Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1 KEUANGAN PUBLIK

NAMA : MAULITA SARI

NIM : 043008191

1. Mengapa paradigma pengelolaan keuangan negara bergeser dari pola yang sentralistrik ke
desentralistrik? Silakan kemukakan

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan


Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan negara
yang berorientasi pada kepentingan pelayanan publik (public oriented). Untuk itu, dilakukan
penataan kembali perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.
Tuntutan ini dimaksudkan untuk merealisasi pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah yang lebih
memberikan keleluasaan pengaturan dan penyelenggaraan otonomi daerah. Penyelenggaraan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal secara langsung berpengaruh terhadap penataan sumber-
sumber keuangan baik di pusat dan di daerah. Pengelolaan sumber-sumber keuangan lebih
banyak didesentralisasikan kepada daerah sehingga menuntut pemahaman yang lebih luas dalam
memahami pola pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara bergeser dari pola
yang sentralistik menjadi lebih desentralistik. Daerah mendapat kewenangan yang lebih luas
dalam pengelolaan keuangan baik untuk pengelolaan sumber-sumber keuangannya maupun
untuk belanja daerah sebagai dampak penyelenggaraan otonomi daerah. Orientasi pengelolaan
keuangan negara lebih besar pada pengelolaan keuangan negara di daerah dibanding dengan
pengelolaan keuangan negara sentral (pusat), kondisi yang demikian mengubah pola ruang
lingkup keuangan negara yang di masa sebelum Undangundang Nomor 32 dan Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2004 lebih berorientasi ke pusat, untuk saat ini bergeser lebih dominan pada
pengelolaan keuangan di daerah sehingga ruang lingkup keuangan negara meliputi berikut ini.

1. Pengeluaran negara.

2. Penerimaan negara.

3. Dampak dari penerimaan dan pengeluaran negara terhadap kehidupan masyarakat.


Seiring dengan bergantinya paradigma pemerintahan dari Orde Baru kepada Orde Reformasi,
pengelolaan kepentingan-kepentingan publik mengalami pergeseran. Pergeseran-pergeseran
yang terjadi menyangkut pembiayaan penyelenggaraan keuangan negara. Pengaturan keuangan
negara didasarkan pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dapat dipandang sebagai suatu
strategi yang memiliki tujuan ganda. Pertama, pemberian otonomi daerah merupakan strategi
untuk merespons tuntutan masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of
power, distribution of income, dan kemandirian sistem manajemen di daerah. Kedua, otonomi
daerah dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam rangka
memperkokoh perekonomian nasional untuk menghadapi era perdagangan bebas. Di samping
itu, secara internal bangsa Indonesia tengah dilanda multikrisis, ancaman disintegrasi bangsa,
dan kepanikan publik yang diakibatkan oleh lemahnya keamanan dan ketertiban umum serta
ketidakpastian hukum.

Agar bangsa ini bisa secepatnya ke luar dari belenggu krisis multidimensional dan tidak
mengalami ancaman disintegrasi yang semakin parah, maka pemberian otonomi daerah
merupakan langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah secara bersungguh-sungguh.
Pemberian otonomi daerah hendaknya jangan sekadar jargon politik semata sebagaimana pada
masa-masa sebelumnya. Jika pemerintah pusat kali ini tidak serius dalam memberikan otonomi
daerah, maka ongkos (cost) yang ditimbulkan akan lebih besar lagi. Pemberian otonomi daerah
tidak berarti permasalahan bangsa akan selesai dengan sendirinya. Otonomi daerah tersebut
harus diikuti dengan serangkaian reformasi di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik
tersebut tidak saja sekadar perubahan formal lembaga, tetapi mencakup pembaruan alat-alat yang
digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis,
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga cita-cita reformasi, yaitu menciptakan good
governance benar-benar tercapai.

2. Kemukakan bahwa peningkatan pengeluaran negara di Indonesia disebabkan:

1. Pertahanan, keamanan dan ketertiban


2. Kesejahteraan
3. Perbankan
4. Pembangunan

Manakah factor yang paling dominan? Jelaskan!

menurut saya faktor peningkatan pengeluaran negara yang paling dominan adalah
meningkatanya fungsi pertahanan , kemanan dan ketertiban dan meningkatnya fungsi
kesejahteraan,
karena pertahanan adalah hal yang paling penting untuk sebuah negara wilayah kedaulatan
negara harus di jaga dengan benar benar sehingga tidak heran jika untuk pertahanan keamanan
dan ketertiban menggunakan anggaran yang sangat besar.

- seperti yang di katakan oleh mentri keuangan bahwa dana APBN banyak di gunakan untuk
kesejahteraan masyarakat seperti pemberian bansos program PKH, KIP,KIS dan lain lain. karena
banyak masyarakat indonesia yang harus di perhatikan kesejahteraan nya. sedangkan untuk
pembangunan masih bisa bekerjasama dengan para investor baik luar maupun dalam negeri.

3. Menurut APBN pendapatan negara dibedakan menjadi beberapa sumber, sebutkan dan
kemukakan sumber pendapatan negara tersebut!
Dalam APBN, yang termasuk sumber pendapatan negara antara lain pajak, Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dan hibah.
Nantinya, dana dari pendapatan negara tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, di pasal 1 Ayat (9)
telah dijelaskan bahwa penerimaan pendapatan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
Sedangkan pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai tambahan nilai
kekayaan bersih.
Kekayaan bersih yang dimaksud ini adalah penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak dan
hibah.
Di Indonesia, pendapatan negara dirancang dan dikelola dalam rancangan APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).

Jenis Sumber Pendapatan Negara


Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, sumber pendapatan
negara terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Pajak
Di Indonesia, sumber pendapatan negara yang utama berasal dari pajak. Jika dihitung dalam
persentase, pajak menyumbang sekitar 80% dari total pendapatan negara.
Pajak sendiri diartikan sebagai suatu pungutan yang dikenakan pada barang, jasa atau aset
tertentu dengan nilai manfaat.
Di Indonesia terdapat dua pihak yang berwenang untuk melakukan pungutan pajak, yakni
pemerintah pusat dan daerah.
Dalam hal ini, yang berwenang memungut pajak pusat adalah Direktorat Jenderal Pajak.
Sedangkan untuk pajak daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis pajak, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan PPH
Pajak Pendapatan (PPH) adalah pajak yang dikenakan pada individu atau badan usaha atas
penghasilan dalam suatu tahun pajak.
Penghasilan tersebut dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.
b. Pendapatan PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pungutan pada transaksi jual-beli barang dan jasa oleh
wajib pajak yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)
c. Pendapatan Cukai
Cukai adalah pungutan negara terhadap barang-barang tertentu yang memiliki sifat seperti di
Undang-undang Cukai.
Objek cukai sangat beragam, contohnya seperti tembakau cerutu dan minuman keras.
d. Pendapatan Bea Masuk dan Keluar
Berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan, bea masuk adalah pungutan negara yang dikenakan
terhadap barang-barang impor.
Sedangkan bea keluar adalah pungutan negara yang dikenakan pada setiap barang ekspor
e. Pendapatan PBB
Pendapatan PBB adalah pungutan wajib atas kepemilikan tanah dan bangunan. Beberapa contoh
tanah yang terkena pajak di antaranya seperti sawah, tambang, kebun dan pekarangan.
Sedangkan untuk bangunan adalah mall, jalan tol dan gedung bertingkat.
Adapun beberapa contoh tanah dan bangunan yang tidak dikenai PBB adalah tempat ibadah,
kuburan dan hutang lindung.
f. Pendapatan Pajak Lainnya
Pajak ini merupakan sumber pendapatan negara yang tidak termasuk dalam salah satu objek di
atas dan memiliki persentase lebih kecil dibandingkan lainnya.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


Seperti namanya, Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan pendapatan yang berasal dari
objek non-pajak.
Menurut Undang-Undang No,9 Tahun 2018, PNBP adalah sumber pendapatan negara dari
individu atau badan tertentu yang memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas
pemanfaatan sumber daya.
Adapun beberapa jenis Pendapatan Negara Bukan Pajak adalah sebagai berikut:
a. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
PSDA adalah sumber pendapatan negara dari pemanfaatan bumi air, udara, ruang angkasa dan
kekayaan alam yang dimiliki oleh sebuah negara, contohnya adalah minyak dan gas.
Dalam hal ini, BUMN memiliki peran besar yaitu sebagai salah satu pemasok PNBP yang
didapatkan dari pembayaran dividen, pengelolaan ladang migas serta pembayaran lisensi.
b. Pendapatan Kekayaan Yang Dipisahkan
Pendapatan Kekayaan yang Dipisahkan meliputi pengelolaan atas kekayaan negara dari APBN
dan dijadikan sebagai penyertaan modal negara maupun perolehan lain yang sah.
Contoh Pendapatan Kekayaan yang Dipisahkan adalah laba pemerintah, hasil penjualan saham,
sertifikat maupun dividen BUM dan obligasi.
c. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
Sumber pendapatan negara ini berbentuk penyediaan barang, jasa, dan pelayanan administratif
yang menjadi salah satu tanggung jawab pemerintah.
Di Indonesia, contoh pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) adalah kereta api, pendidikan,
kesehatan dan pemberian hak paten.
d. Pengelolaan Barang Milik Negara
Pengelolaan Barang Milik Negara adalah kegiatan penggunaan, pemanfaatan dan
pemindahtanganan seluruh barang yang akan dibeli maupun didapatkan atas beban APBN dari
perolehan nilai yang sah.
e. Pengelolaan Dana
Ini adalah pengelolaan dana pemerintah baik dari APBN maupun pendapatan lain yang sah
dengan tujuan tertentu.
Contoh sumber pendapatan negara dari pengelolaan dana adalah penerimaan jasa giro dan
anggaran sisa pembangunan.
Hak negara lainnya adalah sumber pendapatan negara PNBP selain beberapa kategori di atas.
Contohnya adalah pembayaran denda dari pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat atau
hasil lelang barang sitaan.
3. Hibah
Meskipun tergolong dalam penghasilan non-pajak, hibah terhitung sebagai penerimaan di luar
PNBP.
Oleh karena itu, hibah diklasifikasikan dalam kelompok berbeda dan memiliki aturan tersendiri.
Di Indonesia, hibah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011.
Dalam aturan tersebut, hibah diartikan sebagai penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa
yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan atau surat berharga dari dalam maupun luar negeri.
Hibah bertujuan untuk mendukung program pembangunan nasional. Contoh alokasinya adalah
pada pembangunan suatu daerah yang terkena bencana atau dalam keadaan genting.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis hibah, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Hibah Terencana
Seperti namanya, hibah terencana merupakan mekanisme hibah yang direncanakan dan dicatat
melalui Daftar Rencana Kegiatan Hibah (DRKH).
b. Hibah Langsung
Hibah langsung adalah hibah tanpa melalui mekanisme perencanaan
c. Hibah Melalui KPPN
Hibah melalui KPPN adalah hibah yang penarikannya dilakukan di Bendahara Umum Negara
(BUN) atau Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
d. Hibah tanpa melalui KPPN
Seperti namanya, proses penarikan hibah jenis ini tidak dilaksanakan di BUN atau KPPN
e. Hibah dalam Negeri
Ini adalah jenis hibah dari lembaga keuangan maupun non-keuangan dalam negeri, pemerintah
daerah, perusahaan atau orang asing yang melakukan kegiatan atau berdomisili di Indonesia.
f. Hibah Luar Negeri
Hibah Luar Negeri bersumber dari negara asing, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
lembaga internasional, lembaga keuangan asing, atau lembaga lainnya.
Selain itu, Hibah Luar Negeri bisa juga didapatkan dari perusahaan atau orang Indonesia yang
berdomisili dan melakukan kegiatan di luar negeri.
g. Hibah Daerah
Seperti namanya, Hibah Daerah merupakan pengalihan hak dari pemerintah atau pihak lain
kepada Pemerintah Daerah yang secara spesifik telah ditetapkan kegunaannya dan dilakukan
melalui perjanjian.
Itulah pembahasan seputar sumber pendapatan negara Indonesia beserta contohnya.
Kini, Anda telah mengetahui bahwa sumber pendapatan negara tidak hanya berasal dari pajak,
namun juga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan hibah.

Anda mungkin juga menyukai