Anda di halaman 1dari 12

PPDGS PRODI KONSERVASI GIGI Tugas Makalah Faal

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI September 2020


UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAAL
NEUROFISIOLOGI

Oleh:

NAMA : drg. Linda Dian Aksari


STAMBUK : J025201001
DOSEN PENGAMPU : Dr. drg. Nurlinda Hamrun, M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neurofisiologi adalah bagian ilmu fisiologi, yang mempelajari studi fungsi sistem
saraf. Ilmu ini berkaitan erat dengan neurobiologi, psikologi, neurologi, neurofisiologi
klinik, elektrofisiologi, etologi, aktivitas saraf tinggi, neuroanatomi, ilmu kognitif, dan ilmu
otak lainnya.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.
Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau
organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang neurofisiologi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Memahami tentang sistem saraf pusat
b. Memahami tentang sistem saraf tepi
c. Memahami fungsi sistem saraf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf yaitu :
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang
dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
Sebagian besar aktifitas sistem saraf diawali oleh pengalaman-pengalaman
sensorik/reseptor sensoris yang terangsang , yaitu reseptor visual di mata, reseptor auditorik di
telinga, reseptor taktil di permukaan tubuh, atau macam-macam reseptor lainnya. Pengalaman
sensorik ini dapat menimbulkan reaksi segera dari otak, atau memori dari pengalaman tersebut
dapat disimpan dalam otak selama beberapa menit, beberapa minggu atau beberapa tahun, dan
selanjutnya dan dapat menentukan reaksi tubuh dimasa datang. 1

Sumbu sensorik somatik sistem saraf


Sistem somatik sensoris menghantarkan informasi sensorik dari reseptor diseluruh
permukaan tubuh dan beberapa struktur dalam kedalam system saraf pusat melalui saraf-saraf
perifer dan segera dihantarkan ke berbagai area sensorik pada semua tingkat medulla spinalis,
substansia retikulas dari medula, pons dan mesensefalon, serebelum, thalamus dan area kortek
serebri.1

Sumbu Motorik Skeletal Sistem Saraf

Gambar di atas menunjukkan sumbu saraf motor otot rangka dari sistem saraf yang
dipakai untuk mengatur kontraksi otot rangka. Dari gambar tampak bahwa otot rangka dapat
diatur dari berbagai ketinggian sistem saraf pusat termasuk medulla spinalis, substansia
retikular dari medula, spons, dan mesensefalon, ganglia basalis, serebelum dan kortek serebri.
Setiap daerah ini mempunyai peran yang khusus bagian bawah terutama berhubungan dengan
respon otot otomatis yang berlangsung segera setelah rangsangan sensoris, dan daerah yang
lebih tinggi bersama-sama dengan Gerakan otot komplek yang disengaja diatur oleh proses
ingatan dari otak. Ada suatu sistem saraf lain yang berjalan sejajar dengan sumbu di atas, yang
dipakai untuk mengatur otot polos, kelenjar dan sistem dalam tubuh lainnya, yakni ssstem saraf
otonom.1
Salah satu fungsi yang penting dari sistem saraf adalah mengolah informasi yang masuk
melalui beberap jalan sehingga timbul respon motorik dan mental yang sesuai.Lebih dari 99
persen informasi sensorik itu dibuang oleh otak karena tidak berhubungan dan tidak penting.
Sebagai contoh, seseorang biasanya sama sekali tidak memperhatikan bagian tubuh yang
bersinggungan dengan pakaian seperti juga tidak memperhatikan tekanan pada tempat duduk
sewaktu ia duduk. Perhatian hanya akan dicurahkan pada objek khusus yang terdapat pada
lapanagan penglihatan, dan bahkan suara bising disekitar kita yang berlangsung terus menerus
biasanya akan dipindah kea lam bawah sadar. Ketika informasi sensorik dianggap penting,
maka informasi tersebut akan segera disalurkan ke bagian motorik yang sesuai sehingga dapat
timbul respon yang diinginkan. Misalnya bila tangan seseorang terkena benda panas, akan
timbul respon segera, yaitu mengangkat atau menarik tangan tersebut. Terjadi juga respon
berikutnya seperti memindahkan seluruh tubuh, menjauhi tungku dan bahkan mungkin akan
berteriak. Penyaluran dan pemrosesan informasi ini disebut fungsi integratif dari sistem saraf.
Sebenarnya hanya sebagian kecil informasi sensorik paling penting yang biasanya dapat
segera menimbulkan impuls motorik. Namun sebagian besar informasi tersebut disimpan untuk
kontrol masa datang pada aktivitas motorik dan digunakan dalam pengolah berpikir. Sebagian
besar penyimpanan ini terjadi di kortek serebri, tetapi regio basal otak dan medulla spinalis
dapat juga menyimpan sebagian kecil informasi ini. Penyimpanan informasi ini merupakan
proses yang disebut memori, dan proses ini merupakan fungsi dari sinap. Sinap yaitu titik
penghubung dari satu neuron ke neuron lainnya.
Pada setiap macam sinyal sensorik tertentu yang melewati serentetan sinap, dimasa
datang kan lebih mampu menjalankan jenis sinyal yang sama, suatu proses yang disebut
fasilitasi. Bila sudah sering dilewati oleh sinyal sensorik sinap akan terfasilitasi sehingga sinyal
timbul dari otak, menjalarkan impuls melalui serentetan sinap yang sama walaupun saat itu
masukan sensoris belum terangsang. Hal ini akan menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman
sensasi yang sebenarnya, walaupun persepsi tersebut hanya suatu memori pada suatu sensasi.
Sekali disimpan dalam sistem saraf, memori itu akan menjadi bagian dari mekanisme
pengolahan otak untuk “pemikiran” masa depan. Proses berpikir dalam otak itu dapat dipakai
untuk membandingkan pengalaman sensorik yang baru dengan memori yang sudah disimpan.
Memori itu kemudian membantu menyeleksi informasi sensorik baru yang penting dan
menyalurkan informasi ini ke daerah penyimpanan memori yang sesuai agar dapat dipakai di
masa yang akan datang atau ke daerah motorik agar dapat timbul respon tubuh. 1

2.1 Struktur Sistem Saraf


Sistem saraf yang kompleks dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang, sementara sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik dan otonom. Kedua
sistem ini bekerja sama untuk mengendalikan seluruh aktivitas di dalam tubuh, baik yang
disadari maupun tidak disadari.

2.1.1 Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi
3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang
disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai
berikut:
1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
2. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang laba-laba. Di dalamnya
terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari
bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter; Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan
otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut
bahan sisa metabolisme.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:


1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf
pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks)
dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi
kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

2.1.1.1 Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan
varol.
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum
yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain
itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa.
Di sekitar kedua area tersebut adalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih
tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis,
berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian
atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

c. Otak kecil (serebelum)


Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara
sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya
maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

d. Jembatan varol (pons varoli)


Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

e. Sumsum sambung (medulla oblongata)


Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak
jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi
kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti
bersin, batuk, dan berkedip.

2.1.1.2 Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)


Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna
putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar
dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal
terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel
saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut
saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa
impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah
dari otak merupakan saluran desenden.

2.2 Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar (somatis) dan sistem saraf otonom.
2.2.1 Sistem Saraf Sadar (Somatis)
Sistem saraf sadar atau yang biasa disebut dengan sistem saraf somatik merupakan
sistem saraf yang memiliki fungsi untuk mengatur aktivitas-aktivitas yang disadari. Sistem
saraf somatik (sadar) ini berhubungan dengan otot rangka atau otot lurik. Sistem saraf somatik
mencakup neuron sensorik dan motorik. Neuron sensorik menyampaikan masukan dari
reseptor untuk somatik indra (sensasi sentuhan, termal, nyeri, proprioseptif, penglihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman, dan keseimbangan). Semua sensasi ini biasanya
dirasakan secara sadar. Saraf somatik mempersarafi otot rangka yang merupakan efektor dari
sistem saraf somatik, dan menghasilkan gerakan sadar atau gerakan reflek. Sebagai contoh
adalah kontraksi pada otot-otot kaki untuk berjalan dan juga gerakan pernafasan. Meskipun
pada umumnya kita tidak sadar, otot yang menghasilkan gerakan pernapasan adalah otot rangka
yang dikendalikan oleh neuron motorik somatik.
Sistem saraf sadar tersusun atas sistem saraf kranial dan sistem saraf spinal. Sistem
saraf kranial tersusun oleh saraf otak yang terdiri atas 12 pasang saraf otak, dengan pembagian
3 pasang saraf sensori, yaitu olfaktori, optik, dan auditori. Saraf sensori berfungsi
menghantarkan impuls atau membawa rangsang dari reseptor ke sistem saraf pusat, 5 pasang
saraf motor yaitu saraf okulomotor, troklear, abdusens, aksesori, serta hipoglosal yang
berfungsi untuk mengirimkan perintah dari sistem saraf pusat ke efektor (otot maupun kelenjar)
dan 4 pasang saraf gabungan antara sensori dan motor yaitu saraf trigeminal, fasial,
glosofaringeal, dan vagus. Yang berfungsi untuk menghubungkan sel saraf sensori dengan sel
saraf motor pada sistem saraf pusat. Sedangkan sistem saraf spinal terdiri atas 31 pasang saraf
dari sumsum tulang belakang dengan perincian seperti: 8 pasang saraf leher, 2 pasang saraf
punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, serta 1 pasang saraf ekor.

2.2.2 Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral
tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula
spinalis, batang otak, dan hipotalamus juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik,
dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah dan mempengaruhi pengaturan
otonomik.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi
ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang
menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,
sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion
menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu
berlawanan (antagonis).
BAB III
KESIMPULAN

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan
makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus
dimiliki oleh sistem saraf yaitu :
- Reseptor, organ indera.
- Penghantar impuls, berupa sel saraf yang disebut neuron.
- Efektor, yang berupa otot dan kelenjar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hall, John E. 2016. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Thirteenth edition.
The United States of America: Elsevier.
2. Tortora, Gerard J, Bryan Derrickson. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th
Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
3. Widmaier, Eric P et all. 2016. Human Physiology : The Mechanisms of Body Function.
Fourteenth edition. New York, NY : McGraw-Hill.
4. Cahyon, Iwan Dwi. 2009. Neurotransmitter Dalam Fisiologi Saraf Otonom. Jurnal
Anestesiologi Indonesia. Volume I, Nomor 1.

12

Anda mungkin juga menyukai