PROPOSAL
1
pajak penjualan atas barang mewah, dan bea materai. Sedangkan untuk
pajak daerah terbagi menjadi dua yang pertama yaitu pajak provinsi yang
terdiri dari pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, yang kedua yaitu pajak kabupaten/kota yang terdiri dari pajak
hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan.
Sebagai salah satu jenis pajak yang memiliki kontribusi terbesar
dalam penerimaan pendapatan setelah Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penghasilan tentu saja menjadi hal yang diperhatikan dalam penerimaan
negara. Salah satu bentuk dari Pajak Penghasilan yaitu Pajak Penghasilan
Pasal 21. Dimana menurut Mardiasmo (2018), Pajak Penghasilan Pasal 21
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
Kita ketahui saat ini dunia sedang dilanda wabah yang bernama
Covid-19 tidak terkecuali Indonesia. Covid-19 pertama kali masuk ke
Indonesia Senin 2 Maret 2020 dengan 2 kasus pertama yaitu dua orang
Indonesia positif terjangkit virus Corona. Hingga saat ini Indonesia belum
terlepas dari Covid-19, saat ini tercatat 5,59 juta kasus di Indonesia dan 194
ribu meninggal dunia. Hal ini mengakibatkan banyaknya kerugian yang
terjadi, dari segi kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi. Dimana salah satu
dampaknya yaitu perubahan lapisan tarif pajak penghasilan orang pribadi.
Dikarenakan dampak dari wabah ini, Indonesia mengalami banyak
perubahan regulasi, maka dari itu perubahan regulasi ini dapat membantu
perekonomian Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu bentuk dari perubahan regulasi ini yaitu perubahan lapisan
penghasilan orang pribadi yang dikenai tarif pajak penghasilan (PPh)
terendah 5% dinaikan menjadi Rp 60 juta dari sebelumnya Rp 50 juta dan
lapisan PPh orang pribadi sebesar 35% untuk penghasilan kena pajak diatas
5 milyar. Mengingat betapa pentingnya pajak maka pemerintah dalam hal
2
ini bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan upaya untuk
memaksimalkan penerimaan negara. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melakukan reformasi undang-undang perpajakan dengan
menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (HPP) menjadi Undang-Undang.
Salah satu penerimaan disektor perpajakan yang memiliki
kontribusi tertinggi adalah Pajak Penghasilan. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka Penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang perpajakan
yang berjudul “Analisis Pengaruh Perubahan Lapisan Penghasilan Orang
Pribadi PPh Terhadap Pendapatan Negara.”
3
1.4.2. Kontribusi Praktis
1.4.2.1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan tentang Pajak Penghasilan (PPh)
dan menjadi sarana pembelajaran penelitian dibidang
ilmiah serta menambah pengetahuan terhadap bidang
akuntansi khusunya perpajakan.
1.4.2.2. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa untuk menambah referensi
dalam melakukan penelitian sejenis dan memberikan
wacana bagi perkembangan studi akuntansi.
1.4.2.3. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu menjadi bahan referensi dan pertimbangan
bagi pembuat kebijakan, khususnya pembuat peraturan
perpajakan. Sehingga nantinya dapat tercapai hasil
yang saling menguntungkan baik bagi pemerintah
maupun bagi wajib pajak.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik atau kontra prestasi yang langsung
dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
b. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum.
c. Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa atau menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum, tanpa ada kontraprestasi, dan semata-
mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
umum.
6
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontra prestasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat
maupun daerah.
4) Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
2.1.3. Jenis-jenis Pajak
Pajak dapat dibagi menjadi beberapa memurut golongannya,
sifatnya, dan lembaga pemungutnya:
a. Menurut Sifatnya
1) Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan oleh pihak lain dan menjadi beban
langsung Wajib Pajak (WP) yang bersangkutan.
Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).
b. Menurut Sasaran/Objeknya
1) Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya yang dilanjutkan dengan
mencari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan
keadaan dari WP. Contohnya: PPh.
2) Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada objek tanpa memperhatikan keadaan dari
7
WP. Contohnya: PPN, PPNBM, Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), dan Bea Materai (BM).
c. Menurut Pemungutnya
1) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah
pusat. Contohnya: PPh, PN, PPnBM, PBB, BM.
2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
pemerintah daerah. Contohnya: Pajak Reklame, Pajak
Hiburan, Pajak Hotel dan Restoran, dan Pajak Kendaraan
Bermotor.
2.1.4. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai dua fungsi (Waluyo, 2011:6) yaitu:
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, sebagai contoh: dimasukannya pajak dalam
APBN untuk penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Regulated)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi
terhadap wajib pajak yang mempunyai penghasilan tinggi
demikian pula terhadap barang mewah.
2.1.5. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem
pemungutan, yaitu official assesstment system, self assessment
system, withholding system. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Official assesstment system
Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan pajak
memberik wewenang kepada fiskus atau apparat pajak untuk
8
menentukan besarnya pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku.
b. Self assesstment system
Sistem ini merupakan suatu sitem pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada
wajibb pajak untuk memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. Withholding system
Sistem ini merupakan suatu sitem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2.1.6. Pajak Penghasilan (PPh)
2.1.5.1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
Pengertian Pajak Penghasilan menurut pasal 1
Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan, subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenakan atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak
atau dapat pula dikenakan pajak penghasilan dalam
bagian tahun pajak. Pajak penghasilan meliputi pajak
penghasilan umum, PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh 24, PPh
25, PPh 26, PPh 29.
2.1.5.2. Macam-macam Pajak Penghasilan (PPh)
1) Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21)
PPh Pasal 21 mengatur tentang pajak atas
penghasilan berupa gaji, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
9
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang
pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
2) Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh 22)
PPh pasal 22 mengatur tentang pembayaran
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang
dipungut oleh Wajib Pajak badan tertentu untuk
memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah. Pemungutan pajak
oleh wajib pajak badan tertentu ini akan dikenakan
terhadap pembelian barang yang memenuhi kriteria
tertentus sebagai barang yang tergolong sangat
mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun
harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,
apartement dan kondominium sangat mewah, serta
kendaraan sangat mewah.
3) Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh 23)
PPh Pasal 23 mengatur tentang pemotongan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa,
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.
4) Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh 24)
10
PPh Pasal 24 mengatur tentang perhitungan
besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap pajak penghasilan yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.
Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam
tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri
dengan penghasilan di Indonesia.
5) Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25)
PPh Pasal 25 mengatur tentang perhitungan
besarnya angsuran bulana yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.
6) Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh 26)
PPh Pasal 26 mengatur tentang pemotongan
atas penghasilan yang bersumber di Indonesia dan
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri
baik orang pribadi maupun badan selain bentuk
usaha tetap.
7) Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh 29)
PPh Pasal 29 mengatur tentang pajak
penghasilan kurang bayar yang harus dibayarkan
oleh Wajib Pajak yang sudah tertulis dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
2.1.5.3. Wajib Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan susuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2.1.5.4. Subjek Pajak Penghasilan (PPh)
11
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang
memiliki potensi untuk memperoleh penghasilan
menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan.
Subjek pajak meliputi:
1) Orang pribadi adalah setiap orang yang tinggal di
Indonesia atau tidak bertempat tinggal di Indonesia
yang mendapatkan penghasilan di Indonesia.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan,
menggantikan yang berhak adalah warisan dari
seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi
tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan
itu dikenakan pajak.
3) Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama
dan dalam bentuk apapunn, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi masa, organisasi sosial politik, atau
organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan
bentuk badan lainnya.
4) Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang peribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia lebih dari 183 (serratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia.
12
2.1.5.5. Objek Pajak Penghasilan
Yang menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
2.1.5.6. Tarif Pajak
1) Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri
a. Tarif pajak yang diterapkan atas Lapisan
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sebelum melakukan
perubahan adalah sebagai berikut:
i. Lapisan Penghasilan Kena Pajak 0 Sampai
dengan Rp 50.000.000,00 dikenakan Tarif
Pajak 5%.
ii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
50.000.000,00 Sampai dengan Rp
250.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 15%.
iii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
250.000.000,00 Sampai dengan Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 25%.
iv. Lapisan Penghasilan Kena Pajak diatas Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 30%.
b. Tarif pajak yang diterapkan atas Lapisan
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sesudah melakukan
perubahan adalah sebagai berikut:
13
i. Lapisan Penghasilan Kena Pajak 0 Sampai
dengan Rp 50.000.000,00 dikenakan Tarif
Pajak 5%.
ii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
50.000.000,00 Sampai dengan Rp
250.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 15%.
iii. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp
250.000.000,00 Sampai dengan Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 25%.
iv. Lapisan Penghasilan Kena Pajak diatas Rp
500.000.000,00 dikenakan Tarif Pajak 30%.
2) Wajib Pajak Badan dalam Negeri dan Bentuk Usaha
Tetap
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak
bagi wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, mulai berlaku sejak tahun 2010,
diturunkan menjadi 25%. Wajib pajak badan dalam
negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat
memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah daripada
tariff yang berlaku. Wajib pajak dalam negeri dengan
bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00
mendapat fasilitas berupa pengurangan tariff sebesar
50% yang dikenakan atas Penghasian Kena Pajak
dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
2.1.5.7. Cara Menghitung Pajak
14
Pajak Penghasilan (bagi wajib pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap) setahun dihitung dengan cara
mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak
sebagaimana diatur dalam UU PPh Pasal 17. Untuk
menghitung PPh dapat digunakan rumus sebagai berikut:
1) Menghitung Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi):
nilai penghasilan kena pajak (PKP) x presentase tarif
PPh yang berlaku.
2) Menghitung pajak penghasilan (WP Pajak Badan):
nilai penghasilan kena pajak (PKP) x presentasi tarif
pajak penghasilan (PPh) badan yang berlaku.
15
Penelitian yang dilakukan oleh Malia dan Qoyyimah (2016) tentang analisis
kenaikan PTKP sebagai upaya peningkatan pertumbuhan wajib pajak dan
penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Pemekasan dengan metode
deskriptif kuantitatif menunjukan bahwa PTKP mampu meningkatkan
pertumbuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Pemekasan. PTKP
tidak mampu meningkatkan penerimaan pajak pada tahun 2013 namun pada
tahun seterusnya (2014-2015) penerimaan PPh 21 mengalami peningkatan.
Penelitian Azizah (2012) yang bejudul “Analisis Pengaruh Perubahan Tarif
PPh Orang Pribadi Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan
Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Malang” dengan variabel Tarif PPh
Orang Pribadi (x), Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak (y₁), Penerimaan Pajak
Penghasilan (y₂), menggunakan metode penelitian diskriptif kuantitatif
menyimpulkan dari hasil risetnya bahwa hasilnya yang signifikan, penerimaan
pajak penghasilan meningkat setiap tahunnya dan tahun terbesar penerimaan
meningkat pada tahun 2009 setelah adanya perubahan UU Nomor 36 Tahun
2008 tersebut.
Penelitian Widjaya (2011) ini serta didukung oleh peneliti lainnya yang
menyebutkan tarif pajak penghasilan orang pribadi mempengaruhi penerimaan
pajak penghasilan dan mengemukakan hasil yang signifikan terhadap
penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bertujuan untuk memudahkan kegiatan
penelitian dalam menghubungkan antar variabel yang akan diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perubahan tarif
lapisan penghasilan orang pribadi terhadap pendapatan negara.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan tarif pajak,
tingkat kepatuhan wajib pajak, dan pengaruh tingkat penghasilan.
Sedangkan variabel independen penelitian ini adalah pendapatan
negara. Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
16
Perubahan Tarif
Pajak
Tingkat
Penghasilan
17
BAB III
METODE PENELITIAN
1.3. Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu bertujuan menggunakan data atau informasi yang bukan di dapat dari
sumber pertama. Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kota
Pontianak tahun 2017-2021.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dokumentasi. Menurut Suharso (2009:104), dokumentasi adalah data
sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file (catatan
konvensional maupun elektronik), buku, tulisan, laporan, notulen rapat,
18
majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Data ini diperoleh dari KPP
Pratama Pontianak.
19
diharapkan sadar akan kewajibannya dalam menyisihkan kekayaannya
untuk membangun negara.
d. Pendapatan negara adalah pendapatan sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
anggaran.
Analisis Varians
= Realisasi Pendapatan - Anggaran Pendapatan x 100%
Pendapatan Daerah
20
Kemandirian Daerah pada tahun tertentu (t) dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Rasio Kemandirian Pendapatan Transfer
= x 100%
Daerah Total Pendapatan
21
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Noor. (2013). Analisis Pengaruh Perubahan Tarif PPh Orang Pribadi
Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak
Penghasilan di Kota Malang. Sarjana Thesis, Universitas Gadjah Mada,
Indonesia.
Malia, Evi, and Qoyyimah. Analisis Kenaikan PTKP Sebagai Upaya Peningkatan
Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
Pemakasan, Jurnal Performance Bisnis & Akuntansi VI, (No. 2 (2016): 140-
58).
22
Rahayu, Siti Kurnia. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Resmi, Siti. (2005). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Delapan. Jakarta: Selemba
Empat.
Wijaya, Maxson dan Dwi Martani. (2011). Praktik Manajemen Laba Perusahaan
Dalam Menanggapi Penurunan Tarif Pajak Sesuai UU No. 36 Tahun 2008.
Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.
23