Anda di halaman 1dari 26

Tuberkulosis pada

Lansia

Erlina Burhan

Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk TB ( KOPI TB)


Pusat
Tuberkulosis pada Lansia
● Lansia berisiko mengalami penyakit infeksi menular langsung seperti
TBC karena adanya penyakit komorbid dan perubahan biologis akibat
proses penuaan sehingga terjadi penurunan sistem imun.
● Pasien lansia dengan TBC cenderung memiliki prognosis penyakit yang
kurang baik ➔ dapat mengalami kekambuhan, munculnya komplikasi,
hingga kematian.
● Gejala yang ditunjukkan pasien lansia dengan TBC seringkali tidak khas
➔ 50% pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif tidak
menunjukkan gejala.
GEJALA TB
● GEJALA UTAMA

○ Demam yang tidak terlalu tinggi

○ Batuk >2 minggu

○ Sesak nafas

○ Nyeri dada pleuritic

○ Keluar dahak bercampur darah


Gejala TB

● Gejala Penyerta:

○ Nafsu makan berkurang

○ Penurunan BB

○ Keringat malam

○ Lesu, letih, lemah (malaise)


Diagnosis
Terduga TB
Pasien dengan gejala dan tanda yang mengarah ke TB paru:

Penurunan BB, lemas,


Keringat di malam
Batuk > 2 minggu Batuk darah nafsu makan
hari
menurun

Lingkungan berisiko
Sesak nafas Kontak erat TB
tinggi
Alur penegakan Diagnosis TB
Terduga TBC

Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif resistan* MTB pos Rif sensitif** MTB Negatif
Indeterminate** invalid

Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan paket
Pemeriksaan molekuler (LPA TCM***
standar uji kepekaan
lini dua / TCM XDR dll.) Pemeriksaan
fenotipik Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan radiologis / antibiotik
Pemeriksaan uji kepekaan pengobatan spektrum luas
INH pada pasien dengan berdasarkan hasil
riwayat pengobatan TCM
sebelumnya
Sensitif terhadap Resistan terhadap Abnormalitas
obat gol. obat gol. paru yang Gambaran paru
flurokuinolon flurokuinolon mengarah TB / tampak normal/
Resistan
Sensitif INH tidak ada perbaikan klinis
INH
perbaikan klinis

Pengobatan
Pengobatan TBC Pengobatan TBC Pengobatan
TBC Lanjutkan
RO paduan RO paduan TBC SO dengan Bukan TBC
monoresistan OAT lini satu
jangka pendek individu OAT lini satu
INH

**Inisiasi *** Pengulangan hanya 1 kali.


* Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari Hasil pengulangan yang menjadi
kriteria terduga TB baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan. pengobatan dengan
acuan
Pemeriksaan TCM atau Gene
Expert
Peran
• Menegakkan diagnosis
• Tidak dapat digunakan dalam hal mengevaluasi pengobatan

TCM
• Pada tahun 2010, WHO mendukung penggunaan pemeriksaan
Xpert MTB/RIF molecular test untuk mendiagnosis TB
• Berdasarkan PCR dengan mendeteksi DNA Mtb dan ada
tidaknya resistensi terhadap rifampisin dalam waktu 2 jam

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
Casela M, Cerqueira SMA, Casela TDO, Pereira MA, Dos Santos SQ, Del Pozo FA, et al. Rapid Molecular Test for Tuberculosis: Impact of Its Routine
Use at a Referral Hospital. J Bras Pneumol. 2018; 44(2): 112–7.
Faraid FAS, Handayani I, Esa T. Profil of Rapid Molecular Test of Tuberculosis Using XpertMTB/RIF. Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Medical Laboratory. 2020; 26(2): 223-8.
Pemeriksaan Dahak atau Sputum
BTA (+)

• Jika salah satu atau kedua uji dahak menunjukkan hasil BTA
(+)
• Ketika hasil BTA (+) pada pemeriksaan dahak pertama,
dapat didiagnosis sebagai pasien BTA (+)

BTA (-)

• Jika kedua uji dahak menunjukkan hasil BTA (-)


• Saat pemeriksaan mikroskopik hasilnya (-), penegakkan
didiagnosis dilakukan secara klinis berdasarkan
pemeriksaan klinis dam penunjang (setidaknya foto thoraks)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
Lewinsohn DM, Leonard MK, Lobue PA, Cohn DL, Daley CL, Desmond E, et al. Official American Thoracic Society/ Infectious Disease Society of America/
Centers for Disease Control and Prevention Clinical Practice Guidelines: Diagnosis of Tuberculosis in Adults and Childrens. Infectious Disease of Society
America. 2017;64(2):e1–e33
Pemeriksaan Foto Thoraks

● Salah satu metode terbaik untuk skrining TB


● Pemeriksaan foto thoraks juga termasuk kedalam tiga metode skirining konvensional selain
anamnesis dan PPD screening test atau Tes Mantoux.
● Sensitivitas dan spesifisitas dari anamnesis berdasarkan pertanyaan- pertanyaan yang
mengarah ke TB masing- masing 77% dan 66%.
● Sensitivitas dan spesifisitas dari pemeriksaan foto thoraks masing- masing 86% dan 89%.
● Analisis sensitivitas dan spesifisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: status HIV,
usia pasien, keparahan penyakit, background epidemiology, teknik pewarnaan dan proses
sputum, serta kualitas diagnostik.
● Foto thoraks juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik TB pulmoner dan TB esktraparu
pada anak serta dikombinasikan dengan anamnesis, bukti adanya infeksi, dan
pemeriksaan mikrobiologi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
Al Ubaidi BA. The Radiological Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis (TB) in Primary Care. Journal of Family Medicine and Disease Prevention. 2018;
doi.org/10.23937/2469-5793/1510073
World Health Organization. Chest Radiography in Tuberculosis Detection. Swiss: World Health Organizatin; 2016.
Tatalaksana TB Sensitif Obat
2(RHZE)/4(RH)

Fase awal (2 bulan), setiap hari Fase lanjutan (4 bulan), setiap hari
Berat badan
(Kg) 4KDT: (RHZE) 2KDT: (RH)

(150mg + 75mg + 400mg + 275 mg) (150mg + 75mg)

30-39 2 2

40-54 3 3

55-70 4 4

>70 5 5
Tatalaksana TB Sensitif Obat

• Pasien yang masih sensitive R ( dari TCM) akan mendapat obat Kategori 1 yaitu
2 ( R H Z E ) / 4 ( R H ) , kecuali:
• bila dari biakan atau LPA menunjukan resisten Isoniazid ( INH) maka akan diobati
sebagaimana pasien monoresisten INH
• Sisipin tidak perlu diberikan: bila setelah 2 bulan BTA masih positif, periksa TCM
Bila Rif senstif , OAT dilanjutkan
Bila Rif resisten, OAT disesuaikan dgn rejimewn TB RO

https://www.who.int/news/item/16-04-2021-update-of-the-who-guidance-on-the-treatment-of-drug-susceptible-tuberculosis
Terduga TB Resisten Obat

Apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:


• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan positif pada follow up pemeriksaan sputum
selama pengobatan lini pertama
• TB anak non-responder
• Pasien TB yang kontak dengan pasien DR-TB
• TB pasien dengan riwayat pengobatan
• Pasien TB kasus baru dengan koinfeksi HIV
4

Alur Pengobatan
TB Resistan Obat
(2020)

Regimen oral TB-RO


5oral TB-RO

Paduan Jangka
Pendek Tanpa Injeksi

Pada paduan jangka pendek,


Durasi tahap Durasi tahap lanjutan
Konversi BTA ≤4 bulan
awal = 4 bulan = 5 bulan ●
Pengobatan
jangka pendek
BDQ tetap diberikan selama 6
Belum konversi
pada bulan ke-4
Teruskan tahap
awal s/d 6 bulan
bulan tanpa memperhatikan
durasi tahap awal (4-6 bulan).
● Durasi total pengobatan jangka
Tidak terjadi konversi Terjadi konversi BTA pada
s/d bulan ke-6 bulan ke-5 atau ke-6 pendek adalah 9–11 bulan.
● Tidak dianjurkan untuk
Pasien dinyatakan gagal
pengobatan jangka pendek
Lanjutkan pengobatan ke
tahap lanjutan selama 5 mengubah komposisi obat,
bulan
kecuali Levofloksasin diganti
Pasien dirujuk untuk mendapatkan
paduan invidual
dengan Moksifloksasin.
Rejimen jangka pendek ( semua oral)
6 BDQ - Lfx - Cfz – Hdosis tinggi -Z - E / 5 Lfx-Cfz-Z-E

Fase intensif Fase lanjutan

Fase intensif Fase lanjutan


(setiap hari selama 6 bulan) (setiap hari selama 5 bulan)

1. Bedaquiline (Bdq) 1. Levofloxacin (Lfx)


2. Levofloxacin (Lfx) 2. Clofazimin (Cfz)
3. Clofazimin (Cfz) 3. Pirazinamid (Z)
4. INH (dosis tinggi) 4. Etambutol (E)
5. Pirazinamid (Z)
6. Etambutol (E)
7. Etionamid
Terapi TB-RO Rejimen Jangka Panjang)
Diterapkan pada pasien MDR/RR-TB dengan:
• TB ekstensif/lesi luas
• TB ekstraparu berat, banyak komorbid dan komplikasi
• Resisten terhadap fluoroquinolon atau telah terpapar dengan obat-obatan lini kedua.
• Kondisi khusus ( alergi, dll)
Rejimen jangka Panjang (semua oral)
Prinsip: mulai dengan 5 obat untuk fase awal diteruskan 3 atau 4 obat fase lanjutan

Contoh: 6 Lfx - Bdq- Lzd - Cfz - Z / 12 Lfx – Cs – Cfz

Fase intensif Fase lanjutan

Fase intensif Fase lanjutan


( mulai dengan 5 obat, setiap hari selama 6 (setiap hari selama 12 bulan)
bulan)
1. Levofloxacin (Lfx) 1. Levofloxacin (Lfx)
2. Bedaquiline (Bdq) 2. Cycloserine (Cs)
3. Linezolid (Lzd) 3. Clofazimin (Cfz)
4. Clofazimin (Cfz)
5. Pirazinamid (Z)
9oral TB-RO

Durasi Pengobatan Jangka Panjang

● Durasi total pemberian paduan pengobatan TB RO jangka panjang minimal ialah 18 bulan
atau setelah 16 bulan sejak terjadinya konversi kultur dahak.
● Durasi total paling lama ialah 24 bulan, yaitu bila pasien mengalami konversi pada bulan ke-8
pengobatan.

Waktu konversi (Bulan ke- Durasi total


) pengobatan
1 N/A 18 bulan
2 2 + 16 bulan 18 bulan
3–7 N + 16 bulan 19 – 23 bulan
8 8 + 16 bulan 24 bulan
Ancaman di depan mata : akan kah terus bisa
terbendung?

Urbanization
Aging
Diabetes Immigration

Full blown Active TB

20

PENCEGAHAN berperan penting menurunkan angka TB


Pencegahan TB pada Lansia
Upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
● Tidak merokok
● Makan makanan yang bergizi seimbang.
● Rumah yang cukup mendapatkan sinar matahari dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik.
● Mencuci tangan
● Olahraga secara teratur
● Istirahat yang cukup
● Tidak tidur larut malam
Pencegahan TB pada Lansia

Penerapan Etika Batuk


● Menggunakan masker, terutama bila sedang berada di keramaian atau
bersama orang lain.
● Menutup hidung dan mulut menggunakan lengan bagian dalam ketika batuk.
● Menutup mulut dan hidung dengan tisu dan dibuang ke tempat sampah tertutup.
● Tidak membuang dahak sembarangan
Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada
Lansia
● Pengobatan Pencegahan bertujuan untuk mencegah TB aktif.
● Jika lansia merupakan kontak erat, tidak terbukti TB dan tidak ada kontraindikasi, maka
pengobatan pencegahan dapat diberikan.

PILIHAN PENGOBATAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS


● Isoniazid diberikan dengan dosis 300 mg/hari dan B6 dengan dosis 25mg/hari sebanyak 180
dosis atau 6 bulan.
● Isoniazid 15 mg/BB dengan dosis maksimal 900 mg dan dosis Rifapentine 900 mg bila berat
badan > 50 Kg (untuk BB 32 – 50 kg = 750 mg) diberikan seminggu sekali selama 12 minggu
(12 dosis). ➔ Studi menunjukkan kepatuhan pasien lebih baik pada regimen ini sehingga
angka keberhasilan menyelesaikan terapi pencegahan lebih tinggi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/755/2019 Tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. 2019
Peran Individu dalam Penanganan TB
● Segera memeriksakan diri bila mengalami gejala TBC
● Melakukan upaya pencegahan TBC
● Melakukan deteksi dini dengan menggunakan instrumen skrining TBC mandiri
● Memotivasi keluarga atau individu lainnya dengan gejala TBC untuk periksa ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL)
● Menjadi pengawas/pendamping pasien TBC yang berobat untuk menjaga
keteraturan pengobatannya sampai dinyatakan sembuh
● Tidak memberi stigma buruk kepada penderita ataupun keluarga penderita TBC
Peran Keluarga dalam Penanganan TB
● Memastikan lansia menelan obat secara rutin dan membantu menyediakan
makanan bergizi
● Memberikan dukungan dan perhatian, keluarga dapat berperan sebagai
Pengawas Menelan Obat (PMO)
● Mendukung lansia dalam pengobatan TBC sampai dinyatakan tuntas oleh dokter
● Mengamati dan melaporkan ke Puskesmas/Kader bila lansia memiliki tanda dan
gejala TBC, kambuh atau putus obat.
● Segera membawa lansia ke fasilitas pelayanan kesehatan bila merasakan gejala
efek samping
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai