Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH TEKNIK MODELING TERHADAP KEJENUHAN

BELAJAR SISWA SMP IT LIDDARAIN NW TANGAR, DESA


SUKARARA, KEC. SAKRA BARAT TAHUN PELAJARAN 2023/2024

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu


Pendidikan Dan Psikologi Universitas Mandalika Mataram, Sebagai Salah Satu
Persyaratan Untuk Melaksanakan Penelitian

OLEH :
DESTY HUMAIRO ZN
NIM : 20171031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
MATARAM
2024

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

i
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PISIKOLOGI (FIPP)
Alamat: Jln. Pemuda No.59 A Mataram, Telp/Tax (0370) 632082

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

Proposal Berjudul: Pengaruh Teknik Modeling Terhadap Kejenuhan Belajar

Siswa SMP IT Liddaraian NW Tangar, Desa Sukarara, Kec. Sakra Barat Tahun

Pelajaran 2023/2024. Disetujui untuk digunakan dalam penelitian.

Mataram, 23 Januari 2024

Pembimbing I Pembimbing II

Mustakim, M.Pd Khairul Huda, M.Pd


NIDN. 0801018102 NIDN. 0815068902

Dekan FIPP UNDIKMA

Suharyani, M.Pd
NIDN. 0824117301

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti haturkan kepada Allah SWT. Yang telah

melimpahkan Karunia dan Rahmat-Nya sehingga penyususnan proposal

penelitian skripsi yang berjudul “PENGARUH TEKNIK MODELING

TERHADAP KEJENUHAN BELAJAR SISWA SMP IT LIDDARAIN NW

TANGAR, DESA SUKARARA, KEC. SAKRA BARAT TAHUN PELAJARAN

2023/2024. Tidak lupa pula shalawat beriring salam peneliti panjatkan kepada

junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Penyusuna proposal penelitian skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

menyelesaikan program sarjana (S-1) pendidikan pada program studi Bimbingan

dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Pendidikan

Mandalika. Dalam penyusunan proposal penelitian ini peneliti ingin mengucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu,

diantaranya:

1. Ibu Suharyani, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan

Psikologi Universitas Pendidikan Mandalika.

2. Ibu Farida Herna Astuti, M.Pd. Selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Pendidikan

Mandalika.

3. Bapak Drs. I Made Gunawan, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membantu dan mengarahkan selama proses

akademik.

4. Bapak Mustakim, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan dukungan motivasi dan masukan sehingga proposal

iii
penelitian skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu.

5. Bapak Khairul Huda, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan peneliti.

6. Kepada seluruh dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan

peneliti pengalaman dalam menimba ilmu peneliti ucapkan terimakasih.

Peneliti tentunya menyadari bahwa pembuatan proposal skripsi ini masih

banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu peneliti berharap kepada

semua pihak agar dapat menyampaikan kritik dan saran yang membangun untuk

menambah kesempurnaan skripsi ini.

Mataram, 23 Januari 2024

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 8

C. Tujuan Peneltian................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian............................................................................. 8

E. Asumsi Penelitian.............................................................................. 9

F. Lingkup Penelitian............................................................................. 10

G. Definisi Operasional Judul................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 12

A. Deskripsi Teori................................................................................... 12

1. Teknik Modeling.......................................................................... 12

a. Pengertian Teknik Modeling.................................................. 12

b. Tujuan Teknik Modeling....................................................... 16

c. Prinsip-prinsip Teknik Modeling........................................... 17

d. Macam-macam Teknik Modeling.......................................... 18

e. Tahap Belajar Dalam Teknik Modeling................................ 19

f. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Percontohan (Modeling) 21

g. Pengaruh Modeling................................................................ 22

h. Langkah-langkah Modeling................................................... 23

v
2. Kejenuhan Belajar........................................................................ 24

a. Pengertian Kejenuhan Belajar................................................ 24

b. Jenis-jenis Kejenuhan............................................................ 26

c. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar...................................... 27

d. Tanda-tanda dan Gejala-gejala Kejenuhan Belajar................ 30

e. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar....................................... 31

B. Hasil Penelitian Yang Relevan.......................................................... 33

C. KerangkaBerpikir............................................................................... 38

D. Hipotesis Penelitian........................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 40

A. Rancangan Penelitian......................................................................... 40

B. Populasi dan Sampel.......................................................................... 42

C. Instrumen Penelitian.......................................................................... 43

D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 44

E. Teknik Analisis Data.......................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 49

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan masyarakat

untuk memperoleh suatu pembelajaran. Di setiap negara tentunya memiliki

kebijakan tentang pendidikan agar dapat menghasilkan dan mengembangkan

sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu bersaing secara

mendunia. Secara detail dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang

sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang diterima oleh setiap individu, tentunya dapat

memberikan manfaat dalam keberlangsungan hidupnya, seperti

kemampuannya dalam berkomunikasi, dan memahami pembelajaran maupun

informasi yang diperolehnya, tentunya hal ini sesuai dengan fungsi dari

pendidikan itu sendiri. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 Pasal 3 juga telah tertulis secara jelas

bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

0
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk tercapainya fungsi dan tujuan dari pendidikan tersebut, saat ini

pemerintah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan

yang di dalamnya memuat tentang kegiatan pembelajaran, seperti melakukan

perubahan terhadap kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan

kebutuhan siswa yakni kurikulum merdeka, penggunaan strategi pembelajaran

yang lebih fleksibel namun kreatif dan inovatif yang dekat dengan

lingkungan, serta penggunaan serangkaian perangkat pembelajaran yang

transparan untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam menerima,

memahami, mengolah dan mengimplementasikan hasil belajarnya.

Kegiatan belajar yang menarik, kreatif, inovatif dan melibatkan

banyak pengalaman belajar akan menghasilkan perubahan perilaku individu

yang lebih baik dan signifikan dari sebelumnya. Menurut pendapat (Yuliana,

2018) mengungkapkan bahwa “Belajar merupakan wujud dari pertumbuhan

dan perubahan dalam diri seseorang yang terlihat dari cara bertingkah laku

berdasarkan hasil latihan dan pengalaman yang telah dilaluinya”.

Namun dalam mengembangkan budaya belajar tersebut perlu belajar

yang mana dan bagaimana itu diupayakan untuk diwujudkan. Dengan kata

lain, persoalan belajar sebagai budaya yang dikembangkan, tidak bisa

dipisahkan dengan hakikat manusia baik yang belajar maupun yang

membelajarkan. Secara tersirat persoalan-persoalan seperti itu seharusnya

1
menjadi rujukan dalam membahas maslah-maslah belajar.

Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh

setiap orang. Maka dari itu banyak ahli-ahli membahas dan menghasilkan

berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran

setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori-

teori itu dalam praktek kehidupan yang paling cocok dengan situasi

kebudayaan kita. Pemakaian teori-teori belajar dengan situasi formal lebih

dibatasi dalam lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. Pandangan/teori

tentang belajar menurut ahli tertentu akan menentukan bagaimana seharusnya

"menciptakan" belajar itu sendiri, dan usaha itu lazimnya dikenal dengan

mengajar.

Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh

banyak faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri adalah penting untuk mengetahui

faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi tidak hanya

bagi pelajar tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar

di dalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar sedemikian hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.

Dalam keseluruhan proses belajar-mengajar terjadilah interaksi antara

berbagai komponen. Masing-masing komponen diusahakan saling pengaruh-

mempengaruhi sedemikian hingga dapat tercapai tujuan pendidikan dan

pengajaran. Salah satu komponen yang utama adalah siswa; hal itu dapat

dipahami karena yang harus mencapai tujuan (atau yang harus berkembang)

adalah sistem dan oleh karena itu siswalah yang harus belajar. Sehingga

2
pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru maupun pembimbing

agar dapat menciptakan situasi yang tepat serta memberi pengaruh yang

optimal bagi siswa untuk dapat belajar yang berhasil.

