Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN LAPISAN

PENGHASILAN ORANG PRIBADI PPH TERHADAP


PENDAPATAN NEGARA

PROPOSAL

OCTAVIA PUTRI PATRICIA


B1031191173

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anggaran Pendapatan Negara (APBN) adalah suatu daftar yang
memerinci secara sistematis tentang sumber-sumber penerimaan dan
belanja negara yang berlaku pada satu periode. Pendapatan negara pada
APBN diberikan oleh penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan
pajak. Dan dalam hal kontribusi pendapatan, pajak memberikan kontribusi
terbesar dalam pendapatan negara yaitu sekitar 73% dari total pendapatan
negara.
Peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang
penerimaan negara dan kita ketahui ekonomi merupakan isu yang sangat
sensitif di Indonesia, masyarakat selalu ingin mengetahui terhadap aliran
dana negara. Hal itu terjadi karena sumber pendapatan negara terbesar
berasal dari pajak dimana pajak dipungut secara paksa dari masyarakat.
Maka masyarakat sangat ingin mengetahui terhadap aliran dana negara.
Menurut Andriani (dalam Pandiangan 2014) “pajak merupakan
suatu iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan yang berlaku, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang
terkait dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” Pajak
sendiri memiliki banyak ragam, menurut Mardiasmo (2018), pajak
dikelompokan menjadi 3 yaitu menurut golongan yang terdiri dari pajak
langsung dan tidak langsung, yang kedua yaitu menurut sifatnya yaitu terdiri
dari pajak subjektif dan pajak objektif, dan yang ketiga yaitu menurut
lembaga pemungut yang terdiri dari pajak pusat dan pusat daerah. Menurut
lembaga pemungutnya pajak terdiri dari pajak pusat dan pajak daerah,
dimana pajak pusat yaitu pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan

1
pajak penjualan atas barang mewah, dan bea materai. Sedangkan untuk
pajak daerah terbagi menjadi dua yang pertama yaitu pajak provinsi yang
terdiri dari pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, yang kedua yaitu pajak kabupaten/kota yang terdiri dari pajak
hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan.
Sebagai salah satu jenis pajak yang memiliki kontribusi terbesar
dalam penerimaan pendapatan setelah Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penghasilan tentu saja menjadi hal yang diperhatikan dalam penerimaan
negara. Salah satu bentuk dari Pajak Penghasilan yaitu Pajak Penghasilan
Pasal 21. Dimana menurut Mardiasmo (2018), Pajak Penghasilan Pasal 21
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
Kita ketahui saat ini dunia sedang dilanda wabah yang bernama
Covid-19 tidak terkecuali Indonesia. Covid-19 pertama kali masuk ke
Indonesia Senin 2 Maret 2020 dengan 2 kasus pertama yaitu dua orang
Indonesia positif terjangkit virus Corona. Hingga saat ini Indonesia belum
terlepas dari Covid-19, saat ini tercatat 5,59 juta kasus di Indonesia dan 194
ribu meninggal dunia. Hal ini mengakibatkan banyaknya kerugian yang
terjadi, dari segi kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi. Dimana salah satu
dampaknya yaitu perubahan lapisan tarif pajak penghasilan orang pribadi.
Dikarenakan dampak dari wabah ini, Indonesia mengalami banyak
perubahan regulasi, maka dari itu perubahan regulasi ini dapat membantu
perekonomian Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu bentuk dari perubahan regulasi ini yaitu perubahan lapisan
penghasilan orang pribadi yang dikenai tarif pajak penghasilan (PPh)
terendah 5% dinaikan menjadi Rp 60 juta dari sebelumnya Rp 50 juta dan
lapisan PPh orang pribadi sebesar 35% untuk penghasilan kena pajak diatas
5 milyar. Mengingat betapa pentingnya pajak maka pemerintah dalam hal

2
ini bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan upaya untuk
memaksimalkan penerimaan negara. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melakukan reformasi undang-undang perpajakan dengan
menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (HPP) menjadi Undang-Undang.
Salah satu penerimaan disektor perpajakan yang memiliki
kontribusi tertinggi adalah Pajak Penghasilan. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka Penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang perpajakan
yang berjudul “Analisis Pengaruh Perubahan Lapisan Penghasilan Orang
Pribadi PPh Terhadap Pendapatan Negara.”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh perubahan lapisan penghasilan orang pribadi pajak
penghasilan (PPh) dapat mempengaruhi pendapatan negara?
2. Apakah pengaruh perubahan lapisan penghasilan orang pribadi pajak
penghasilan (PPh) dapat berpengaruh positif bagi wajib pajak?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
perubahan lapisan penghasilan orang pribadi pph dapat mempengaruhi
pendapatan negara, serta apakah dapat berpengaruh positif bagi wajib pajak.

1.4. Kontribusi Penelitian


1.4.1. Kontribusi Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat
menjadi bahan tambahan referensi Karya Ilmiah yang bermanfaat
dalam memperkaya wawasan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Umumnya pada bidang akuntansi dan terutama
dalam bidang perpajakan.

3
1.4.2. Kontribusi Praktis
1.4.2.1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan tentang Pajak Penghasilan (PPh)
dan menjadi sarana pembelajaran penelitian dibidang
ilmiah serta menambah pengetahuan terhadap bidang
akuntansi khusunya perpajakan.
1.4.2.2. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa untuk menambah referensi
dalam melakukan penelitian sejenis dan memberikan
wacana bagi perkembangan studi akuntansi.
1.4.2.3. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu menjadi bahan referensi dan pertimbangan
bagi pembuat kebijakan, khususnya pembuat peraturan
perpajakan. Sehingga nantinya dapat tercapai hasil
yang saling menguntungkan baik bagi pemerintah
maupun bagi wajib pajak.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana perolehan pendapatan dan
rencana belanja dalam bentuk satuan moneter (satuan uang). Menurut
Sinaga (2018: 10), Anggaran didefinisikan sebagai suatu rencana
keuangan yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan
diyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh rencana kegiatan
organisasi untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan
dating. Menurut Rahayu (2010: 288), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang
setiap tahunnya ditetapkan dengan undang-undang, dan di dalamnya
terdiri atas anggara pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
dimaksud dengan APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran.
2.1.2. Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting
yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara yang
tidak lain tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat (Rapina, 2008:174).
Beberapa definisi atau pengertian tentang pajak (Resmi,
2005:1) yaitu:

5
a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik atau kontra prestasi yang langsung
dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
b. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum.
c. Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa atau menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum, tanpa ada kontraprestasi, dan semata-
mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
umum.

6
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontra prestasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat
maupun daerah.
4) Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
2.1.3. Jenis-jenis Pajak
Pajak dapat dibagi menjadi beberapa memurut golongannya,
sifatnya, dan lembaga pemungutnya:
a. Menurut Sifatnya
1) Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan oleh pihak lain dan menjadi beban
langsung Wajib Pajak (WP) yang bersangkutan.
Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).
b. Menurut Sasaran/Objeknya
1) Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya yang dilanjutkan dengan
mencari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan
keadaan dari WP. Contohnya: PPh.
2) Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada objek tanpa memperhatikan keadaan dari

7
WP. Contohnya: PPN, PPNBM, Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), dan Bea Materai (BM).
c. Menurut Pemungutnya
1) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah
pusat. Contohnya: PPh, PN, PPnBM, PBB, BM.
2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
pemerintah daerah. Contohnya: Pajak Reklame, Pajak
Hiburan, Pajak Hotel dan Restoran, dan Pajak Kendaraan
Bermotor.
2.1.4. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai dua fungsi (Waluyo, 2011:6) yaitu:
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, sebagai contoh: dimasukannya pajak dalam
APBN untuk penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Regulated)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi
terhadap wajib pajak yang mempunyai penghasilan tinggi
demikian pula terhadap barang mewah.
2.1.5. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem
pemungutan, yaitu official assesstment system, self assessment
system, withholding system. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Official assesstment system
Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan pajak
memberik wewenang kepada fiskus atau apparat pajak untuk

8
menentukan besarnya pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku.
b. Self assesstment system
Sistem ini merupakan suatu sitem pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada
wajibb pajak untuk memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. Withholding system
Sistem ini merupakan suatu sitem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2.1.6. Pajak Penghasilan (PPh)
2.1.5.1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
Pengertian Pajak Penghasilan menurut pasal 1
Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan, subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenakan atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak
atau dapat pula dikenakan pajak penghasilan dalam
bagian tahun pajak. Pajak penghasilan meliputi pajak
penghasilan umum, PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh 24, PPh
25, PPh 26, PPh 29.
2.1.5.2. Macam-macam Pajak Penghasilan (PPh)
1) Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21)
PPh Pasal 21 mengatur tentang pajak atas
penghasilan berupa gaji, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk

9
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang
pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
2) Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh 22)
PPh pasal 22 mengatur tentang pembayaran
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang
dipungut oleh Wajib Pajak badan tertentu untuk
memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah. Pemungutan pajak
oleh wajib pajak badan tertentu ini akan dikenakan
terhadap pembelian barang yang memenuhi kriteria
tertentus sebagai barang yang tergolong sangat
mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun
harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,
apartement dan kondominium sangat mewah, serta
kendaraan sangat mewah.
3) Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh 23)
PPh Pasal 23 mengatur tentang pemotongan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa,
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.
4) Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh 24)

10
PPh Pasal 24 mengatur tentang perhitungan
besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap pajak penghasilan yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.
Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam
tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri
dengan penghasilan di Indonesia.
5) Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25)
PPh Pasal 25 mengatur tentang perhitungan
besarnya angsuran bulana yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.
6) Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh 26)
PPh Pasal 26 mengatur tentang pemotongan
atas penghasilan yang bersumber di Indonesia dan
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri
baik orang pribadi maupun badan selain bentuk
usaha tetap.
7) Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh 29)
PPh Pasal 29 mengatur tentang pajak
penghasilan kurang bayar yang harus dibayarkan
oleh Wajib Pajak yang sudah tertulis dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
2.1.5.3. Wajib Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan susuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2.1.5.4. Subjek Pajak Penghasilan (PPh)

11
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang
memiliki potensi untuk memperoleh penghasilan
menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan.
Subjek pajak meliputi:
1) Orang pribadi adalah setiap orang yang tinggal di
Indonesia atau tidak bertempat tinggal di Indonesia
yang mendapatkan penghasilan di Indonesia.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan,
menggantikan yang berhak adalah warisan dari
seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi
tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan
itu dikenakan pajak.
3) Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama
dan dalam bentuk apapunn, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi masa, organisasi sosial politik, atau
organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan
bentuk badan lainnya.
4) Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang peribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia lebih dari 183 (serratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia.

12
2.1.5.5. Objek Pajak Penghasilan
Yang menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
2.1.5.6. Tarif Pajak
1) Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri
a. Tarif pajak yang diterapkan atas Lapisan
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sebelum melakukan
perubahan adalah sebagai berikut:
i. Lapisan Penghasilan Kena Pajak 0 Sampai
dengan Rp 50.000.000,00 dikenakan Tarif
Pajak 5%.
ii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
50.000.000,00 Sampai dengan Rp
250.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 15%.
iii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
250.000.000,00 Sampai dengan Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 25%.
iv. Lapisan Penghasilan Kena Pajak diatas Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 30%.
b. Tarif pajak yang diterapkan atas Lapisan
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sesudah melakukan
perubahan adalah sebagai berikut:

13
i. Lapisan Penghasilan Kena Pajak 0 Sampai
dengan Rp 50.000.000,00 dikenakan Tarif
Pajak 5%.
ii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
50.000.000,00 Sampai dengan Rp
250.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 15%.
iii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
250.000.000,00 Sampai dengan Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 25%.
iv. Lapisan Penghasilan Kena Pajak diatas Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 30%.
2) Wajib Pajak Badan dalam Negeri dan Bentuk Usaha
Tetap
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak
bagi wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, mulai berlaku sejak tahun 2010,
diturunkan menjadi 25%. Wajib pajak badan dalam
negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat
memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah daripada
tariff yang berlaku. Wajib pajak dalam negeri dengan
bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00
mendapat fasilitas berupa pengurangan tariff sebesar
50% yang dikenakan atas Penghasian Kena Pajak
dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
2.1.5.7. Cara Menghitung Pajak

14
Pajak Penghasilan (bagi wajib pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap) setahun dihitung dengan cara
mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak
sebagaimana diatur dalam UU PPh Pasal 17. Untuk
menghitung PPh dapat digunakan rumus sebagai berikut:
1) Menghitung Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi):
nilai penghasilan kena pajak (PKP) x presentase tarif
PPh yang berlaku.
2) Menghitung pajak penghasilan (WP Pajak Badan):
nilai penghasilan kena pajak (PKP) x presentasi tarif
pajak penghasilan (PPh) badan yang berlaku.

2.2. Kajian Empiris


Natalia (2013) menggunakan 23 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 1998-2006 menganalisis pengaruh perubahan tarif PPh badan
berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000
terhadap struktur modal perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa perubahan tarif pajak penghasilan pada Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 berpengaruh positif terhadap struktur
modal.
Analisis perbedaan penerimaan pajak penghasilan sebelum dan sesudah
kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dilakukan Nafia dan
Sunandar (2016) dengan menggunakan sampel Kantor Pelayanan Pratama
Tegal. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif untuk
menghitung pertumbuhan Wajib Pajak, selain itu metode analisis komparatif
untuk memandingkan antar elemen dalam beberapa periode yang berurutan.
Hasilnya menunjukan terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah kenaikan
PTKP. Kenaikan PTKP mengakibatkan semakin meningkatnya penerimaan
Pajak Penghasilan. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan perubahan
besarnya PTKP juga meningkatkan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi pada
KPP Pratama Tegal.

15
Penelitian yang dilakukan oleh Malia dan Qoyyimah (2016) tentang analisis
kenaikan PTKP sebagai upaya peningkatan pertumbuhan wajib pajak dan
penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Pemekasan dengan metode
deskriptif kuantitatif menunjukan bahwa PTKP mampu meningkatkan
pertumbuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Pemekasan. PTKP
tidak mampu meningkatkan penerimaan pajak pada tahun 2013 namun pada
tahun seterusnya (2014-2015) penerimaan PPh 21 mengalami peningkatan.
Penelitian Azizah (2012) yang bejudul “Analisis Pengaruh Perubahan Tarif
PPh Orang Pribadi Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan
Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Malang” dengan variabel Tarif PPh
Orang Pribadi (x), Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak (y₁), Penerimaan Pajak
Penghasilan (y₂), menggunakan metode penelitian diskriptif kuantitatif
menyimpulkan dari hasil risetnya bahwa hasilnya yang signifikan, penerimaan
pajak penghasilan meningkat setiap tahunnya dan tahun terbesar penerimaan
meningkat pada tahun 2009 setelah adanya perubahan UU Nomor 36 Tahun
2008 tersebut.
Penelitian Widjaya (2011) ini serta didukung oleh peneliti lainnya yang
menyebutkan tarif pajak penghasilan orang pribadi mempengaruhi penerimaan
pajak penghasilan dan mengemukakan hasil yang signifikan terhadap
penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bertujuan untuk memudahkan kegiatan
penelitian dalam menghubungkan antar variabel yang akan diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perubahan tarif
lapisan penghasilan orang pribadi terhadap pendapatan negara.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan tarif pajak,
tingkat kepatuhan wajib pajak, dan pengaruh tingkat penghasilan.
Sedangkan variabel independen penelitian ini adalah pendapatan
negara. Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

16
Perubahan Tarif
Pajak

Tingkat Kepatuhan Pendapatan Negara


Wajib Pajak

Tingkat
Penghasilan

2.3.1. Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah dugaan sementara dari permasalahan yang
menjadi objek penelitian, maka dari proposal inimaka hipotesis yang
akan diuji yaitu sebagai berikut:
H₁: Perubahan Tarif Lapisan Penghasilan Orang Pribadi Berpengaruh
Positif Terhadap Pendapatan Negara.
H₂: Tingkat Penghasilan Berpengaruh Positif Terhadap Pendapatan
Negara.
H₃: Tingkat Kepatuhan Berpengaruh Positif Terhadap Pendapatan
Negara.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Bentuk Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang ada, penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan
perhitungan-perhitungan terhadap data keuangan yang diperoleh untuk
memecahkan masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau mengetahui
antar variabel yang satu dengan yang lainnya untuk melihat sebab akibat yang
ditimbulkan oleh variabel bebas perubahan tarif.

1.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat pengambilan data yaitu KPP Pratama Pontianak Barat yang
berlokasi di Jalan Sultan Abdurahman No. 1 Kota Pontianak, Kalimantan
Barat. Alasan memilih KPP Pratama yaitu dalam penelitian ini membutuhkan
data pendapatan Kota Pontianak dari sektor pajak dan terdapat pada Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) KPP Pratama Pontianak. Waktu penelitian ini
dilakukan pada saat mahasiswi di semester 6 (enam) untuk mata kuliah
Metodelogi Penelitian.

1.3. Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu bertujuan menggunakan data atau informasi yang bukan di dapat dari
sumber pertama. Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kota
Pontianak tahun 2017-2021.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dokumentasi. Menurut Suharso (2009:104), dokumentasi adalah data
sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file (catatan
konvensional maupun elektronik), buku, tulisan, laporan, notulen rapat,

18
majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Data ini diperoleh dari KPP
Pratama Pontianak.

1.4. Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh wajib
pajak orang pribadi yang tercatat di KPP Pratama Pontianak Barat. Guna
efisiensi waktu dan biaya, maka tidak semua wajib pajak tersebut menjadi
objek dalam penelitian ini. Oleh karena itu dilakukanlah pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode simple random sampling. Samplenya adalah orang-orang yang
ditemui oleh peneliti secara acak.

1.5. Variabel Penelitian


Penelitian ini menggunakan dua variabel. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah perubahan tarif pajak, tingkat kepatuhan, dan tingkat
penghasilan. Sedangkan variabel independen penelitian ini adalah
pendapatan negara. Definisi operasional dari masing-masing variabel tersbut
akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Perubahan tarif pajak adalah suatu dasar pengenaan pajak terhadap objek
pajak yang menjadi tanggungannya. Perubahan regulasi pada tarif
lapisan penghasilan ini penghasilan orang pribadi yang dikenai tarif
pajak penghasilan (PPh) terendah 5% dinaikan menjadi Rp 60 juta dari
sebelumnya Rp 50 juta dan lapisan PPh orang pribadi sebesar 35% untuk
penghasilan kena pajak diatas 5 milyar.
b. Kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajiban secara ketentuan material perpajakan yang sesuai
dengan undang-undang perpajakan yang berlaku.
c. Tingkat penghasilan terkadang diangap sebagai penceminan kelas sosial
seseorang. Seseorang yang penghasilannya besar cendrung akan bersifat
positif, maka dari itu wajib pajak yang mempunyai penghasilan tinggi

19
diharapkan sadar akan kewajibannya dalam menyisihkan kekayaannya
untuk membangun negara.
d. Pendapatan negara adalah pendapatan sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
anggaran.

1.6. Metode Analisis


Dengan adanya permasalahan tersebut, data-data yang telah terkumpul
dianalisis, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.6.1. Analisis Varians
Varians pada tahun tertentu (t) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Analisis Varians
= Realisasi Pendapatan - Anggaran Pendapatan x 100%
Pendapatan Daerah

1.6.2. Analisis Pertumbuhan


Pertumbuhan pendapatan pada tahun tertentu (t) dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Analisis Pertumbuhan Pendapatan Th t - Pendapatan Th (t-1)
= x 100%
Pendapatan Pendapatan Th (t-1)

1.6.3. Analisis Rasio Keuangan


1.6.3.1. Derajat Desentralisasi
Derajat Desentralisasi pada tahun tertentu (t) dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Derajat Pendapatan Asli Daerah
= x 100%
Desentralisasi Total Pendapatan

1.6.3.2. Analisis Ketergantuangan Keuangan Daerah


Ketergantungan Keuangan Daerah pada tahun
tertentu (t) dapat dihitung dengan rumus berikut:
Rasio Ketergantungan Pendapatan Daerah
= x 100%
Keuangan Daerah Transfer Pusat + Provinsi + Utang

1.6.3.3. Analisis Kemandirian Daerah

20
Kemandirian Daerah pada tahun tertentu (t) dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Rasio Kemandirian Pendapatan Transfer
= x 100%
Daerah Total Pendapatan

21
DAFTAR PUSTAKA

Andriani. (2014). Teori Perpajakan. Jakarta: Selemba Empat.

Agus, Suharso. (2015). Ketentuan Umum Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azizah, Noor. (2013). Analisis Pengaruh Perubahan Tarif PPh Orang Pribadi
Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak
Penghasilan di Kota Malang. Sarjana Thesis, Universitas Gadjah Mada,
Indonesia.

Dina Nafia, & Sunandar. (2016). Analisis Perbedaan Penerimaan Pajak


Penghasilan Sebelum dan Sesudah Kenaikan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegal. Prosiding
Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT) 2016 Pengembangan Sumber
Daya Local Berbasis Iptek (Vol. 1, No 1: 1-6).

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. (2021). Peraturan Menteri Keuangan


Nomor SP-33/2021 tentang Rancangan Undang-Undang (RUU)
Harmonisasi Peraturan Perpajakan untuk Indonesia Maju. Jakarta:
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Perkembangan Covid-19 di


Indonesia 2021. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mardiasmo. (2018). Perpajakan (Edisi Terbaru 2018). Yogyakarta: Andi Publisher.

Malia, Evi, and Qoyyimah. Analisis Kenaikan PTKP Sebagai Upaya Peningkatan
Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
Pemakasan, Jurnal Performance Bisnis & Akuntansi VI, (No. 2 (2016): 140-
58).

22
Rahayu, Siti Kurnia. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal,
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Resmi, Siti. (2005). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Delapan. Jakarta: Selemba
Empat.

Rapina, (2008). Definisi Pajak. Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan


Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan


Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan umum
dan Tata Cara Perpajakan.

Sinaga, R. R., & Sukaharta, M. I. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity


Ratio, Size, dan Leverage pada Manajemen Pajak Perusahaan Bursa Efek.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Selemba Empat,


(2010).

Wijaya, Maxson dan Dwi Martani. (2011). Praktik Manajemen Laba Perusahaan
Dalam Menanggapi Penurunan Tarif Pajak Sesuai UU No. 36 Tahun 2008.
Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.

Watung, Debora Natalia. (2013). Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak


Penghasilan Pasal 21 serta Pelaporannya. Jurnal EMBA (Vol. 1, No. 3,
Juni 2013, Hal. 265-273).

23

Anda mungkin juga menyukai