggris tidak
mungkin bisa meminjam uang untuk membiayai Perang Sembilan Tahun dengan
Prancis.Montagu lantas mengusulkan pendirian Bank of England, yang diberikan
kepemilikan eksklusif atas saldo asing, dan merupakan satu-satunya instansi yang
diizinkan untuk menerbitkan uang kertas. Ide Montagu pun berhasil, dan dalam waktu
12 hari, Bank of England telah mendapatkan lebih dari satu juta euro, yang kemudian
digunakan untuk membangun kembali angkatan laut Inggris. Meski Bank of England
menandai asal-muasal berdirinya bank sentral, namun instansi ini belum memiliki
kewenangan seperti bank sentral modern. Misalnya seperti kewenangan dalam mengatur
nilai mata uang nasional, membiayai pemerintah, dan menjadi distributor uang kertas.
Fungsi bank sentral modern baru berkembang secara perlahan selama abad ke-18 dan ke-
19. Pada awalnya, status Bank of England adalah milik swasta. Barulah pada 1844
melalui The Bank Charter Act 1844, statusnya resmi beralih dari milik perseorangan
menjadi institusi publik. Oleh karena itu, banyak yang menganggap pengesahan The
Bank Charter Act sebagai tonggak lahirnya bank sentral.

Sepanjang abad ke-19, bank sentral mulai didirikan oleh banyak negara di Eropa.
Napoleon mendirikan Banque de France pada 1800, dalam upaya meningkatkan
pembiayaan perangnya. Banque de France pun menjadi bank sentral terpenting di Eropa
sepanjang abad ke-19. Setelah itu, disusul berdirinya Bank Finlandia (1812), dan bank
sentral di Australia (1920), Amerika (1913), Peru (1922), Kolombia (1923), Meksiko dan
Chili (1925), Kanada dan Selandia Baru (1934), dan China (1948).

Sejarah berdirinya bank sentral di Indonesia bermula dari De Javasche Bank


(DJB), yang dibentuk Belanda pada 1828 guna mengatasi permasalahan ekonomi yang
menimpa koloni Hindia Belanda. DJB dibentuk sebagai bank sirkulasi yang berfungsi
untuk melakukan reformasi keuangan dan menerapkan sistem moneter yang seragam
di wilayah Hindia Belanda.Selama DJB berjalan, bank ini mampu menyelesaikan
masalah moneter, khususnya dalam hal munculnya mata uang tembaga secara berlebih
dan menerapkan standar nilai tukar emas. Setelah kemerdekaan, DJB diambil alih oleh
Pemerintah Revolusi Indonesia dan diubah menjadi Bank Indonesia pada 1952. Bank
Indonesia baru ditetapkan sebagai bank sentral lewat Undang-undang No. 23 Tahun
1999.

BAB III

PENUTUP
4. SIMPULAN DAN SARAN

Bank Sentral adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk mengatur dan
mengawasi sistem keuangan di suatu negara. Artinya, Bank Sentral juga bertanggung
jawab agar keuangan suatu negara tetap stabil.

Di samping itu, Bank Sentral juga mengeluarkan kebijakan moneter dan mengatur
jumlah uang yang beredar di negara tersebut. Nah, kalau di Indonesia, Bank Sentral yang
ditunjuk oleh undang-undang adalah Bank Indonesia.

Sejarah Bank Sentral terbentuk mulai dari zaman Mesir kuno pada tahun 2750-
2150 SM yang pada saat itu menggunakan system pembayaran dengan mengukur nilai
suatu barang menggunakan logam, seperti emas, perak, perunggu dan sejenisnya. Setelah
uang logam memudar, jaringan bank profesional mulai didirikan di Eropa Selatan dan
Eropa Tengah pada abad pertengahan.

Pada 1694, muncul bank sentral di Inggris yang dirancang oleh Charles Montagu,
bernama Bank of England. Bank of England merupakan model dasar bagi berbagai bank
sentral di penjuru dunia saat ini. Terbentuknya Bank of England didasari oleh kondisi
keuangan serta kredit Inggris yang saat itu sedang sangat rendah. Meski Bank of England
menandai asal-muasal berdirinya bank sentral, namun instansi ini belum memiliki
kewenangan seperti bank sentral modern. Misalnya seperti kewenangan dalam mengatur
nilai mata uang nasional, membiayai pemerintah, dan menjadi distributor uang kertas.
Fungsi bank sentral modern baru berkembang secara perlahan selama abad ke-18 dan ke-
19. Pada awalnya, status Bank of England adalah milik swasta. Barulah pada 1844 melalui
The Bank Charter Act 1844, statusnya resmi beralih dari milik perseorangan menjadi
institusi publik. Oleh karena itu, banyak yang menganggap pengesahan The Bank Charter
Act sebagai tonggak lahirnya bank sentral.

Sepanjang abad ke-19, bank sentral mulai didirikan oleh banyak negara di Eropa.
Napoleon mendirikan Banque de France pada 1800, dalam upaya meningkatkan
pembiayaan perangnya. Banque de France pun menjadi bank sentral terpenting di Eropa
sepanjang abad ke-19. Setelah itu, disusul berdirinya Bank Finlandia (1812), dan bank
sentral di Australia (1920), Amerika (1913), Peru (1922), Kolombia (1923), Meksiko dan
Chili (1925), Kanada dan Selandia Baru (1934), dan China (1948).

Sejarah berdirinya bank sentral di Indonesia bermula dari De Javasche Bank (DJB),
yang dibentuk Belanda pada 1828 guna mengatasi permasalahan ekonomi yang menimpa
koloni Hindia Belanda. DJB dibentuk sebagai bank sirkulasi yang berfungsi untuk
melakukan reformasi keuangan dan menerapkan sistem moneter yang seragam di wilayah
Hindia Belanda.Selama DJB berjalan, bank ini mampu menyelesaikan masalah moneter,
khususnya dalam hal munculnya mata uang tembaga secara berlebih dan menerapkan
standar nilai tukar emas. Setelah kemerdekaan, DJB diambil alih oleh Pemerintah Revolusi
Indonesia dan diubah menjadi Bank Indonesia pada 1952. Bank Indonesia baru ditetapkan
sebagai bank sentral lewat Undang-undang No. 23 Tahun 1999.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam makalah ini yang memberitahu tentang
Evolusi & Reformasi Bank Sentral yang sangat bermanfaat untuk kalangan Masyarakat &
Mahasiswa yang belum mengetahui Sejarah terbentuknya Bank Sentral mulai zaman Mesir
Kuno, Eropa, Indonesia & juga menyebar luas keseruluruh dunia.

https://ideas-repec-
org.translate.goog/p/wbk/wbrwps/1534.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_
pto=tc
https://link-springer-com.translate.goog/article/10.1007/s00191-021-00759-
y?error=cookies_not_supported&code=d1a995bd-9c9d-4cbf-a5f9-
2d3004745548&_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://www.kompasiana.com/amp/dheaseptianggraeini0320/5fa25df08ede48383455b2e2/kel
embagaan-bank-sentral-pengertian-evolusi-pendekatan-makro-dan-mikro-prudential

https://www.academia.edu/35357133/MAKALAH_BANK_SENTRAL

https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/13/090000679/sejarah-bank-sentral-di-dunia

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_sentral

https://www.gramedia.com/literasi/bank-sentral/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6426961/bank-sentral-pengertian-fungsi-tugas-dan-
wewenangnya/amp

https://www.brainacademy.id/blog/bank-sentral-pengertian-fungsi-tugas-wewenang-contoh

https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-bank-sentral-tugas-dan-wewenangnya-perlu-
diketahui-
kln.html#:~:text=Pengertian%20bank%20sentral%20adalah%20suatu,mengawasi%20sistem
%20keuangan%20suatu%20negara.

Anda mungkin juga menyukai