Anda di halaman 1dari 6

Konsepsi Demokrasi, Demokrasi Pancasila, dan Aktualisasi Demokrasi Pancasila dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara

Oleh : Maulita Sari

043008191

Pendahuluan

Demokrasi sebagai suatu sistem telah menjadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas
bermasyarakat dan bernegara di beberapa negara. Alasan menjadikan demokrasi sebagai sistem
bermasyarakat dan bernegara dikarenakan hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan
demokrasi sebagai asas fundamental. Selain demokrasi dijadikan sebagai asas kenegaraan, secara
esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara
sebagai organisasi tertingginya, sehingga diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar
pada warga masyarakat tentang demokrasi.

Demokrasi dalam arti formal yaitu demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan atau sistem
politik dimana kedaulatan rakyat tidak dilaksanakan sendiri oleh rakyat, tetapi melalui wakil-
wakil yang dipilihnya di lembaga perwakilan. Sedangkan demokrasi dalam arti material dapat
disebut sebagai demokrasi sebagai asas, yang dipengaruhi oleh kultur, historis suatu bangsa,
sehingga dikenal demokrasi konstitusional, demokrasi rakyat dan demokrasi Pancasila.

Tinjauan Teoritik

Kajian teoritik tulisan ini merujuk pada filsafat ilmu Pemerintahan

Pembahasan

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang keputusan-keputusan penting, baik secara


langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari masyarakat dewasa[1].

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak yang
sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi, adat dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan
politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan
terhadap harkat dan martabat manusia. Landasan demokrasi mencakup kebebasan
berkumpul, kebebasan berserikat dan kebebasan berbicara, inklusivitas dan kebebasan
politik, kewarganegaraan, persetujuan dari yang terperintah, hak suara, kebebasan dari
perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas hak untuk hidup, kebebasan, dan kaum
minoritas.

Pengertian demokrasi Pancasila dapat diterima dengan cara khusus dan umum. Secara khusus,
pengertian demokrasi dapat dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa
demokrasi Pancasila adalah suatu sistem demokrasi yang didasarkan pada sila-sila Pancasila
yang dianggap sebagai kesatuan yang utuh.

Demokrasi Pancasila merupakan sistem pemerintahan yang diarahkan oleh hikmat kebijaksanaan
melalui proses musyawarah dan perwakilan, yang didasarkan pada ketuhanan, kemanusiaan yang
adil dan beradab, menyatukan Indonesia dan bertujuan untuk mencapai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, implementasi demokrasi di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari Pancasila sebagai dasar negara.

Setiap sila dalam Pancasila memiliki posisi yang sama dan merupakan satu kesatuan yang
membentuk demokrasi. Pancasila memainkan peran penting dalam bidang politik, sosial dan
ekonomi serta dalam menyelesaikan masalah nasional melalui proses musyawarah untuk
mencapai kesepakatan.

Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli

Prof. Notonegoro

Prof. Notonegoro adalah seorang akademisi dan pakar hukum di Indonesia. Dia adalah salah satu
pendiri dan pimpinan Lembaga Penelitian Hukum Nasional (LP2HN) yang berbasis di
Universitas Brawijaya, Malang. Prof. Notonegoro juga merupakan salah satu peneliti dan
pengajar hukum di bidang hukum nasional dan internasional.
Menurut Prof Notonegoro, demokrasi Pancasila merupakan sistem pemerintahan yang diarahkan
oleh kebijaksanaan melalui proses musyawarah dan perwakilan yang didasarkan pada ketuhanan,
kemanusiaan yang adil dan beradab, menyatukan Indonesia dan bertujuan untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Drs.C.S.T.Kansil, SH

Drs. C.S.T. Kansil, SH adalah seorang pakar hukum di Indonesia. Beliau merupakan seorang
pakar hukum tata negara dan hukum administrasi negara di Indonesia. Beliau juga merupakan
seorang peneliti dan pengajar hukum di bidang hukum nasional dan internasional. Drs. C.S.T.
Kansil, SH juga dikenal sebagai salah satu pendiri dan pimpinan Lembaga Penelitian Hukum
Nasional (LP2HN) yang berbasis di Universitas Brawijaya.

Menurut Drs.C.S.T. Kansil, SH, demokrasi Pancasila adalah sistem pemerintahan yang
diarahkan oleh kebijaksanaan melalui proses musyawarah dan perwakilan, dan sila keempat dari
dasar negara Pancasila sudah dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945, baris keempat.

Aktualisasi Demokrasi Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan berbangsa


dan bernegara

Sistem ketatanegaraan yang dianut oleh Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara demokrasi
konstitusional, dengan menganut asas demokrasi Pancasila. Dalam aktualisasinya, Demokrasi
Pancasila didasarkan pada Pembukaan Undang Undang Dasar 45 alinea ke 4, yaitu kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
mengandung semangat ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Pancasila juga diartikan
sebagai demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan
diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam menganut asas demokrasi Pancasila, sistem
pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat, dimana
keluhuran manusia sebagai makhluk Tuhan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan diakui, ditaati dan dijamin atas dasar kenegaraan Pancasila. Pemerintah
berdasarkan atas demokrasi konstitusional tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Konstitusi di sini diartikan dalam arti luas, sebagai living constitution, baik yang
tertulis yang disebut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maupun
hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi), seperti aturanaturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Kedaulatan rakyat
dengan sistem perwakilan atau demokrasi biasa disebut sistem demokrasi perwakilan
(representative democracy) atau demokrasi tidak langsung (indirect democracy). Dalam praktek,
pihak yang menjalankan kedaulatan rakyat itu adalah wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat yang disebut parlemen. Agar wakil-wakil rakyat dapat bertindak atas nama
rakyat, wakil-wakil rakyat itu harus ditentukan sendiri oleh rakyat, yaitu melalui pemilihan
umum (general election). Dengan demikian, pemilihan umum itu tidak lain merupakan cara yang
diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat secara demokratis.19 Secara ideal pemilihan
umum bertujuan agar terselenggaranya perubahan kekuasaan pemerintahan secara teratur dan
damai sesuai dengan mekanisme yang dijamin oleh konstitusi.20 Tradisi berpikir bebas atau
kebebasan berpikir (freedom of expression) itu pada gilirannya mempengaruhi tumbuh
kembangnya prinsip-prinsip kemerdekaan berserikat atau berorganisasi (freedom of association)
dan kemerdekaan berkumpul (freedom of assembly) dalam dinamika kehidupan masyarakat
demokratis yang bersangkutan.

Ismail Sunny menyatakan, Pemilihan umum adalah suatu kepastian dan suatu lembaga yang
sangat vital untuk demokrasi. Suatu pemilihan yang bebas berarti bahwa dalam jangka waktu
tertentu rakyat akan mendapat kesempatan untuk menyatakan hasratnya terhadap garisgaris
politik yang harus diikuti oleh negara dan masyarakat terhadap orang-orang yang harus
melaksanakan kebijaksanaan itu.

Pasal 22 ayat (1) UUDNRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa, Pemilihan Umum dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali. Ada dua manfaat
yang sekaligus sebagai tujuan atau sasaran langsung yang hendak dicapai dengan pelaksanaan
pemilu yaitu, pembentukan atau pemupukan kekuasaan yang otoritas dan mencapai tingkat
keterwakilan politik (political representativeness). Selain itu Pemilu juga merupakan salah satu
hak asasi warga negara yang sangat prinsipil, karena dalam pelaksanaan hak asasi adalah suatu
keharusan pemerintah untuk melaksanakan pemilu. Oleh karena itu, pemilu adalah suatu syarat
yang mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. 23 Hal ini
merupakan perwujudan dari hak asasi manusia. Dalam pasal 28D ayat (3) berbunyi, Setiap warga
negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Pengertiannya, setiap
orang memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pemilihan
umum pada dasarnya memiliki empat fungsi utama yakni, pembentukan legitimasi penguasa,
pembentukan perwakilan politik rakyat, sirkulasi elite penguasa, dan pendidikan politik. 24
Tujuan penyelenggaraan pemilihan umum (general election) pada pokoknya dapat dirumuskan
menjadi empat, yaitu: a. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan
secara tertib dan damai. b. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan
mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan. c. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan
rakyat, dan d. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara. 25 Pemilihan umum juga
bertujuan untuk memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan dan pergantian pejabat negara
yang diangkat melalui pemilihan (elected public officials). Yang dimaksud di sini adalah
pemilihan umum harus membuka kesempatan sama untuk menang atau kalah bagi setiap peserta
pemilihan umum itu, karena pemilihan umum sejatinya adalah hak setiap orang sebagai warga
negara.26 Tujuan ketiga dan keempat pemilihan umum adalah untuk melaksanakan kedaulatan
rakyat dan melaksanakan hak asasi warga negara. Hak-hak politik rakyat untuk menentukan
jalannya pemerintahan dan fungsi-fungsi negara dengan benar menurut UUDNRI 1945 adalah
hak rakyat yang sangat fundamental. Karena itu, penyelenggaraan pemilihan umum, di samping
merupakan perwujudan kedaulatan rakyat, juga merupakan sarana pelaksanaan hak asasi warga
negara. Pengaturan mengenai hak asasi manusia di bidang politik yang sangat berkaitan dengan
pemilihan umum adalah ketentuan pasal 28E ayat (3) yang merumuskan bahwa, Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Kebebasan berserikat
dan berkumpul dapat diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan warga negara untuk berpartisipasi
dalam partai politik yang diakui keberadaannnya oleh peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan
warga negara untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan duduk dalam badan perwakilan
rakyat maupun sebagai Presiden yang diwujudkan melalui pemilihan umum itu sendiri.
Kesimpulan

Indonesia dengan kedaulatan rakyatnya kemudian menyerap kebudayaan aslinya untuk


kemudian menjelma menjadi demokrasi tersendiri bernama demokrasi pancasila. Menyelesaikan
pertikaian secara damai dan sukarela dengan membela prinsip-prinsip humanisme, menegakan
keadilan di tengah keanekaragaman masyarakat, kolektivisme dan penggunaan paksaan sesedikit
mungkin menjadikan contoh aktualisasi nyata demokrasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia. Demokrasi Pancasila ini pun, mengalami banyak hambatan dan
tantangan. Sebagian berupaya menerapkan dan sebagian lain menolak. Tetapi apa pun realita
yang terjadi patut disadari, demokrasi pancasila merupakan jalan tengah yang harus disikapi
secara bijak. Ia merupakan alternatif pemersatu antara beragama latar belakang suku dan budaya
masyarakat Indonesia.

Referensi

https://pasla.jambiprov.go.id/demokrasi-pancasila-pengertian-ciri-prinsip-asas-dan-tujuan/

IPEM4424,Filsafat Ilmu Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai