Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKTIKEBIDANAN

KEGAWADARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL ASUHAN


KEBIDANAN PADA NY N DENGAN KEHAMILAN GAMELI

Disusun Oleh :
Nama : DESI KURNIAWATI
NIM : 2001041010

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Kasus Praktik Kebidanan Kegawadaruratan Maternal dan Neonatal Telah


Disetujui Oleh Pembimbing Institusi Dan Pembimbing Lahan.

Sintang , Juni 2021

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(Agustina .V.Vania,S.Keb,B.d) (Sri Rintani. S,SST.,M.Kes )

Mengetahui Ka Prodi,

( Novy Ramini Harahap,SST.,M.Keb )


NIDN 1015118404
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan
apapun. Laporan yang berjudul “Laporan Praktik Praktik Kebidanan
Kegawadaruratan Maternal dan Neonatal”” ini disusun untuk memenuhi tugas
praktek tahun akademik 2020 - 2021.
Laporan ini merupakan laporan individu selama melakukan praktik klinik di
PMB Desi Kurniawati, SKM.S.tr.Keb pada tanggal 01 Mei sampai tanggal 30
Juni 2021.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Novy Ramini Harahap, SST., M.Keb selaku Ka.Prodi Profesi Bidan.
2. Ibu ,Sri Rintani Sikumbang ,SST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Institusi
Prodi Profesi Bidam
3. Ibu Agustina Victoria Vania, S.Keb., Bd, selaku Pembimbing Lahan Praktik di
PMB Desi Kurniawati, SKM., S.Tr.Keb
4. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Profesi Bidan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga loparan ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.

Sintang , Juni 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau
pertemuan antara ovumsperma sehat dan dilanjutkan dengan fertiliosasi, nidasi,
dan implantasi ( Sulistyawati,2012)
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang terdiri ovulasi (pematangan sel)
lalu pertemuan Ovum (sel telur) dan sprematozoa (sperma) terjadilah
pembuahan dan pertumbuhan zigot. Kemudian bernidasi (penanaman) pada
uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm (Manuaba dkk, 2012).
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan
masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi
janin . bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan
kembar memerlukan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan
bagi ibu dan janin (Sulistiawati,2012).
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu
dan janin. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan ganda harus dilakukan
perawatan antenatal yang intensif. Kehamilan ganda ialah kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi karena kematian
perinatal perinatal 3-5 kali lebih tinggi dari kehamilan tunggal (Fadlun,2013).
Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih,
kehamilan tersebut selalu menarik perhatian baik bagi klien, dokter , perawat,
bidan maupun masyarakat pada umumnya. Kehamilan kembar
mempertimbangan kehamilan kembar sebagai kehamilan dengan komplikasi
bukanlah hal yang berlebihan. Berbagai komplikasi lebih sering ditemukan pada
kehamilan kembar baik terhadap ibu maupun janin yang berada dalam
kandungan. Ada pun komplikasi kehamilan kembar yaitu BBLR prematur
(Audi,2014).
Angka kejadian kehamilan ganda di Amerika adalah lebih dari 2%. Pada
kehamilan ganda kemungkinan terjadinya abortus spontan lebih tinggi dari
padakehamilan tunggal. Makin banyak jumlah janinnya, makin tinggi terjadinya
abortus. Pada triplet, angka kejadian abortus adalah 25% sekitar 40-50% hamil
kembar lahir kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan 9,5% pada kehamilan
tunggal, dan 50% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, sedangkan
pada hamil tunggal hanya 6% pada triplet, sebesar 90% lahir preterm . Apabila
kenaikan berat badan ibu selama hamil antara 40-45 pound, maka berat badan
lahir akan lebih dari 2.500 gram (Audi,2014).
Komplikasi pada ibu akibat kehamilan kembar lebih sering dari pada
kehamilan tunggal. Sebagian besar bayi kembar dilahirkan secara prematur
sehingga mortalitas menjadi 4 kali lipat dibandingkan mortalitas bayi tunggal.
Walaupun kelahiran gameli hanya menggambarkan 1% dari seluruh kehamilan
dan 2% dari kelahiran hidup, angka ini mempresentasikan 12% dari kematian
neonatal dan 17% angka kejadianinfant dengan reterdasi pertumbuhan.
Berdasarkan data di PMB bidan Desi Kurniawati, SKM.,S.Tr.Keb Jumlah
ibu hamil dari bulan Januari- Mei 2021 sebanyak 139 orang dengan jumlah
kehamilan kembar sebanyak 5 orang (7%).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil kasus
kehamilan gameli di PMB bidan Desi Kurniawati ,SKM., S.Tr.Keb.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu “Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny N dengan
kehamilan gameli di PMB bidan Desi Kurniawati, S.tr.Keb.SKM”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan gameli
2. Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1. Melaksanakan pengkajian pada Ny. N dengan kehamilan gameli
secara lengkap dan sistematis.
2. Menginterpretasikan data berupa diagnosa kebidanan, masalah,
kebutuhan dengan kehamilan gameli
3. Menentukan diagnosa potensial pada Ny. N dengan kehamilan
gameli.
4. Melakukan antisipasi tindakan pada Ny. N dengan kehamilan gameli.
5. Merencanakan tindakan pada Ny. N dengan Kehamilan gameli
6. Melakukan rencana tindakan pada Ny. N dengan Kehamilan gameli
7. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah dilakukan pada Ny N
dengan Kehamilan gameli
b. Penulis dapat menganalisis kesenjangan antara teori dan kenyataan di
lapangan

D. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan penulis dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan gameli .
2. Bagi Profesi
Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam
menangani kasus pada ibu hamil dengan kehamilan gameli sesuai
dengan standar asuhan kebidanan.
3. Bagi Institusi
a. PMB Bidan Desi Kurniawat.SKM.,S.Tr.Keb
Meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya pada penanganan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan gameli
b. Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan kehamilan gameli
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN DENGAN GEMELLI


1. Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender Internasional
(Wiknjosatro, 2007:286). Kehamilan merupakan hal fisiologis yang terjadi pada
seorang wanita. Meskipun demikian, semua jenis kehamilan memiliki resiko
terjadinya komplikasi pada masa persalinan atau bahkan masa kehamilan itu
sendiri. Salah satu contoh wanita yang beresiko selama kehamilan adalah wanita
yang hamil kembar.
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin
(Wiknjosastro, 2007:286). Sedangkan menurut Mochtar Rustam (2012:259)
kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau
lebih Jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin
atau lebih yang ada didalam kandungan selama proses kehamilan.

2. Etiologi

Kehamilan Gemelli Menurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat


dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
d. Faktor yang lain belum diketahui Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya
mempunyai pengaruh terhadap kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur,
juga hormon gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi
dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.

Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme


tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau terbentuknya
2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan
ditemukan 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro
dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat
dibuahi lebih darisatu, jika semua embrio yang kemudian dimasukan kedalam
rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal
dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali
mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini sebabnya ialah faktor
penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor penghambat
yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula terbentuk,menghasilkan
kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion dan 2 plasenta seperti pada
kehamilan kembar dizigotik

3. Patofisologi

Menurut Manuaba (2007:464) kehamilan kembar dibagi menjadi dua.


Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal
dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah
monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan,
lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan
dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang
dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan
berpengaruh pada kondisi bayi kelak. Masa pembelahan sel telur terbagi dalam
empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4 – 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada
pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput
ketuban, dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta.
Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim
hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi
mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya,
perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput
ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah
dengan baik. Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan
satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup
besar. Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi
berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi, dan masalah lingkungan.

4. Jenis Kehamilan Gameli


Kehamilan kembar dibagi menjadi 3 macam, menurut Mochtar, Rustam
(2012:260-261) adalah sebagai berikut:
a. Gemelli dizigotik = kembar dua telur , heterolog, biovuler dan praternal :
Kedua telur berasal dari :
a. 1 ovarium dan dari
b. ovurium dan dari 1 folikel
c. dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Gambar 2.1 Plasenta dan selaput janin kembar dizigotik. (A): 2 plasenta, 2
korion, 2 amnion. (B): 2 plasenta (me (Wiknjosastro)

b. Gemelli monozigotik kembar satu telur, homolog, uniovuler, identik dapat


terjadi karena :
1) Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
2) Hambatan pada tingkat segmentasi
3) Hambatan setelah amnion dibentuk. Tetapi sebelum primitif steak

Gambar 2.2
Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan waktu terjadinya faktor
penghambat (Corner): (A)Hambatan dalam tingkat segmentasi (2 - 4 hari).
(B). Hambatan dalam tingkat blastula (4-7 hari) . (C)Hambatan setelah amnion
dibentuk tetapi sebelum primitive streak (Wiknjosastro, 2007: 388)
Tabel 2.1 Hubungan antara saatsegmentasi dan keadaaan ketuban pada kehamilan
kembar monozigotik

Saat segmentasi Keadaan ketuban


0-72 jam Diamniotik, dichorionik
4-8 hari Diamniotik, dichorionik
9-12 hari Monoamniotik, monochorionik
13- hari Monoamniotik, monochorionik dan
kemungkinan terjadinya kembar siam.
Sumber : Wiknjosastro (2007:389)

Gambar 2.3

Plasenta dan selaput janin kembar monozigotik. (A): 2 plasenta, 2


korion (melekat menjadi satu), 2 amnion. (B) 2 plasenta ( menjadi satu), 2 korion
(melekat jadi satu), 2 amnion. (C): 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion ( melekat menjadi
satu). (D): 1 plasenta, 1 korion, 1 amnion. ( Winkjosastro, 2007:389).
Perbedaaan ciri, sifat dan lain-lainnya antara kembar monozygotik dan zygotik
( satu telur dan dua telur)

Tabel 2.2 perbedaan kembar monozygotik dan Zygotik


Perbedaaan Kembar Monozygot Kembar Zygot
Plasenta 1 (70%) 2 (± 100%)
2 (30%)
Khorium 1 (70%) 2 (± 100%)
2 (30%)
Amnion 1 (70%) 2 (± 100%)
2 (30%)
Tali pusat 2 2
Sirkulasi darah janin Bersekutu Terpisah

Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis


Jenis kelamin Sama Sama atau tidak
Rupa dan sifat Sama Agak berlainan
Mata, kuping, gigi, kulit Sama Berbeda
Ukuran antropologik Sama Berbeda
Sidik jari Sama Berbeda
Cara pegangan Bisa Sama Sama,bisa keduanya
Bisa satu kidal kanan
Yang lain kanan
Sumber: Mochtar, Roestam (2012:260)

Kira-kira sepertiga kembar adalah monozigotik dan dua pertiga lainnya


adalah dizigotik.
c. Conjoined twins, superfekkundasi 2 superfetasi
Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin melengket
satu dengan yang lainnya. Misalnya torakopagus (dada dengan dada),
abdominopagus (perlengketan antara kedua abdomen), kraniopagus (kedua
kepala) dan sebagainya. Banyak kembar siam telah dapat dipisahkan secara
operatif dengan berhasil.
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan dalam ovulasi
yang sama pada dua kali koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.
5. Tanda dan Gejala Kehamilan Gemelli
Menurut Dutton, dkk (2012:156) tanda dan gejala pada kehamilan kembar
adalah sebagai berikut:
a. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin
pendek dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.
b. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
c. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
d. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
(non maternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika
keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar\
e. Penggunaan stimulator ovulasi
f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
g. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
kembar daripada kehamilan tunggal.
h. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar.
i. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing,
edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.

6. Pertumbuhan Janin Gemelli


Dalam masa kehamilan pertumbuhan janin perlu diperhatikan. Pertumbuhan
janin pada kehamilan kembar tentu berbeda dengan pertumbuhan janin pada
kehamilan tunggal. Menurut Mochtar Rustam (2012:261-262) pertumbuhan
pada janin kembar adalah sebagai berikut:
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari
janin tunggal.
b. Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dibawah 2500 gr triplet dibawah
2000 gr, duadriplet dibawah 1500 gr dan duintuplet dibawah 1000 gr.
c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama
umumnya berselisih antara 50 – 100 gr, karena pembagian sirkulasi darah
tidak sama, maka yang satu kurang bertumbuh dari yang lainnya.
d. Pada kehamilan ganda monozigotik
1) Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan pembuluh darah
janin yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat
untuk menghindari perdarahan
2) Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
monstrum seperti akardiakus dan kelainan lainnya.
3) Dapat terjadi sindroma transfusi fetal : pada janin yang dapat darah lebih
banyak terjadi hidramnion, polisitemia, edema dan pertumbuhan yang
baik. Sedangkan janin kedua kurangpertumbuhannya terjadilah bayi
kecil, anemia, dehidrasi, oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang
mendapat darah

e. Pada kehamilan kembar dizigotik


1) Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup
bulan.
2) Janin yang mati dapat diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada
kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau
kompresus.
7. Letak dan Presentasi Janin
Menurut Mochtar Rustam (2012:262) pada hamil kembar sering terjadi
kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat
berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah jadi
letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi
bisa terjadi yang paling sering dijumpai adalah:
a. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %).
b. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38 %).
c. Keduanya presentasi bokong (8-10 %).
d. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3 %).
e. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2 %).
f. Keduanya letak lintang (0,2-0,6 %).
g. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi
kunci-mengunci (interlocking)

Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi dan yang paling
sering dijumpai adalah :

Gambar 2,.4

Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar


(Wiknjosastro, 2007:394)
8. Diagnosa Kehamilan Gemelli

Untuk mendiagnosa adanya suatu kehamilan kembar menurut Mochtar


(2012:263) dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
a. Anamnesa
1. Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
2. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
3. Uterus terasa lebih cepat membesar
4. Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
b. Inspeksi dan palpasi
1. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan
cepat tumbuhnya dari biasa.
2. Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
3. Banyak bagian-bagian kecil teraba
4. Teraba 3 bagian besar janin
5. Teraba 2 balotemen

c. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-sama dihitung
dan berselisih 10.
d. Rontgen foto abdomen, tampak gambaran 2 janin.
e. Ultrasonografi
f. Elektrokardiogram fetal
Diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
g. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan bisa positif kadang-
kadang sampai 1/200. Hal ini dapat meragukan dengan molahidatidosa.
Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih
besar dan ternyata ada satu janin lagi didalam rahim. Kehamilan kembar sering
terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia gravidarum.

9. Komplikasi Kehamilan Gemelli

Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, kehamilan multiple lebih


mungkin terkait dengan banyak komplikasi kehamilan. Komplikasi obstetrik
yang sering didapatkan pada kehamilan kembar meliputi polihidramnion,
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan ketuban pecah dini, presentasi janin
abnormal, dan prolaps tali pusat. Secara umum, komplikasi tersebut dapat
dicegah dengan perawatan antenatal yang baik (Eisenberg, 2004:168).
Menurut Hartono, dkk (2006:852-897) beberapa komplikasi
yang dapat terjadi pada janin yang dilahirkan pada kehamilan kembar
diantaranya adalah:
a. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan
kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit
(NICU). Sekitar 50 persen kelahiran kembar terjadi sebelum usia kehamilan
37 minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan
bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari
kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.
b. Hyalin Membrane Disease (HMD)
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua
kali lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang
dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal sebagai
Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering dari gagal
nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa saat setelah
bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping hidung, retraksi dinding
dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama kehidupan.
Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar monozigotik
dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi dari sepasang
bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih cenderung
menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama.
c. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas Perinatal
Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi untuk
mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan berbagai
sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri dapat terjadi dan
menyebabkan asfiksia janin. Kejadian cerebral palsy 6 kali lebih tinggi pada
bayi kembar dua dan 30 kali lebih sering pada bayi kembar tiga
dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada kehamilan kembar
memiliki resiko asfiksia saat lahir/dpresi napas perinatal lebih tinggi.
d. Infeksi Streptococcus group B
Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah
adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan tunggal
dengan berat badan yang sama.
e. Vanishing Twin Syndrome
Kemajuan teknologi ultrasonografi memungkinkan dilakukannya studi
sonografik pada awal gestasi yang memperlihatkan bahwa insiden kembar
trimester pertama jauh lebih tinggi daripada insiden kembar saat lahir.
Kehamilan kembar sekarang diperkirakan terjadi pada 12 persen di antara
semua konsepsi spontan, tetapi hanya 14 persen di antaranya yang bertahan
sampai aterm.
Pada sebagian kasus, seluruh kehamilan lenyap, tetapi pada banyak kasus,
satu janin yang meninggal atau sirna (vanish) dan kehamilan berlanjut
sebagai kehamilan tunggal. Pada 21-63% konsepsi kembar meninggal atau
sirna (vanish) pada trimester kedua. Keadaan ini dapat menyebabkan
kelainan genetik atau kelainan neurologik/defek neural tube pada janin yang
tetap bertahan hidup.
f. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada Janin
Kembar (twin reverse-arterial-perfusion/TRAP)
Pada plasenta monokorionik, vaskularisasi janin biasanya tergabung,
kadang-kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada plasenta
monokorionik dapat dari arteri ke arteri, vena ke vena atau arteri ke vena.
Biasanya cukup berimbang dengan baik sehingga tidak ada salah satu janin
yang menderita.
Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta, yang biasanya
diikuti dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada salah satu kembar
mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami pembalikan aliran darah
dari kembarannya. Darah arteri yang sudah terpakai dan mencapai kembar
resipien cenderung mengalir ke pembuluh-pembuluh iliaka sehingga hanya
memberi perfusi bagian bawah tubuh dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian atas. Gangguan atau
kegagalan pertumbuhan kepala disebut akardius asefalus. Kepala yang
tumbuh parsial dengan alat gerak yang masih dapat diidentifikasi disebut
akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan semua struktur disebut
akardius amorfosa.

g. Twin-to-twin Transfusion Syndrome


Darah ditransfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalam vena
kembaran lainnya (resipien) sedemikian rupa sehingga donor menjadi
anemik dan pertumbuhannya terganggu, sementara resipien menjadi
polisitemik dan mungkin mengalami kelebihan beban sirkulasi yang
bermanifestasi sebagai hidrops fetalis.
Menurut ketentuan, terdapat perbedaan hemoglobin 5 g/dl dan 20%
berat badan pada sindrom ini. Kematian kembar donor dalam uterus dapat
mengakibatkan trombus fibrin di seluruh arteriol yang lebih kecil milik
kembar resipien. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh transfusi darah yang
kaya tromboplastin dari janin donor yang mengalami maserasi. Kembar
yang bertahan hidup mengalami koagulasi intravaskular diseminata.
h. Kembar Siam
Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah dan
kantung amniom rudimenter sudah terbentuk dan apabila pemisahan cakram
mudigah tidak sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar dempet.
Terdapat beberapa jenis kembar siam, yaitu:
1) Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-
40%).Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.
2) Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%).
Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masingmasing,
tetapi kembar siam ini biasanya hanya memiliki satu hati, sistem
pencernaan, dan organ-organ lain.
3) Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage
4) Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%).
5) Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengan tubuh
terpisah.

i. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)


Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah satu
atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.

10. Penanganan dalam Kehamilan


Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-
eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal
perlu diadakan lebih sering. Sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui
dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.

Menurut Varney (2004:661) pemeriksaan antenatal dapat dilakukan antara


lain:
a. Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34 – 36
minggu
b. Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36 minggu
c. Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3 – 4 minggu yang dimulai
pada usia kehamilan 20 minggu

Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
darah ke plasenta meningkat, sehingga pertumbuhan janin lebih baik.
Penanganan dalam Kehamilan Mochtar (2012:264)

1) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan


mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan
lebih dari 32 minggu)
2) Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya
dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
3) Pemakaian korset gurita pada perut yang tidakterlalu ketat diperbolehkan,
supaya terasa lebih ringan.
4) Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah

11. Prognosis Kehamilan Gemelli


Menurut Zach (2006:154-155) komplikasi pada ibu akibat kehamilan
kembar lebih sering daripada kehamilan tunggal. Masalahmasalah yang sering
didapatkan meliputi polihidramnion, hiperemesis gravidarum, preeklampsi,
vasa previa, insersi seperti selaput tali pusat, kelainan presentasi dan sebagian
besar kembar dilahirkan prematur. Walaupun ada kenaikan yang bermakna
pada mortalitas perinatal kembar monokorionik, namun tidak ada perbedaan
yang bermakna antara angka mortalitas neonatus kelahiran kembar dan tunggal
pada kelompok berat badan yang seimbang. Tetapi karena kebanyakan kembar
adalah prematur, mortalitas keseluruhannya menjadi lebih tinggi daripada
mortalitas kelahiran tunggal. Mortalitas perinatal kembar sekitar 4 kali lipat
mortalitas anak tunggal.
Kembar monoamniotik mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk
terjerat tali pusat, yang dapat menyebabkan asfiksia. Jika salah satu janin
mengalami maserasi, kembaran yang hidup biasanya dilahirkan lebih dulu.
Secara teoritis, kembaran yang kedua lebih mungkin menjadi sasaran anoksia
daripada yang pertama karena plasenta dapat terlepas sesudah kelahiran
kembar pertama dan sebelum kembar kedua lahir. Lagipula persalinan kembar
kedua kemungkinan lebih sulit karena ia mungkinberada dalam presentasi
abnormal, mungkin kontraksi uterus menurun,
atau serviks mulai menutup pasca kelahiran kembar pertama.
Kembar dengan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) beresiko tinggi
untuk mengalami hipoglikemia. Perbedaan ukuran pada kembar monozigotik
yang dapat dilihat pada saat lahir biasanya menghilang pada saat bayi berumur
enam bulan. Mortalitas untuk kehamilan multipel dengan 4 – 5 janin lebih
tinggi untuk masing-masing janin.
B. MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengertian
Menurut Mufdilah, Hidayat (2008:74) manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan menurut Atik
(2008:76) manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan
urutan logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dari
pemberi asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam
angkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
Dapat disimpulkan bahwa definisi dari manajemen kebidanan adalah metode
pemecahan terhadap suatu masalah yang dilakukan secara sistematis dan logis agar
dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien yang berdasarkan teori, penemuan
dan keterampilan yang telah didapatkan.
2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan
Menurut Mufdilah, Hidayat (2008:74-75) terdapat beberapa prinsip dalam
proses manajemen kebidanan antara lain:
a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang
lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif
terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan
interpretasi data dasar
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kebidanan
bersama klien.
d. Membuat informasi dan support sehingga klien dapat membuat
keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana
individu
g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan
selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi
darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3. Langkah-Langkah Manjemen Kebidanan


Menurut Mufdilah, Hidayat (2008:75-79) Proses manajemen kebidanan
menurut varney terdiri dari 7 langkah yaitu:
a. Langkah I (pertama) : Pengkajian data dasar
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang
klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai
saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses
asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai
sumber. Pasien adalah sumber informasi yang akurat dan ekonomis,
disebut data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder
adalah data yang sudah ada.
Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu :
1) Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman dan perabaan
2) Wawancara
Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan
pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting
diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang
relevan.
3) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrument/alat pengukur.
Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama, dan
kuantitas.
Data secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data
subyektif dan data obyektif. Pada waktu mengumpulkan data
subyektif bidan harus mengembangkan hubungan antar personal
yang efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih
memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan
yang mencemaskan, berupaya dengan masalah klien. Pada waktu
mengumpulkan data obyektif bidan harus mengamati ekspresi dan
perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik,
memperhatikan aspek social budaya pasien, menggunakan teknik
pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan
pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien.
Pada waktu mengumpulkan data obyektif bidan harus
mengamati ekspresi dan perilaku pasien, mengamati
perubahan/kelainan fisik, memperhatikan aspek social budaya
pasien, menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat dan benar,
melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan
pasien.
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai pendapat
terhadap situasi data kejadian. Informasi tersebut daoat ditentukan
dengan informasi atau komunikasi ( Nursalam, 2009)
a. Biodata
a) Nama : dikaji untuk menghindari adanya keekliruanatau
untuk membedakan dengan pasien lain
b) Umur : Untuk megetahui faktor resiko dalam kehamilan
yaitu < 20 tahun dan >35 tahun ( Prawirohardjo,2013)
c) Suku Bangsa : Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
Berdasarkan teori umur dapat menjadi faktor terjadi kehamilan
kembar, yaitu umur 35-40 tahun lebih tinggi angka kejadian
kehamilan kembar dari pada umur 20 tahunan dan menurun lagi
setelah umur 40 tahun
Ras juga menjadi faktor penyebab terjadinya kehamilan kembar,
pada orang yang berkulit putih lebih cenderung terjadi
kehamilan kembar daripada oarang yang berkulit hitam
b. Keluhan utama
Alasan wanita datang mengunjungi klinik/ RS/RB dan
diungkapkan dengan kata-kata sendiri ( Varney, 2009).
Kemungkinan yang ditemui :
1) Perut lebih besar dari semestinya sesuai dengan umur
tuanya kehamilan. Karena terdapatnya dua janin didalam
perut ibu sehingga pada kehamilan gameli perut lebihb
besar dari kehamilan tunggal
2) Ibu akan mengeluh sesak nafasdikarenakan pembesaran
perut yang lebih dari seharusnya mendorong diagfrahma
3) Ibu merasakan gerakan janin yang lebih banyak. Hal ini
dikarenakan ekstrimitas multijanin lebih banyak
dibandinhkan dengan janin tunggal
4) Pembesaran perut lebih cepat karena pertumbuhan
multijanin yang membuat uterus lebih besar dari ukurannya
pada janin tunggal
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir,
tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong
persalinan,penyulit dalam persalinan, jenis kelahiran, berat
badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu,
keadaan anak yang sekarang, untuk mengetahui riwayat yang
lalu, sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan
( Prawirohardjo,2013)
d. Pola kebiasaaan sehari-hari
Untuk mengetahui apakah ada perubahan pola kebiasaan selama
ibu hamil
1) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji meliputi, jenis, frekuensi, kualitas,
keluhan. Pada ibu kehamilan kembar terjadi peningkatan
nafsu makan yang lebihdari kehamilan tunggal
Menurut Nylander (1971) dalam dr Taufan Nugrohon
(2012) mengatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda
berkaitan dengan status nutrisi direfleksikan dengan berat
badan ibu. Ibu yang lebih tinggi dan berbadan besar
mempunyai resiko untuk hamil ganda sebesar 25-
30%dibandingkan ibu yang lebih pendek dan berbadan
kecil.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2009)
1. Pemerikaaan Umum
a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu dan
tingkat kesadaran sedang atau baik (Nursalam, 2009)
b. Kesadaran: Untuk mengetahui kesadaran ibu apakah
composmentis (kesadaran penuh dengan memberikan respon
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan ), somnolen
(kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan
rangsangan nyeri tetapi jatuh tidur lagi), koma (tidak dapat
bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun, reflek
pupil terhadap cahaya tidak ada(Nursalam,2009).
c. Tinggi badan: Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil,
kurang dari 145cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau
tidak (Varney,2009), jika kurang dari 145 cm termasuk resiko
tinggi (manuaba 2012).
d. Berat badan: Untuk mengetahui kenaikan berat badan selama
hamil, pertumbuhan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg
perminggu, tetapinilai normal untuk pertumbuhan berat
badan selama hamil 9-12 kg (Saifudin,2010)
e. LILA: Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu
hamilapakah 23,5 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau
tidak (Wiknjosastro, 2009)
Menurut Nylander (1971) dalam dr Taufan Nugroho (2012)
mengatakan bahwa penigkatan kehamilan ganda berkaitan
dengan status nutrisi direfleksikan dengan berat badan ibu.
Ibu yang lebih tinggi dan berbadan besar mempunyai resiko
untuk hamil ganda sebesar 25-30%, dibandingkan ibu yang
lebih pendek dan berbadan kecil.
Menurut McGlivray (1986) dalam dr Taufan Nugroho (2012)
juga memaparkan bahwa kehamilan dizigotik lebih sering
ditemui pada wanita berbadan besar dan tinggi dibandingkan
dengan pada wanita pendek dan bertubuh kecil.
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah: Untuk mengetahuii faktor resiko hipertensi
atau hipotensi (Saifudin,2010). Batas normal 120/80- ≤140/90
mmHg (Prawirohardjo,2010)
b. Suhu: Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan
atau tidak. Batas normal suhu tubuh yaitu 35,8°C-37°C
(Mandriwati,2009)
c. Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam
menit ( Saifudin, 2010). Batas Normal 60- 100 kali permenit
(Prawihardjo,2013)
d. Pernafasan : Dinilai dari pernafasan dan bunyi nafas dalam 1
menit. Apakah pernafasan kurang dari 40 kali permenit/ lebih
dari 60 kali permenit (saifudin,2010)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
1) Inspeksi
Bekas luka operasi : Untuk mengetahui apakah ada
riwayat operasi yang melukai dinding rahim
Pembesaran perut : Untuk menentukan sesuai atau tidak
nya dengan usia kehamilan
Pada kehamilan kembar terjadi pembesaran perut lebih
besar dari usia kehamilan
2) Palpasi
Menurut Manuaba( 2012), palpasi adalah pemeriksaan
indera peraba yaitu tangan, dilakukan untuk menentukan
besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak anak dalam rahim, pemeriksaan
palpasi dilakukan dengan metode
TFU : Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan usia
kehamilan
- Leopold I : Untuk mengetahui TFU dan apa yang
berada di fundus
- Leopold II : Untuk mengetahui bagian punggung
janin berada disebelah kiri atau kanan
- Lepold III : Untuk mengetahui bagian terbawah
janin, bokong atau kepala
- Lepold IV : untuk mengetahui apakah bagian
terbawah janin sudah masuk PAP atau belum
- Mc Donald : Untuk mennetukan TFU dalam cm
- TBJ : Untuk mengetahui perkiraan berat badan
janin. Dihitung dengan cara TFU bila kepala janin
sudah masuk panggul seluruhnya dikurangi 11, bila
kepala janin sudah masuk panggul sebagian
dikurangi 12, dan bila kepala janin belum masuk
panggul dikurangi 13 dikali 155
3) Auskultasi
- DJJ : Untuk menentukan lokasi punctum maximum.
Frekuensinya teratur atau tidak
- Frekuensi : Denyut jantung normal 120-160 x /
menit . Jika ditemukan DJJ dibawah 100 x / menit
atau lebih dari 180 x/menit merupakan tanda-tanda
yang perlu diwaspadai pada janin (varney,2009)
4. Pemeriksaan Penunjang
Mendukun diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan
dan penyakit yang menyertai kehamilan (Nursalam,2010)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjang pemeriksaan yang
sebelumnya telah dilakukan. Yaitu pemeriksaan laboratorium
seperti :
a) Hb
b) Protein Urin
c) Gkukosa urin
d) USG
e) CTG
b. Langkah II (kedua) : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnostik yang spesifik.
Pada kasus ini, maka kemungkinan interprestasi data yang timbul
adalah
a) Diagnosa kebidanan
Ibu G...P....A...H..usia kehamilan ......Minggu, janin.....hidup/mati,
tunggal/kembar, intra/ekstra uterin, presentasi kepala/bokong,
puki/puka.
b) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa( varney,2009). Pada
kasus kehamilan kembar masalah yang akan muncul adalah:
1) Sakit pinggang
2) Sesak nafas
3) Merasa kurang nyaman ( sering gerah)
4) Sering BAK
5) Hiperemsis
c. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
Untuk kehamilan kembar (gamelli) diagnosa potensialnya yaitu :
1) Abortus
2) KPD
3) Premature
4) BBLR
d. Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera
Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera, sementara
menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien
untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Langkah ini mengidentifikasi perlunya segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan segera ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang sesuai dengan kondisi klien (Varney,2009)
e. Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan yang
komprehensif/menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Perencanaan supaya terarah, dibuat pola pikir
dengan langkah sebagai berikut: tentukan tujuan tindakan yang akan
dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan hasil yang akan
dicapai, selanjutnya ditentukan tindakan sesuai dengan
masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.
f. Langkah VI (keenam) : Melaksanakan perencanaan dan
penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.
g. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen
tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
berikutnya. Kemungkinan hasi evaluasi yang ditemukan :
1. Tercapainya seluruh perencanaan tindakan
2. Tercapainya sebagian dari perencanaan tindakan, sehingga
dibutuhkan revisi
3. Tidak tercapainya seluruh perencanaan tindakan
4. Konsep Pendokumentasian Asuhan kebidanan dengan SOAP
Dalam keputusan Menteri Kesehatan nomor 938 tahun 2007 telah
ditetapkan standar perencanaan asuhan kebidanan , yang merupakan standar
VI dari standar Asuhan kebidanan, pernyataan dan kriteria standar VI
tentang pencatatan adalah sebagai berikut :

S (Subjektif) : Merupakan data yang harus dicatat sebagai dasar


melakukan asuhan kepada klien atau pasien
yang didapat dari hasil anamnesa
O ( Objektif) : Merupakan data dasar dalam melakukan
penilaian sekaligus pengambilan keputusan
klinis yang diambil dalam membantu klien atau
memecahkan masalah dan memberikan
tindakan.
A( Assesments) : Adalah hasil analisa,mencatat diagnosa dan
masalah kebidanan
P (Penatalaksanaan) : Adalah sangat menggambarkan pelayanan
asuhan kebidanan yang komprehensif dan
berkesinambungan karena harus mencatat
sekuruh tindakan bidan yang telah dilakukan
dari mulai antisipasi yaitu tindakan untuk
menghindari masalah atau diagnosa
yangmengancam potensial yang akan terjadi
pada klien

C. HUKUM KEWENANGAN BIDAN


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 wewenang seorang bidan dalam Pasal 15
adalah sebagai berikut:

1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat
dilakukan :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya
d. Pada sarana kesehatan tertentu
e. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 yang mengatur tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan, maka dalam pasal 13 ditetapkan
peraturan sebagai berikut:
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11,
dan pasal Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang
melakukan
pelayanan kesehatan meliputi:
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,
dan memberikan alat kontrasepsi bawah kulit
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu dilakukan dibawah supervise dokter
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan, Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan
d. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah,
dan anak sekolah
e. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
f. Melakukan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya
g. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi dan
h. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.
Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil
telah disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 Pasal 15 dan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 Pasal 13. Namun, untuk kewenangan
bidan dalam pemberian pelayanan pada ibu hamil patologi dengan
gemelli tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
IndonesiaNomor 1464/Menkes/Per/X/2010 Pasal 13 ayat 2 yaitu:
asuhan antenatalterintegrasi dilakukan dibawah supervise dokter.
Jadi, untuk pelayanan padaibu hamil patologi dengan gemelli
dilakukan sistem kolaborasi dengan dokter spesialis
BAB III
PENDOKUMENTASIAN SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “N” DENGAN KEHAMILAN
GAMELLI DI PMB BIDAN DESI KURNIAWATI, S.Tr.Keb.,SKM

NO. REGISTER :
MASUK RS TANGGAL/JAM : 07/06/2021 / 17.00 wiba
DIRAWAT DIRUANG :
Biodata : Ibu Ayah
Nama : Ny N Tn H
Umur : 23 tahun 25tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Melayu /Indonesia Melayu /
Indonesia
Pendidikan : SMU SMU
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jalan Dara Juanti RT 02 KKU Jalan Dara Juanti
RT 02 KKU
No HP : 085652125373

I. DATA SUBJEKTIF

1. Kunjungan saat ini : Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang √

Keluhan Utama ingin periksa hamil dan ibu sering merasakan gerah

2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 18 tahun. Dengan suami sekarang 4 tahun

3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 12 tahun. Siklus 30 hari. Teratur/Tidak.
Lama 7 Hari. Sifat darah : encer/beku. Bau amis Fluor albus : ya/tidak
Dismenorroe : ya/tidak. Banyaknya 150 cc
HPHT 07-10-2020 TTP 15-07-2021

4. Kehamilan ini
a. Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 8 Minggu. ANC di PMB
Frekuensi : Trimester I kali
Trimester II 4 kali
Trimester III 2 kali
b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 16 minggu, pergerakan janin
dalam 24 jam terakhir 15 Kali

c. Keluhan yang dirasakan


Sakit pinggang

d. Pola nutrisi Makan Minum


Frekuensi 3 kali sehari 8 -10 gelas sehari
Macam nasi, lauk, sayur, buah
Jumlah 1 porsi penuh
Keluhan .
Pola Eliminasi BAB BAK
Frekuensi 1kali sehari 5-6 kali sehari
Warna kuning jernih
Bau normal
Konsistensi lembek
Jumlah
Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : berkerja ibu rumah tangga
Istirahat/tidur : malam 6 jam siang 2 jam
Seksualitas : Frekuensi 1 kali seminggu
Keluhan tidak ada
e. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi 3 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin 3 kali sehari
Kebiasaan mengganti pakaian dalam 3 kali sehari
Jenis pakaian dalam yang digunakan bahan katun

f. Imunisasi
TT 1 tanggal SD kels 1
TT 2 tanggal SD kelas 2
TT 3 tanggal SD kelas 3
TT 4 tanggal SD kelas 4
TT 5 tanggal Catin
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu G 2 P 1 Ab 0 Ah 1

Ham Penulisan
il ke Tgl Umur Jenis Penolon Komplika Jenis BB Lakta Komplika
lahi kehamil persalin g sa kelamin lahi si si
r an an Ibu bayi r

1 201 Aterm spontan bidan HT Tida Perempu 260 Iya Tidak ada
8 k an 0
ada gra
m
Ham
il ini

no Jenis Mulai memakai Berhenti/ ganti cara


kontrasepsi Tanggal oleh tempat keluhan tanggal Oleh tempat keluhan

1 Suntik 3 2019 bidan PMB Tidak 2020


bulan haid
7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistematik yang pernah/sedang diderita
tidak ada

b. Penyakit yang pernah/sedang diderita


tidak ada

c. Riwayat keturunan kembar


ada

d. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok . tidak
Minum jamu-jamuan tidak
Minum-minuman keras tidak ada
Makan/minum pantang tidak ada
Perubahan pola makan (termasuk ngidam, nafsu makan turun, dan lain) tidak ada

8. Keadaan Psiko Sosial Spiritual


a. Kelahiran ini : Diinginkan Tidak Diinginkan

b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang baik

c. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini ibu menerima kehamilannya

d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan keluarga sangat suport

e. Ketaatan ibu dalam beribadah ibu selalu sholat 5 waktu dan berdoa

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum baik kesadaran CM

b. Tanda vital :
Tekanan darah : . 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : . 36,2 oC
c. TB : 149,5 cm

BB : sebelum hamil 50 kg, BB sekarang 68 kg

d. Kepala dan leher :


Edema wajah : tidak ada
Cloasma gravidarum +/ -
Mata : sclera tidak pucat
Mulut : tidak ada sariawan
Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis
Payudara
Bentuk : simetris
Aerola Mammae : menghitam
Putting susu : menonjol
Colostrum : belum ada

e. Abdomen
Bentuk : membesar
Bekas luka : tidak ada
Striae gravidarum : ada
Palpasi Leopold
Leopold I : .TFU 29,5cm
Leopold II : Punggung kiri dan punggung kanan
Leopold III : kepala dan kepala
Leopold IV : belum masuk PAP
Osborn test : -
TBJ : T1 1500 gram , T2 1400 gram
Aukultasi DJJ : Punctum maksimum T1 134 x/ menit, T2 142 x/menit
Frekuensi : ……kali per menit (……/……/……)

f. Ekstremitas :

Edema : tidak ada


Varices : tidak ada
Refleks patella : +/+
Kuku : tidak ada kelainan
g. Genetalia luar

Tanda chadwich :
Varices
Bekas luka : Tidak diperiksa
Kelenjar bartholini :
Pengeluaran : tidak ada
h. Anus

Haemoroid : tidak ada


2. Pemeriksaan Panggul Luar (bila perlu)

Distensia spinarum : ....................................... cm


Distensia kristarum : ....................................... cm
Boudelogue : ....................................... cm
Lingkar panggul : ....................................... cm
3. Pemeriksaan Penunjang
HB 12,1
HIV NR
HBSAG NR
SFILIS NR
Protein urin Negatif

USG tanggal 01/03/2021 hasil USG anak kembar


A: Analisis

Diagnosa
Ibu hamil G2P1A0H0 usia kehamilan 30-31 minggu, janin hidup,
kembar, intrauterine, PUKI dan PUKA, presentasi T1 kepala dan
T2 .........., KU ibu dan janin baik.

Diagnosa potensial
1. Prematur
2. BBLR
3. KPD
Masalah
Ibu merasa sakit pinggang
Ibu merasa tidak nyaman ( gerah)
Kebutuhan
1. Menjelaskan ibu hasil pemeriksaan
2. Pemantauan DJJ
3. Jelaskan kepada ibu mengenai kehamilan kembar
4. Jelaskan penyebab sakit pinggang dan rasa tidak nyaman
5. Posisi tidur
6. Kebutuhan istirahat dan nutrisi
7. Pernafasan efektif
8. Teknik relaksasi
9. Jelaskan tanda-tanda bahaya kehanilan trimester 3
10. Kolaborasi dengan dokter
11. Dokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan
P: Perencanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan:

TTV

TD : 110 /70

N : 80x/i

S : 36,9 °C

P : 20x/i

DJJ (+) dilokasi yang berbeda

- Frekuensi : pada lokasi perut ibu sebelah kiri sedikit di bawah pusat 140 x/
menit. Pada lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit di atas pusat 136 x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat

HB 15,2 gr/dl, HIV NR, HBSAG NR, Sfilis NR, goldar O (+), protein urine
negatif
USG : janin hidup kembar intra uterin
Evaluasi
Ibu dan keluarga mengerti dengan informasi yang telah dijelaskan

2. Memberitahu ibu bahwa kehamilan kembar ini dipengaruhi oleh keturunan


Evaluasi
Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan

3. Memberitahu ibu bahwa nyeri punggung yang ibu rasakan adalah hal yang
wajar dikehamilan trimester III dikarenakan perubahan bentuk tubuh karena
perut yang semakin membesar sehingga terjadi perubahan pada tulang
belakang yang mentyebabkan sakit pinggang , sehingga ibu tidak perlu
khawatir
Evaluasi
Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
4. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring kekiri karena jika ibu tidur
terlentang dapat menyebabkan sesak nafas dan hindari tidur miring kekanan
karena dapat menekan vena cava inverior yang dapat menyebabkan peredaran
darah tidak lancar sehingga menimbulkan rasa pusing

Evaluasi
Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan serta bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan
5. Menyuruh ibu untuk banyak istirahat dan memenuhi nutrisinya.......JENIS YG
DIANJURKAN
Evaluasi
Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan serta bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan
6. Mengajarkan ibu teknik pernafasa efektifagar ibu tidak mengalami sesak nafas
yaitu dengan menarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan kemudian
mengeluarkannya dari mulut secara perlahan-lahan
Evaluasi
Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan serta bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan
7. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan cara :
- Teknik pernafasan yang efektif
- Posisi yang nyaman
- Lingkungan yang tenang
- Menenangkan perasaan

Evaluasi
Ibu paham dan bersedia mengikuti seperti yang telah diajarkan
8. Menjelaskan tanda-tanda bahaya trimester 3 seperti : demam tinggi, bengkak
kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang, janin dirasakan kurang
bergerak dibandingkan sebelumnya, perdarahan dari jalan lahir, air ketuban
keluar sebelum waktunya.

Evaluasi
Ibu sudah paham dengan penjelasan yang disampaikan
9. Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk rencana tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan pada Ny S
Evaluasi
Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan dan bersedia untuk konsultasi
ke dokter obgyn
10. Memberikan ibu tablet FE 1x1, kalsium 1x1.
Evaluasi
Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan dan berjanji akan rutin
meminumnya
11. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika
ada keluhan, ibu langsung datang saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol.
Ibu akan kontrol tepat waktu
Evaluasi
Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan dan bersedia mematuhi jadwal
yang telah di tentukan
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan dalam rekam medik
Evaluasi
Hasil pemeriksaan dicatat dalam rekam medik pasien
13.
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 07-Juni-2021 Pukul 17.00 Wiba

DS : ibu mengatakan ingin kontrol ulang


Ibu mengatakan sering merasakan gerakan anak
Ibu mengatakan kadang-kadang nyeri di perut bagian bawah
DO : Kesadaran CM
TTV:
- TD 110/80
- N: 82x/i
- S: 36,3°C
- P: 22 x/i
- TFU:
DJJ (+)dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : pada lokasi perut ibu sebelah kiri sedikit dibawah
pusat 144x/menit. Pada lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit
di bawah pusat 142x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : Kuat

A : Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 34-35 minggu dengan kehamilan


kembar KU ibu dan janin baik
P : - Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
- TD 110/80
- N: 82x/i
- S: 36,3°C
- P: 22 x/i
DJJ (+) ADA DUA dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : pada lokasi perut ibu sebelah kiri sedikit dibawah
pusat 144x/menit. Pada lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit
di bawah pusat 142x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : Kuat
- Memberitahu kepada ibu bahwa gerakan janin tersebut dikarenakan
ekstremitas multijanin lebih banyak dibandingkan dengan janin
tunggal, sehingga terasa gerakan janin lebih banyak dan sering.
EVALUASI TULISKAN
- Memberitahu ibu bahwa nyeri ari-ari yangdirasakan adalah hal yang
normal yang disebabkan semakin turunnya janin serta gerakan akan
dirasakan karena ada 2 janin didalam perut ibu.
- Memberikan ibu tablet FE 1x1, kalsium 1x1.
- Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
atau jika ada keluhan, ibu langsung datang saja tanpa harus
menunggu jadwal kontrol. Ibu akan kontrol tepat waktu
- Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan dalam rekam
medik
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa persamaan antara bahasan teoritis dengan
kenyataan yang ada dilapangan dan juga menguraikan kesenjangan-kesenjangan
yang ditemukan serta mencari jalan keluarnya sesuai dengan langkah-langkah
manajemen kebidanan
A. Langkah 1 Pengkajian Data Dasar
1. Data Subjektif
a. Umur
Menurut R.Mochtar (2011). Peluan hamil kembar berhubungan dengan
usai, dan puncaknya pada usia 35 dan 39 tahun. Karena perempuan berusia
diatas 35 tahun menghasilkan folicle stimulating hormone (FSH) yang
lebih banyak dibandingkan dengan usia muda, dan perempuan dengan
FSH tinggi bisa melepaskan lebih dari satu sel telur dalam sebuah siklus.
Namun kehamilan diusia ini juga meningkatkan resiko komplikasi seperti
preeklampsia (tekanan darah tinggi), terutama jika kehamilan tersebut
adalah yang pertama.
Menurut Sarwono (2008) Semakin tinggi umur wanita , maka akan
semakin mengalami kehamilan ganda. Resiko kehamilan ganda menurun
setelah wanita berumur 40 tahun.
Umur yang semakin tinggi frekuensinya ( >35 tahun). Setelah umur 40
tahun frekuensi kehamilan kembar menurun lagi tetapi pada umumnya ada
wanita yang umurnya akan mempunyai kemungkinan lebih besar
mengalami kehamilan kembar (Feryanto, 2011)
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan bahwa
pasien 23 tahun, dan itu tidak sesuai teori yang menyatakan bahwa
frekuensi kehamilan kembar semakin tinggi pada usia diatas 35 tahun dan
menurun diusia 40 tahun.
b. Ras
Menurut Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda
terjadi 1 diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih , sedangkan pada
orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan.
Wanita kulit putih melahirkan 1:100, wanita kulit hitam 1:80, dimana
angka kehamilan kembar lebih besar terjadi pada wanita kulit putih
dibandingkan kulit hitam ( Feriyanto, 2011).
Menurut Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu
masyarakat pedesaaan di Negeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda
terjadi sekali pada setiap 20 kelahiran, kehamilan pada orang timur atau
oriental tidak begitu sering terjadi. Perbedaan ras yang nyata ini
merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar
dizigot. Perbedaaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaaan
tingkat folicle stimulating hormone yang akan mengakibatkan multiple
ovulasi (Nugroho,2012).
Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan, terdapat kesenjangan
antara teori dengan kenyataan dimana teori meyatakan bahwa orang yang
memiliki kulit putih lebih cenderung mengalami kehamilan kembar di
bandingkan orang yang berkulit hitam
c. Keturunan
Menurut analisi Budmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25
(4%) ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah
mereka yang kembar, keterangan yang didapat kan salah satu sebabnya
adalah multiple ovulasi yang diturunkan (Nugroho,2012)
Menurut White dan Whysak (1964) menemukan bahwa para wanita
yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun,
wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot,
melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan.
Ada kecendrungan terjadinya kehamilan kembar yang lebih besar
apabila dirturunkan dari pihak ibu. Apabila ibunya sendiri kembar, maka
kemingkinan melahirkan anak kembar adalah 1:58, tetapiapabila ayahnya
yang kembar kemungkinan melahirkan anak kembar adalah 1:116
(Feriyanto,2011).
Berdasarkan hasil pengkajian memang keturunan berhubungan dengan
kehamilan kembar karena dilihat dari pernyataan pasien bahwa keluarga
dari pasein tersebut pernah memiliki riwayat kembar, yaitu kakak dari
sumi pasien tersebut.
Secara teori kehamilan kembar dapat terjadi jika salah satu orang tua dari
calon bayi memiliki riwayat kembar.Dan itu cenderung terjadi jika riwayat
keturunan kembar yang dibawa oleh ayah calon bayi tersebut. Hal ini
memiliki persamaan antara teori dan kenyataan yang ditemukan.
d. Paritas
Menurut Prawirohardjo (2006) Paritas (angka kehamilan) ibu, frekuensi
kehamilan kembar meningkat sesuai dengan paritas ibu. Perempuan yang
pernah hamil sebelumnya, setidaknya sudah memiliki satu anak cenderung
lebih mudah untuk memiliki anak kembar dibandingkan perempuan yang
baru pertama kali hamil. Karena biasanya rahim sudah agak merenggang
dan tubuh perempuan cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dengan
kebutuhan tambahan dari anak kembar.
Menurut Petterson dkk (1976),memastikan penigkatan yang nyata pada
angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya paritas.
Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3%
dibandingkan dengan kehamilan keempat sebesar 2,7%. Dalam kehamilan
pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan
kehamilan keempat sebesar 2,7% (Nugroho,2012).
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan bahwa
kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua, dan itu tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa frekuensi paritas atau jumlah anak
yang banyak pada kelahiran sebelumnya dapat menyebabkan kehamilan
kembar lebih rentan terjadi.

e. Nutrisi
Menurut Nylander (1971) dalam dr Taufan Nugroho (2012),
mengatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan dengan status
nutrisi direfleksikan dengan berat badan ibu. Ibu yang lebih tinggi dan
berbadan besar mempunyai resiko untuk hamil ganda sebesar 25-30%,
dibandingkan ibu yang lebih pendek dan berbadan kecil.
Menurut McGlivray (1986) dalam dr Taufan Nugroho (2012) juga
memaparkan bahwa kehamilan dizigotik lebih sering ditemui pada wanita
berbadan besar dan tinggi dibandingkan pada wanita pendek dan bertubuh
kecil.
Bedasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan Tbibu adalah 149,5 cm,
ibu tidak berbadan besar dan ibu berbadan sedang itu menunjukan tidak
sesuai dengan teori diatas.
f. Pergerakan janin
Ibu merasakan gerakan janin yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan
ekstremitas multijanin lebih banyak dibandingkan dengan janin tunggal.
2. Data Objektif
Pada kasus Ny “N” hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD
120/80 mmHg, N : 80x/i, S: 36,5°C, P 20x/i, DJJ janin (+) janin pertama dan
janin kedua, frekuensi 136x/i dan 140x/i , irama:teratur, kekuatan : Kuat.
Pada pemeriksaan labor didapatkan HB: 12,8 gram %. Protein Urine : Negatif
serta hasil hasil USG, janin hidup, kembar, intra uterin
Kemudian saat inspeksi pada abdomen seharusnya pembesaran perut sesuai
usia kehamilan, tetapi pada kasus kehamilan terjadi pembesaran perut lebih
besar dari usia kehamilan, ini dikarenakan 2 janin yang berada dalam perut
ibu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada waktu palpasi dilakukan :
 Leopold I : TFU dua jari bawah px, teraba dua bagian besar
berdampingan yang bundar, lunak dan tidak melenting kemungkinan
bokong janin
 Leopold II : sebelah perut ibu teraba keras, memanjang dan memapan
kemungkinan ini punggung janin pertama dan kanan perut ibu teraba
panjang, memapan mungkin ini punggung janin yang kedua.
 Lepold III : Pada perut ibu bagian bawah teraba 1 bagian besar , secara
berdampingan yang bulat, keras dan melenting. Kepala masih bisa di
goyangkan, kemungkinan ini belum masuk PAP
 Lepold IV : Tidak dilakukan karena belum masuk PAP

Pada kehamilan multi gravida kepala belum masuk PAP pada usia kehamilan
35 minggu, karena pada multi kepala biasanya masuk di saat proses
persalinan, apalagi di kehamilan kembar kepala janin ada 2 sehingga kepala
belum turun dan masuk dalam rongga panggul.
Pengukuran TFU dalam cm pada “N” didapatkan 30 cm dan TBBJ bya
adalah 4000 gram

B. Langkah 2 Interprestasi Data Dasar


Pada langkah interprestasi data ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosa kebidanan , masalah dan kebutuhan klien (Varney,2007).
Pada kasus kehamilan kembar Ny “N” interprestasi data dasar yang diperoleh
diagnosa : Ibu G2P0A0H1 usia kehamilan 35 minggu, janin tunggal hidup
kembar, intrauterin PUKI dan PUKA presentasi kepala, jalan lahir normal. KU
ibu dan janin baik.
Dasar ditegakkan diagnosa pada kasus ini adalah pada data subjektif, objektif
dan penunjang. Data subjektif yang didapatkan seperti HPHT tanggal 07-10-
2020 yang nantinya berguna untuk mengetahui kehamilan ibu saat ini preterm,
aterm, atau posterm. Data objektif yang didapatkan seperti TP 15-07-2021.
Pada sat palpasi dan pemeriksaan DJJ didapatkan hasil sebagai berikut :
 Leopold I : TFU dua jari bawah px, teraba dua bagian besar berdampingan
yang bundar, lunak dan tidak melenting kemungkinan bokong janin
 Leopold II : sebelah perut ibu teraba keras, memanjang dan memapan
kemungkinan ini punggung janin pertama dan kanan perut ibu teraba
panjang, memapan mungkin ini punggung janin yang kedua.
 Lepold III : Pada perut ibu bagian bawah teraba 1 bagian besar , secara
berdampingan yang bulat, keras dan melenting. Kepala masih bisa di
goyangkan, kemungkinan ini belum masuk PAP
 Lepold IV : Tidak dilakukan karena belum masuk PAP
 DJJ : (+) 2 lokasi yang berbeda
 Frekuensi/irama : Pada lokasi perut ibu sebelah kiri sedikit dibawah
pusat 136x/menit, irama teratur. Pada lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit
di bawah pusat 140x/menit, irama teratur.
 Intensitas : kuat

C. Langkah 3 Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Untuk diganosa
gameli diagnosa potensialnya adalah : potensial terjadinya prematur, BBLR
KPD
D. Langkah 4 Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Langkah ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan segera ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
sesua dengan kondisi klien (Varney, 2009).
Setelah dilakukan pemeriksaan dan berdasarkan kondisi pasien pada kasus ibu
hamil dengan kehamilan kembar tidak ditemukan diagnosa potensial yang
membutuhkan tindakan segera.
E. Langkah 5 Merencanakan Asuhan Yang menyeluruh
Suatu rencana asuhan yang disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun
klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua keputusa harus
bersifat rasional dan valid berdasarkan teori asumsi yang berlaku tentang apa
yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan
antara lain :
1. Menjelaskan ibu hasil pemeriksaan
2. Pemantauan DJJ
3. Jelaskan kepada ibu mengenai kehamilan kembar
4. Jelaskan penyebab sakit pinggang dan rasa tidak nyaman
5. Posisi tidur
6. Kebutuhan istirahat dan nutrisi
7. Pernafasan efektif
8. Teknik relaksasi
9. Jelaskan tanda-tanda bahaya kehanilan trimester 3
10. Kolaborasi dengan dokter
11. Dokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan
F. Langkah 6 Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tangggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Bila bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan
rencana asuhan yang telah dibuat seperti:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum ibu
dan janinnya dalam keadaan baik, hal ini didapatkan dari hasil pemeriksaan
umum ibu yaitu : kesadaran CMC TD : 120/80 mmHg,N : 80x/i, S:36,9 °C,
P: 20x/i, DJJ : (+)janin pertama dan janin kedua frekuensi 136 x/i dan
140x/i irama teratur, kekuatan kuat. Pada pemeriksaan labor didapatkan HB
12,8 gr/dl , protein urine : negatif, serta hasil USG janin hidup kembar,
intrauterine, dan pemeriksaan khusus (Inspeksi, palpasi,auskultasi, dan
perkusi) dalam batas normal.
2. Memberitahu ibu bahwa kehamilan kembar ini dipengaruhi oleh keturunan
3. Memberitahu ibu bahwa nyeri punggung yang ibu rasakan adalah hal yang
wajar dikehamilan trimester III dikarenakan perubahan bentuk tubuh karena
perut yang semakin membesar sehingga terjadi perubahan pada tulang
belakang yang mentyebabkan sakit pinggang , sehingga ibu tidak perlu
khawatir
4. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring kekiri karena jika ibu
tidur terlentang dapat menyebabkan sesak nafas dan hindari tidur miring
kekanan karena dapat menekan vena cava inverior yang dapat menyebabkan
peredaran darah tidak lancar sehingga menimbulkan rasa pusing
5. Menyuruh ibu untuk banyak istirahat dan memenuhi nutrisinya
6. Mengajarkan ibu teknik pernafasa efektifagar ibu tidak mengalami sesak
nafas yaitu dengan menarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan
kemudian mengeluarkannya dari mulut secara perlahan-lahan
7. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan cara :
- Teknik pernafasan yang efektif
- Posisi yang nyaman
- Lingkungan yang tenang
- Menenangkan perasaan
8. Menjelaskan tanda-tanda bahaya trimester 3 seperti : demam tinggi,
bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang, janin
dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya, perdarahan dari jalan
lahir, air ketuban keluar sebelum waktunya.
9. Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk rencana tindakan selanjutnya yang
akan dilakukan pada Ny S
10. Memberikan ibu tablet FE 1x1, kalsium 1x1.
11. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau
jika ada keluhan, ibu langsung datang saja tanpa harus menunggu jadwal
kontrol. Ibu akan kontrol tepat waktu
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan dalam rekam medik

G. Langkah 7 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhirdari proses manajemen asuhan kebidanan
yaitu merupakan penilaian terakhir tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan
kepada klien dengan berpedoman pada masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pada kasus evaluasi yang dilakukan pada ibu sesuai dengan rencana tindakan
yaitu :
1. Ibu dan keluarga mengerti dengan informasi dan penjelsan yang telah
diberikan
2. Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan
3. Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
4. Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
5. Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan serta bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan
6. Ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan serta bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan
7. Ibu paham dan bersedia mengikuti seperti yang telah diajarkan
8. Ibu sudah paham dengan penjelasan yang disampaikan
9. Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan dan bersedia untuk
konsultasi ke dokter obgyn
10. Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan
11. Ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan
12. Pendokumentasian sudah dilakukan
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membahas tentang beberapa kesimpulan dan saran
untuk memberikan gambaran dan informasi studi kasus tentang kehamilan
gamelli.
A. Kesimpulan
Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil ny “N”
G2P1A0H1 terimester 3 dengan kehamilan gamelli di PMB Bidan Desi
Kurniawati, SKM., S.Tr.Keb pada tanggal 06 Mei dan 07 Juni 2021.
Adapun asuhan kebidanan meliputi :
1. Melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada ibu hamil Ny “N”
G2P1A0H1 kehamilan trimester 3 dengan kehamilan gamelii di PMB
bidan Desi Kurniawati,SKM.,S.Tr.Keb pada tanggal 06 Mei dan 07
Juni 2021 yang sudah cukup lengkap dilakukan oleh penulis
2. Interprestasi data pada ibu hamil Ny “N” kehamilan trimester 3 dengan
kehamilan gamelli, keadaan umum ibu dan janin baik. Didapatkan dari
interprestasi yang benar-benar atas data-data yang telah dikumpulkan
pada ibu tersebut.
3. Identifikasi adanya masalah potensial yang terjadi pada ibu hamil Ny
“N” kehamilan trimester 3 dengan kehamilan gamelli berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi dan mengantisipasi
jika masalah atau diagnosa tersebut terjadi
4. Identifikasi perlu adanya tindakan segera secara mandiri, atau
kolaborasi. Pada kasus Ny “N” tindakan segera yang dilakukan yaitu
kolaborasi dengan dr Obgyn
5. Rencana asuhan yang diberikan sudah efektif secara menyeluruh
berdasarkan kebutuhan pada ibu hamil Ny “N” G2P1A0H1 kehamilan
trimester 3 dengan kehamilan gamelli di PMB bidan Desi
Kurniawati,SKM.,S.Tr.Keb pada tanggal 06 Mei dan 07 Juni 2021
6. Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus Ny “N” telah dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada ibu hamil Ny “N”
G2P1A0H1 kehamilan trimester 3 dengan kehamilan gamelii di PMB
bidan Desi Kurniawati,SKM.,S.Tr.Keb pada tanggal 06 Mei dan 07
Juni 2021
7. Dapat mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan pada ibu hamil Ny
“N” kehamilan trimester 3 dengan kehamilan gamelli. Evaluasi dari
kasus ini penulis sudah melakukan asuhan dengan perencanaan dan
pelaksanaan yang telah dilakukan.
8. Melakukan dokumentasi pada kasus ibu hamil Ny “N” kehamilan
trimester 3 dengan kehamilan gamelli.
B. Saran
Berdasarkan pembinaan dan penerapan manajemen asuhan kebidanan
yang telah dilaksanakan, maka penulis memberikan saran kepada :
a. Untuk penulis SELANJUTNYA
Diharapkan penulis mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh
serta banyak mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
kebidanan secara langsung pada ibu hamil dengan kehamilan kembar
b. Bagi instansi pendidikan
Semoga hasil laporan studi kasus penulis dapat menambah bahan
bacaan terbaru tentang asuhan kebidanan ibu hamil dengan kehamilan
gamelli dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang
pengetahuannya dan dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi serta
sarana tertulis yang dapat meningkatkan kemajuan instansi dalam
mewujudkan lulusan yang baik dan profesional.
c. Bagi instansi pelayanan
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan dalam
memberikan pelayanan bermutu dan perawatan pada kasus ibu hamil
dengan kehamilan gamelli dengan asuhan yang komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai