Anda di halaman 1dari 86

Galy Hardyta

CANDI
diBLITAR
CANDI
diBLITAR

D'TRAV
Travellersblitar.com
ii | travellersblitar.com

Galy Hardyta
Candi di Blitar
Blitar, D'Travellers Blitar, 2020
77 him.

Dipublikasikan oleh :
Komunitas D'Travellers Blitar
Penulis :
Galy Hardyta
Fotografer :
Ali Mustofa
A. Meitika Kusumawardhani
Januardi Eka P.
Muhammad Rofi'i
Nuromadhon
Riezta Aditya H.

Lay out :
Galy Hardyta
Januardi Eka P.
travellersblitar.com | iii
iv | travellersblitar.com

Daftar Isi

- Daftar Isi iv
- Daftar Singkatan . v
- Sambutan Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten BI . simsmvsmssmarnmnssmnssissmassisssismsimsnimidsssissiiim vi
- Kata Pengantar ii
- Candi Bacem ... 1
- Candi Gambar wetan . 3
- Candi Kalicilik 7
- Candi Kotes ..
- Candi Mleri
- Candi Penataran .
- Candi Pertapan
- Candi Plumbangan .
- Candi Rambut monte .
- Candi Sawentar ...
- Candi Selotumpuk ..
- Candi Simping
- Candi Sirah kencong .
- Candi Sumber agung .
- Candi Sumber nanas .
- Candi Tapan ..
- Candi Tepas ..
- Candi Wringin ranjang 73
- Daftar Pustaka . w10
' 4 R dheidkundigen Dienstin Nededandach Indie & %
S s Peninggalan Sejarah dan Purbakala

r -

—— - - ———— - P -
vi | travellersblitar.com

SAMBUTAN KEPALA DINAS


PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN BLITAR
ATAS PENULISAN BUKU 'CANDI DI BLITAR'

Assalamu 'alaikum War. Wab.

Kabupaten Blitar, dalam perjalanan sejarahnya berkaitan


dengan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara, terutama
adalah Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kadiri, Kerajaan
Singasari, dan Kerajaan Majapahit. Setiap era
kerajaan itu meninggalkan jejak dalam bentuk candi dan
tradisi yang tersebar di hampir setiap Desa di Kabupaten
Blitar yang bisa menjadi obyek edukasi tentang
sejarah dan cagar budaya, penelitian dan destinasi wisata.

D'Travellers Blitar telah menjadikan masyarakat lebih


mudah mengakses informasi-informasi tentang Blitar
melalui penyusunan buku “Candi di Blitar”.

Saya Suhendro Winarso, S.STP, MSi selaku Kepala Dinas Pariwisata


Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar menyampaikan apresiasi
yang setinggi-tingginya kepada teman-teman yang tergabung dalam D'Tavellers
atas upayanya yang sungguh-sungguh dan tulus sebagai warga Blitar untuk
menyusun Buku tentang candi-candi di Kabupaten Blitar yang dilengkapi dengan
diskripsi singkat tentang bangunan, sejarah, dan riwayat pelestarian serta fasilitas
penelusuran lokasi yang memudahkan siapapun untuk sampai di lokasi candi
yang mau dituju.

Upaya ini merupakan inovasi dan kreasi yang harus terus dikembangkan
terutama di kalangan muda atau masyarakat milenial Kabupaten Blitar agar lebih
mencintai dan bangga dengan Blitar yang luar biasa, Blitar bumi para raja, Blitar
land of kings.

Saya mewakili Pemerintah Kabupaten Blitar mengucapkan terimakasih kepada


D'Travellers Blitar atas disusunnya buku Candi di Blitar sebagai salah satu
referensi tentang sejarah Blitar. Semoga manfaat untuk masyarakat Blitar dan
Bangsa Indonesia.

Terus Berkarya untuk pengembangan diri, menabung kebaikan di masa muda dan
dukung terus Promosi Pariwisata Kabupaten Blitar.

SUHENDRO WJKARSO, S.STP, MSi


travellersblitar.com | vii

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla, karena atas karunia Nya
penulisan buku Candi di Blitar ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula salawat serta
salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang
syafaatnya kita nantikan kelak. Penulis sampaikan pula terimakasih kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu penulisan buku ini. Terimakasih pula
kepada para juru pelihara Candi di Blitar yang dengan tulus telah merawat dan
melestarikan peninggalan leluhur yang adi luhung ini. Mohon maaf karena masih
banyak kekurangan dan banyak harapan yang belum bisa penulis tuangkan dalam
bukuini.

Buku ini ditulis dengan seobyektif mungkin dan disusun atas data-data penelitian
yang empiris. Opini, asumsi, dan idealisme penulis dikesampingkan. Satu idealisme
yang masih penulis pegang adalah berusaha untuk seminimal mungkin
menggunakan data-data kontroversial dan spektakuler. Mungkin buku ini akan sedikit
membosankan, namun penulis tetap berharap semoga buku ini dapat melengkapi
kazanah ilmu pengetahuan dilingkup cagar budaya.

Selamat membaca.

Karanganyar, 1 Mei 2020


Penulis

Galy Hardyta, S.Pt., M.Sc


1 | travellersblitar.com

Deskripsi candi
Candi Bacem terdiri dari dua buah struktur candi yakni sebuah
fln I candi induk dan sebuah candi perwara (candi pendamping).
Kedua struktur tersebut tersusun dari bata dan sedikit batu
trasit. Candi induk berada di utara candi perwara. Struktur
candi induk memiliki panjang 5.40 m, lebar 5 m dan tinggi 1.10
flcem m, sedangkan candi perwara memiliki panjang 3.10 m, lebar 3
mdantinggi 1.09m.

Candi induk menghadap ke arah barat, hal ini bisa dilihat dari
sisa-sisa tangga masuknya yang masih tersisa. Di atas candi
induk terdapat sembilan umpak bermotif hias, dua upak polos,
fragmen antefik, dan kemuncak.

Struktur candi perwara relatif lebih utuh. Di sisi utara masih


terlihat struktur dinding yang kokoh. Di atas candi dapat
dijumpai enam umpak polos dan sebuah kemuncak.

Ditilik dari sisi-sisa struktur yang masih ada, diduga bentuk asli
Candi Bacem ini merupakan bangunan terbuka, dengan
tubuh dan atap candi berupa struktur tiang kayu(hilang/lapuk)
dengan umpak batu di bawahnya dan atap genting di atasnya.
Dugaan tersebut didukung oleh banyaknya pecahan tembikar
yang turut tertumpuk bersama pecahan batu bata.

Jumlah struktur candi di Candi Bacem bisa saja lebih dari dua.
Pada Hindoe-oudheden van Java (1864 - 1867) dalam ROD
1913 disinggung mengenai keberadaan struktur candi ke tiga
(derde tempel). Letak candi ke tiga ini sedikit ke timur dari
lokasi candi utama. Candi ke tiga ini juga tersusun dari bata.

Sejarah
Belum ditemukan sumber sejarah tertulis baik angka tahun
maupun prasasti yang berasal dari Candi Bacem.

Riwayat pelestarian

doe-oudheden van Java (1864 - 1867) dalam ROD 1913.


ahun 1908 Knebel mengunjungi dan mendata Candi Bacem
g kemudian dilaporkan ke dalam ROC. Candi Bacem
uat pula dalam laporan Kegiatan Perlindungan dan
inaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Tahun 1984 -
travellersblitar.com | 2

Candi Perwara

Lokasi dan rute

Candi Bacem secara adminstratif terletak di Desa Bacem,


Kec. Sutojayan, Kab. Blitar. Letak candi ini cukup strategis
karena berada tidak jauh dari rute menuju Obyek Wisata
Pantai Serang dan Pantai-pantai Desa Ngadipuro. Untuk
menuju Candi Bacem, dari Kota Blitar arahkan perjalanan ke
Lodoyo (Sutojayan). Pasar Lodoyo lurus saja ke selatan ke
arah Ngeni sampai menemukan papan petunjuk arah Candi
Bacem. Ikuti saja arah yang ditunjukkan. Candi Bacem berada
dibelakang SDN Bacem 3.
3 | travellersblitar.com

Candi Gambar Wetan selalu menarik untuk dikunjungi. Area

Candi
situs yang luas dan struktur bangunannya yang menyatu
dengan bukit di Iereng barat Gunung Kelud selalu membuat
kagum para pengunjungnya.
w2 i

Gambar Lokasi dan rute

wetan Candi Gambar

Kec. Nglegok,
menuju loka
tan terletak di P
secara administratif masuk dalam'
Blitar, Secara
andn Rute pertaMa Se
berpatokan dar% ertigaan Kantor Desa Pena
belok ke kanan udian dilanjutkan dengan rute menuju
DAM Kali Blai Setelah menyeberangi Kali* Bladak.,.q.%
pengunjung akan tiba di area Perkebunan Gambar. Dari sifi
pengunjung tinggal engl ti arah-yang ditunjukkan papan .
: uju candi. Rute pertama ini sedlkil
menantang dan tidak dir menda51kan saat musom* ve

Rute kedua: dari Penatara hujumSumberasti.via_ o


Kedawung. igaan Garuda i belc’LfiI\anan Ty pBA
hingga tiba di Perkebunan Ga jutnya- hngga?- z i
mengikuti ar: ing ditunjukkan papan petun]uk arah menuju
Candi. Baik ertama.maupun-rute-kedua, kondisi jalan
dari perkebunan ‘hingga ke candi lumayarberat™Hanya
tersedia jalan tanah yang hanya glsa dllalul kendaraan roda
duasejauh 1.7km. & — —

Riwayat pelestarian o
Candi Gambar Wetan pertama kali dilaporkan Verbeek pada
tahun 1890. Dalam lapo ya tersebut disampaikan adW
struktur candi yang tersusun dari batu andesit berukuran 8. 40\
m persegi, beberapa struktur batu yang muncul ‘pada_ "
permukaan tanah dan arca dwarapala. Dalam laporan
tersebut juga diinformasikan mengenai arca dwarapala kecil
berangka tahun 1332 Saka (1410 M) berasal. dari Candi
scan untuk melihat lokasi Gambar Wetan )&ng berada di Kantor Bupati Blitar: Saat ini
dwarapala tersebut berada di Museum Penataran, Blitar.-

Pada tahun 1914 Perquin”mencoba melakukapfiimqsuga"


ulang terhadap Candi Gambar Wetan. Beliau mer an
struktur candi berdenah persegi pfn]&gh" a -
berpendapat bahwa struktur terdahulu yang | em?
ditemukan Verbeek sudah: terkubur di bawah.. permuka
tanah atau mufigkln terjadikesalahan dalamgelapmfn
travelle

Hasil investigasi Perguin kemudian diulas panjang lebar oleh


Krom dalam /nleiding Tot De Hindoe-Javaansche Kunst tahun
1923. Dalam laporan tersebut diulas mengenai struktur
tangga pada sisi barat bukit, arca dwarapala, fragmen kepala
naga dan sejumlah relief. Dwarapala yang diulas memuat
angka tahun 1360 Saka (1438 M). Saat ini dwarapala yang
dimaksud berada di sebelah selatan di luar pagar kawat
pelindung candi. Selanjutnya relief yang diulas antara lain
adalah relief garuda membawa keranjang di pundaknya,
kemudian relief pria, relief raksasa dan tikus, relief dewa, dan
relief kuda. Relief-relief tersebut saat ini sudah tidak dapat
ditemukan atau mungkin masih belum ditemukan lagi karena
terkubur material vulkanik Gunung Kelud. Semua peneliti
Belanda tersebut berpendapat bahwa relief pada Candi
Gambar Wetan dikerjakan secara kurang baik.

Pada tahun 1992 SPSP (sekarang BPCB) Jawa Timur


melakukan Test Pit pada Candi Gambar Wetan. Pada tahun
2012, BP3 (sekarang BPCB) Jawa Timur melakukan
ekskavasi pada candi ini, menemukan struktur bangunan dan
sejumlah panil relief namun dikubur kembali. Pada tahun 2014
kembali dilakukan ekskavasi dan ditemukan sebuah
dwarapala beserta struktur tangga. Dwarapala tersebut
memiliki inskripsi angka tahun 1299 Saka (1377 M).
Pasangan dari dwarapala ini sudah tampak sejak lama. Pada
pasangan dwarapala tersebut juga terdapat inskripsi angka
tahun yang hanya digores dangkal. Inskripsi angka tahun
tersebut samar-samar menunjukkan angka tahun yang sama
yakni 1299 Saka. Selanjutnya berturut turut tahun 2015, 2016,
dan 2017 BPCB Jawa Timur kembali melakukan ekskavasi.

Ekskavasi tahun 2016 berhasil menemukan struktur


bangunan candi. Beberapa panil relief yang terlepas juga turut
ditemukan dan diamankan di Museum Penataran. Panil-panil
tersebut rencananya akan dipasang saat pemugaran. Pada
tahun 2017, ekskavasi berhasil menemukan beberapa
struktur bangunan, arca dwarapala, kala, dan inskripsi angka
tahun yang menunjukkan 1287 Saka (1365 M). Pada tahun
2020 dilakukan kajian teknis pemugaran Candi Gambar
Wetan oleh BPCB Jawa Timur.

Deskripsi candi
Candi Gambar Wetan terdiri dari sejumlah struktur candi yang
membentuk kompleks percandian. Struktur candi menghadap
ke arah barat dan tersusun dari batu andesit. Gugusan candi
yang cukup rapat ada di atas bukit. Untuk menuju bagian atas
bukit tersebut terdapat struktur tangga batu. Di kanan dan kiri
tangga tersebut terdapat sepasang arca dwarapala.
Kegiatan pelestarian Candi Gambar Wetan
travellersblitar.com | 6

Arca dwarapala sebelah kanan dahulu berada di luar pagar


kawat pelindung kompleks percandian. Saat ini dwarapala
tersebut sudah diletakkan ditempat yang semestinya. Pada
arca dwarapala ini terdapat inskripsi angka tahun 1360 Saka
(1438 M).

Di atas bukit kembali dijumpai arca dwarapala jumlahnya


sepasang. Dua arca ini memiliki inskripsi angka tahun 1299
Saka (1377 M). Sepasang dwarapala ini terletak di kanan kiri
sebuah struktur tangga.

Pada halaman yang lebih belakang akan dijumpai lagi arca


dwarapala yang ukurannya lebih kecil dan gugusan struktur
percandian. Masing-masing struktur candi memiliki panil panil
relief yang kaya. Di antara gugusan candi ini juga terdapat
sejumlah komponen lepas yang terdiri dari batu candi,
fragmen arca, fragmen relief, kala dan inskripsi angka tahun
1287 Saka (1365 M).

Sejarah

1287 Saka 1299 Saka

1332 Sakd" 1360 Saka

Berdasarkan sejumlah inskripsi angka tahun yang ditemukan


pada Candi Gambar Wetan, diduga kompleks percandian ini
berasal dari era Kerajaan Majapahit. Inskripsi angka tahun
1287 dan 1299 Saka (1365 dan 1377 M) masuk dalam periode
pemerintahan Hayam Wuruk (Rajasanagara). Inskripsiangka . -,
tahun 1332 Saka (1410 M) masuk dalam period ‘QX",‘
pemerintahan Wikramawardhana (Bhra Hyang Wisesa), — ——
Inskripsi angka tahun 1360 (1438 M) masuk dal ric y
pemerintahan Suhita (Prabu Stri). 4

* atas kebaikan Mas Andrik Suprianto


7 | travellersblitar.com

Candi Kalicilik-memang bukan satu-satunya candi bata di


e Blitar. Selain Kalicilik masih ada Candi Bacem yang sudah
diulas sebelumnya, kemudian ada Candi Tapan dan Candi
Mn I Sumbernanas yang juga tersusun dari bata. Namun Kalicilik
berbeda, candi bata ini tergolong masih utuh.;Candi ini masih
memilikikakicandi,tubuhcandi,dansebagianatgpcandL -

<£t 11/ * 3

perjalanan ke Srengat. Sesampai Perempatan PoTuhnn


(Srengat) belok ke kanan ke arah Pare. SPBU Bacem masih
lurus. Perhatikan papan patunjuk arah ke Candi Kalicilik di
dekat SDN Bacem 01. Ikuti arah yang ditunjukkan hingga tiba
di lokasi candi. Selain Candi Kalicilik di desa Candirejo juga
terdapat Candi Sumbernanas. Rute kedua candi tersebut
searah.

Deskripsi candi
Candi Kalicilik menghadap ke arah barat, bangunannya
tersusun dari bata dan sebagian kecil batu andesit. Candi
Kalicilik terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan atap,
dengan panjang bangunan 6.60 m, lebar 6.60 m dan tinggi
8.46 m. Bagian kaki Candi Kalicilik adalah hasil rekonstruksi.
Bagian kaki yang asli masih ada namun telah terkikis
sehingga sulit untuk menopang bagian lain dari candi, oleh
karenanya bagian kaki candi direkonstruksi.

Pada bagian tubuh candi terdapat sejumlah hiasan berupa


ornamen tumbuhan yang distilir. Masih pada bagian tubuh,
terdapat pula sejumlah relung namun telah kosong,
diperkirakan relung-relung tersebut merupakan tempat
meletakkan arca. Secara pakem, relung-relung pada
bangunan candi merupakan tempat untuk meletakkan arca,
Soan Gn Uk ne a OKSI relung sisi utara untuk arca Durga Mahisasuramardini, sisi
timur untuk arca Ganesa, dan sisi selatan untuk arca Agastya.
Pada candi yang memiliki relung di kanan kiri pintu masuk
seperti Candi Sawentar, relung tersebut merupakan tempat
untuk arca Mahakala dan Nandiswara. Dalam foto lama
koleksi digital perpustakaan Universitas Leiden memang
dijumpai adanya sejumlah arca di sekitar Candi Kalicilik, kini
arca-arca tersebut tidak dapat dijumpai. Krom dalam bukunya
Inleiding tot de Hindoe-Javaansche kunst (1923) sedikit
- A

Foto lama Candi Kalicilik koleksi digital Perpustakaan


Leiden University

Candi Klicilik masa kini Ty


9 | travellersblitar.com

mengulas mengenai arca Agastya di Candi Kalicilik.


Berdasarkan keberadaan arca terbut, diduga Candi Kalicilik
bercorak agama Hindu, mengingat bahwa Agastya
merupakan salah satu manifestasi Siwa.

Bilik Candi Kalicilik dalam keadaan kosong. Pada langit-langit


bilik candi terdapat pahatan surya. Di atas ambang pintu
terdapat inskripsi angka tahun yang dipahatkan pada batu
andesit. Inskripsi tersebut menunjukkan angka tahun 1271
Saka (1349 M). Atap candi telah runtuh namun masih
menyisakan sejumlah ornamen kala. Ornamen kala tersebut
tampak indah meski diukir pada batu bata.

Sejarah

1271 Saka

Berdasarkan inskripsi yang menunjukkan tahun 1271 Saka


(1349 M), Candi Kalicilik berasal dari era Majapahit periode
pemerintahan Tribuwana Tunggadewi.

Riwayat pelestarian
Dalam History of Java karangan Raffles pada tahun 1817
Candi Kalicilik disebut Candi Genengan, karena tempat candi
ini berada di dekat Desa Genengan. Sedangkan oleh
Hoepermans Candi Kalicilik dinamakan Candi Puton, yang
dilaporkan dalam bukunya Hindoe-oudheden van Java (1864
- 1867) dalam ROD 1913. Selanjutnya Knebel mengunjungi
dan mendata Candi Kalicilik yang kemudian dilaporkan ke
dalam ROC 1908.

Tahun 1913 dilakukan usaha pemugaran oleh Dinas


Purbakala (Oudheidkundige Dienst) yang dipimpin oleh
Perquin. Pada tahun 1993 kaki candi dikonsolidasi oleh SPSP
(sekarang BPCB) Jawa Timur. Selanjutnya SPSP Jawa Timur
pada tahun 1995 melakukan kegiatan inventarisasi dan
registrasi Candi Kalicilik dengan nomer inventaris
137/BLT/1995. Tahun 1999 Rahadhian PH mengadakan
penelitian tentang kajian tipo morfologi arsitektur candi di
Jawa pada Candi Kalicilik.
travellersblitar.com | 10
Lokasi dan rute
Secara administratif Candi Kotes terletak di Desa Sukosewu,
Kec. Gandusari, Kab. Blitar. Keberadaannya tidak terlalu sulit
untuk ditemukan, karena terletak tepat di pinggir jalan desa.

Kotes
Dari Kota Blitar candi ini dapat dituju dengan mengarahkan
perjalanan ke arah Malang. Sesampainya di Kantor Desa
Kendalrejo Talun ikuti rute berikut: Perempatan Kantor Desa
Kendalrejo belok ke kiri (ke utara) kemudian ikuti jalan sampai
mentok. Selanjutnya silakan belok kanan mengikuti jalan
hingga menjumpai papan petunjuk arah Candi Kotes. Candi
Kotes berada tak jauh dari papan tersebut.

Deskripsi candi
Candi Kotes terdiri dari dua struktur candi yang berderet ke
belakang menghadap ke barat. Struktur candi tersebut
berbentuk batur yang tersusun dari batu andesit. Struktur
candi pertama terletak di depan, memiliki tangga di sisi barat.
Struktur ini berukuran panjang 3.67 m, lebar 2.27 m dan tinggi
1.67 m. Di atas struktur tersebut terdapat dua altar dan satu
miniatur candi. Pada struktur ini terdapat inskripsi berupa
angka tahun 1223 Saka (1301 M).

Struktur candi kedua memiliki ukuran yang lebih besar dari


candi pertama, yakni panjang 7.54 m, lebar 5.37 m dan tinggi
yang tersisa tinggal 0.97 m. Pada bagian atas struktur ini
scan untuk melihat lokasi dijumpai lubang-lubang bekas menempatkan tiang-tiang kayu
dan juga ditemukan 19 umpak batu polos tanpa hiasan.
Diduga bahwa komponen candi di atasnya dahulu terbuat dari
kayu. Pada struktur ini juga terdapat tangga masuk di sisi
barat. Uniknya tangga tersebut tidak berada di tengah, tetapi
justru sedikit berada di selatan. Oleh karenanya bentuk
struktur candi kedua ini tidak simetris. Pada pipi tangga candi
ini terdapat inskripsi berupa angka tahun 1222 Saka (1300 M).
Candi kedua dibangun lebih awal dari candi pertama.
travellersblitar.com | 12

Candi kedua ini merupakan candi utama karena berada di


halaman yang lebih belakang. Dalam pakem candi periode
Jawa Timur, halaman belakang dianggap paling suci.

Sejumlah arca seperti Ganesa, Durga Mahesasuramardhini,


Mahadewa, Agastya dan nandi pem ditemukan di
kompleks candi ini. Sayangnya
keberadaa arca- arca tersebut
kini tidak diketahui.i Ada kemungkinan
arca-arca tersebut telah hancurlalu
ditata di belakang i candi bersama
komponen lepas lainnya. Salah satu
fragmen yang kini bisa dijumpai di hal-
aman belakang menunjukkan po-
tongan arca yang tinggal bagian kaki menumpang di atas
kerbau/lambu. Bisa jadi fragmen ini adalah bagian dari Arca
Durga Mahesasuramardhini yang pernah disebutkan dalam
laporan terdahulu. Berdasarkan arca-arcanya, Candi Kotes
merupakan candi bercorak Hindu.

Sejarah
Berdasarkan inskripsi pada candi pertama dan kedua yang
menunjukkan angka tahun 1222 dan 1223 Saka (1300 dan
1301 M), Candi Kotes dipastikan berasal dari masa awal
Kerajaan Majapahit, periode pemerintahan Raden Wijaya
(Krtarajasa). Candi ini didirikan hanya berselang tujuh sampai
delapan tahun dari berdirinya Kerajaan Majapahit.

1222 Saka

1223 Saka
13 travellersblitar.com

Riwayat pelestarian
Laporan tentang Candi Kotes dibuat oleh Hoepermans dalam
Hindoe-oudheden van Java (1864 - 1867) dalam ROD 1913,
laporan selanjutnya dibuat oleh Kneble pada tahun 1908
(ROC). Candi Kotes juga termuat dalam History of Java
(1917) karya Raffles, kemudian Candi Kotes dipugar untuk
pertama kalinya pada tahun 1921. Dalam laporan-laporan
terdahulu Candi Kotes disebut dengan sejumlah nama yang
berbeda. Menurut Hoepermans Candi Kotes dahulunya
bernama Candi Semanding yang berada di Desa Papoh,
tetapi van Kinsbergen dalam Notulen 1867 menyatakan Candi
Kotes dahulunya bernama Candi Papoh yang berada di Desa
Semanding.

Pada tahun 1995 dilakukan inventarisasi dan registrasi


terhadap Candi Kotes oleh SPSP (sekarang BPCB) Jawa
Timur dengan nomer inventaris 271/BLT/1995 dan
272/BLT/1995. Kemudian pada tahun 1999 Rahadhian PH
mengadakan penelitian di Candi Kotes.
travellersblitar.com | 14

Foto lama Candi Kotes koleksi digital Museum van


Wereldculturen

Candi Kotes masa kini


15 | travellersblitar.com

Lokasi dan rute

Candi
o
Candi Mleri atau dikenal juga sebagai Kekunaan Mleri terletak
di kaki Gunung Pegat, tak jauh dari Candi Pertapan yang
terletak di puncak gunung. Candi ini secara administratif

Mleri
terletak di Desa Bagelenan, Kec. Srengat, Kab. Blitar. Rute
menuju Candi Mleri adalah sebagai berikut: dari Kota Blitar
arahkan perjalanan ke barat ke arah Srengat. SMAN Srengat
masih lurus hingga menjumpai Perempatan Bagelenan. Dari
perempatan ini silakan belok ke kanan mengikuti jalan hingga
bertemu Jl. Ronggowuni (jalan kecil) di kiri jalan. Kekunaan
Mleri Terletak di Jl. Ronggowuni di sebelah kanan jalan.

Deskripsi candi
Candi Mleri merupakan kumpulan benda cagar budaya
berupa komponen candi yang berada di antara makam-
makam lama. Kemungkinan antara makam dengan
komponen candi tersebut berasal dari masa yang berbeda.
Bagian dari komponen candi yang bisa dijumpai disini antara
lain: sejumlah arca, sejumlah panil relief baik yang bersifat
naratif maupun dekoratif, sejumlah antefik, jaladwara,
jambangan, kala, lingga, prasasti, dan yoni.

Relief yang terdapat di Candi Mleri kebanyakan


menggambarkan adegan kegiatan masyarakat sehari hari
seperti seorang ibu menunggu anak, adegan mencangkul,
adegan berkelahi dan beberapa adegan lain. Namun ada pula
relief-relief yang menggambarkan adegan adegan ritus
seperti relief Siwa dan pemburu, kemudian relief yang
diidentifikasikan sebagai kisah Kapidjembawan di Pertapaan
Gandamadana. Relief-relief tersebut bersama beberapa arca
diletakkan dalam sebuah bangunan cungkup yang berisikan
makam tokoh Wong Agung Mleri (keterangan Almarhum Pak
nep vmmam Candi Mleri)/ Kyai Ageng Mieri
\ebel dalam ROC 1908).
Saat ini bebei !532!.3_'
e nd
travellersblitar.com | 16

Panil relief Candi Mleri. Panil tengah diidentifikasi sebagai


adegan Kapidjembawan di Pertapaan Gandémadana.

Panil relief Candi Mleri yang saat ini disimpan di Museum


Penataran, Blitar.

Panil relief Candi Mleri yang saat ini disimpan di Museum


Majapahit, Mojokerto.

Komponen candi lainnya seperti antefik, kala, lingga, prasasti,


dan yoni ditata membentuk semacam taman di halaman luar
bangunan cungkup. Antefik yang sebenarnya berfungsi
sebagai hiasan sudut berbentuk segitiga meruncing, kini
ditata mengelilingi yoni. Di Dekat yoni terdapat sebuah arca
yang di sisi belakangnya terdapat inskripsi angka tahun 1102
Saka (1180 M). Di timur tatanan antefik dan yoni terdapat dua
buah prasasti, salah satu prasasti telah patah. Sementara itu
lingga ditata berdekatan dengan jambangan, diletakkan di
selatan prasasti. Sedangkan kala ditata di bagian depan dekat
dengan pintu masuk area makam Kekunaan Mleri.
Berdasarkan keberadaan lingga dan yoni, diduga corak
keagamaan dari Candi Mleri adalah Hindu.
17 | travellersblitar.com

Sejarah
Prasasti di halaman Candi Mleri pernah dibaca oleh Damais.
Berdasarkan pembacaan tersebut unsur penanggalan dan
nama raja yang menganugerahkan prasasti ini dapat
diketahui. Unsur penanggalan dalam prasasti sebenarnya
sudah tidak dapat dibaca dengan jelas, namun setelah
dilakukan pengkajian menggunakan tabel yang disusun van
Wijk, Damais menyimpulkan bahwa penanggalan prasasti ini
adalah 1091 Saka (03 September 1169 M). Nama raja yang
menganugerahkan adalah Aryyeswara dari Kerajaan Kadhiri.
Berikut alih aksara Prasasti Mleri | oleh Damais:

1. //o//swasti $a (lancana) kawarsa

. . aswidewata . atigandayoga (lancana) tetilakarana . kuwerapa


[rwwesa]. mahendramandala . kanyarasi
4. irika diwasa ny &jna sri maharaja rakai hino sri a (lancana) ryyeswara
madhusudanawatararijaya
-------- sakalabhuwana—
5. t-niwéryya parakramotunggadewanama . umingsoritanda rakryan ri
Ppakirakirdn makadi rakryan kanuruhan — -- —

Angka tahun yang termuat di balik arca Candi Mleri


menunjukkan tahun 1102 Saka (1180 M). Tahun ini juga
berada dalam era Kerajaan Kadhiri periode pemerintahan
Aryyeswara (1160 hingga 1181 M)

1102 Saka

Toponim yang mirip dengan nama Mleri termuat dalam


Prasasti Candi Pertapan tahun 1120 Saka (1198 M) dan Kitab
Nagarakrtagama atau Kakawin Desawarnana. Prasasti Candi
Pertapan berasal dari Gunung Pegat berjarak 700 m di utara
Candi Mleri. Prasasti ini dikeluarkan pada era Kerajaan
Kadhiri periode pemerintahan Raja Srengga (Krtajaya).
Dalam prasasti ini disebutkan mengenai tempat bernama
Wieri. Alih aksara Prasasti Candi Pertapan dicantumkan pada
halaman 38 dalam ulasan menganai Candi Pertapan.

Sementara itu Kakawin Desawarnana digubah pada era


kejayaan Majapahit. Pada Kakawin Desawarnana pupuh 41
disebutkan mengenai tempat bernama Waleri yang
merupakan tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana dari
kerajaan Singhasari. Berikut kutipannya:
llersblitar.com

Cakabda kanawawaniksithi bhatara wisnu mulih in guralaya pjah, dinarmma ta


sire waleri giwawimbha len/ sugatawimbha mungwin jajaghu, samantara
muwah bhatara narasinhamurtti sira mantuk in surapada, hanar sira dinarmma
de haji ri wenker uttama giwarcca mungwi kumitir.

Artinya:
Tahun Saka awan sembilan mengebumikan tanah (1192) raja Wisnu
berpulang, Dicandikan di Waleri berlambang arca Siwa, di Jajago arca
Buddha, Sementara itu Batara Narasingamurti pun pulang ke Surapada,
Dicandikan di Wengker, di Kumeper diarcakan bagai Siwa Mahadewa.

Riwayat pelestarian
Laporan tentang Candi Mleri dibuat oleh Hoepermans dalam
Hindoe-oudheden van Java (1864 - 1867) dalam ROD 1913. Foto lama Candi Mleri, sumber:
Sistem Registrasi Nasional
Dalam laporannya tersebut, beliau menyebut candiinidengan Cagar Budaya
nama Candi Ngemplak. Laporan selanjutnya dibuat oleh
Kneble pada tahun 1908 (ROC). Prasasti Candi Mleri dibaca
oleh Damais, hasil pembacaanya dilaporkan dalam Etudes
d'epigraphie Indonesienne tahun 1952.
19 | travellersblitar.com

Comdi Penataran .
Lokasidan rute 12
Kompleks Percandian Penataran terletak di wilayah administratif — '
Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Secara —
geografis Kompleks Candi Penataran terletak di barat daya T e
Gunung Kelud. Di dekatnya terdapat Sungai Sumberen yang = -
bermata air di Gunung Kelud. Lokasi Kompleks Candi Penataran ;fi
cukup mudah dicapai melalui jalan utama Blitar - Penataran
sejauh 12 kilometer.

Deskripsi candi =
Kompleks Percandian Penataran dibangun di atas lahan
seluas 180 x 130 m yang terbagi menjadi tiga halaman
membuijur arah barat — timur dengan pintu gerbang/
gapura di sebelah barat. Halaman | terletak paling
barat, halaman II di tengah, halaman !!I terletak
paling timur. Tiap-tiap halaman disekat oleh pagat

gapura tersebut telah runtuh tinggal menyis


struktur bangunan. Keletakan halaman
ke belakang semakin tinggi, halaman p
anggap paling suci. Di setiap halaman
struktur bangunan sebagai berikut:
W
FIANDI PANATARAN RESIDIN HiraveersBItarkkomj Dot
MILATIF SCHAAL 1,300 BLAD N3

3 .— £ Y 18

LEGENDA

LEMBTE £ OUDSTE BOUWRERIOOL |35

Al mansreen moworermes (mas)


(! masarees Tomee T (rmes)
[arerrrpe———— ..)
1. mangresn Pesnyun. (mes - mes. )
W' mansTECo POORT .0)
.H mansveen TeRmas. (138~ 1)
!a . - -
. < - - -
o c .. e
) - - -
R. peee .. .

Tareoc Bovw PUROU [


N CumBCL £ TEARASSEN
VAN DN HOWETEPREL T ALLS
O T DA AR A AN

F. vengas. (cencesomoums) - ot
F Tengas o or soomp - westiots . m ke
~
8
M
B LR To -
x M

. Lo vonpasen (qesvasres) na oo .
X v i
1 Me
AA renr coms PEY O0 saagraciEs oo
20
vempe e
1' mamarun me OE BUD GEM

—l — ¥
Pu

Denah tata ruang Kompleks Candi Penataran koleksi digital


Perpustakaan Leiden University
Halaman pertama
rtama ini terdapat gapura pertama. Selain
masuk ke halaman pertama, gapura ini
n pil masuk kompleks percandian. Kondisi
sd'dah runtuh sehingga tidak dapat diketahui lagi bentuk

an lapik arca tersebut terdapat inskripsi angka


1320 M). Memasuki halaman pertama terdapat
bangunan yang terdiri dari dua batur pendapa,
Ianlatur candi dan CandiAngka Tahun.

n pengertian populer struktur ini disebut juga sebagai Bale


ng/ Pendopo Agung. Letak struktur ini berada di sudut barat
t halaman pertama Kompleks Candi Penataran, sekitar 45
ter di sebelah utara gapura pertama. Batur | tersusun dari batu
andesit, dengan denah berbentuk segi empat, berukuran panjang
39 m, lebar 16.50 m, tinggi 1.50 m, dengan orientasi arah utara-
selatan.

- Pada dinding batur tidak terdapat relief. Bagian bawah/fondasi


\Terd hiasan berupa dua naga yang saling melilit, kepala naga
~yang satu menjadi hiasan sudut, sedang kepala naga yang lain
terletak di kanan/kiri tangga, menjadi pijakan/alas arca dwarapala

si ini tersusun dari bata dengan denah persegi berukuran 8


x 8 meter. Di atas fondasi ini terdapat empat buah umpak
— berbentuk segi empat dengan hiasan geometris di bidang tengah,
\ diapit binatang yang saling bertolak belakang. Pada sisi atas
permukaan umpak terdapat sebuah lubang untuk menancapkan
.tiang berbentuk segi empat. Struktur fondasi | ini bersama Batur 11
- secara populer disebut sebagai Teras Pendopo.

atur I

llxtenetak di belakang struktur fondasi |. Batur ini tersusun


h andesit, berdenah segi empat membujur arah utara
atan dengan ukuran panjang 28 m, lebar 10 m, dan tinggi 1.50
m. Pada Batur !I terdapat inskripsi yang menunjukkan angka
- tahun 1297 Saka (1375 M). Bagian bawah Batur 1! berhias lilitan
X dua tubuh ular seperti pada Batur |. Pada dinding bangunan
terdapat beberapa relief naratif yang terentang ke arah prasawya
travellersblitar.com | 22

=
ReliefSri Tanjung

a£ w
Relief Bubuksah Gagangaking

(berlawanan arah jarum jam). Relief-relief tersebut sangat


istimewa karena berisi kisah kisah asli nusantara yang jauh dari
pengaruh cerita-cerita India seperti Mahabarata dan Ramayana.
Di antara relief-relief tersebut yang telah diketahui jalan ceritanya
adalah cerita Bubuksah Gagangaking, Sang Satyawan dan Sri
Tanjung. Penggambaran tokoh-tokoh utama dalam masing-
masing cerita(kecuali Bubuksah Gagangaking) cukup khas
karena menampilkan figur bertopi tekes yang populer di era
Majapahit.

Miniatur candi

Di sebelah selatan Batur II terdapat dua buah miniatur candi ¢


sebuah tiang batu. Miniatur candi utara dan selatan mempuny
bentuk yang sama berukuran 1 x 1 m dan tinggi 2.30 m.
atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh dan atap.
23 | travellersblitar.com

Struktur fondasi II dan III

Struktur fondasi II terletak di sudut barat laut Candi Angka Tahun,


sedangkan struktur fondasi Il terletak di sebelah utara Candi
Angka Tahun. Kedua fondasi ini tersusun dari batu bata dan
kondisinya telah runtuh. |

Candi Angka Tahun


Kempers memberi nama bangunan ini dengan nama Candi
Angka Tahun karena pada ambang pintunya terdapat inskripsi
angka tahun 1291 Saka (1369 Masehi). Candi Angka Tahun
merupakan satu-satunya bangunan di Kompleks Candi
Penataran yang masih utuh setelah mengalami pemugaran pada
tahun 1917 —1918.

Candi Angka Tahun terletak di belakang batur Il. Denah


bangunan berbentuk segi empat berukuran panjang 6.50 m lebar
5 m dan tinggi 9.50 m. Secara umum bangunan ini terbagi atas z
tiga bagian, yaitu kaki, tubuh dan atap. Di dalam bilik bangunan ””
terdapat arca Ganesa, sedangkan pada langit-langit bilik
tersebutterdapatornamen surya. Di halaman muka J
candi pada sisikanan dan kiri terdapat sepasang
arcadéwa dan dewi.
Halaman kedua
Halaman kedua dibagi oleh pagar membujur
menjadi dua bagian, yaitu halaman utara
dan selatan. Saat ini pagar pembatas
tersebut telah runtuh tinggal menyisakan
struktur fondasi. Pada halaman kedua
sebelah utara terdapat gugusan struktur
yang terdiri dari tiga batur, tiga fondasi dan
Candi Naga. Pada halaman kedua sebelah
selatan terdapat sebuah fondasi.

Gapurall

Untuk menghubungkan halaman pertama


dengan halaman kedua terdapat dua buah
gapura berjajar. Kedua gapura tersebut telah
runtuh. Pada kanan kiri masing-masing
gapura terdapat arca dwarapala.

Baturlll,IVdanV

Batur !!! terletak di halaman utara paling


barat berhimpit dengan pagar pembatas
halaman Il. Batur berbentuk segi empat
berukuran panjang 11.86 m, lebar 5.06 m
dan tinggi 0.35 m, membujur arah utara
selatan. Bagian bawah batur tersusun
dari bata, sedang bagian atas ditutup
dengan tatanan lantai dari batu andesit.

Batur IV terletak di sudut timur laut halaman


I1. Batur ini berdenah persegi berukuran
4 x 4 m, terbuat dari batu andesit. Di atas
batur ini terdapat sebuah arca yang belum
selesai.

Batur V terletak di sudut barat daya batur IV.


Batur berdenah persegi berukuran 3.40
x 3.40 m, tersusun dari bata. Pada sisi
selatan terdapat penampil yang mengindikasi-
kan bahwa batur ini menghadap ke arah
selatan.
25 | travellersblitar.com

Candi Naga _! ' c , 93


Candi Naga terletak di sebelah timur. Candi ini menghada ke arat‘
berdenah segi empat berukuran-panjan 4.83 m dan tinggi 4.70 m
Struktur candi tersusun.dari
batu and_e

Baglan atap candi telah runtuh, sehingga tlnggal menylsakan bagian kakl’dgn y
tubuh. Kaki candi polos, pada sisi barat terdapat penampil dengan tangga naik k P~
bilik. Bentuk pipi tangga polos, pada bagian ujungnya membentuk ukel berhias
relief tumpal.

Tubuh candi berdenah segi empat dengan pintu masuk di sisi barat. Pada bagian
atas tubuh terdapat hiasan naga mengelilingi candi, sehingga naga tersebut
seolah-olah melilit candi. Naga tersebut disangga oleh relief tokoh berjumlah
sembilan, masing-masing terletak di kanan kiri pintu masuk, sudut-sudut dan
pertengahan sisi. Di antara relief-relief tokoh ini dihias panil segi empat dengan
medalion bermotif tumbuhan yang distilir dan relief binatang seperti rusa, singa,
killin, anjing, sapi.

Di bawah kaki relief-relief tokoh Candi Naga dipahatkan panil segi empat dengan
relief sebagai berikut: Seorang wanita sedang membajak tanah dengan alat
singkal yang ditarik dua ekor kura-kura; Seekor ular dan gunung; Seekor sapi
berhadapan dengan seekor singa; Seorang wanita sedang duduk, membawa alat
seperti gada; Dua punakawan duduk berhadapan; Seekor rusa melompat dengan
kepala menoleh ke belakang; Seorang wanita berjalan sambil menoleh ke
belakang, dibelakangnya seorang berlari mengejarnya; Seorang wanita
membawa bakul di atas kepala; Seorang wanita duduk bersimpuh, tangan kiri
bertumpu di alas duduk; Seorang punakawan duduk (ardhaparyanka) tangan
kanan bertumpu di lantai
Struktur fondasi IV, V dan VI

Struktur fondasi IV terletak di sebelah utara Candi Naga, tersusun


dari bata berdenah segi empat berukuran 2.10 x 3.20 m. Di atas
fondasi ini terdapat tatanan batu-batu andesit.

Struktur fondasi V terletak di sebelah selatan Candi Naga,


tersusun dari bata berdenah segi empat berukuran 3.62 x 3.64 m.
Di atas fondasi ini terdapat umpak segi empat berjumlah lima
buah. Di selatan struktur fondasi V, tepatnya di selatan jalan
setapak terdapat struktur fondasi VI. Fondasi ini tersusun dari
bata berdenah segi empat berukuran 3.45 x 3.60 m. Di atas
fondasi ini terdapat umpak segi empat berjumlah lima buah.

Halaman ketiga
Pada halaman ketiga terdapat gugusan struktur yang terdiri dari
empat struktur fondasi, candi induk, lima candi perwara, Prasasti
Palah, susunan percobaan tubuh candi induk, sebuah altar dan
sebuah kolam.

Gapuralll

Untuk menghubungkan halaman pertama dengan halaman


ketiga terdapat sebuah gapura. Saat ini gapura tersebut telah
runtuh. Pada kanan kiri gapura terdapat arca dwarapala.

Struktur fondasi VII, VIII, IX dan X

Struktur fondasi VII, VIII dan IX merupakan deretan tiga fondasi


di depan candi induk. Struktur fondasi VII berdenah segi empat
berukuran4.12 x 3.98 mtinggi 0.31 m, tersusun dari bata. Struktur
fondasi VIII merupakan bagian yang terletak di tengah deretan
tiga fondasi di depan candi induk. Seperti halnya fondasi VII,
fondasi VIII ini juga terbuat dari bata dengan denah segi empat
berukuran 3.71 x 8.10 m. Di atas fondasi ini terdapat semacam
umpak berbentuk segi empat tersusun dari bata berperekat,
berderet dari utara selatan sebanyak empat buah. Struktur
fondasi IX berdenah segi empat berukuran 3.34 x 3.17 m, tinggi
0.09 m, tersusun dari bata.

Struktur fondasi X terletak di sebelah kiri/ selatan gapura I,


berdenah segi empat berukuran 2.38 x 3.42 m, tinggi 0.16 m,
tersusun dari bata.
27 | travellersblitar.com

Candi Induk

Candi Induk Penataran merupakan struktur candi paling besar dan paling penting
dari Kompleks Candi Penataran. Candi ini terletak di tengah halaman III,
dikelilingi struktur-struktur lainnya. Candi ini menghadap ke barat sesuai dengan
arah hadap kompleks percandian. Candi Induk terdiri atas tiga kaki yang
bertingkat. Kaki tingkat | (paling bawah) berdenah segi empat berukuran 32.50 x
29.50 m, tinggi 7.20 m.

Pada sisi depan terdapat dua tangga naik ke lantai teras pertama. Tangga ini
dilengkapi dengan pipi tangga berbentuk ukel berhias relief tumpal. Setiap tangga
diapit dua arca penjaga yang diwujudkan dalam bentuk Siwa Mahakala. Arca ini
digambarkan berdiri di atas lapik tengkorak. Tangan kanan tertumpu pada gada
yang diletakkan berdiri di samping kaki kanannya, sementara itu di samping kaki
kirinya terdapat pahatan tokoh wanita berukuran lebih kecil. Pada setiap lapik
arca terdapat inskripsi angka tahun 1269 Saka (1347 M).

Di belakang arca terdapat relief cerita binatang yang berbeda beda tiap arca.
Relief-relief tersebut antara lain: Seekor sapi sedang menggendong buaya;
Seorang laki-laki sedang memikul kura-kura dan di depannya terdapat seekor
kijang; seekor bangau terbang membawa dua ekor kura-kura pada paruhnya, di
bawahnya terlihat dua ekor anjing; seekor burung terbang, dan leahnya .
terdapat seekor buaya. n

Candi Induk
travellersblitar.com | 28

Dinding kaki tingkat | dihias dengan relief Ramayana, urutan ceritanya disusun
secara prasawya (berlawanan dengan arah jarum jam). Relief Ramayana ini
dipahatkan dalam panil berbentuk segi empat, diseling dengan relief binatang
yang dipahatkan dalam panil medalion. Relief diawali dengan adegan Hanuman
tiba di Alengka dan diakhiri dengan adegan Anggada menyerang Kumbakarna.

Kaki tingkat Il berdenah segi empat dengan sebuah hngga naik di sisi barat. Di
kanan kiri tangga terdapat lapik arca, aka sekarang arcanya sudah tidak

Dinding kaki tingkat ceritanya disusun


secara pradaksina (' i diav gan adegan seorang
naik kuda di depan pengikutnya dengan seekor-gajah di be!akang dan diakhiri "
dengan dua orang punakawan perempuan, dua punakawan laki-laki dan tiga .
perempuan. 7l

Kaki tingkat Ill, berdenah segi empat dengansebuah tangga naik di sisi barat. Di
atas pipi tangga terdapat kepala naga. Dindin kaMngkat Illtidak dihias dengan
pahatan relief naratif. Hiasan dinding pada kaki tingkat:1!! berupa relief singa
bersayap dan relief naga bersayap yang dipahatkan Secara berselang-seling.
a Kakitingkat III sebenarnya merupakan dasar penyangga tubuh.candi yang sudah
runtuh dan sekarang disusun menjadi susunanpercobaan tubuhcandi induk.
\ 5, -
K \‘
29 | travellersblitar.com

Candi perwara

Candi perwara di sekeliling candi induk berjumlah lima buah. Sebagian besar
candi perwara tersebut telah runtuh, tinggal menyisakan bagian kaki candi.

Candi perwara yang relatif lebih utuh terletak di sebelah selatan. Candi ini masih
memiliki sebagian tubuh. Candi berdenah segi empat dengan ukuran 8 x 5 m,
tinggi 4.50 m. Kaki candi polos, terdapat tangga naik di sisi barat. Bagian tubuh
candiyang tersisa hanya sisi barat dan sisi utara.
—— travellersblitareom | 30

|l o || swasti cakawarsatita 1119 asadha |


marakih grahacara . stha bani(ja kara)na gukla yoga ba |
W

dewata mahendramandala wrccika ragi irika diwagany ajna paduka |

gwara ¢ri wikramawataranindita ¢rggalancana digjayotunggadewanama y


NS A

maka | $
gra sang kki sira dangbyang pa( Jka muwah sira N
o

mpungku sama mpungkwi wuka |


gwara mpungkwi lokegwara mpu mahe;wara si 4 5
ka ta mpungkwi mpa o} E
umingsor i tanda rakryan ri pakrraklrén makabehan -makadi rakryan
kanuruhan mpu(ng)kwi mapanjija — — sambandha . 3
rmmakatulya sdangnira gri maharaja sanityangkén pratidina i Ira
0

paduka bhatére palah atéhér mapratistha ri linggo | (pala)


ri bhuktiniran tan can ksi nikang sanghyang catur lurah mnam
©

haru nika . i
sgnslru;rrrgghamjasa()li G Eey a
- nakinak pamrih rihaji — — A7
-
S

o .
7 6 w 4 o~ P
“ S na prabhu — wfsnumumya
- watara sakalé;aggtp&laka tan dadi tail bhumancayakna ka | .
119 . laya;;guningunlm paf Jinggal ira ngf"g?karuhun
o kapsdpl)mn ira pa!dnlkas =
713 suEtuhngk’fl 5 - ilbani paduka cri maharaja pirwwama
n‘praflka % ‘rumaksa saka .— rimula|
14. -~ muwuhikadharmmoragahan antahala
£ nikang samya sa(ng) catur lurah ni pamajakénira ing sayaksu( Ju |
5. dinai sira paduka bhatare palah apan alyanta gong mking Ia;a( )naga
—— miragri. mehdraja ri kadhannmo(la)gahan il

- aa kutlpan Prasasti Palah s depan bans it sampal 15

Prasastl Palah eI S K S eiaS


Parasasti Palah terletak di sebelah selatan candi induk. Prasasti ini berukuran
lebar 1 m, tinggi 1.94 m, dan tebal 0.30 m. Pada bagian tengah atas prasasti
terdapat lencana berbentuk lingkaran dengan segi empat miring di tengahnya.
Aksara yang digunakan dalam prasasti adalah Jawa Kuno. Prasasti ini memuat
angka tahun 1119 Saka (1197 M) dan menyebutkan nama bangunan suci Palah
yang merupakan nama asli dari Candi Penataran.
31 | travellersblitar.com

Susunan percobaan tubuh candi induk

Susunan percobaan tubuh candi induk terletak di barat laut candi induk. Bagian-
bagian yang sudah tersusun ini tidak utuh seluruhnya, akan tetapi hanya sisi
barat, sudut barat-daya, dan sisi selatan bagian barat, sehingga belum dapat
dipastikan bentuk tubuh candi dan ukuran yang sebenarnya. Dari susunan ini
dapat diketahui beberapa motif hias/ relief.

Bagian kaki dihias dengan relief ghana yang diseling relief binatang seperti rusa,
biawak, babi hutan, singa, kilin, trenggiling. Di bagian tubuh terdapat relung/
jendela semu. Bagian di bawah relung dihias dengan relief angsa, ambang relung
dihias relief surya dan naga. Di kanan kiri relung terdapat relief tokoh dewi diapit
hiasan medalion dengan relief raksasa dalam bentuk kerdil membawa semacam
tumuhan ditangannya.

Rekonstruksi di atas kertas Candi Induk Penataran koleksi digital Perpustakaan


Leiden University
i
avellersblitar.com | 32

Petirtaan dalam terletak di ujung tenggara halaman Ill, berbentuk segi empat
berukuran 6.50 x 5.05 m dengan kedalaman 2.65 m. Dinding kolam sebelah barat
bagian bawah terbuat dari bata, bagian atas terbuat dari batu andesit, sedang
dinding timur terbuat dari batu andesit.

Dinding sebelah barat dihias dengan beberapa relief, antara lain: Seekor rusa,
seorang manusia menyembah kera, di belakangnya ada babi hutan; Seekor
burung terbang membawa dua kura-kura dengan ranting diparuhnya, dan dua
ekor anjing melihat dari bawah; Seekor burung terbang membawa dua kura-kura
yang jatuh dan dua ekor anjing hendak menerkam kura-kura tersebut; Seekor
singa sedang membajak ditarik dua ekor sapi; Seekor singa di dalam hutan, di
atas panil ini terdapat inskripsi angka tahun 1337 Saka ( 1415 M ); Seekor sapi
berhadapan dengan seekor buaya; Seekor sapi menggendong buaya melintasi
sungai; Seorang manusia (pemburu) memikul kura-kura dengan tongkat;
Seorang manusia (pemburu) mengejar seekor rusa.

Altar

Di sebelah kiri tangga turun menuju petirtaan dalam, terdapat sebuah altar terbuat
dari batu andesit, berbentuk persegi dengan ukuran 1.70 x 1.92 m, tinggi 1.58 m.
Pada keempat sisinya terdapat panil batu bata yang menonjol keluar tanpa relief.

Candi Pemandian Penataran

Candi Pemandian Penataran terletak 310 m di timur laut Kompleks Candi


Penataran. Candi ini didirikan di bantaran Sungai Tanen. Struktur candi tersusun
dari batu andesit dengan denah segi empat berukuran 10.62 x 5.83 m, membujur
utara selatan dengan arah hadap ke barat. Candi ini disekat menjadi dua bilik,
yaitu bilik utara dan selatan, masing-masing bilik mempunyai pintu masuk di sisi
barat. Halaman depan candi ini tertutup tanah sebatas lantai pintu lebih tinggi £
0.72 m dari lantai di dalam bilik, sehingga untuk masuk ke dalam bilik harus
melewati trap tangga turun.
33 | travellersblitar.com

Latar sejarah
Di masa klasik, Candi Penataran digunakan sebagai tempat pemujaan selama
lebih dari 250 tahun. Angka tahun tertua di Kompleks Percandian Penataran
berasal dari prasasti Palah yang dianugerahkan oleh Raja Srengga (Krtajaya) dari
Kerajaan Kadhiri pada tahun 1119 Saka (1197 M). Dalam prasasti tersebut
diberitakan bahwa Raja Srengga mempersembahkan candi bernama “Palah”
untuk Bhatara. Yang menarik prasasti ini juga memuat keterangan mengenai
usaha Raja Srengga untuk menyempurnakan bangunan suci Palah yang beliau
kunjungi. Keterangan ini mengisyaratkan bahwa bangunan suci Palah sudah
berdiri sebelum prasasti ini dianugerahkan.

Inskripsi-inskripsi selanjutnya banyak berasal era setelah Kerajaan Kadhiri yakni


dari rentang waktu 1214 hingga 1376 Saka (1292 hingga 1454 M). Inskripsi tahun
1214 Saka (1292 M) pada arca dwarapala bertepatan dengan era Kerajaan
Singhasari periode pemerintahan Raja Krtanagara (1268 — 1292 M) atau mungkin
Jayakatwang yang mengalahkan Kertanagara.

Pada era Majapahit periode pemerintahan Raja Jayanegara (1309 — 1328 M),
dilakukan penambahan bangunan yang sekarang tinggal ambang pintunya
berinskripsi 1245 Saka (1323 M) dan dua arca dwarapala pada gapura |
berinskripsi 1242 S (1320 M). Peninggalan dari periode Ratu Tribhuwana (1328 —
1350 M) ditandai dengan inskripsi 1269 S (1347 M) pada arca mahakala candi
induk.

Dalam periode pemerintahan Hayam Wuruk (1350 — 1389 M) terjadi banyak


penambahan bangunan, antara lain Candi Angka Tahun berinskripsi 1291 Saka
(1369 M), Teras Pendopo/ Batur Il berinskripsi 1297 Saka (1375 M ) dan dua
bangunan yang tinggal menyisakan ambang pintunya berinskripsi 1294 Saka
(1372 M), 1295 Saka (1373 M) dan 1301 Saka (1379 M). Kemudian pada periode
pemerintahan Ratu Suhita (1400 — 1447 M) terjadi penambahan petirtaan
berinskripsi 1337 Saka (1415 M). Temuan angka tahun termuda 1376 Saka (1454
M) masuk dalam periode interregnum (kekosongan kekuasaan) Majapahit yang
terjadi mulai tahun 1453 M sampai tahun 1456 M. Berikut daftar inskripsi angka
tahun yang ditemukan pada Kompleks Candi Penataran diurutkan dari yang
tertua hingga yang termuda:

1119 Saka (1197 M) termuat dalam Prasasti Palah


1214 Saka (1292 M) dipahatkan pada alas dwarapala
1242 Saka (1320 M) dipahatkan pada alas arca dwarapala gapura |
1245 Saka (1323 M) dipahatkan pada sisa ambang pintu
1269 Saka (1347 M) dipahatkan pada alas arca mahakala candiinduk
1291 Saka (1369 M) dipahatkan pada ambang pintu Candi Angka Tahun
1294 Saka (1372 M) dipahatkan pada bekas ambang pintu
1295 Saka (1373 M) dipahatkan pada bekas ambang pintu
1297 Saka (1375 M) dipahatkan pada batur Il/teras pendopo
1301 Saka (1379 M) dipahatkan pada bekas ambang pmtu
Saka (1415M)dlpahatkanpeda petirtaan —
M ki tahunP"“
i B e aa "t
be

travellershlitorco a3

Dalam Kitab Nagarakrtagama/ Kakawin Warnnana pada pupuh 17 dan pupuh 61


diberitakan mengenai kunjungan Raja Hayam Wuruk ke Candi Penataran
(Palah). Kutipannya sebagai berikut:

Yan tan mangka mareng phalah mareki jong hyang acala pati bhakti sadara, pantes yan panulus
dhateng ri balitar mwang-1 jimur-I silahritalenggong,

Artinya

Bila tidak demikian Baginda pergi ke Palah memuja Hyang Acala Pati dengan bersujud, bisa juga terus
ke Balitar dan jimur mengunjungi bukit-bukit yang permai,

Ndan ring saka tri tanu rawi ring wesaka, sri na-/-tha muja mara ri palah sabrtya, jambat sing ramya
pinaraniran langlitya, rilwang wentar manguri balitar mwang jimbe

Artinya

Lalu pada tahun saka Tritanurawi-1283 (1361 Masehi) bulan Wesaka-April-Mei, Baginda Raja memuja
(nyekar) ke Palah dengan pengiringnya, berlarut-larut setiap yang indah dikunjungi untuk menghibur
hati, di Lawang Wentar Manguri Balitar dan Jimbe

Penyebutan terakhir Candi Penataran dengan nama Palah dapat dijumpai pada
catatan Bujangga Manik sekitar tahun 1500 M. Sumber pertama yang menyebut
nama Panataran adalah Serat Centhini dari abad ke 19 M.
35 | travellersblitar.com

Riwayat pelestarian
Nama Candi Penataran muncul kembali pada awal abad ke 19 saat Horsfield
mengadakan kunjungan ke candi tersebut pada tahun 1815. Laporan Horsfield ini
dijadikan sebagai salah satu bahan oleh Raffles untuk menyusun buku History of
Java. Kunjungan berikutnya dilakukan oleh Hoepermans pada tahun 1866, van
Kinsbergen pada tahun 1872, Brandes pada tahun 1887, Andre de la Porte dan J.
Knebel pada tahun 1900. Hasil pengamatan dan kunjungan tersebut kemudian
dikumpulkan dan dibukukan oleh Knebel pada tahun 1908. Setelah buku tersebut
selesai dikerjakan banyak perhatian ditujukan pada Candi Penataran. Pada tahun
1917 Perquin melaporkan tentang perbaikan yang dilakukan pada Kompleks
Candi Penataran, di antaranya perbaikan batur |1, Candi Naga, dan candi induk.

Pada tahun 1919 van Stein Callenfels mengenali kembali beberapa reliefdi batur
Il sebagai adegan dari cerita Bubuksah, kemudian pada tahun 1925 beliau
kembali mengenali beberapa relief sebagai adegan dari cerita Sang Satyawan.
Galestin pada tahun 1948 juga mengenali kembali beberapa relief di batur II
sebagai adegan dari cerita Sri Tanjung. Pada masa pendudukan Jepang
Kobijitsu Kenkyusho menerbitkan buku tentang kompleks Candi Penataran
dengan judul “Tjandi Panataran”.

Beberapa peneliti Indonesia telah meneliti dan membahas kompleks percandian


ini baik dalam bentuk karya ilmiah maupun bentuk buku. Satyawati Suleiman
(1981) membahas tentang relief-relief yang dipahatkan pada batur Il (teras
pendopo), baik yang sudah diketahui jalan ceritannya maupun yang belum
diketahui jalan ceriteranya. Bambang Sulistyanto (1985) dalam skripsinya yang
berjudul “Relief Bubuksah Gagangaking pada Candi-Candi Jawa Timur*
membahas tentang relief Bubuksah Gagangaking yang ada pada batur II (teras
pendopo). Hariana Suryaningsih (1987) dalam skripsinya yang berjudul “Peranan
dan Fungsi Tokoh Punakawan pada Candi-Candi Periode Jawa Timur*,
menyinggung tentang relief tokoh punakawan yang ada di kompleks Candi
Penataran dan menyimpulkan bahwa tokoh punakawan tersebut merupakan
salah satu unsur kepercayaan bangsa Indonesia asli.

Pada tahun 1991 Ismail Lutfi mengadakan penelitian tentang Prasasti Palah yang
ditemukan di dalam Kompleks Candi Penataran dan menuangkannya dalam
bentuk skripsi dengan judul “Telaah Prasasti Palah dalam Hubungannya dengan
—— Candi Panataran". Dalam penelitian tersebut
—yang dianugerahkan oleh Raja Srengga (Ker
33 ’pendl'flan bangunan sucl(candl) tetaplme up
travellersblitar.com | 36

Sukawati Susetyo pada tahun 1993 membahas relief Sri Tanjung pada batur II
(teras pendopo) Penataran dalam skripsinya yang berjudul “Ceritera Sri Tanjung:
Studi Perbandingan antara Relief dengan Naskah Ceritera”. Widya Rahmayani
pada tahun 1995 membahas relief Ramayana di Candi Induk dalam skripsinya
yang berjudul “Aspek Pendidikan Politik pada Relief Ceritera Ramayana di Candi
Panataran dan Kakawin Ramayana®“. Rr. Isti Retno Kumaraningrum pada tahun
1997 membahas relief Krsnayana di candi induk dalam skripsinya yang berjudul
“Nilai-Nilai Kepahlawanan Krsna dan Latar Belakang Penggambarannya dalam
Relief ceritera Krsnayana di Candi Panataran”.

Pada tahun 1993/1994 Bagian Proyek Pelestarian/ Pemanfaatan Peninggalan


Sejarah dan Purbakala Jawa Timur melaksanakan Studi Teknis Arkeologis. Pada
tahun 1994 SPSP (sekarang BPCB) Jawa Timur melakukan pemugaran batur
I/bale agung dan dilakukan pemasangan pagar pengaman pagar penyekat
halaman.

Pada tahun 2000 Yuni Dwi Ratnawati membahas relief Ramayana di Candi Induk
Penataran dalam skripsinya yang berjudul “Studi Komparatif Relief Cerita
Ramayana pada Candi Prambanan dan Candi Panataran”. Beliau menyatakan
bahwa penggambaran relief cerita Ramayana di Candi Prambanan dan Candi
Penataran memiliki banyak perbedaan yang disebabkan karena adanya
perbedaan corak kebudayaan periode Jawa Tengah dan periode Jawa Timur.
Pada tahun 2000 dan 2001 SPSP (sekarang BPCB) Jawa Timur melakukan
perkuatan terhadap kaki tingkat 111 Candi Induk.
37 | travellersblitar.com

Candi Pertapan atau Candi Petapan berada di salah satu


£ Puncak Gunung Pegat. Kini area di sekitar candi beserta
struktur candinya telah dikembangkan menjadi tempat Wisata
fl n I Bukit Pertapaan.

%m‘ap&m Secara administratif Candi Pertapan masuk dalam


wilayah Desa Bagelenan, Kec. Srengat, Kab. Blitar. Rute
menuju candi ini adalah sebagai berikut: dari Kota Blitar
arahkan perjalanan ke barat ke arah Srengat. Dari SMAN
Srengat masih lurus hingga menjumpai perempatan
Bagelenan. Dari perempatan ini silakan belok ke kanan.
Pertigaan Candi Mleri lurus saja hingga menjumpai pertigaan
lagi kemudian belok kiri mengikuti petunjuk arah menuju
Wisata Bukit Pertapaan.

Deskripsi candi
Candi Pertapan telah runtuh hanya menyisakan bagian kaki
candi dan struktur talud. Sisa struktur dan sejumlah
komponen batu candi yang berserakan terbuat dari batu
andesit dan sedikit saja yang terbuat dari batu bata. Pada
reruntuhan candi masih dapat dijumpai bagian ambang pintu,
antefik, yoni dan kala. Yoni Candi Pertapan ini sangat indah
karena ceratnya disangga oleh naga raja. Keberadaan yoni
mengindikasikan bahwa Candi Pertapan bercorak Hindu.

Riwayat pelestarian
Laporan awal tentang Candi Pertapan dibuat oleh
Hoepermans dalam Hindoe-oudheden van Java (1864 - 1867)
dalam ROD 1913, laporan selanjutnya dibuat oleh Verbeek
pada tahun 1890, kemudian Kneble pada tahun 1908 (ROC).
Dalam laporan Hoepermas disinggung mengenai keberadaan
sebuah prasasti yang memuat angka tahun 1120 Saka (1198
M). Prasasti tersebut berada di Pinggirsari dan dinyatakan
berasal dari Candi Pertapan. Pemindahan prasasti tersebut
bermula dari penggalian batu candi pada Mei 1866 untuk
keperluan pembuatan saluran air. Alih aksara dari Prasasti
Candi Pertapan dibuat oleh Brandes diterbitkan dalam OJO
oleh Krom. Sementara itu Knebel melaporkan bahwa terdapat
makam yang terbuat dari batu Candi Pertapan memuat
inskripsi angka tahun 1237 Saka (1315 M) dan arca wanita
dengan angka tahun 1365 Saka (1443 M), yang berada di
travellersblitar.com | 38

Blitar. Namun benda benda tersebut tidak ditemukan lagi saat


Knebel menelusurinya di Blitar.

Sejarah
Prasasti dan sejumlah inskripsi yang berasal dari Candi
Pertapan menunjukkan kurun waktu 1120 — 1365 Saka (1198
— 1443 M). Berdasarkan data tersebut diduga Candi Pertapan
dimanfaatkan dalam rentang waktu yang cukup lama, yakni
sejak era Kerajaan Kadhiri periode pemerintahan Raja
Srengga (Krtajaya) hingga era Majapahit periode
pemerintahan Ratu Suhita (Prabu Stri).

Prasasti Candi Pertapan tahun 1120 Saka tidak dikeluarkan


oleh otoritas kerajaan melainkan oleh komunitas keagamaan
di Subhasita. Berikut alih aksara Prasasti Candi Pertapan:

hyayanasmaru
1. || swasti cakawarsatita 1120 karttikamasa tithipancadagi | cuklapaksa ha
po | ¢a wara wugu grahacara agneyastba bharani naksatra yama(de) |
wata wyatighata yo
2. ga tetila karana baruna parwwega agneyamandala irika diwaga | nya
kaki ri subhasita ma | miwruh( )wadin kabuyutan i mukudditan ri mangu
ri tanda mangaran i subhasita | samya lwir warasamya |
3. wileri talwang jurang birikuruwil pandyasan su wwa
| risi walat waduri kina | katyanikang kweh nira
saksi sinungan cancut tuhun sira si | manwam atuha Iwirnira isbi |
4. iwleriipandyasan luwém i lajiran i rawadi i pandyasan | ma-
kadi sira ri trinayana | muwabh i jalasa( )i( Jha i Iwapandak padélgan
pinggir ing tasik | samangkana kweh nira saksi |
5. n dawan ri manghuri kabuyutan turung
sunga | lan kewala saka | micranira kapwa mangikut ya ri
sang hyang kabuyutan ri subhasita tka dha | haring dlaha tatkala
bu|
6. yutrama ku la jaya ri wleri bu( )¢ri( )ka buyut | tan juru
rakryan pa | sung salai buyut bukung juru mpu santaraja biring
pinghai rakrya | n ri manghuri kabaya |
7. nring pamalajaran mangaran sa( )la buyut san | kawi
buyut sira [tsi] makasi(r)kasi(r) ranggarangga dabadas buyut ha |
dyan makasirkasir bhata /
F 19

Wi danrute
. Ry

i34
ndi Plumbangan secara administratif terletak di Desa
scan untuk melihat lokasi _Plumbangan, Kecamatan Doko, Kab. Blitar. Letak candi ini tak
‘terlalu jauh dari Kawedanan Wlingi. Dari kawedanan silakan
menuju Jl. Hayam Wuruk, selanjutnya perhatikan papan
*l.'l: petunjuk arah menuju Doko, kemudian ikuti arah yang

A
ditunjukkan. Ikuti JI. Anusapati yang berkelok-kelok hingga
sampai pada gapura selamat datang Desa Plumbangan,
kemudian ikuti arah yang ditunjukkan papan petunjuk arah
Candi Plumbangan. Lokasi Candi Plumbangan berada di
tengah pemukiman penduduk dan dikelilingi jalan desa.
travellersblitar.com | 40

Plumbangan sebenarnya kurang tepat disebut sebagai candi.


Istilah candi dalam kasus ini hanyalah etimologi umum untuk
menyebut bangunan atau struktur yang berasal dari masa
klasik. Candi Plumbangan sendiri sebenarnya merupakan
sebuah gapura bergaya paduraksa (atap menyatu).

Deskripsi candi
Candi Plumbangan menghadap ke arah barat. Candi ini
merupakan sruktur gapura paduraksa yang tersusun dari batu
andesit, dengan ukuran panjang bangunan 4.50 m, lebar 2.40
m dan tinggi 5.60 m. Dari sisi arsitekturnya, Gapura
Plumbangan ini sangatlah sederhana. Pada bagian pintu
gerbang tidak terpahatkan relief tetapi hanya berupa pelipit-
pelipit garis saja. Pada bagian ambang pintunya terdapat
pahatan angka tahun 1312 Saka (1390 M). Sedangkan bagian
kemuncaknya berbentuk kubus.

Selain gapura, pada kawasan Candi Plumbangan dijumpai


pula tinggalan lepas berupa batu candi, yoni, dan Prasasti
Panumbangan. Yoni pada Candi Plumbangan memiliki ragam
hias yang unik, di mana bagian ceratnya berbentuk makara
yang disangga seekor singa.

Sejarah

1312 Saka

Berdasarkan angka tahun 1312 Saka (1390 M) yang terpahat


pada ambang pintu, diketahui bahwa Candi Plumbangan
berasal dari era Kerajaan Majapahit, bertepatan dengan
periode awal pemerintahan Raja Wikramawardhana (Bhra
hyang Wisesa). Di sisi lain Prasasti Panumbangan yang
berada di lingkungan Candi Plumbangan merupakan prasasti
dari era yang lebih tua, yakni dari era Kerajaan Kadhiri.
Prasasti Panumbangan dianugerahkan oleh Raja
Bameswara pada tahun 1042 Saka (1120 M) kepada
penduduk Desa Panumbangan. Berikut alih aksara dari
Prasasti Panumbangan bagian depan baris 1 sampai 9:
‘makam: kryan
ikang rama | lima dawan i panumba | .
ngaidalemthani samagégé galari pasamayan humatur mamp(t
akampak manambah i Ibiini paduka gri maharaja makasopana samg at_
tirwan mpu | awaryyanta |
¢wara majar yan hana kmitanya pragasti munggw(ing) ripta anugraha
haji dewaté sa(ng) lumah ri ka padakunang narddhala "
rihinep rama lima | duwan i dalm thani panu |
mbangan samagégé galar pasamayan i kaswatantranya matangnyan
humatur manambah i Ibu ni paduka cri maharaja mahyang imbuhan, ya-
nugraha sangkari| humingga paduka ¢rima/ 7
haraja ripa(ng) hyang ikang rama lima dawan i panumbangan i dajm
thani samagégé galaripasamayan matangnyan turun anugraha pad u
¢rimaharaja sang hya | ng ajna haji pragastima |
. paknatmaraksanya tka ri dlaha ning diaha pratisthakna rilinggopala ™
myawasthakna pagéhnya rama swatantranalaga nyawnanga-
palangka bin(u) | butasaharanawla |

Ringkasan tafsir dari Prasasti Panumbangan adalah sebagai '


berikut: Pada 02 Agustus 1120 M Raja Bameswara
menganugerahkan penetapan kembali Desa Panumbangan |
sebagai desa sima dalam bentuk prasasti batu (/inggo
Penetapan ini berdasarkan keputusan raja terdahulu’
pernah diberikan kepada penduduk Desa Panumb
dalam bentuk prasasti lontar (ripta).
. 5
Toponim Plumbangan juga dapat ditelusuri dari
Nagarakrtagama atau Kakawin Desa Warnana pup n
Berikut kutipannya:

nahan muwah kasugatan/ kabajradaran akrameka wuwusén, i SaKabajra.ri


nadi tada mwan i mukuh ri samban i tajur), lawan tan amrtasabha ri bar)bamrr
boddi mula waharu, tampak/ duri pareuha tandare kumudaratna nandinagara.
len tan wunahjaya palandit ankil asah i samicyapitahén, nail
wijayawaktra magnén i poyahan/ bala masin, ri krat ISmah tulis i ratnaj
panumbanan kahuripan, mwan) ketaki talaga jambale junul i
paméwéh.

Artinya:

Selanjutnya tersebut berturut-turut ikut kebudaan bajradara Isahaba


Naditata, Mukuh, Sambang, Tajung, Amretasaba, Bangbang, Bodim
Waharu tampak dari Puruhan dan Tadara. Tiada terlupakanlah Kumuda,
Ratna serta Nandinagara. Wungajaya, Balandi, Tangkil, Asahing, Samici
dengan Acitahen Nairanjana, Wijayawaktra, Mageneng, Poyahan dan
Balamasin, Krat, Lemah Tulis, Ratnapangkaja, Panumbangan serta
Kahuripan Ketaki, Telaga Jambala, Junggul ditambah lagi Wisnuwala.

Berdasarkan kutipan dari Desa Warnanaini diketahui bahwa


. Panumbangan masuk dalam wilayah perdikan penganut
'Buddha Bajradhara.
travellersblitar.com | 42

Riwayat pelestarian

P b

Foto lama Candi Plumbangan koleksi OV 1923

Candi Plumbangan pertama kali dilaporkan oleh Hoepermans


dalam Hindoe-oudheden van Java (1864 - 1867). Selanjutnya
Knebel mengunjungi dan mendata Candi Plumbangan yang
kemudian dilaporkan ke dalam ROC tahun 1908. Alih aksara
dari Prasasti Panumbangan di lingkungan Candi Plumbangan
dibuat oleh Brandes diterbitkan dalam OJO tahun 1913 oleh
Krom. Dalam OJO angka tahun Prasasti Panumbangan
terbaca 1062 Saka namun dikoreksi oleh Damais dalam
Etudes d'epigraphie Indonesienne menjadi 1042 Saka. Ketika
de Haan mengunjungi Candi Plumbangan pada tahun 1920,
candi sudah dalam keadaan runtuh, kemudian pada tahun
1921 dilakukan restorasi. SPSP (sekarang BPCB) Jawa
Timur pada tahun 1995 telah melakukan kegiatan
inventarisasi dan registrasi pada Candi Plumbangan dengan
nomer inventaris 185/BLT/1995. Tahun 1999 Rahadhian PH
mengadakan penelitian tentang kajian tipo morfologi
arsitektur candi di Jawa pada Candi Plumbangan.
Kawasan Wisata Rambut Monte merupakan salah satu tujuan
wisata alam favorit di Blitar. Ternyata destinasi-wisata ini juga
memiliki peninggalan cagar budaya berupa candi. Sesuai
dengan letaknya, candi tersebut bernama Candi Rambut
Monte.

#A
EP Ye
Lokasi dan rute 2 oY
scan untuk melihat lokasi Candi Rambut Monte terletak di kawasan Wisata Rambut
Monte. Secara administratif masuk dalam wilayah Desa
Krisik, Kec. Gandusari, Kab. Blitar. Rute menuju Wisata
Rambut Monte adalah sebagai berikut: Dari Kota Blitar
arahkan perjalanan ke timur ke ke arah Malang hingga
memasuki Kota Wlingi. Pertigaan Rumah Sakit Nudlw
travellersblitar.com | 44

Deskripsi candi
Candi Rambut Monte tersusun dari batu andesit. Keadaannya
telah runtuh dan menyisakan susunan struktur yang sudah
tidak utuh. Sisa struktur candi yang ada saat ini berukuran
2.92 x 2.96 m. Susunan struktur yang terlihat saat ini mungkin
sudah tidak sesuai dengan bentuk asli candi di masa lalu.
Pada sisa struktur Candi Rambut Monte masih terlihat
beberapa ragam hias seperti kala, ukiran kepala naga, lingga,
dan lapik arca.

Kala Candi Rambut Monte tergolong unik karena


digambarkan seperti sedang merangkak. Kala yang serupa
bisa dijumpai pada Candi Simbatan (Petitaan Dewi Sri,
Magetan). Di atas kala terdapat ukiran kepala naga. Di depan
kala terdapat lingga yang telah patah. Lingga ini sangat indah
karena memiliki hiasan padma di sekelilingnya. Dengan
adanya lingga, diduga corak keagamaan Candi Rambut
Monte adalah Hindu. Sementara itu, lapik arca sulit terlihat
karena diletakkan di atas struktur candi. Kurang lebih ada tiga
lapik arca berhiaskan motif padma.

Menurut cerita rakyat, candi ini dipercaya sebagai


peninggalan Rsi Rambut Monte dari masa Majapahit.
Sementara itu jika dianalisa dari segi penamaan, mungkin
kata “Rambut” berasal dari kata “Rabut’. But merupakan
kependekan dari buyut kemudian diberi awalan ra sebagai
penghormatan, sehingga artinya merupakan tempat
penghormatan yang disucikan. Sedangkan kata monte
merujuk pada sejenis tumbuhan.

Sejarah
Belum ditemukan sumber sejarah tertulis baik angka tahun
maupun prasasti yang ditemukan di Candi Rambut Monte.

Riwayat pelestarian
Candi Rambut Monte termuat dalam laporan Kegiatan
Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Tahun 1984 - 1986.
| Riwayat pelestarian i .
v v
Keberadaan Candi Sawentar pertama kali di|apo£n olel
Hoepermans pada tahun 1864 dalam Hindoe-ou va
Java (1864 -1867) dalam ROD 1918. Dalamm ny:
tersebut candi ini disebut sebagai Candi Tjenton&s
dilaporkan Hoepermans, candi dalam keadaan terpen
sebagian dan tidak ditemukan satupun arca. Peneliti
mengenai Candi Sawentar kemudian dilanjutkan o
Verbeek lalu Knebel. “ |4

Pada tahun 1915 Dinas Purbakala (Oudheidkundige Dienst)


di bawah pimpinan Perquin dan De Haan mengadakan
penggalian dan pembersihan “ngunan Candi Sawentar dari
timbunan pasir letusan Gunung Kelud yang menutupi bagian
kaki candi. Kemudian pada tahun 1920 -1921 diadakan
pemugaran. < 35
-’
Pada tahun 1992 - 1993 kembali dilakukan pemugaran, kaliini
pemugaran dilakukan oleh SPSP (sekarang BPCB) Jawa
Timur. Pada tahun 11995 dilakukan kegiatan registrasi dan
inventarisasi oleh BP3 (sekarang BPCB) Jawa Timur dengan
nomer inventaris 358/BLT/1995. Rahadhian PH pada tahun
1999 mengadakan penelitian tentang kajian tipo morfologi
arsitektur candi di Jawa pada Candi Sawentar. ”

Pada tahun 1999 secara tidak sengaja ditemukan kembi


struktur bangunan lain di sekitar Candi Sawentar, tepatn
belakang Pasar Desa Sawentar. Struktur bangunan
berhasil ditemukan berupa gugusan miniatur candi leng

2 |
dengan pagar keliling. Temuan baru ini disebut denga? ni
Candi Sawentar |l atau Candi Sawentar lduL

M 2
3 aS Fq(! lama Candi Sawentar koleksi digital Perpustakaa
> A G Leiden University A )
X
-t BN KA S e
47 | travellersblitar.com

Deskripsi candi

Candi Sawentar |

Candi Sawentar | memiliki bentuk tinggi ramping


sebagaimana bentuk khas candi periode Jawa Timur.
Bangunan candi terdiri dari kaki, tubuh, dan atap. Candi ini
memiliki ukuran 9.55 x 7.10 m. Tinggi candi sebenarnya
adalah 15 m namun kini hanya tersisa 10.65 m. Bagian atap
candi yang tidak dapat dikembalikan ke posisi asalnya, kini
disusun di utara pos jaga. Candi Sawentar tersusun dari batu
andesit. Pintu candi menghadap ke barat. Di kanan kiri tangga
masuk dihiasi dengan kepala naga yang belum selesai
dikerjakan.

Di dalam bilik candi terdapat yoni yang memiliki relief garuda


pada bagian bawahnya. Sedangkan pada langit-langit bilik
candi terdapat relief dewa yang sedang menunggang kuda
dikelilingi oleh sinar. Krom berpendapat bahwa tokoh
penunggang kuda tersebut adalah Kalki. Kalki adalah avatar
ke sepuluh dari Dewa Wisnu yang digambarkan mengendarai
seekor kuda putih dengan pedang terhunus dan bercahaya
seperti binatang bersayap. Wisnu dikatakan mempunyai sifat
sebagai matahari. Pemujaan pada Wisnu dalam bentuk
matahari sering disebut dengan nama surya narayana
(Basori, 1992). Keberadaan relief avatar Wisnu dan relief
garuda (kendaraan Wisnu) pada yoni, memunculkan dugaan
bahwa candiini bersifat Hindu Wisnuistis.
travellersblitar.com | 48

Candi Sawentar II (Candi Sawentar Kidul)

Candi Sawentar II atau Candi Sawentar Kidul terdiri dari


gugusan miniatur candi yang tersusun dari batu andesit.
Gugusan candi tersebut dikelilingi oleh pagar bata dan dibagi
menjadi dua halaman yakni halaman utara dan selatan.
Masing-masing halaman memiliki pintu yang menghadap ke
arah barat. Halaman utara lebih tinggi dari pada halaman
selatan, sehingga disimpulkan bahwa halaman utara lebih
utama dari pada halaman selatan.

Halaman utara terdiri dari dua buah batur (timur dan barat)
keduanya berdenah persegi panjang melintang utara selatan.
Pada batur sebelah timur di atasnya terdapat dua struktur
fondasi. Pada halaman selatan juga terdapat struktur serupa
dengan kondisi yang lebih utuh. Saat ini tidak semua bagian
Candi Sawentar Kidul ditampakkan. Sebagian besar pagar
candi masih terpendam di dalam tanah dan hanya gugusan
miniatur candi yang ditampakkan.

Pada masing-masing miniatur candi baik pada halaman utara


dan halaman selatan memiliki panil relief bergambar binatang.
Pada halaman utara ditemukan relief naga bermahkota
mencabik matahari, relief seekor kuda, relief ganesa
mencabik matahari yang diapit dua harimau, relief dua kuda
berebut kepeng dan relief dua kuda sedang berkejaran.
Relief-relief pada gugusan miniatur candi halaman utara ini
melambangkan peristiwa yang melatar belakangi pendirian
49 | travellersblitar.com

candi. Saat ini relief-relief tersebut disimpan di museum.


Relief naga bermahkota mencabik matahari, relief ganesa
mencabik matahari yang diapit dua harimau dan relief dua
kuda berebut kepeng disimpan di Museum Majapahit,
Mojokerto. Relief dua kuda sedang berkejaran disimpan di
Museum Penataran, Blitar. Sementara itu miniatur candi
halaman selatan masih relatif utuh sehingga panil reliefnya
masih menempel pada dinding. Relief miniatur candi halaman
selatan menggambarkan seekor kuda dengan berbagai
posisi.

Sejarah
Candi Sawentar |

Belum ditemukan sumber sejarah tertulis baik angka tahun


maupun prasasti yang berasal dari Candi Sawentar |. Di
belakang pos jaga candi terdapat inskripsi yang menunjukkan
angka tahun 1274 Saka (1352 M). Kurun waktu tersebut
masuk dalam periode Kerajaan Majapahit. Sayangnya
inskripsi ini tidak berasal dari Candi Sawentar, sehingga tidak
dapat dijadikan sumber sejarah bagi Candi Sawentar.
Kempers berpendapat bahwa Candi Sawentar
memperlihatkan persamaan arsitektur serta ornamen dengan
bangunan candi periode Singhasari yaitu Candi Kidal.
Sementara itu Krom dan Stuterheim berpendapat bahwa
candiini berasal dari periode awal Majapahit.

1274 Saka

Toponim yang mirip dengan nama Sawentar termuat dalam


Kitab Nagarakrtagama atau Kakawin Desawarnana pupuh
61. Dalam pupuh tersebut disebutkan sebuah tempat
bernama Lwang Wentar. Berikut kutipannya:

Ndan ring saka tri tanu rawi ring wesaka, sri na-/-tha muja mara ri palah
sabrtya, jambat sing ramya pinaraniran langlitya, ri Iwang wentar manguri
balitar mwang jimbe

Artinya:

Lalu pada tahun saka Tritanurawi-1283 (1361 Masehi) bulan Wesaka-April-


Mei, Baginda Raja memuja (nyekar) ke Palah dengan pengiringnya, berlarut-
larut setiap yang indah dikunjungi untuk menghibur hati, di Lwang Wentar
Manguri Balitar dan Jimbe
travellersblitar.com | 50

Candi Sawentar II (Candi Sawentar Kidul)

Pada relung miniatur Candi Sawentar |l atau Candi Sawentar


Kidul terdapat inskripsi yang menunjukkan tahun 1358 Saka
(1436 M). Tahun tersebut berada dalam era Kerajaan
Majapahit periode pemerintahan Ratu Suhita (Prabu Stri).

Peristiwa yang melatar belakangi pendirian Candi Sawentar


Kidul berhasil diketahui dari pembacaan reliefnya. Ada empat
panil relief yang menunjukkan sebuah peristiwa yakni relief
naga bermahkota mencabik matahari, relief ganesa mencabik
matahari yang diapit dua harimau, relief dua kuda berebut
kepeng dan relief dua kuda sedang berkejaran. Di antara
empat relief tersebut, ada dua relief menujukkan sengkalan
(angka tahun yang tersirat dalam sejumlah perlambang) yakni
relief naga bermahkota mencabik matahari yang ditafsirkan Ganesa Inapit Mong Anahut Surya
sebagai sengkalan Naga Raja Anahut Surya dan relief ganesa
mencabik matahari yang diapit dua harimau yang ditafsirkan
sebagai sengkalan Ganesa Inapit Mong Anahut Surya.

Naga Raja Anahut Surya: Naga bernilai delapan, raja bernilai


satu, anahut bernilai tiga dan surya bernilai satu. Ketika
angka-angka yang diperoleh dalam sengkalan ini dibaca
terbalik maka akan menunjukkan angka tahun 1318 Saka
(1396 M). Demikian pula pada sengkalan Ganesa Inapit Mong
Anahut Surya, bila dibaca dengan cara yang sama sengkalan Naga Raja Anahut Surya
ini menunjukkan angka tahun 1328 Saka (1406 M). Kurun
waktu yang ditunjukkan kedua relief ini cukup dekat dengan
peristiwa paregreg (perang paregreg) yang termuat dalam
Kitab Pararaton. Berikut Kutipan Pararaton mengenai
peristiwa paregreg:

Bhra Hyang wigesa apupurikan lawan bhra Wirabhumi. Dadi denira dampul,
abelah mati siradampul i gaka 1323. Helet tigang tahun tumuli dadi manih kang
paregreg. Sama apangarah, bhre Tumapel, bhra Hyang Paramegwara, sami Dua kuda berebut kepeng
ingaturan. “Sapa kang sun-ilonana”. Dadi kang yuddha, kalah kadaton kulon,
kapesan bhra Hyang wigesa. Runtik sira ayun lungaha. Ingaturan bhre
Tumapel, bhra Paramegwara: “Sampun age lungha, isun-lawanane”. Suka
bhra Hyang wigesa, apangarah ingadegan denira bhre Tumapel, denira bhre
Paramegwara. Kalah kadaton wetan. Bhre Daha ingemban denira bhra Hyang
wigesa, bhinakta mangilen. Bhra Wirabhumi lungha ring wengi, tumulumpak
ing parahu, tinut denira raden Gajah bhiseka ratu angabhaya, bhra Narapati.
Katututan ing parahu, minoktan tur pin6k bhinakta dateng ing Majapahit,
dhinarma ta sira ring Lung, dharmabhiseka ring Gorigapura, i gaka duk
paregreg agung naga-laranahut-wulan, 1328.

Sengkalan Ganesa Inapit Mong Anahut Surya sama persis Dua kuda sedang berkejaran
dengan tahun berakhirnya peristiwa paregreg yang dalam
Kitab Pararaton dilambangkan dengan sengkalan Naga
Laranahut Wulan. Sedangkan sengkalan Naga Raja Anahut
Surya menunjukkan tahun yang lebih awal dibandingkan
dengan tahun dimulainya peristiwa paregreg yang diberitakan
dalam Pararaton. Dalam hal ini Tjahjono berpendapat bahwa
mungkin saja berita yang disampaikan Pararaton kurang tepat
51 | travellersblitar.com

karena kitab tersebut baru digubah tahun 1535 Saka (1613 M)


yang artinya sudah berselang ratusan tahun setelah peristiwa
paregreg terjadi.

Peristiwa paregreg merupakan perang saudara antara


Wikramawardhana (Bhra Hyang Wisesa) penguasa
Majapahit Barat dengan Bhra Wirabhumi penguasa Majapahit
Timur. Peristiwa ini berakhir dengan tewasnya Bhra
Wirabhumi di tangan Raden Gajah. Selain dengan kedua
sengkalan yang telah diulas di atas, Candi Sawentar Kidul
menggambarkan persaingan antara kedua penguasa
Majapahit ini dengan relief dua kuda berebut kepeng dan dua
kuda sedang berkejaran.

Berdasarkan inskripsi dan sengkalan pada Candi Sawentar


Kidul dapat disimpulkan bahwa candi ini didirikan pada tahun
1358 Saka (1436 M), untuk memperingati peristiwa paregreg
yang terjadi sekitar
40 tahun sebelum candi didirikan.

Lokasidanrute
Candi Sawentar secara administratif terletak di Desa
Sawentar, Kec. Kanigoro, Kab. Blitar. Meski terletak di Kec.
Kanigoro, namun candi ini lebih mudah dijangkau dari Kec.
Garum. Berpatokan dari SMAN Garum, pengunjung dapat
mengarahkan perjalanan sedikit ke timur hingga menjumpai
papan petunjukarah menUJu Candi Sawentar (SPBU belok ke
kan gal mengikuti arah yang ditunjukkan
isata Candi Sawentar. Candi
ari tugu tersebut.
travellersblitar.com | 52
53 | travellersblitar.com

Candi Selotumpuk secara harfiah berarti candi batu tumpuk.


5 “Selo” merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti Batu.

Salotumpuk mmm
Ada pula yang menyebut candi ini dengan nama Watu
CM” l Tumpuk yang memiliki artisama dengan Selo Tumpuk.

Sesuai dengan namanya, Candi Selotumpuk


benar benar terlihat seperti tumpukan batu. Komponennya
yang telah runtuh di susun ulang membentuk struktur
berdenah segi empat, susunan ini sudah tidak sesuai dengan
bentuk asli bangunan di masa lalu. Saat ini bangunan candi
memiliki panjang 5 m, lebar 4 m dan tinggi 0.75 m. Pada
bagian tengah candi terdapat komponen candi yang dihiasi
pahatan kepala kala pada setiap sisinya. Selain itu terdapat
pula kemuncak candi berbentuk persegi. Melihat ukurannya
yang tak terlalu besar (1.20 x 1.20 m dan 0.40 x 0.40 m),
mungkin kala dan kemuncak tersebut merupakan bagian dari
miniatur candi.

Meski telah runtuh, Candi Selotumpuk memiliki ornamen hias


yang cukup indah. Tampak beberapa antefik dan batu candi
dihiasi dengan ornamen tumbuhan yang distilir.

Yang tak kalah menarik, kemungkinan candi ini juga memiliki


relief naratif. Relief Candi Selotumpuk menggambarkan dua
tokoh yang sedang duduk bersila saling berhadapan. Salah
satu tokoh digambarkan gemuk dan satunya kurus.

Candi yang telah runtuh ini sebenarnya dahulu dibangun


dengan perancangan yang matang. Tampak jelas bahwa
pada sejumlah batu candinya diberi nomor. Aksara yang
digunakan dalam penomoran tersebut adalah aksara Jawa
Kuno.

[Xs
scan untuk melihat lokasi
travellersblitar.com | 54

Sejarah
Belum ditemukan sumber sejarah tertulis baik angka tahun
maupun prasasti yang berasal dari Candi Selotumpuk.

Riwayat pelestarian

Candi Selotumpuk termuat dalam laporan Kegiatan


Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Tahun 1984 - 1986.

Lokasi dan rute

Secara administratif Candi Selotumpuk terletak di Desa


Pagerwojo, Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Rute menuju Candi
Selotumpuk adalah sebagai berkut: dari Kota Blitar arahkan
perjalanan ke timur ke arah Malang hingga tiba di Kec.
Kesamben. Sesampai Terminal Kesamben ke timur sedikit.
Pertigaan arah SMKN 1 Doko belok ke kiri ke arah utara
sampai tiba di Desa Pagerwojo. Letak Candi Selotumpuk
sedikit jauh dari pemukiman, kalChE; gda di puncak
Gunung Batok. 2

kendaraan di rumah warga


dilanjutkan dengan berjalan
55 | travellersblitar.com

Selama ini Blitar dikenal sebagai bumi Proklamator, sebab di


kota ini Ir. Soekarno dikebumikan. Tapi, ternyata bukan hanya

Candi
o
makam proklamator Rl saja yang ada di Blitar, makam
proklamator Majapahit juga ada di Blitar. Tentunya pengertian
makam di sini bukan makam tempat jasad dikebumikan.
Makam di sini hanyalah etimologi umum untuk menyebut

\Simpin
tempat pendharmaan/ perabuan. Sebagaimana kita ketahui,
dahulu raja-raja Singhasari dan Majapahit setelah meninggal
akan dicandikan dan diwujudkan sebagai dewa yang mereka
puja semasa hidup. Candi makam proklamator Majapahit
berada di Candi Simping.

Sejarah
Ring saka matryaruna lina nirang narendra, drak pinratista jina wimbha sire
puri jro, hantahpura ywa panelah sikana sudharmma, saiwa pratista cari teki
muwabh ri simping.

Artinya:

Pada tahun saka Matryaruna (1231 Saka/ 1309 M) Baginda Raja wafat,
segera diwujudkan dengan arca Budha di dalam istana (puri jro), Antah Pura
demikian nama Candi Baginda, tersebut pula dengan perwujudan Siwa di
Simping.
Relief surya Candi Simping yang
berada di Museum Nasional Dalam kutipan Kitab Nagarakrtagama atau Kakawin
Desawarnana pupuh 47 di atas diurai bahwa Raden
Wijaya pendiri Majapahit yang be ar Krtarajasa
aka kemudian

scan untuk melihat lokasi


travellersblitar.com | 56

Keberadaan Candi Simping di masa kuno memperoleh


perhatian besar dari Kerajaan Majapahit. Candi ini pernah
dikunjungi dua kali oleh Raja Hayam Wuruk. Berikut
uraiannya dalam Kakawin Desawarnana pupuh 61 dan 70:

Sah sangke lodhaya sira manganti simping, sweccha nambya mahajenga ri


sang hyang dharma,

Artinya:
Baginda Raja meninggalkan Lodoyo menuju desa Simping, dengan rela
seraya memperbaiki candi tempat memuja leluhur,

dan
Irikanganilastanah saka nrepeswara Warnnana, mahasahasi simping sang
hyang dharma rakwa siralihen,

Artinya:
Pada tahun saka Anilastanah-1285 (1363 Masehi) Baginda Raja dikisahkan,
Baginda Raja pergi ke Simping konon akan memindahkan candi

Kunjungan pertama terjadi pada tahun 1283 Saka (1361 M)


bulan Wesaka (April - Mei). Kunjungan kedua terjadi pada
tahun 1285 Saka (1363 M) dalam rangka merenovasi
bangunan candi yang miring ke barat.

Riwayat pelestarian
Laporan awal mengenai Candi Simping disampaikan oleh
Teijsmann pada tahun 1866. Dalam laporannya disebutkan
mengenai bangunan suci bernama Soengkoep yang
kemudian disebut Candi Simping oleh Bosch dalam
Oudheidkundig Verslag tahun 1916. Hoepermans dalam
bukunya Hindoe-oudheden van Java (1864-1867) dalam
ROD 1913 menyinggung mengenai kondisi candi yang beliau
kunjungi. Dalam laporannya tersebut Candi Simping masih
disebut dengan nama Candi Soember Djati. Candi dalam
kondisi rusak akibat adanya penggalian oleh Raden Saleh
pada bulan April tahun 1866. Masih dalam laporan
Hoepermans, sebelum penggalian oleh Raden Saleh
disebutkan bahwa kondisi candi masih terawat, masih
dijumpai pula sebuah arca yang saat ini dikenal sebagai Arca
Harihara yang simpan di Museum Nasional Jakarta.

Deskripsicandi
Candi Simping dalam keadaan runtuh, yang tersisa dari candi
ini hanyalah bagian kaki saja. Struktur Candi Simping
travellersblitar.com

tersusun dari batu andesit dan juga batu bata sebagai


pondasinya. Candi ini menghadap ke barat, hal ini diketahui
dari sisa tangga masuk berada di sisi barat.

Sisa komponen dan batu candi yang tak dapat tersusun kini
ditata rapi di sekeliling kaki candi. Kala candi ditata di sebelah
utara, sedangkan deretan antefik di sebelah timur. Dari sisa
komponen tersebut pengunjung dapat menikmati keindahan
ragam hias Candi Simping. Sebagian besar ragam hias
dinding Candi Simping merupakan ornamen tumbuhan yang
distilir. Sementara itu ragam hias pada anteriknya berupa
ornamen kala beraneka rupa.

Selain ornamen-ormamen dekorarif ada pula ornamen yang


bersifat naratif, salah satunya adalah relief
Samodramanthana pada sebuah balok batu di tengah candi.
Pada relief itu digambarkan seekor kura kura dililit naga.
Kuma (kura-kura) tersebut adalah avatar Wisnu yang
dikisahkan menyangga gunung yang dililit Naga Basuki.
Mereka bersama para Dewa dan Ashura melakukan
pengadukan samudra untuk mencari Tirta Amerta.

Pada Candi Simping pernah ditemukan arca Harihara


(gabungan Wisnu-Siwa), yang dipecaya sebagai perwujudan
dari Raden Wijaya. Saat ini arca tersebut tersimpan di
Museum Nasional, Jakarta.

Lokasidanrute
Candi Simping dikenal juga dengan nama Candi Sumberijati
karena secara administratif terletak di Desa Sumberjati, Kec.
Kademangan, Kab. Blitar. Untuk menuju lokasi candi ini
arahkan perjalanan ke arah Pantai Tambakrejo hingga tiba di
Desa Sumberjati. Tak jauh dari SPBU Sumberjati terpampang
papan petunjuk arah menuju Candi Simping, silakan
mengikuti arah yang ditunjukkan.
travellersblitar.com | 58
59 | travellersblitar.com

Candi Sirah Kencong berada di kawasan Agrowisata Sirah


Kencong yang terletak pada ketinggian 1100 mdpl di lereng

Candi
o
Pegunungan Kawi. Candi ini dikelilingi oleh hamparan kebun
teh dengan pemandangan yang indah.

Sira Lokasidan rute

&encony
Secara administratif Candi Sirah Kencong masuk dalam
wilayah Desa Ngadirenggo, Kec. WIingi, Kab. Blitar. Rute
menuju Candi Sirah Kencong adalah sebagai berikut: dari
Kota Blitar silakan menuju WIingi. Lanjutkan perjalanan
menuju Kawedanan WIingi. Sesampai pertigaan Kawedanan
WIlingi silakan berbelok ke kiri menuju Desa Tegalasri.
Selanjutnya tinggal mengikuti jalanan menuju kawasan
Agrowisata Sirah Kencong.

Deskripsi candi
Candi Sirah Kencong terdiri dari tiga struktur candi, yakni
candi pertama yang terletak di sebelah utara, kemudian candi
kedua di tengah, dan candi ketiga terletak di sebelah selatan.
Ketiga candi tersebut menghadap ke arah Barat. Kondisi
Candi Sirah Kencong sudah tidak lengkap, yang tersisa hanya
kaki dan tubuh candi, sedangkan atapnya sudah tidak ada.
Pada candi ke dua, bingkai bawah dari subasemennya
terdapat pahatan naga yang kepalanya bertemu di pojok.
travellersblitar.com | 60

Pada tubuh Candi Sirah Kencong terdapat beberapa relief


yang unik. Relief tersebut tidak timbul seperti relief candi pada
umumnya. Relief tersebut tergurat dangkal hanya seperti
digores-gores saja. Berikut relief-relief yang terdapat di Candi
Sirah Kencong:

Relief Bubuksah Gagangaking. Digambarkan dengan


seorang berbadan kurus dalam pose duduk wajrasana.
Tangannya direntangkan seolah-olah menoleh pada ajakan
Harimau yang membuka mulutnya dan duduk di mukanya.
Reliefini terdapat di candi pertama.

Relief Samudramanthana. Digambarkan dengan manusia


yang menyangga naga, tiap-tiap naga disangga oleh lima
orang. Reliefiniterdapat pada candi ke dua.

Relief Bima. Digambarkan dengan tiga raksasa yang


memakai gelung seperti Bima dengan latar belakang ombak-
ombak air laut. Tokoh yang di depan lebih besar daripada yang
di belakangnya. Mungkin relief ini menggambarkan episode
Bima meninggalkan saudaranya untuk terjun ke laut. Pada sisi
lain terdapat relief seorang pendeta yang sedang berhadapan
dengan cantriknya. Menurut dugaan adegan relief tersebut
menggambarkan Bima sedang menghadap gurunya
Begawan Durna untuk menanyakan keberadaan Tirta Amerta.
Reliefini terdapat pada candi ke tiga.

Telah disinggung sebelumnya bahwa relief pada Candi Sirah


Koncong ini hanya berupa goresan-goresan dangkal saja.
Adanya gaya pahatan yang tidak lazim seperti ini ternyata
juga dijumpai (meski tidak persis) di beberapa tempat. Salah
satu contohnya adalah pada Candi Sukuh (1359 — 1364 Saka)
di lereng Gunung Lawu, Karanganyar. Dalam penelitiannya
mengenai Candi Sukuh pada tahun 2012, Nugraha
berpendapat bahwa Candi Sukuh berasal dari kreasi
komunitas lokal keagamaan yang tinggal pada lereng gunung
sehingga gaya yang dicitrakan pada candi berbeda dengan
bangunan Candi yang didirikan oleh otoritas kerajaan.
Kiranya hal ini juga mungkin terjadi pada Candi Sirah
Kencong.

Berdasarkan cerita yang termuat dalam reliefnya, diduga


Candi Sirah Kencong bercorak agama Hindu.

Riwayat pelestarian
Candi Sirah Kencong ditemukan kembali pada pertengahan
tahun 1967. Dinas Purbakala Jawa Timur pernah melakukan
pemugaran, namun karena banyak batu penyusun yang
61 | travellersblitar.com

hilang, maka pemugaran tidak dapat mengembalikan bentuk


asli candi. Sebenarnya gejala penemuan benda-benda cagar
budaya di Sirah Kencong sudah termuat dalam ROC tahun
1908. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa Knebel
menjumpai empat arca dwarapala dan batu berelief. Dalam
laporan tersebut juga disinggung mengenai sejumlah laporan
penemuan benda-benda kuno lain seperti: Lampu perunggu
yang dilaporkan pada bulan April 1893; Jaladwara bermotif
Samudramanthana pada bulan Agustus (sekarang disimpan
di Museum Nasional); dan inskripsi yang menunjukkan angka
tahun 1389 Saka dan 13?? Saka pada bulan Oktober.

Pada tahun 2010 Ferry Riyandika mengadakan penelitian


pada Candi Sirahkencong dan menuangkannya dalam bentuk
skripsi dengan judul Fungsi Keagamaan Situs Sirahkencong
Abad XIIl — XV Masehi (Kontribusi Terhadap
Pendidikan Sejarah Berskala Lokal).

Sejarah
Kesejarahan Candi Sirah Kencong dapat
diketahui dari laporan penemuan inskripsi
yang menunjukkan angka tahun 1389 Saka
1 (1467 M). Tahun tersebut masuk dalam era
i Kerajaan Majapahit periode pemerintahan
Bhre Pandansalas. Tak jauh dari lokasi
candi pernah ditemukan prasasti berupa
lempengan logam yang disebut Prasasti
Ukir Negoro. Prasasti tersebut berasal
dari era Majapahit namun isinya berupa
salinan prasasti dari era Kadhiri. Isi
prasasti tersebut tidak berkaitan dengan
Candi Sirah Kencong karena me-
nyebutkan daerah lain yang bernama
Pamotoh.

Jaladwara Sirahkencong yang


berada di Museum Nasional
3 A
’1roye:flersbhfqr.c
A OR 21
63 | travellersblitar.com

Candi Sumberagung merupakan salah satu candi yang

Candi
terletak di kaki Gunung Kelud, tepatnya di aliran Kali Putih.
Oleh karena itu candi ini juga disebut sebagai Candi Kali Putih.

Sumber
Riwayat pelestarian
Candi Sumberagung ditemukan kembali pada tahun 1983
oleh tim survey Balai Arkeologi Yogyakarta. Ekskavasi
kembali dilakukan pada tahun 1984 dan berhasil menemukan
dua struktur candi yang disebut sebagai Candi Sumberagung
| dan Candi Sumberagung Il. Candi Sumberagung termuat
dalam laporan Kegiatan Perlindungan dan Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Tahun 1984 - 1986.

Deskripsi candi
Ukuran masing-masing struktur Candi Sumberagung adalah
5.50 x 5.50 m dan 5 m x 5 m. Posisi candi pertama terletak di
dasar Kali Putih, sedangkan posisi candi kedua terletak di
tebing sebelah kanan area kantong Lahar Kali Putih. Antara
kedua candi ini terpisah jarak 26.50 m. Saat ini hanya satu
candi saja yang tampak. Dahulu saat proses ekskavasi
pernah ditemukan relief Arca Dewa Siwa dan Dewa Wisnu
sehingga diduga bahwa Candi Sumberagung bernafaskan
agama Hindu.

Di tengah bangunan candi terdapat sumuran berbentuk


persegi. Pada dinding kaki candi terdapat ornamen-ornamen
yang masih berupa goresan-goresan saja. Keberadaan
ornamen 'ersebut memunculkan dugaan bahwa Candi
mbangunannya
travellersblitar.com | 64

Tidak seperti candi-candi di Blitar dan Jawa Timur yang


umumnya menghadap ke barat, struktur Candi Sumberagung
ini menghadap ke timur. Sisa struktur tangga masuk yang
berada di sisi timur masih dapat disaksikan hingga saat ini.
Candi dengan arah hadap ke timur biasanya berasal dari
periode yang lebih tua. Untuk kasus candi di Jawa secara
umum dibagi menjadi dua periode yakni periode Jawa Tengah
yang merupakan periode tua, dan periode Jawa Timur yang
lebih muda. Ada kemungkinan bahwa Candi Sumberagung
berasal dari periode Jawa Tengah. Selain Candi
Sumberagung, di Blitar juga ada candi lain yang diduga
berasal dari periode Jawa Tengah yaitu Candi Sumbernanas.

Sejarah
Belum ditemukan sumber sejarah tertulis baik angka tahun Ragam hias Candi Sumberagung
maupun prasasti yang ditemukan di Candi Sumberagung.

Lokasidan rute
Candi Sumberagung secara administratif terletak di Desa
Sumberagung, Kec. Gandusari, Kab. Blitar. Dari Kota Blitar
candi ini dapat dituju dengan mengarahkan perjalanan ke
arah Malang. Sesampainya di Kantor Desa Kendalrejo Talun
ikuti rute berikut: Perempatan Kantor Desa Kendalrejo belok
ke kiri (ke utara) kemudian ikuti jalan sampai mentok.
Selanjutnya silakan belok kanan mengikuti jalan hingga
memasuki Desa Sumberagung. Pengunjung dapat
n lokasi di Sumberagung pada warga
- \ P
i Loy
65 | travellersblitar.com

Lokasi danrute

Candi
o
Secara administratif Candi Sumbernanas terletak di Dusun
Rejoso, Desa Candirejo, Kec. Ponggok, Kab. Blitar. Candi
Sumbernanas berada tak jauh dari Candi Kalicilik yang juga
berada di Desa Candirejo. Rute menuju Candi Sumbernanas

Sumber
adalah sebagai berkut: dari Kota Blitar arahkan perjalanan ke
Srengat. Sesampai Perempatan Poluhan (Srengat) belok ke
kanan ke arah Pare. SPBU Bacem masih lurus. Perhatikan

nanas
papan patunjuk arah ke Candi Kalicilik dan Sumbernanas di
dekat SDN Bacem 01. Ikuti arah yang ditunjukkan hingga tiba
dilokasi candi.

Deskripsi candi
Candi Sumbernanas tersusun dari batu bata. Struktur
candinya menghadap ke barat. Sebenarnya candi ini
bukanlah candi tunggal. Saat ditemukan kembali pada tahun
1919, terungkap bahwa Candi Sumbernanas memiliki tiga
candi perwara (candi pendamping) yang berada di depan
candi induk, dan dilengkapi dengan pagar keliling. Di sekitar
candi juga ditemukan arca Agastya, Brahma, Siwa Gajasura,
lingga, peripih, dan yoni. Saat ini arca-arca dari Candi
Sumbernanas disimpan di Museum Penataran. Berdasarkan
temuan tersebut, diduga Candi Sumbernanas berlatar
belakang agama Hindu.
travellersblitar.com | 66

TJANDI SOEMBERNANAS. BLAD No.vL

Foto lama Candi Sumbernanas koleksi OV 1920


67 | travellersblitar.com

Arca dari Candi Sumbernanas disimpan di Museum


Penataran, Blitar.

Sejarah
Arca-arca Candi Sumbernanas masih memperlihatkan corak
Jawa Tegah yang secara periodisasi lebih tua dari corak Jawa
Timur. Berdasarkan fakta ini, Bosch dalam Oudheidkundig
Verslag tahun 1920 berpendapat bahwa Candi Sumbernanas
diperkirakan berasal antara kurun waktu 829 Saka (907 M)
jika merujuk pada Prasasti Kinwu sebagai prasasti bercorak
Jawa Tengah tertua di Blitar; dan 1038 — 1144 Saka (1116 —
1222 M) jika merujuk pada periode berkuasanya Kerajaan
Kadhiri yang candinya masih menunjukkan corak Jawa
Tengah.

Riwayat pelestarian

Candi Sumbernanas ditemukan kembali pada tahun 1919


setelah terjadi letusan gunung Kelud pada tanggal 19-20 Mei.
Lahar Kelud menyapu lapisan tanah yang sebelumnya
memendam struktur candi. Selanjutnya keberadaan Candi
Sumbernanas termuat pada laporan De Haan dalam
Oudheidkundig Verslag tahun 1920. Candi Sumbernanas
termuat pula dalam laporan Kegiatan Perlindungan dan
Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Tahun 1984-
1986. . n g b &=
. VA BE” Tl o g
69 | travellersblitar.com

Penamaan candi ini tidak lepas dari mitos masyarakat


setempat yang mempercayai bahwa lokasi candi ini dulunya

Candi
o
merupakan sebuah tempat bertapa (tapan).

%:fi&m
Lokasidan rute
Candi Tapan secara administratif terletak di Desa
Bendosewu, Kec. Talun, Kab. Blitar. Untuk menuju Candi
Tapan, dari perempatan Karang Tengah, Kota Blitar silakan
menuiju ke timur. Perempatan Kanigoro masih lurus ke timur
mentok sampai MTS Al-Umron (Lapangan Bendosewu).
Silakan belok ke kanan sampai ketemu perempatan
kemudian belok kiri sampai masuk area persawahan. Candi
Tapan berada di area persawahan Dusun Bakulan.

Riwayat pelestarian
Dalam buku Candi Indonesia Seri Jawa disebutkan bahwa
Candi Tapan ditemukan kembali pada tahun 1995. Candi
Tapan kembali viral pada tahun 2010 karena mengalami
penggalian liar. Setelah peristiwa tahun 2010, keberadaan
Candi Tapan mulai dikenal secara luas. Pada tahun 2011
dilakukan ekskavasi oleh BP3 (sekarang BPCB) Jawa Timur
dan 2015 kembali dilakukan ekskavasi. Sebenarnya
keberadaan benda cagar budaya di area yang kini dikenal
sebagai Candi Tapan sudah pernah dilaporkan Knebel dalam
ROC tahun 1908. Dalam laporan tersebut tercatat sejumlah
arca yang ditemukan di Dukuh Bakalan (sekarang Dusun
Bakulan). Arca-arca yang dilaporkan meliputi: dua arca
Dwarapala, Bodhisatwa, fragmen Siwa, arca tokoh, dan Siwa
- Mahayogi.
travellersblitar.com | 70

Deskripsi candi

Struktur Candi Tapan baru tampak sebagian. Struktur tersebut


berada dalam lubang ekskavasi dengan kedalaman enam
meter. Struktur candi tersusun dari batu bata. Pada lubang
ekskavasi juga terdapat pecahan yoni.

Arca-arca Candi Tapan pada tahun 2010 masih tersebar di


sejumlah titikdi sekitar lokasi candi. Saat ini arca arca tersebut
sudah dikumpulkan tak jauh dari lokasi candi. Arca-arca yang
pernah termuat dalam ROC 1908 sebagian besar masih
dapat dijumpai hingga saat ini, bahkan sejumlah arca yang
dulunya belum pernah diinventarisasi
juga turut dikumpulkan.

Sejarah Temuan tahun 2015, saat ini disimpan di


Museum Mpu Tantular.
Belum ditemukan sumber sejarah tertulis baik angka tahun
maupun prasasti yang ditemukan di Candi Tapan.
._x7'-1 [stravellersblitar.com
3

LAY & z Ik
Candi Tepas berada di sebelah utara Pura Desa Tepas.
Secara administratif candi ini masuk dalam wilayah Desa
Tepas, Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Rute menuju Candi Tepas
adalah sebagai berkut: dari Kota Blitar arahkan perjalanan ke
timur ke arah Malang hingga tiba di Kec. Kesamben.
Sesampai Terminal Kesamben ke timur sedikit. Pertigaan
arah SMKN 1 Doko belok ke kiri ke arah utara sampai tiba di
Desa Tepas. Selanjutnya perhatikan papan petunjuk arah
menuju Candi Tepas yang terletakdi kiri jalan.

Deskripsi candi
Candi Tepas menghadap ke arah barat. Candi ini telah runtuh.
Strukturnya berdenah persegi dengan ukuran 7.80 x 7.80 m
dan tingginya saat ini tinggal 4.48 m. Sebagian besar bahan
penyusun candi ini adalah batu trasit, yakni jenis batuan beku
yang mudah aus. Karena keausannya cukup parah, banyak
batu penyusun candi yang sudah tidak berbentuk balok.
Sebagian besar batu sudah berbentuk lonjong. Selain batu
trasit, Candi Tepas juga disusun dengan batu bata pada
bagian fondasinya.

Candi Tepas saat ini tinggal menyisakan bagian kaki dan


scan untuk melihat lokasi
sedikit tubuh candi. Pada bagian kaki candi masih terdapat
bagian dinding yang belum aus. Dinding tersebut polos tanpa
adanya relief maupun ornamen hias. Berdasarkan hal
tersebut, Hamzah (2011) dalam skripsinya berpendapat
bahwa Candi Tepas bercorak Buddha karena dikaitkan
dengan konsep “sunyata”. Dalam Kitab Nagarakrtagama atau
Kakawin Desawarnana pupuh 76 disebutkan mengenai
sebuah wilayah kuno bernama Tpas Jita yang berada dalam
pengawasan Dharmadhyaksa ri Kasogatan (pejabat
pengurus agama Buddha) Kerajaan Majapahit. Masih perlu
travellersblitar.com | 72

dilakukan penelitian lebih lanjut apakah “Tpas Jita” dalam


Nagarakrtagama tersebut merujuk pada Candi Tepas di Blitar.
Sebab nama “Tpas” juga disebut dalam pupuh 32. “Tpas”
pada pupuh 32 ini dijelaskan berdekatan dengan sebuah
candi Buddha di wilayah Pajarakan (Lumajang).

Selain struktur candi, struktur pagar keliling Candi Tepas


masih dapat dijumpai. Struktur pagar tersebut tersusun dari
batu bata berdenah persegi panjang. Pada sudut pagar
terdapat lingga patok (lingga semu). Lingga patok tersebut
ada yang masih in situ dan ada yang sudah berpindah lokasi
ke pemukiman masyarakat setempat.

Lingga patok.

Sejarah
Dalam berbagai laporan inventaris dan penelitian, belum
pernah dilaporkan adanya relief atau temuan arca pada Candi
Tepas. Oleh karena itu kesejarahan Candi Tepas belum dapat
dianalisa dari sisi ragam hias. Hamzah (2011), dalam
skripsinya berpendapat bahwa Candi Tepas berasal dari
periode Majapahit. Pendapat tersebut didasarkan pada salah
satu wilayah Buddha bernama “Tpas Jita” yang disebut dalam
pupuh 76 Kitab Nagarakrtagama. Berikut kutipannya:

Lwirnin darmma kasogatan kawinayanu Ipas i wipularama len kuti haji, mwan
yanatraya rajadanya kuwunatha surayaca jarak / lagundi wadari, wewe mwan Pagar keliling.
packan/pasarwwan ilmah suratipamanikan/sranan/paniktan, panhapwan/
damalan tpas/jita wannacrama jnar i samudrawela pamulun.

Artinya:
Desa perdikan kasogatan yang bebas dari pajak: Wipulahara, Kutahaji,
Jantraya, Rajadanya, Kuswanata, Surayasa, Jarak, Lagundi serta Wadari.
Wewe Pacekan, Pasuruhan, Lemah Surat, Sangan serta Pangiketan.
Panghawan, Damalang, Tepasjita, Wanasrama, Jenar, Samudrawela dan
Pamulang.

Riwayat pelestarian
Candi Tepas sering diulas dalam berbagai laporan inventaris
seperti Oudheden van Java tahun 1891 oleh Verbeek, termuat
dalam ROD tahun 1913 dan Inleiding tot de Hindoe-
Javaansche Kunst tahun 1923 oleh Krom. Beberapa upaya
pelestarian juga sudah dilakukan oleh SPSP (sekarang
BPCB) Jawa Timur, termuat dalam Laporan Pemetaan dan
Penggambaran Candi Tepas tahun 1998 dan Laporan
Konsolidasi Candi Tepas tahun 2001. Dilakukan pula
penelitian oleh Hamzah pada tahun 2011 yang ditulis dalam
skripsinya berjudul Identifikasi Bentuk Arsitektur Candi Tepas.
Candi Wringin Branjang terletak di kaki Gunung Gedang yang
merupakan salah satu gunung kecil dalam rangkaian Gunung
Kelud. Oleh karena letaknya tersebut, candi ini disebut juga
dengan nama Candi Gunung Gedang

IWringin s
b Candi Wringin Branjang secara administratif terletak di
ér’fln an desa Gadungan, Kec. Gandusari, Kab Blitar. Letak
candi ini berada di dalam hutan. Di belakang candi ini
terdapat sejumlah struktur bangunan kuno beserta
sejumlah benda cagar budaya yang disebut Situs
Gadungan. Masih banyak benda cagar budaya lain yang
tersebar di wilayah Desa Gadungan. Berikut daftarnya:
Kekunaan Dermosari, Kekunaan Punden Mbah Suko;
Kekunaan Putukrejo; Kekunaan Rotorejo; Kekunaan
Sukomulyo; Situs Lingga Gadungan; Situs Mbah Jegeg; dan
Situs Sukosari.
scan untuk melihat lokasi Kembali pada pembahasan Candi Wringin Branjang, berikut
.
rutenya: Dari Kota Blitar candi ini dapat dituju dengan
mengarahkan perjalanan ke arah Malang. Sesampainya di
Perempatan Kantor Desa Kendalrejo, Talun silakan belok ke
kiri (ke utara) kemudian ikuti jalan sampai mentok.
Selanjutnya silakan belok kanan mengikuti jalan hingga
memasuki Desa Sumberagung. Pada pertigaan TK Al-
Hidayah Sumberagung belok kiri, kemudian ikuti jalan hingga
memasuki kawasan hutan Gunung Gedang.
travellersblitar.com | 74

Deskripsi candi
Candi Wringin Branjang tersusun dari batu andesit. Bentuk
tubuhnya berdenah segi empat, polos tanpa hiasan dinding.
Pada dinding candi terdapat beberapa lubang angin untuk
membantu sirkulasi udara. Atap candi bentuknya limas mirip
atap rumah masa kini. Bangunan ini memiliki ukuran lebar
4.69 mdan panjang 2.52 m.

Yang menarik dari Candi Wringin Branjang adalah arahnya


yang menghadap ke selatan. Candi ini mungkin berorientasi
terhadap Gunung Kelud di sebelah utaranya.

Pada Situs Gadungan yang terletak di utara Candi Wringin


Branjang terdapat inskripsi yang menunjukkan angka tahun
1231 Saka (1309 M). Selain inskripsi juga terdapat sejumlah
tinggalan seperti miniatur candi, lapik arca, dan yoni.
Keberadaan yoni mengindikasikan corak keragaman situs
tersebut adalah Hindu. Mengingat jaraknya yang sangat dekat
dan gaya arsitekturnya yang sama, diduga Situs Gadungan
dan Candi Wringin Baranjang merupakan satu kesatuan. Oleh
karena itu inskripsi Situs Gadungan kiranya dapat digunakan
sebagai referensi kronologi pendirian Candi Wringin
Branjang.

Tata letak candi-candi periode Jawa Timur menempatkan


struktur induknya pada halaman paling belakang. Jika benar
Situs Gadungan dan Candi Wingin Branjang merupakan satu
kesatuan, maka Situs Gadungan merupakan struktur induk
dari gugusan percandian di kaki Gunung Gedang.

Sejarah
Jika benar bahwa Candi Wringin Branjang dan Situs
Gadungan merupakan satu kesatuan maka inskripsi pada
Situs Gadungan dapat dijadikan sebagai referensi kronologi
pendirian Candi Wingin Branjang. Inskripsi Gunung Gedang
menunjukkan angka tahun 1231 Saka. Tahun tersebut masuk
dalam era Kerajaan Majapahit periode awal pemerintahan
Jayanegara.

1231 Saka
75 | travellersblitar.com

Daftar Pustaka

Kakawin Desawarnana

Pararaton

Data Pendukung Usulan Penetapan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Blitar Tahap |

Data Pendukung Usulan Penetapan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Blitar Tahap
1!

Basori, M. 1992. Laporan Hasil Studi Kelayakan Candi Sawentar. Trowulan: Suaka
Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Timur.

Brandes, J.L.A. 1913. Oud-Javaansche Oorkonden. Albrecht & Co. Batavia.

Damais, L.C. 1952. Etudes d'épigraphie Indonésienne. I'Ecole francaise d'Extréme-


Orient.

de Haan, B. dan F.D.K. Bosch. 1920. “Tjandi Soembernanas” dalam Oudheidkundig


Verslag. Albrecht & Co. Weltevreden.

Hamzah, A.A.J. 2011. Identifikasi Bentuk Arsitektur Candi Tepas. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok.

Hoepermans, N.W. 1913. “Hindoe-oudheden van Java (1864-1867)" dalam


Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie. Albrecht & Co.
Batavia.

Kempers, A.J.B. 1959. Ancient Indonesian art. C.P.J. van der Peet. Amsterdam.

Knebel, J. 1908. Rapporten van de Commissie in Nederlandsch Indie voor


Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera. Albrecht & Co. Batavia.

Krom, N.J. 1923. Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst. ‘s-Gravenhage: Martinus


Nijhoff.

Nugraha, B.A. 2012. Prasasti-prasasti Candi Sukuh: Suatu Tinjauan Aksara dan
Bahasa. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Raffles, T.S. 1817. The History of Java. London

Sedyawati, E., H. Santiko, H. Djafar, R. Maaulana, W.D. Sudjana Ramelan dan C.


Ashari. 2013. Candi Indonesia Seri Jawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Tjahjono, B.D. 2009. Relief pada Candi Sawentar Kidul Karya Seni Kriya Abad Ke-15
yang Sarat Makna.
travellersblitar.com | 76

Iti Candi ri Balitar. Telas sinurat ing Kulwan Wukir Mahendra, i caka myat-
wening-ambuka-budi, 1942.

Sampun tan kapaharjaha de sang ¢uddhamaca. Tunalewihing sastra


durbhiksa tan open kwehaning naga mapan olihing arddha punggung mahw
assinahu.

Om dirghayur astu, tathastu, astu, om cubham astu kintu sang anurat.


“CANDI
CANDI

diBLITAR
Suhendro Winarso, S.STP, MSi
Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar

Saya Suhendro Winarso, S.STP, MSi selaku Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Blitar menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada
teman-teman yang tergabung dalam D'Tavellers atas upayanya yang sungguh-sungguh dan
tulus sebagai warga Blitar untuk menyusun Buku tentang candi-candi di Kabupaten Blitar
yang dilengkapi dengan diskripsi singkat tentang bangunan, sejarah, dan riwayat pelestarian
serta fasilitas penelusuran lokasi yang memudahkan siapapun untuk sampai di lokasi candi
yang mau dituju. Upaya ini merupakan inovasi dan kreasi yang harus terus dikembangkan
terutama di kalangan muda atau masyarakat milenial Kabupaten Blitar agar lebih mencintai
dan bangga dengan Blitar yang luar biasa, Blitar bumi para raja, Blitar land of kings.

Andrik Suprianto
Pamong Budaya Kabupaten Blitr 2014 - 2015

Candi Penataran merupakan candi terbesar, paling dikenal dan paling sering dikunjungi di
Blitar. Namun Blitar tak hanya Candi Penataran saja, masih banyak puluhan candi yang perlu
dikunjungi dan dikenal lebih mendalam. Oleh karena itu, adanya buku yang disusun oleh Galy
Hardyta (Founder Komunitas D'Travellers Blitar) ini diharapkan mampu mengenalkan semua
seluk beluk candi-candi yang ada di tanah Blitar. Blitar memang kutho cilik kang kawentar.
Salah satu kekawentaran itu terwujud berkat adanya candi-candi tersebut.

a travellersblitar.com
$ D'Travellers Blitar
Shareblitar
D'Travellers Blitar
W Dolanblitar
scan untuk download gratis

Anda mungkin juga menyukai