Selain itu, proses pembelajaran yang ada disekolah seringkali

membuat siswa mengalami stres dikarenakan banyaknya tuntutan dan harapan

yang harus dipenuhi baik dari lingkungan sekolah maupun dari lingkungan

keluarga. Siswa yang kemampuan akademiknya kurang ataupun siswa yang

dianggap pintar sekalipun bisa mengalaminya. Banyaknya aktivitas atau

kegiatan disekolah, serta tuntutan yang ada yang harus dialami oleh siswa

dapat menyebabkan siswa mengalami gejala-gejala seperti siswa merasa

kelelahan pada seluruh bagian indera, dan kurang bersemangat dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, timbul rasa bosan,

kurang termotivasi, kurang perhatian, tidak ada minat, serta tidak

mendatangkan hasil. Dari gejala-gejala tersebut yang nampak dapat

dinyatakan bahwa siswa mengalami kejenuhan belajar.

Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak

mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jenuh atau

bosan, peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam

proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah

memubajirkan usahanya. Menurut Muhibbin Syah (2017: 180-181)

menyatakan bahwa seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa

seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak

mengalami kemajuan. Kejenuhan belajar umumnya tidak berlangsung

3
selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja. Seorang siswa yang

mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan

kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya

kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung sebelumnya,

tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak

sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu

berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.

Berdasarkan pendapat Muhibbin Syah (2017:181) maka ciri-ciri

kejenuhan belajar adalah merasa bahwa pengetahuan dan kecakapan dalam

proses belajar tidak ada kemajuan, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagai

mana yang diharapkan dalam memproses informasi atau pengalaman,

kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang sedang mengalami

kejenuhan dalam belajarnya seakan-akan “jalan ditempat” atau tidak ada

perkembangan. Akibat yang dapat ditimbulkan karena siswa mengalami

kejenuhan dalam belajarnya, menurunnya nilai prestasi dalam belajar atau

memiliki prestasi yang rendah dalam belajar, membolos, tidak disiplin,

enggan untuk belajar, pasif di dalam kelas, ribut di kelas, sering meninggalkan

kelas, tidak menjawab pertanyaan, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Berdasarkan uraian diatas adapun salah satu pendekatan konseling

yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah tersebut adalah konseling

behavioristik, yang mana Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah

tentang tingkah laku manusia. Dalam kaitan ini, teknik-teknik dalam

konseling behavioristik sangat penting dan memiliki banyak fungsi. Teknik

4
yang tepat digunakan dalam mengatasi kejenuhan belajar adalah dengan

teknik modeling (peniruan). Menurut Gerald Corey (2013:221), “peniruan

modeling individu mengamati seorang model kemudian diperkuat untuk

menirukan tingkah laku sang model. Titik perhatian bagi individu yaitu suatu

model yang akan disediakan oleh konselor dengan tujuan agar individu dapat

menirukan tingkah laku yang ada didalam diri model sebagai perubahan

perilaku individu”. Mochamad Nursalim (2014: 121) modeling adalah suatu

strategi dalam konseling yang menggunakan proses belajar melalui

pengamatan terhadap model dan perubahan perilaku yang terjadi karena

peniruan. Teknik modeling digunakan dalam penelitian ini, agar siswa lebih

mudah memahami setiap permasalahan yang mereka hadapi serta menyadari

permasalahannya masing-masing dengan adanya percontohan langsung yang

akan ditampilkan dari dua orang subjek yang sudah ditentukan peneliti dengan

tujuan agar siswa yang mengalami kejenuhan bisa mengatasi kejenuhan yang

mereka hadapi.

Berdasarkan hasil observasi ketika KKN di Desa Sukarara, Kecamatan

Sakra Barat, yakni di SMP IT Liddarain NW Tangar merupakan salah satu

SMP yang terletak di Dusun Tangar di Desa Sukarara, peneliti menemukan

beberapa masalah pada proses belajar yang terus-menerus dilakukan para

siswa serta tekanan-tekanan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungannya.

Disebabkan karena peraturaan disekolah, metode belajar yang tidak

bervariasi, adanya ketegangan saat proses pembelejaran dan kurangnya

motivasi atau dukungan yang keluarga berikan kepada siswa sehingga

5
mengakibatkan siswa merasakan kejenuhan dalam belajar.

Siswa mengalami kelelahan emosi, kelelahan fisik, kelelahan kognitif,

dan kehilangan motivasi. Kelelahan emosi ditampilkan dengan indikasi antara

lain, bosan belajar, mudah tersinggung dengan teman, gampang marah, putus

asa dalam belajar dan terpaksa dalam belajar. Sedangkan kelelahan fisik

diantaranya mengantuk di kelas, gelisah saat belajar. Kelelahan kognitif

merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah atau pekerjaan

rumah (PR), tidak fokus memperhatikan saat guru menjelaskan materi, tidak

mengerti pelajaran tetapi tidak mau bertanya. Serta kehilangan motivasi

diantaranya tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri dan merasa

tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Peran

bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan bagi siswa dalam

membantu mengatasi kejenuhan belajar siswa.

Dalam upaya membantu siswa dalam mengatasi kejenuhan belajar,

maka peneliti tertarik untuk menawarkan pemecahan masalahanya dengan

teknik modeling. Teknik modeling adalah proses belajar melalui pengamatan,

sedangkan perilaku seseorang model atau beberapa orang model (contoh)

berperan sebagai perangsang terhadap pikiran, sikap atau perilaku dari

pengamat perilaku model. Sebagai teknik konseling modeling dapat

digunakan dalam latihan ketegasan, tritmen phobia, problem-problem perilaku

siswa dalam kelas. Di dalam konseling Behavioral kognitif dikenal adanya

tiga jenis modeling yaitu: (1) Live Model seperti terapis, konselor, guru atau

anggota keluarga. (2) Symbolic Model seperti tokoh,film atau cerita. (3)

6
Multiple Model seperti dalam kelompok, atau merubah sikapnya saat melihat

anggota lain dalam kelompok.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, hal tersebut sangat penting

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Teknik Modeling

Terhadap Kejenuhan Belajar Siswa SMP IT Liddarain NW Tangar, Desa

Sukarara, kec. Sakra Barat Tahun Pelajaran 2023/2024”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apakah Teknik Modeling Berpengaruh

Terhadap Kejenuhan Belajar Siswa SMP IT Liddarain NW Tangar, Desa

Sukarara, Kec. Sakra Barat?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak

dicapai pada penelitian ini adalah: “Untuk Mengetahui Pengaruh Teknik

Modeling Terhadap Kejenuhan Belajar Siswa SMP IT Liddarain NW Tangar,

Desa Sukarara, Kec. Sakra Barat”

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bimbingan dan

konseling mengenai pengaruh teknik modeling terhadap kejenuhan belajar

siswa.

2. Manfaat Praktis

7
a. Bagi Sekolah

Bagi siswa agar teratasinya masalah-masalah siswa yang

berkaitan dengan kejenuhan belajar, sehingga siswa dapat

menyelesaikan masalahnya sendiri dan mampu mencapai prestasi yang

maksimal dalam belajar.

b. Bagi guru

Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan

baru untuk meningkatkan layanan bimbingan dan konseling di

sekolah, khususnya untuk membantu siswa yang mengalami

kejenuhan belajar dengan menggunakan teknik modeling.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan maupun perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

E. Asumsi Penelitian

Suharsimi (2010:11) mengatakan bahwa asumsi penelitian merupakan

suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti. Sedangkan sumber lain

mengatakan “Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang

suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanaan

penelitian” (IKIP Mataram, 2011).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan

asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan atau dugaan dasar yang sudah

dipercaya dan diyakini kebenarannya tanpa adanya pem buktian dalam

melakukan suatu penelitian. dari anggapan dasar di atas, maka asumsi yang

8
diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Asumsi teoritis

Asumsi teoritis adalah yang berkenaan dengan kebenaran yang

melandasi permasalahan.

a. Guru bimbingan dan konseling memiliki peran untuk melaksanakan

layanan konseling belajar termasuk salah satunya teknik modeling

untuk karir siswa kedepannya sesuai dengan karakteristik siswa

masing-masing.

b. Setiap siswa memiliki gaya belajar atau keterampilan berpikir yang

berbeda-beda.

2. Asumsi metodik

Adapun metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Metode penelitian menggunakan metode eksperimental dengan

desain pre-test dan post-test

b. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode angket

(kusioner) sebagai metode pengumpulan data utama, wawancara,

observasi dan dokumentasi sebagai metode pelengkap.

c. Metode analisis data menggunakan analisis statistic dengan rumus

“t-test”.

3. Asumsi pelaksanaan

Penelitian ini berjalan lancar karena didukung oleh beberapa hal

sebagai berikut:

9
a. Tersedianya data yang menunjang penelitian.

b. Adanya kemampuan dari peneliti baik dari waktu,tenaga,biaya,

pengetahuan, dan kesiapan,

c. Adanya dosen pembimbing yang membimbing dan mengarahkan

peneliti dalam pengerjaan skripsi.

d. Cukup tersedianya buku atau literatur sebagai bahan acuan.

e. Adanya penerimaan yang baik dari pihak sekolah SMP IT Liddarain

NW Tangar, Desa Sukarara, Kec. Sakra Barat, sehingga proses

penelitian berjalan dengan lancar.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Perluas pembatasan ruang lingkup penelitian bertujuan untuk

membatasi penelitian yang akan dilakukan guna untuk memperlancar proses

penelitian. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian: SMP IT Liddarain NW Tangar, yang beralamat di Jl.

Balok Gubar, Dusun Tangar, Desa Sukarara, Kecamatan Sakra Barat,

Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB.

2. Subyek penelitian: Siswa SMP IT Liddarain NW Tangar Tahun Pelajaran

2023/2024.

3. Objek penelitian ini adalah kejenuhan Belajar siswa SMP IT Liddarain

NW Tangar, Desa Sukarara, Kec. Sakra Barat.

G. Definisi Operasional Judul

Peneliti memberikan batasan pada judul skripsi ini untuk

mempermudah pemahaman dan penafsiran istilah-istilah yang terkandung

10
dalam judul, serta untuk memudahkan setiap langkah dan proses penelitian.

Batasan-batasan tersebut meliputi: Pengaruh Teknik Modeling Terhadap

Kejenuhan Belajar Siswa SMP IT Liddarain NW Tangar, Desa Sukarara, Kec.

Sakra Barat Tahun Pelajaran 2023/2024. Istilah- istilah yang perlu dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pengertian Pengaruh

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “pengaruh adalah daya yang

ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk

watak, kepercayaan atau pebuatan seseorang” (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2008:1150)

2. Teknik Modeling

Teknik Modeling adalah proses belajar melalui pengamatan,

sedangkan perilaku seseorang model atau beberapa orang model (teladan)

berperan sebagai perangsang terhadap pikiran, sikap atau perilaku dari

pengamat perilaku model.

3. Kejenuhan Belajar

Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak

mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jenuh

atau bosan. Kejenuhan belajar adalah masalah yang banyak dialamin oleh

para pelajar dimana akibat serius dalam masalah terebut adalah

menurunnya keinginan dalam belajar, timbulnya rasa malas yang berat,

dan menurunnya prestasi belajar.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Teknik Modeling

a. Pengertian Teknik Modeling

Teknik modeling adalah salah satu teknik yang berada dalam

bagian terapi behavioristik, yang mana behaviorisme adalah suatu

pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya bahwa

tingkah laku itu tertib dan eksperimen yang dikendalikan dengan

cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan

tingah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode-

metode dan prosedur-prosedur pada data yang diamati. Behavior

memandang manusia sangat mekanistik, karena menganalogikan

manusia seperti mesin, konsep mekanistik menjelaskan mengenai

stimulus respons seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan

bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulus.

Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi

filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang

dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif

yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh

lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu

dipelajari. Meskipun berkeyakinan bahwa segenap tingkah laku pada

dasarnya merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan

12
faktor-faktor genetik, para behaviors memasukan pembuatan putusan

sebagai salah satu bentuk tingkah laku. Pandangan para behaviors

tentang manusia sering kali didistorsi oleh penguraian yang terlalu

menyerdehanakan tentang individu sebagai bidak nasib yang tak

berdaya yang semata-mata ditentukan oleh pengaruh-pengaruh

lingkungan dan keturunan dan dikerdilkan menjadi sekedar organisme

pemberi respon. Terapi tingkah laku kontemporer bukanlah suatu

pendekatan yang sepenuhnya deterministik dan mekanistik, yang

menyingkirkan potensi para klien untuk memilih. Hanya para

behaviors radikal yang menyingkirkan kemungkinan menentukan diri

dari individu.

Teori lain yang merupakan pengembangan dari teori behavioral

adalah teori belajar dengan mencontoh (observational learning) yang

dikemukakan oleh Bandura. Modeling berakar dari teori Albert

Bandura dengan teori belajar sosial. Penggunaan teknik modeling

(penokohan) telah dimulai pada akhir tahun 50- an, meliputi tokoh

nyata, tokoh melalui film, tokoh imajinasi (imajiner). Beberapa istilah

yang digunakan adalah penokohan (modelling), peniruan (imitation),

dan belajar melalui pengamatan (observation learning). Penokohan

istilah yang menunjukan terjadinya proses belajar melalui pengamatan

(observational learning) terhadap orang lain dan perubahan terjadi

melalui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukan bahwa perilaku

orang lain yang diamati, ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap apa

13
yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui pengamatan

menunjukkan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku

orang lain.

Menurut Gerald Corey, dalam modeling individu mengamati

seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku

sang model. Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa

pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku

orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Banyak perilaku

manusia yang dibentuk dan dipelajari melalui model, yaitu dengan

mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku

baru dalam dirinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa

diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-

model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang

dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati

orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang

ditakuti tanpa mengalami akibat yang menakutkan dengan tindakan

yang dilakukanya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui

pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan

model amat berarti dan orang-orang pada umunya dipengaruhi oleh

tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan

terhormat di mata mereka sebagai pengamat.

Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar

konseli terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut

14
hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara

sistematis dan nyata ditampilkan melalui tingkah laku konseli, yakni

mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak

diinginkan, mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui

pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata

langsung), modeling (peniruan melalui penokohan) ini dikembangkan

oleh Albert Bandura yang antara lain terkenal dengan teori social-

belajar (social-learning theory).

Teknik modeling ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah

laku baru pada konseli, dan dapat memperkuat tingkah laku yang

sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan pada konseli

tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model

fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis

tingkah laku yang hendak dicontoh.

Terdapat beberapa tipe modeling (percontohan), yaitu: modeling

tingkah laku baru yang dilakukan melalui observasi terhadap model

tingkah laku yang diterima secara sosial individu memperoleh tingkah

laku baru. Modeling mengubah tingkah laku lama yaitu dengan meniru

tingkah laku model yang tidak diterima sosial akan memperkuat atau

memperlemahnya tergantung tingkah laku model itu diganjar atau

dihukum. Modeling simbolik yaitu modeling melalui film dan televisi

menyajikan contoh tingkah laku, berpotensi sebagai sumber model

tingkah laku. Modeling conditioning banyak dipakai untuk

15
memperlajari respons emosional. Pengamat mengobservasi model

tingkah laku emosional yang mendapat penguatan. Muncul respons

yang sama dan ditunjukan ke objek yang ada saat ia mengamati model.

Dari beberapa tipe modeling diatas dalam penelitian ini peneliti

menggunakan tipe model yang nyata (Live Model). Model yang nyata

(Live Model) adalah tipe yang berasal dari kehidupan nyata yang ada

di lingkungan sekitar. Contohnya konselor yang dijadikan sebagai

model oleh konselinya, atau guru, anggota keluarga, teman sebaya

atau tokoh lain yang dikagumi. Live Model digunkan untuk perilaku-

perilaku tertentu khususnya situasi inter personal yang komples dalam

bentuk percakapan sosial dan interaksi dengan memecahkan masalah.

b. Tujuan Teknik Modeling

Pada prinsipnya, terapi behavior itu sendiri bertujuan untuk

memeroleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku lama yang merusak

diri dan memperkuat, serta mempertahankan perilaku yang diinginkan

yang lebih sehat. Tujuan konseling behavior dengan teknik modeling

adalah untuk merubah perilaku dengan mengamati model yang akan

ditiru agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tujuan umum dari modeling ini adalah

seorang anak diharapkan bisa mengubah perilaku yang maladaptif

dengan menirukan model nyata. Penggunaan teknik modeling

disesuaikan dengan kebutuhan ataupun permasalahan klien. Tujuan

khusus digunakannya teknik ini beberapa diantaranya yaitu:

16
1. Membantu individu mengatasi fobia, penderita ketergantungan

atau kecanduan obat-obatan atau alkohol dan lain sebagainya.

2. Membantu menghadapi penderita gangguan kepribadian yang

berat seperti psikosis.

3. Untuk memperoleh tingkah laku sosial yang lebih adaptif.

4. Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang

dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.

5. Membantu konseli untuk merespon hal- hal yang baru.

6. Melaksanakan tekun respon-respon yang semula terhambat atau

terhalang.

7. Mengurangi respon- respon yang tidak layak.

c. Prinsip-Prinsip Dalam teknik Modeling

Gantika Komalasari mengemukakan bahwa prinsip- prinsip

modeling adalah sebagai berikut:

1. Belajar bisa memperoleh melalui pegalaman langsung maupun

tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut

konsekuensinya.

2. Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan

mencontoh tingkah laku model yang ada.

3. Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan

mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang

ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan

yang dilakukannya.

17
4. Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang

dikenai hukuman.

5. Status kehormatan sangat berarti.

6. Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk

mencontohkan tingkah laku model.

7. Modeling dapat dilakukan dengan model symbol melalui film dan

alat visual lainnya.

8. Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta

bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.

Prosedur Modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar

modifikasi perilaku.

d. Macam-macam Teknik Modeling

Bandura menyatakan bahwa jenis-jenis modeling berdasarkan

perilaku ada empat yaitu:

1. Modeling tingkah laku baru, melalui taknik modeling ini orang

dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena

adanya kemampuan kognitif. Stimulasi tinngkah laku model

ditransformasi menjadi gambaran mental dan simbol verbal yang

dapat diingat dikemudian hari. Ketrampilan kognitif simbolik ini

membuat orang mentransformasi apa yang didapat menjadi

tingkah laku baru.

2. Modeling mengubah tingkah laku lama, ada dua macam dampak

modeling terhadap tingkah laku lama. Pertama tingkah laku model

18
yang diterima secara sosial memperkuat respon yang sudah

dimiliki. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara

sosial dapat memperkuat atau memperlemah tingkah laku yang

tidak diterima itu. Bila diberi suatu hadiah maka orang akan

cenderung meniru tingkah laku itu, bila dihukum maka respon

tingkah laku akan melemah.

3. Modeling simbolik, modeling yang berbentuk simbolik biasanya

didapat dari model film atau televisi yang menyajikan contoh

tingkah laku yang dapat mempengaruhi pengamatnya.

4. Modeling conditioning, modeling ini banyak dipakai untuk

mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model

tingkah laku emosional yang mendapat penuatan. Muncul respon

emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu

ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia mengamati model

itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang

menjadi sasaran emosional model yang diamati.

Dalam teknik modeling (percontohan), terdapat macam-macam

modeling yang lain, yaitu sebagai berikut:

1. Live Model seperti terapis, konselor, guru, atau anggota keluarga.

2. Symbolic Model seperti tokoh dalam film atau cerita.

3. Multiple Model seperti dalam kelompok, atau merubah sikapnya

saat melihat anggota lain dalam kelompok.

e. Tahap Belajar Dalam Teknik Modeling

19
Menurut Woolfolk, ada empat tahap belajar melalui pengamatan

perilaku orang lain (modeling) yang data dideskripsikan sebagai

berikut:

1. Tahap Perhatian (attention process)

Gredler berpendapat bahwa perilaku yang baru tidak bisa

diperoleh kecuali jika perilaku tersebut diperhatikan dan dipersepsi

secara cermat. Pada dasarnya proses perhatian (atensi) ini

dipengaruhi berbagai faktor, yaitu faktor ciri-ciri dari perilaku

yang diamati dan ciri-ciri dari pengamat. Ciri-ciri perilaku yang

memengaruhi atensi adalah kompleksitasnya yang relevansinya.

Sedangkan ciri pengamat yang berpengaruh pada proses atensi

adalah keterampilan mengamati, motivasi, pengalaman

sebelumnya dan kapasitas sensori.

2. Tahap Retensi

Belajar melalui pengamatan terjadi berdasarkan kontinuitas.

Dua kejadian yang diperlukan terjadi berulang kali adalah

perhatian pada penampilan model dan penyajian simbolik dari

penampilan itu dalam memori jangka panjang. Jadi untuk dapat

meniru perilaku suatu model, seseorang harus mengingat perilaku

yang diamati.

Menurut Bandura, peranan kata-kata, nama, atau bayangan

yang kuat dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang dimodelkan

sangat penting dalam mempelajari dan mengingat perilaku. Karena

20
pada dasarnya, tahap ini terjadi pengkodean perilaku secara

simbolik menjadi kode-kode visual dan verbal serta penyimpanan

kode-kode tersebut dalam memori jangka panjang.

3. Tahap Reproduksi

Pada tahap ini model dapat melihat apakah komponen-

komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai oleh pengamat.

Agar seseorang dapat mereproduksi perilaku model dengan lancer

dan mahir, diperlukan latihan berulang kali dan umpan balik

terhadap aspek-aspek yang salah menghindarkan perilaku keliru

tersebut berkembang menjadi kebiasaan yang tidak diinginkan.

4. Tahap Motivasi dan Penguatan

Penguatan memegang peran penting dalam pembelajaran

melalui pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan

memperoleh penguatan pada saat meniru tindakan suatu model,

maka ia akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian,

mengingat dan memproduksi perilaku tersebut. Selain itu,

penguatan penting dalam mempertahankan pembelajaran.

f. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Percontohan (Modeling)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses modeling

adalah sebagai berikut:

1. Ciri model seperti usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan,

dan kemampuan penting dalam meningkatkan imitasi.

21
2. Anak lebih senang meniru model seusianya daripada model

dewasa.

3. Anak cenderung meniru model yang standart prestasinya dalam

jangkauannya.

4. Anak cenderung mengimitasi oramg tuanya yang hangat dan

terbuka.

g. Pengaruh Modeling

Pengaruh dari peniruan melalui penokohan (modeling), menurut

Bandura ada tiga hal, yakni:

1. Pengambilan respons atau keterampilan baru dan memperlihatkan

dalam perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dari

pengamatannya dengan pola perilaku yang baru. Contohnya:

keterampilan baru dalam olahraga, dalam hubungan sosial, bahasa

atau pada anak dengan penyimpangan perilaku yang tadinya tidak

mau berbicara, kemudian mau lebih banyak berbicara.

2. Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh (sebagai model)

melakukan sesuatu yang oleh si pengamat menimbulkan perasaan

takut, namun pada tokoh yang dilihatnya tidak berakibat apa-apa

atau akibatnya bahkan positif. Contoh: tokoh yang bermain-main

dengan ular ternyata ia tidak digigit.

3. Pengambilan sesuatu respons dari respon-respon yang diperhatikan

oleh tokoh yang memberikan jalan untuk ditiru. Melalui

pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan

22
sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan ternyata

tidak ada hambatan. Contoh: remaja yang berbicara mengenai

suatu model pakaian di televisi.

h. Langkah-langkah Modeling

1. Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model,

multiple model).

2. Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya

yang memiliki kesamaan seperti: usia, status ekonomi, dan

penampilan fisik.

3. Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

4. Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan

tingkat perilaku konseli.

5. Kombinasikan konseling dengan aturan, instruksi, behavior

rehearsal dan penguatan.

6. Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh, berikan

penguatan alamiah.

7. Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan

model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada

penguatan alamiah. Bila tidak, maka buat perencanaan pemberian

penguatan utuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.

8. Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan

mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.

9. Skenario modeling harus dibuat realistik.

23
10. Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukan perilaku yang

menimbulkan rasa takut bagi konseli.

2. Kejenuhan Belajar

a. Pengertian Kejenuhan Belajar

Secara harfiah jenuh dapat diartikan penat atau penuh sehingga

tidak mampu lagi memuat apapun. Jenuh juga dapat berarti bosan,

peserta didik terkadang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa

psikologi lazim disebut learning pleateau atau plateau.

Kejenuhan adalah kondisi dimana terjadinya keletihan yang lama

dan menghilangnya ketertarikan terhadap sesuatu hal. Kejenuhan

merupakan bentuk penarikan diri secara psikologi dalam merespon

stres yang berlebih atau terhadap ketidakpuasan.

Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat

mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga

mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak

bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Jadi maksud kejenuhan

belajar adalah suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu

tertentu malas, lelah, bosan, lesu, tidak bersemangat, tidak berghairah

untuk melakukan aktivitas belajar.

Sedangkan pengertian kejenuhan belajar menurut Reber pada

tahun 1988 adalah rentang waktu yang digunakan untuk belajar, tetapi

tidak mendatangkan hasil. Peristiwa jenuh dialami oleh peserta didik

yang sedang dalam proses belajar, kejenuhan pada peserta didik dapat

24
membuat peserta didik merasa bosan dan telah menyia-nyiakan

usahanya dalam belajar.

Konsep kejenuhan belajar pertama kali dikembangkan oleh

beberapa penelitian yang dilakukan diantaranya Noushad, Schaufeii et

al, Jacobs et al, Huei jen-yang, Lightsey & Hulsey, Silvar dan Agustin

yang mengemukakan bahwasanya kecenderungan dengan segala

faktor penyebabnya bukan hanya terjadi pada adegan pekerjaan, akan

tetapi kejenuhan dapat terjadi pada kegiatan belajar. Kejenuhan belajar

muncul karena adanya proses pengulangan belajar yang tidak

mendatangkan prestasi atau hasil yang memuaskan sehingga membuat

peserta didik letih secara fisik maupun psikis.

Berikut ini dipaparkan pengertian kejenuhan belajar menurut para

ahli:

1. Menurut Abu Abdirrahman Al-Qawiy (2004) bahwa kejenuhan

adalah tekanan sangat mendalam yang sudah sampai titik jenuh.

Seseorang yang mengalami kejenuhan, ia akan berusaha sekuat

tenaga melepaskan diri dari tekanan tersebut.

2. Menurut Muhibbin Syah (2017) secara harfiah, arti jenuh ialah

padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun.

jenuh juga dapat berarti jemu dan bosan dimana sistem akalnya

tidak dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan dalam

memproses item-item informasi atau pengalaman baru.

25
3. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013), kejenuhan belajar adalah

kondisi emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara

mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan terkait

dengan belajar yang meningkat.

Dari ketiga pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta didik

merasa bosan, lelah, tidak ada minat dan motivasi dalam belajar serta

tidak mendapat hasil dalam belajar.

b. Jenis-Jenis Kejenuhan

Satu langkah penting yang dibutuhkan ketika akan mengatasi

masalah kejenuhan, yaitu mengenali jenis-jenis kejenuhan. Secara

umum ada tiga jenis kejenuhan yaitu kejenuhan positif, kejenuhan

wajar dan kejenuhan negatif.

1. Kejenuhan positif

Kejenuhan positif adalah kejenuhan terhadap segala sesuatu

yang buruk, baik berupa penyimpangan perilaku, perbutan dosa,

tindak kedzaliman, kesesatan, hingga bathil, contoh kejenuhan

positif: misalnya seseorang bosan berhura-hura, bosan menipu,

bosan berbuat dosa dan lain-lain.

2. Kejenuhan wajar

Kejenuhan wajar merupakan kejenuhan yang sangat lumrah

terjadi, setiap seseorang yang melakukan kesibukan berulang-

ulang pasti akan mengalami kejenuhan. Kejenuhan sering kita

26
jumpai dalam aktivitas belajar, bekerja, berumah tangga dan lain-

lain. Dilihat dari pengertian diatas jelas bahwa kejenuhan dialami

oleh setiap orang, karena kejenuhan tidak bisa terlepas dari kodrat

kehidupan manusia.

3. Kejenuhan negatif

Kejenuhan negatif ialah kejenuhan yang berat, merusak

kehidupan dan bisa memicu munculnya keburukan-keburukan lain

yang lebih serius. Kejenuhan negatif, misalnya akibat kegagalan,

kesempitan hidup, penganiayaan, sakit hati dan lain-lain.

Kejenuhan negatif merupakan kenejuhan yang membawa pengaruh

buruk bagi kehidupan sehari-hari.

Dari ketiga jenis kejenuhan belajar diatas peneliti menemukan

kejenuhan wajar yang sering terjadi pada siswa. Disebabkan

karena peraturan disekolah, metode belajar yang tidak bervariasi,

adanya ketegangan pada saat proses pembelajaran dan kurangnya

motivasi atau dukungan yang keluarga berikan kepada siswa

sehingga mengakibatkan siswa merasakan kejenuhan dalam

belajar.

c. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan

motivasi dalam tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai

pada tingkat keterampilan berikutya. Namun penyebab kejenuhan

yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena

27
keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada

siswa yang bersangkutan. Keletihan fisik dan indra dalam hal ini mata,

telinga pada umumnya dapat dikurangi dengan melakukan isirahat

yang cukup. Tetapi keletihan mental tidak dapat diatasi dengan cara

yang sederhana seperti cara mengatasi keletihan-keletihan lainya.

Itulah sebabnya, keletihan mental dianggap faktor utama penyebab

munculnya kejenuhan belajar.

Ada empat faktor penyebab keletihan mental dalam belajar peserta

didik ialah:

1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang

ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri;

2. Karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan

keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu

tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan

mempelajari bidang-bidang studi tadi;

3. Karena siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat

dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat;

4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang

optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya

berdasarkan ketentuan yang ia buat sendiri.

Sedangkan faktor penyebab kejenuhan belajar itu sendiri ialah:

1. Penolakan Hati Nurani

28
Penolakan Hati Nurani adalah tinggal atau berkecimpung di

sebuah lingkungan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Demikian

pula dengan seorang peserta didik, kalau tempat sekolahnya karena

dipilih oleh orang tua tidak sesuai dengan kehendaknya maka ia

akan merasa jenuh dan malas untuk sekolah.

2. Lemah Minat

Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni yang

tidak diinginkan. Demikian pula dengan peserta didik yang sejak

awal tidak menyukai atau tidak minat pada mata pelajaran tertentu

ia akan selalu merasa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran

tersebut.

3. Kegagalan beruntun

Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun.

Seorang peserta didik yang pernah mengalami kegagalan dalam

meraih prestasi di sekolah padahal ia telah belajar dan berusaha

tetapi gagal. Maka peserta didik tersebut pasti mengalami

kejenuhan.

4. Prestasi mandeg

Sebab selanjutnya yang kerap memicu kejenuhan adalah

kemandegan prestasi. Peserta didik yang terus menerus belajar

dengan giat secara konsisten tidak kenal lelah pantang menyerah.

Namun setelah sekian lama belajar tidak mengalami perubahan

29
yang diharapkan. Maka kondisi seperti ini berpotensi melahirkan

kejenuhan, bahkan rasa frustasi.

5. Ketegangan panjang

Sebab selanjutnya yang menimbulkan kejenuhan adalah

ketegangan yang berkepanjangan Ketegangan dalam hidup kadang

perlu, setidaknya agar hidup ini tidak terasa datar atau monoton.

Tetapi ketegangan yang terus menerus bisa menimbulkan

kejenuhan besar.

6. Perlakuan buruk

Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah

perlakuan buruk. Hal tersebut juga bisa terjadi pada peserta didik

yang mendapat perlakuan buruk dari gurunya pada salah satu

bidang studi, tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosen

dan males terhadap mata pelajaran itu.

Banyak sebab yang melatar belakangi timbulnya kejenuhan,

sebabsebab itu berasal dari diri sendiri, dari kesibukan yang

ditekuni, dari lingkungan pergaulan, suasana hidup masyarakat,

alam sekitar bahkan dari pemikiran yang dianut.

d. Tanda-Tanda Dan Gejala-Gejala Kejenuhan Belajar

Menurut Hakim kejenuhan belajar juga mempunya tanda-tanda

atau gejala-gelaja yang sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan,

malas, lesu dn tidak bergairah untuk belajar.

Sedangkan menurut Reber ciri-ciri kejenuhan belajar sebagai berikut:

30
1. Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh

dari proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai

memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan-akan

pengetahuan dan kecakapan yang diperolehnya dalam belajar tidak

meningkat, sehingga siswa merasa siasia dengan waktu belajarnya.

2. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan

dalam proses informasi atau pengalaman, sehingga mengalami

stagnan dalamkemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang

dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja

sebagaimana yang diharapkan dalam memproses berbagai

informasi yang diterima atau pengalaman baru yang didapatnya.

3. Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam keadaan

jenuh merasa bahwa dirinya tidak lagi mempunyai motivasi yang

dapat membuatnya bersemangatn untuk meningkatkan

pemahamannya terhadap pelajaran yang diterimanya atau

dipelajarinya.

Berdasarkan teori diatas maka ciri-ciri kejenuhan belajar adalah

merasa bahwa pengetahuan dan kecakapan dalam proses belajar tidak

ada kemajuan, system akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang

diharapkan dalam memproses informasi atau pengalaman, kehilangan

motivasi dan konsolidasi.

e. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar

31
Kejenuhan merupakan kondisi psikologis yang bersifat alamiah.

Artinya, siapapun akan dapat mengalami kebosanan atau kejenuhan

terhadap sesuatu maupun dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Boleh jadi, sesuatu yang monoton, tanpa variasi, atau kegiatan rutin

yang menjadi penyebab kebosanan itu.

Kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan

kiat-kiat antara lain sebagai berikut:

1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman

yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak;

2. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari

belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih

giat;

3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang

meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat

perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa

merasa berada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan

untuk belajar;

4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa

terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya;

5. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam)

dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.

Setiap orang juga mempunyai ambang kebosanan yang berbeda-

beda, mempunyai karakter yang berbeda pula terhadap rasa bosan.

32
Umumnya yang terjadi dalam setiap individu adalah kebiasaan yang

monoton dan terus menerus berulang yang menjadikan kejenuhan

terjadi, maka dari itu perlunya inovasi baru dalam setiap kegiatan

terutama dalam belajar agar kejenuhan bisa diminimalisir.

Sedangkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi

adanya kejenuhan menurut Hakim adalah sebagai berikut:

1. Belajar dengan cara dan metode yang bervariasi;

2. Mengadakan perubahan fisik dan ruang belajar;

3. Menciptakan situasi baru diruang belajar;

4. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan;

5. Hindari adanya ketegangan mental saat belajar.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tidak hanya merubah

keadaan fisik dalam belajar namun melakukan aktivitas seperti

bermain, rekreasi juga perlu disela belajar karena hal itu dapat

membuat fikiran ringan dan dapat mengurangi beban fikiran atau stres.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel penelitian yang digunakan, di antaranya adalah sebagai

berikut yaitu:

1. Muhamad Daud (2020), dengan judul penelitian: Penerapan Bimbingan

Kelompok Dengan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan Kejenuhan

Belajar Pada Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kejenuhan

belajar siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Makassar melalui bimbingan

33
kelompok teknik relaksasi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

dengan subjek penelitian siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Makassar

yang berjumlah 28 siswa. Subjek penelitian ini ditentukan dengan teknik

purposive, dengan kriteria siswa yang skor kejenuhan belajarnya masuk

kategori rendah dan sedang pada hasil pre-test. Metode pengumpulan data

yang digunakan adalah skala kejenuhan belajar dan self report. Penelitian

ini terdiri dari 2 (dua) siklus yang terdiri dari 2 (dua) tindakan. Teknik

analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitaif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik relaksasi dapat

menurunkan kejenuhan belajar siswa, dilihat dari hasil data kuantitatif

rata-rata skor pre-test siswa yaitu 128,75 dan menurun sebanyak 17,08

poin pada post-test I menjadi 111,67. Selanjutnya, rata-rata skor

kejenuhan belajar siswa kembali turun sebesar 14,96 sehingga didapatkan

skor rata-rata pada post-test II sebesar 96,71. Secara keseluruhan

penurunan skor kejenuhan belajar siswa sebesar 32,04 dengan 21 subjek

berada pada kategori rendah. Jika dipersentase maka 75% subjek skor

kejenuhan belajarnya berada pada ketegori rendah dan mencapai target

yang ditentukan yaitu sebesar 70% subjek skor kejenuhan belajarnya

berada pada kategori rendah.

Pada penelitian diatas, dengan judul “Penerapan Bimbingan Kelompok

Dengan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan Kejenuhan Belajar Pada

Siswa” subjek penelitian ini menggunakan purposive sampling yang

artinya subjek yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria

34
tersebut adalah siswa-siswa yang mengalami permasalahan kejenuhan

belajar. Sedangkan pada penelitian terbaru ini subjek penelitian yang

digunakan Random Samapling yang merupakan pengambilan secara acak

kepada semua siswa.

2. Mila Yuniar (2021), dengan judul penelitian: Pengaruh Teknik Pemodelan

Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kauman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penggunaan teknik

modeling terhadap kemandirian belajar siswa kelas VII SMP 2 Kauman.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan jenis eksperimen dan menggunakan Non-Equivalent Control

Group Design. Subjek dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kelas 7

SMP. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,

dan skala pengukuran, sedangkan instrumen penelitian yang digunakan

peneliti adalah skala kemandirian belajar dan buku teknik pemodelan.

Sedangkan untuk analisis data menggunakan uji t seperti uji t sampel

independen dan uji t sampel berpasangan, yang sebelumnya dilakukan uji

asumsi dasar menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pre-test

siswa dan post-test siswa kelas eksperimen. Dan hal itu diketahui dari uji t

sampel berpasangan skor dari 2-tailed nilai 0,001< 0,05. Kemudian data

dari uji t sampel independen dengan nilai sig 2-tailed 0,000< 0,05

sehingga dikatakan jika terdapat perbedaan yang signifikan sebelumnya

35
dan setelah pemberian perlakuan dengan teknik modeling terhadap

kemandirian belajar siswa kelas 7 SMP 2 Kauman.

Pada penelitian diatas, dengna judul “Pengaruh Teknik Pemodelan

Terhadap Kemandirian Belajar Siswa” penelitian ini menggunkan

penelitian eksperimen menggunakan Non-Equivalent Control Group

Design menggunakan kelompok kontrol. Sedangkan pada penelitian

terbaru ini menggunanakan penelitian eksperimen One Group Pretest-

Posttest Design tanpa menggunakan kelompok kontrol.

3. Noviyanti Kartika Dewi (2023), dengan judul penelitian: Penerapan

Konseling Kelompok Teknik Modelling untuk Mereduksi Burnout

Akademik Peserta Didik SMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan layanan konseling kelompok yang menggunakan strategi

modeling untuk mengurangi burnout akademik siswa SMA. Pendekatan

penelitian yang sedang diupayakan adalah salah satu studi literatur. Pada

penelitian ini menggunakan berbagai macam sumber tertulis seperti buku,

jurnal ilmiah, penelitian terdahulu dan penelitian dalam bentuk skripsi,

tesis, disertasi yang relevan. Metode studi literatur dilakukan dengan

kajian kepustakaan data-data bahan melalui laman google scholar.

Burnout akademik merupakan suatu keadaan kejenuhan atau kelelahan

yang dialami peserta didik karena ketidakmampuan dalam menyelesaikan

tugas akademik sehingga mengakibatkan perubahan perilaku kearah

negatif dan penurunan prestasi akademik. Konseling kelompok merupakan

layanan bantuan yang diberikan konselor kepada konseli untuk mengatasi

36
permasalahan burnout akademik dengan memanfaatkan dinamika

kelompok. Teknik modelling digunakan supaya peserta didik

mengaplikasikan perilaku baru dengan proses yaitu pengamatan,

observasi, menggeneralisir perilaku orang atau tokoh lai. Hasil studi ini

mendeskripsikan bahwa terdapat permasalahan burnout akademik sebesar

74% dan tegolong pada tingkatan tinggi sebelum dilakukan konseling

kelompok. Bentuk burnout akademik yang terjadi adalah seperti siswa

merasa jenuh belajar, sering mengabaikan tugas, dan sikap menghindar

dari kegiatan akademik. Setelah dilakukan layanan konseling kelompok

tingkat burnout akademik mengalami penurunan menjadi 34% pada

tingkatan rendah. Dengan demikianlayanan konseling kelompok teknik

modelling dapat mereduksi perilaku burnout akademik pada peserta didik.

Pada penelitian diatas, dengan judul “Penerapan Konseling Kelompok

Teknik Modelling untuk mereduksi Burout Akademik Peserta Didik

SMA” penelitian ini menggunakan jenis Multiple Modeling seperti dalam

kelompok, atau memanfaatkan dinamika kelompok untuk merubah sikap

peserta didik. Sedangkan pada penelitian terbaru ini, peneliti

menggunakan jenis Live Model seperti contoh yang nyata seperti konselor,

keluarga dan teman sebaya peserta didik guna untuk mengatasi kejenuhan

belajarnya

37
C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

1. Malas, tidak memperhatikan guru


KONDISI saat proses belajar mengajar.
AWAL 2. Sering tidak terarah dalam belajar
sehingga cenderung ramai.
3. Tidak adanya perubahan belajar
yang positif

1. Timbulnya minat belajar.


PENERAPAN
2. Adanya keterlibatan penuh dalam
TEKNIK
belajar.
MODELING
3. Perubahan dalam belajar bersifat
positif dan fungsional

Dalam proses pembelajaran sering dijumpai siswa yang tidak

memperhatikan pelajaran, tidak memperhatikan guru, ribut didalam kelas saat

proses belajar berlangsung karena pembelajaran yang kurang menarik dan

bersifat monoton. Hal ini akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan

pembelajaran seperti yang diharapkan.

Teknik modeling merupakan proses belajar melalui pengamatan

terhadap model yaitu mencontoh perilaku model yang sesuai dengan perilaku

yang akan dirubah. Jadi disini model sebagai perangsang gagasan dan

perilaku orang lain yang ingin meniru model. Model yang digunakan simbolik

38
berupa video atau foto yang menunjukkan perilaku yang ingin ditiru, sehingga

siswa dapat termotivasi untuk dapat menjadi seperti model.

Dengan teknik modeling siswa akan tumbuh minatnya untuk belajar,

sehingga tercipta makna dan pemahaman materi yang dipelajari dan adanya

nilai yang dapat membuat siswa senang, sehingga siswa dapat termotivasi dan

bersemangat dalam proses pembelajaran.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan

peneliti, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Pada penelitian ini ada

hipotesis yang harus dirumuskan oleh peneliti. “Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan” (Sugiyono,

2013:64).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesis penelitian adalah

bersifat sementara atas permasalahan yang akan diteliti sampai terbukti

kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

“Ada Pengaruh Teknik Modeling Terhadap Kejenuhan Belajar Siswa SMP IT

Liddarain NW Tangar, Desa Sukarara, Kec. Sakra Barat Tahun Pelajaran

2023/2024 ”.

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam buku pedoman penulisan karya Ilmiah IKIP Mataram

dinyatakan bahwa rancangan dalam suatu penelitian ini akan sangat

ditentukan oleh jenis kegiatan penelitian yang akan digunakan oleh peneliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuantitatif.

Kuantitaif merupakan penelitian ilmiah yang menggunakan data berupa angka

yang kemudian dianalisis dengan statistika dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang sudah ditetapkan. (Team IKIP, 2011)

Dalam rancangan penelitian ini terdapat dua variabel yaitu teknik

modeling merupakan variabel bebas (independen) dan kejenuhan belajar

merupakan variabel terikat (Dependen), penelitian ini menggunakan desain

penelitian eksperimental (experimental research), merupakan pendekatan

penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua

persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Hal ini berarti eksperimen

merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala

yang muncul pada kondisi tertentu.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah Pre

eksperimental yaitu penelitian eksperimen yang desain dan perlakuanya tidak

ada pengontrolan variable sama sekali. Desain (One group Pretest-Posttest

Design) penelitian ini tanpa menggunakan kelompok kontrol dan desain ini

terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil

40
perlakuan dapat diketahui lebih akurat. Karena dapat membandingkan dengan

keadaan sebelum diberi perkaluan. Secara umum desain penelitian yang akan

digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 One-Group Pretest – Posttest Design

O1 X O2
Keterangan :

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

X = Perlakuan yang diberikan

O2 = Nilai post test (sesudah diberi perlakuan)

Adapun gambaran penelitian yang akan dilaksanakan:

Gambar 3.2 Gambaran Penelitian

Kondisi Awal Pemberian Penerapan Kondisi Akhir


Pre-Test Teknik Modeling Post-Test
(O1) (X) (O2)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa eksperimen

merupakan penelitian untuk mencari pengaruh saat sebelum diberikan

perlakuan tindakan dan saat sesudah diberikan perlakuan tindakan.

Rancangan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pre test, yaitu pengukuran (dengan mengisi format skala

kejenuhan belajar) kepada sampel peneliti sebelum diberikan perlakuan

yang berupa teknik modeling.

2. Memberikan perlakuan berupa teknik modeling.

41
3. Melakukan post test sesudah pemberian perlakuan untuk mengetahui hasil

akhir apakah teknik modeling mampu mengurangi kejenuhan belajar

peserta didik.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2022). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa SMP IT Liddarain NW Tangar, Desa Sukarara, Kec. Sakra

Barat Tahun Pelajaran 2023/2024 berjumlah 27 siswa dari kelas VII sampai

kelas IX. Perincian populasi berdasarkan kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Jumlah Populasi Siswa SMP IT Liddarain NW Tangar,


Desa Sukarara, Kec. Sakra Barat Tahun Pelajaran 2023/2024

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 VII 13
2 VIII 9
3 IX 5
Jumlah 27
Sumber : Dari SMP IT Liddarain NW Tangar

2. Sampel

Sampel merupakan atau wakil dari populasi diambil menurut

ketentuan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sejalan dengan pendapat

Sugiyono (2022:131) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

42
yang dimiliki oleh populasi besar dan peneliti tidak munkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga

dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

probability sampling (Random sampling). Random sampling merupakan

pengambilan sampel secara acak, dimana unit populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk mendapatkan sampel yang representativ

(mewakili) yang dapat menggambarkan populasinya. Random Sampling

suatu tipe probability sampling dimana peneliti dalam memilih sampel

dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota

populasi untuk diterapkan sebagai anggota sempel (Nursalam, 2019).

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk memberikan

sebuah perlakuan atau Tindakan terhadap subjek ataupun objek yang akan

diteliti. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena sosial maupun alam yang diamati (Sugiyono, 2018).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa instrument

adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur

atau mengumpulkan data penelitian yang diamati. Dalam penelitian ini

instrumen yang digunakan adalah angket yaitu untuk memperoleh data terkait

kejenuhan belajar siswa SMP IT Liddarain NW Tangar, Desa Sukarara, Kec.

Sakra Barat Tahun Pelajaran 2023/2024.

43
Dalam metode angket ini juga diperlukan pengukuran guna untuk

mengetahui tingkat kejenuhan belajar siswa, pengukuran angket yang

digunakan yaitu skala Likert dan memiliki dua macam pernyataan yaitu positif

dan negatif dengan memberikan sekor untuk setiap jawaban.

Rancangan yang akan diberikan pada saat penelitian memakai skala

yang akan dibagikan pada siswa berisi lima alternatif jawaban, yakni selalu,

sering, kadang-kadang, tidak pernah. Dengan memiliki masing-masing skor

yang berbeda, apabila pertanyaan positif maka jawabannya sangat setuju (SS)

skornya 4, jawaban setuju (S) skornya 3, jawaban tidak setuju (TS) skornya 2,

jawabannya sangat tidak setuju (STS) skornya 1. Sebaliknya, apabila

pertanyaan negatif jawabannya sangat tidak setuju (STS) 4, jawabannya tidak

setuju (TS) 3, jawabannya setuju (S) skornya 2, jawabannya sangat setuju

(SS) skornya 1.

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Kejenuhan Belajar Siswa SMP IT


Liddarain NW Tangar, Desa Sukarara, Kec. Sakra Barat

No Pilihan respon Singkatan Skor

1 Sangat Setuju SS 4
2 Setuju S 3
3 Tidak Setuju TS 2
4 Sangat Tidak Setuju STS 1
(Sugiyono, 2019)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik dalam

pengumpulan data sebagai berikut :

44
1. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi (observasion) atau pengamatan merupakan suatu tekhnik

atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki. Observasi ini digunakan untuk mengamati perilaku siswa yang

menunjukan indikator kecemasan dengan mengikuti aktivitas anak saat

belajar maupun bermain didalam dan diluar kelas. Observasi yang akan

dilakukan adalah observasi quasi partisipan yaitu bila observer terlibat

pada bagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, sementara

pada sebagian kegiatan yang lain observer tidak melibatkan diri.

2. Metode Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil (Sugiyono 2018).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk

melengkapi data yang diperoleh dari kegiatan observasi tentang Pengaruh

Teknik Modeling Terhadap Kejenuhan Belajar siswa yang ada di

lapangan/tempat peneliti melakukan suatu penelitian. Wawancara ini

dilakukan kepada kepala sekolah, guru maupun siswa yang menjadi

45
subjek penelitian.

3. Metode Angket

Angket sebagai metode pokok dalam penelitian ini yaitu cara

mengumpulkan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui

kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014: 142). Angket atau

kuesioner didefinisikan sebagai jumlah pertanyaan atau pertanyaan tertulis

tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang

dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh

responden.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode angket tertutup,

Angket tertutup merupakan angket yang penyajiannya dalam bentuk yang

sudah ditentukan sehingga responden hanya perlu memberikan tanda

centang pada kolom yang telah disediakan. Jenis angket yang digunakan

dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dengan skala pengukuran

yang digunakan skala likert.

Metode angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang

siswa yang memiliki Kejenuhan Belajar sebelum dan sesudah mendapat

layanan Teknik Modeling.

4. Metode Dokumentasi (Dokumenter)

Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,

tulisan angka atau gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono 2018:476). “Dokumentasi

46
yaitu cara mengumpulkan data dengan cara menganalisis dokumen baik

itu dokumen tertulis maupun gambar elektronik”. Dalam penelitian ini

dokumentasi yang dimaksud adalah dokumentasi gambar berupa hasil foto

dari serangkaian proses dari awal hingga akhir selama kegiatan penelitian

berlansung di SMP IT Liddarain NW Tangar. Selain itu dokumentasi juga

dilakukan untuk mendapatkan sejumlah data tentang siswa seperti daftar

nama dan absensi siswa.

E. Teknik Analisis Data

Menurut sugiyono (2009) menjelaskan bahwa “analisis data

merupakan kegiata yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau

dari sumber lain terkumpul”. Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui

angket dikumpulkan kemudian disusun sebagai bahan untuk melakukan

analisis data dengan menggunakan analisis. Agar lebih memperjelaskan

pokok pembahasan, maka terlebih dahulu perlu dikemukakan pengertian

teknik. Terkait dengan penelitian ini, maka metode analisis data yang

digunakan adalah analisis data t-test indevendent dengan rumus pendek (short

method)” (Sugiyono, 2010: 125). Adapun bentuk rumus t-test yang digunakan

sebagai berikut:

Md
t=

√ ⅀ x d2
N (N −1)

Keterangan :

Md = Mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test

47
Xd = Perbedaan deviasi dengan mean deviasi

N = Banyak subjek (Suharsimi, 2014: 125)

Adapun langkah-langkah selanjutnya yang ditempuh dalam menganalisis

data pada penelitian ini adalah:

1. Merumuskan Hipotesis (Ho).

2. Membuat tabel kerja.

3. Memasukkan data ke dalam rumus.

4. Menguji nilai T.

5. Menarik kesimpulan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qawiy, A.A. (2004). Masalah Belajar. Jakarta: Khalifah.

Anggraini, D. (2018). Hubungan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Bahasa


Indonesia Siswa Kelas XI SM Serirama YLPI Kota Pekan Baru. Skripsi.
Universitas Islam Riau.

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Astutik, S. (2014) Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya: UINSA Press.

Bandura, A. (1971). Social Learning Theory. Kanada: Alber Bandura.

Corey, G. (2013). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Daud, M. (2020). Penerapan Bimbingan Kelompok Dengna Teknik relaksasi Untuk


Menurunkan Kejenuhan Belajar Pada Siswa. Guidance And Counseling.
Volume 1, No2, 72-82.

Dewi, K.N. (2023). Penerapan Konseling Kelompok Teknik Modelling untuk


Mereduksi Burnout Akademik Peserta Didik SMA. Seminar Nasional, Sains,
Pendidian, Humaniora. Volume 2, No 2, 127-137.

Firmansyah, R. (2012). Efektivitas Teknik Self Intruction Untuk Mereduksi Gejala


Kejenuhan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang. Skripsi
Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat, R.D. (2011). Psikologi Kepribadian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hakim, T. (2004) Belajar Secra Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hambali, A. (2013) Psikologi Kepribadian (lanjutan) Studi atas Teori dan Tokoh
Psikologi Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia.

IKIP MATARAM. (2011). Pedoman Dan Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah,


Mataram.

Komalasari, G. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.

Laila, F.N. (2014) Bimbingan Konseling Sosial. Surabaya: UINSA Press.

Latipun. (2006) Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah.

49
Lesmana. (2006) Dasar-dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lubis, N.L. (2011) Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mahmud, A., dan Sunarty, K. (2012). Mengenal Teknik-Teknik Bimbingan Dan
Konseling. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Munir, A. (2018). Teknik Modeling Sebagai Upaya Penanganan Untuk Mengurangi


Perilaku Adiktif Smartphone Pada Anak Dikelurahan Teritip, Kota Balik Papan,
Kalimantan Timur. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Nursalim, M. (2014). Strategi dan Intervensi Konseling. Jakarta Barat: PT Indeks.

Salim, M.N. (2005) Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press.

Sudarsono. (1997). Kamus Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta, CV.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualotatif Dan R&D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, CV.

Slameto. (2020). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka


Cipta.

Suprananto, K. (2017). Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu.

Syah, M. (2017). Psikologi Belajar. Depok: PT.Raja Grafindo.

Yuniar, M. (2021). Pengaruh Teknik Pemodelan Terhadap Kemandirian Belajar


Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kauman. Jurnal Dinamika Penelitian. Volume
21, Nomor 01, 1-21.

50

Anda mungkin juga menyukai