Anda di halaman 1dari 44

Update Tatalaksana (Diagnosis dan Pengobatan)

TBC serta Peran KOPI TB dalam Eliminasi TBC


2030
Dr. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM, M.Pd.Ked. Sp.KKLP
KOPI TB Pusat – PDKI
24 November 2022
Surat Edaran Dirjen P2P No. 936 tahun 2021 tentang
Perubahan Alur dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia
• Perubahan besar dalam penegakan diagnosis dan
pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh
WHO tahun 2020 dalam buku WHO operational
handbook on tuberculosis – Module 3: rapid
diagnostics for tuberculosis.
• Perubahan paradigma dalam penegakan
diagnosis TBC yang harus dilakukan:
a. Lebih dini
b. Lebih akurat
c. Untuk semua jenis dan tipe penyakit TBC
d. Deteksi cepat untuk mengetahui resistansi
obat TBC.
3 komponen utama SE Dirjen P2P No. 936/2021

A B C

Pemantauan
Diagnosis Pengobatan Pengobatan
Pemeriksaan Mikrobiologis dan Alur
Diagnosis TBC
Jenis Spesimen TBC
• Dahak
Kualitas dahak yang baik :
• Volume 3-5 ml
• Mukopurulent
Purulent Mucoid

• Non Dahak
1. Jenis : LCS, Jaringan, Kelenjar limfe, Bilas lambung/aspirat lambung
2. Cara Pengambilan: tergantung pada lokasi lesi
Jenis Pemeriksaan Mikrobiologi dalam Program TBC

TCM Mikroskopis Line Probe Assay

• Deteksi: bakteri tahan asam • Lini 2: gol Fluorokuinolon dan obat


• Deteksi: MTB dan resistensi Rif • Tidak bisa membedakan BTA injeksi lini dua (individual drug)
• 2 jam pemeriksaan, TAT 1 hari lingkungan/ MOTT (Mycobacterium • Lini 1: INH dan Rif
Other Than TB) • 2 hari pemeriksaan, TAT 7 hari
• TAT 1 hari

Biakan Uji Kepekaan


• Deteksi: resistansi terhadap OAT
• Menumbuhkan kuman dalam
• Dalam bentuk paket SDP (INH high, Moxi high,
media cair (2-6 minggu) maupun
Amk, PZA, Lzd, Cfz, Bdq, Lfx)
padat (2-8 minggu)
• Dikerjakan dalam media padat (3-4 minggu)
maupun cair (1-3 minggu)
Diagnosis : SE Dirjen P2P No. 936/2021
1. Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnostik utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis
2. Pemeriksaan TCM digunakan untuk mendiagnosis TBC, baik TBC paru maupun
TBC ekstra paru, baik riwayat pengobatan TBC baru maupun yang memiliki riwayat
pengobatan TBC sebelumnya, dan pada semua golongan umur termasuk pada
ODHA.
3. Pemeriksaan TCM dilakukan dari spesimen dahak (untuk terduga TBC paru) dan
non dahak (untuk terduga TBC ekstra paru, yaitu dari cairan serebro spinal,
kelenjar limfe dan jaringan).
4. Seluruh terduga TBC harus dilakukan pemeriksaan TCM pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang saat ini sudah mempunyai alat TCM.
5. Jumlah dahak yang dikumpulkan adalah 2 (dua) dahak, volume 3-5 ml dan
mukopurulen. Hasil pemeriksaan TCM terdiri dari MTB pos Rif resistan, MTB pos Rif
sensitif, MTB pos Rif indeterminate, MTB negatif dan hasil gagal (error, invalid, no
result).
6. Penegakan diagnosis TBC klinis harus didahului pemeriksaan bakteriologis.
Fasyankes bersama dinkes mengevaluasi proporsi pasien TBC terkonfirmasi
bakteriologis dibandingkan klinis (60:40)
Terduga TBC

Alur Penegakan Diagnosis TBC


Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif resistan* MTB pos Rif sensitif** MTB Negatif
Indeterminate** invalid

Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan paket
Pemeriksaan molekuler (LPA TCM***
standar uji kepekaan
lini dua / TCM XDR dll.) Pemeriksaan
fenotipik Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan radiologis / antibiotik
Pemeriksaan uji kepekaan pengobatan spektrum luas
INH pada pasien dengan berdasarkan hasil
riwayat pengobatan TCM
sebelumnya
Sensitif terhadap Resistan terhadap Abnormalitas
obat gol. obat gol. paru yang Gambaran paru
flurokuinolon flurokuinolon mengarah TB / tampak normal/
Resistan
Sensitif INH tidak ada perbaikan klinis
INH
perbaikan klinis

Pengobatan
Pengobatan TBC Pengobatan TBC Pengobatan
TBC Lanjutkan
RO paduan RO paduan TBC SO dengan Bukan TBC
monoresistan OAT lini satu
jangka pendek individu OAT lini satu
INH

**Inisiasi *** Pengulangan hanya 1 kali.


* Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari pengobatan dengan Hasil pengulangan yang menjadi
kriteria terduga TB baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan. OAT lini satu acuan
Diagnosis : SE Dirjen P2P No. 936/2021
6. Fasilitas pelayanan kesehatan yang belum/ tidak mempunyai TCM, harus merujuk terduga TBC
atau dahak dari terduga TBC tersebut ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan TCM. Merujuk dahak lebih
direkomendasikan dibanding merujuk terduga TBC terkait alasan pengendalian infeksi.
7. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota mengatur jejaring rujukan dan menetapkan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan TCM menjadi pusat rujukan pemeriksaan TCM bagi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di sekitarnya.
8. Jika fasilitas pelayanan kesehatan mengalami kendala mengakses layanan TCM berupa kesulitan
transportasi, jarak dan kendala geografis maka penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis.
9. Pasien TBC yang terdiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan menggunakan TCM.
• Dinas kesehatan berperan mengatur jejaring rujukan spesimen ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan TCM terdekat.
• Jumlah dahak yang dikirimkan adalah sebanyak 2 dahak.
• Pemeriksaan TCM ini bertujuan untuk mengetahui status resistansi terhadap Rifampisin.
Pemeriksaan Diagnosis TB RO

Risiko Tinggi TB RO Ket:


(1) Hasil pemeriksaan ke-1
2 dahak (2) Hasil pemeriksaan ke-2
Pemeriksaan TCM
1 dahak (1)

TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak
``
Ulangi
TCM 1x
(2)

TB, TB, Neg Invalid/no result/error Indeterminate


• LPA Lini dua
Rif Res Rif Sen
• Uji Kepekaan TCM tdk boleh diulang lagi

Tindak lanjut hasil


pemeriksaan TCM
di slide selanjutnya

*) pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke fasyankes / balkes layanan TB RO
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM : Resiko Tinggi TB RO

Hasil Pemeriksaan TCM ke-1 Hasil Pemeriksaan TCM ke-2 Hasil Akhir Terapi Pengobatan

Invalid/no result/ error Rif Res Rif Res TB RO


Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indet Indet Keputusan pengobatan oleh TAK

Invalid/no result/error Invalid/no result/error Keputusan pengobatan oleh TAK

Indeterminate Rif Res Rif Res TB RO


Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Indet Keputusan pengobatan oleh TAK

Indet Indet Keputusan pengobatan oleh TAK

Invalid / no result/error Indet Keputusan pengobatan oleh TAK


Risiko Tinggi TB RO
1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 2
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan.
3. Pasien TB mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta menggunakan kuinolon &
obat injeksi lini kedua paling sedikit selama 1 bulan
4. Pasien gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah 2 bulan pengobatan
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps) dengan pengobatan OAT kategori 1 dan kategori 2
7. Pasien TB yang kembali pengobatan kategori 2 setelah lost to follow up (lalai berobat/default)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB RO, termasuk warga binaan
di lapas, hunian padat seperti asrama, barak, pesantren, pabrik.
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respon secara bakteriologis maupun klinis terhadap
pemberian OAT (bila penegakan diagnosis awal tidak menggunakan TCM TB)
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM : Resiko Rendah TB RO
Hasil Pemeriksaan TCM ke-1 Hasil Pemeriksaan TCM ke-2 Hasil Akhir Terapi pengobatan

Rif Res Rif Res Rif Res TB RO


Rif Sen Rif Sen TB SO
Indet MTB Pos TB SO
Negatif /Invalid MTB Pos TB SO
/no result/error
Invalid/no result Rif Res MTB Pos TB SO
/error
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indet MTB Pos TB SO
Invalid/no result Invalid/no result/error Keputusan pengobatan oleh TAK
/error
Indeterminate Rif Res MTB Pos TB SO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif MTB Pos TB SO
Indet MTB Pos TB SO
Invalid / no result /error MTB Pos TB SO
Perlu diperhatikan
• Faktor resiko tinggi (high) atau rendah (low) untuk kejadian TB RO berbeda dengan hasil
pemeriksaan yang keluar dari mesin TCM

Semikuantitatif

• Hasil pemeriksaan Very low/Low/Medium/High yang berasal dari TCM mengindikasikan


jumlah kandungan bakteri dalam sampel yang diperiksa (semikuantitatif)
• Pengulangan TCM didasarkan pada faktor resiko untuk kejadian TB RO bukan dari jumlah
kandungan bakteri dalam sampel yang diperiksa
Tatalaksana Pengobatan Pasien TBC
Pengobatan : SE Dirjen P2P No. 936/2021
1. Obat Anti TBC (OAT) Kategori 1 fase awal dan lanjutan dengan dosis harian.
2. OAT Kat 1 dosis harian akan mulai dipergunakan secara bertahap. Pada tahun 2021, prioritas
pemberian OAT ini adalah untuk:
1) Pasien TBC HIV
2) Kasus TBC yang diobati di Rumah Sakit
3) Kasus TBC dengan hasil MTB pos Rifampisin sensitif dan Rifampisin indeterminate dengan
riwayat pengobatan sebelumnya.
3. Pemberian OAT Kategori 2 tidak direkomendasikan untuk pengobatan Pasien TBC. Mulai tahun 2021
Program TBC tidak menyediakan OAT Kategori 2. Apabila stok OAT Kategori 2 masih tersedia di
instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan di fasilitas pelayanan Kesehatan, maka harus
dimanfaatkan sampai habis.
4. Pasien TBC MTB pos Rifampisin Sensitif yang berasal dari kriteria dengan riwayat pengobatan
sebelumnya (kambuh, gagal dan loss to follow up) diobati dengan OAT Kategori 1 dosis harian.
5. Sejak tahun 2019, Program TBC sudah menyediakan OAT dalam sediaan tablet dispersible untuk
pengobatan TBC RO anak dan TPT anak kontak dengan pasien TBC RO. Sediaan ini mudah
dikonsumsi oleh anak, namun pemanfaatannya masih terbatas. Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kab/Kota agar melakukan sosialisasi supaya OAT RO anak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Paduan OAT yang digunakan di
Indonesia

KATEGORI 1 • 2 (HRZE)/4 (HR)


• 𝟐(𝑯𝑹𝒁𝑬)/𝟒(𝑯𝑹)𝟑

KATEGORI ANAK • 2 (HRZ)/4 (HR)


• 2 HRZES/4-10 HR

PADUAN TB ● Group A: levofloxacin/moxifloxacin, bedaquiline , linezolid


● Group B: clofazimine, cycloserine/terizidone
RO ● Group C: ethambutol, delamanidiii, pyrazinamide, imipenem-
cilastatin, meropenem, amikacin (streptomycin),
ethionamide/prothionamide, P-Aminosalicylic Acid
Dosis Paduan OAT KDT kategori 1
2 (HRZE)/4 (HR)

Tahap Intensif Setiap hari RHZE Tahap Lanjutan Setiap hari


(150/75/400/275) RH(150/75)
Berat Badan
Selama 56 hari Selama 16 minggu

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet


Penggunaan KDT Dosis Harian

• Pengobatan TB dengan paduan OAT Lini Pertama diberikan dengan dosis


harian dengan mengacu pada dosis terapi yang telah direkomendasikan
• Tahap pengobatan TBC:
1. Tahap awal
2. Tahap lanjutan
• Bentuk Paket OAT:
1. OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT): kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam
satu tablet
2. OAT Kombipak: obat lepas yang yang dikemas dalam bentuk blister
Penggunaan OAT Dosis Harian
• Untuk fase Intensif (RHZE:150/75/400/275 mg), tablet diberikan selama 2
bulan. Tablet RHZE mengandung obat: rifampisin, isoniazid, pirazinamid,
dan etambutol.
• Untuk fase Lanjutan (RH: 150/75 mg), tablet diberikan selama 4 bulan.
Tablet RH mengandung obat: rifampisin dan isoniazid.
Rencana Implementasi Penggunaan
KDT Dosis Harian
• Implementasi penggunaan obat KDT Dosis harian dilakukan secara
bertahap
• Sumber penyediaan obat berasal dari BUMN (APBN) dan Global Drug
Facility (Global Fund)
Tahun Penggunaan KDT Dosis Penggunaan KDT
Harian Dosis Intermiten
2021 20 % 80 %
2022 50 % 50 %
2023 100 % 0%
Tatalaksana Pengobatan TBC dewasa Paduan
OAT KDT kategori 1
1. Pengobatan TBC Dewasa Memakai OAT lini pertama:
Kategori 1:
2(HRZE)/ 4(HR) diberikan pada pasien:
a. TBC paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
b. TBC paru baru terkonfirmasi klinis,
c. TBC ekstraparu
Tatalaksana Pengobatan TB Anak
TB Sensitif Obat
Paduan OAT dan lama pengobatan TB pada anak
Pemberian Kortikosteroid
• Kortikosteroid diberikan pada kondisi :
1. TBC meningitis
2. Sumbatan jalan napas akibat TBC kelenjar (endobronkhial TBC)
3. Perikarditis TBC
4. TBC milier dengan gangguan napas yang berat,
5. Efusi pleura TBC
6. TBC abdomen dengan asites.
CATATAN:
Obat yang sering digunakan adalah prednison dengan dosis 2 mg/kg/ hari, sampai 4 mg/kg/hari pada kasus
sakit berat, dengan dosis maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu. Tapering off dilakukan secara bertahap
setelah 2 minggu pemberian kecuali pada TB meningitis pemberian selama 4 minggu sebelum tapering off
.
EFEK SAMPING RINGAN OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, OAT ditelan malam sebelum tidur. Apabila keluhan tetap
mual, sakit perut ada, OAT ditelan dengan sedikit makanan. Apabila
H, R, Z keluhan semakin hebat disertai muntah, waspada efek
samping berat dan segera rujuk ke dokter.

Nyeri sendi Beri Aspirin, Parasetamol atau obat anti radang non-
Z
steroid.
Kesemutan/ Rasa terbakar Beri vtamin B6 (piridoxin) 50-75 mg per hari.
di telapak kaki atau tangan H

Warna kemerahan pada air Tidak membahayakan dan tidak perlu diberi obat
seni (urine) R penawar tapi perlu penjelasan kepada pasien.

Flu sindrom (demam, Pemberian R dirubah dari intermiten menjadi setiap hari.
R dosis
menggigil, lemas, sakit
intermiten
kepala, nyeri tulang)
KENALI EFEK SAMPING BERAT OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Bercak kemerahan kulit (rash) Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah.*
dengan atau tanpa rasa gatal H, R, Z, S

Gangguan pendengaran S dihentikan.


S
(tanpadiketemukan serumen)
Gangguan keseimbangan S S dihentikan.
Ikterus tanpa penyebab lain Semua OAT dihentikan sampai ikterus menghilang.
H, R, Z

Bingung, mual muntah (dicurigai Semua OAT dihentikan, segera lakukan pemeriksaan
terjadi gangguan fungsi hati apabila Semua jenis fungsi hati.
disertai ikterus) OAT

Gangguan penglihatan E E dihentikan.


Purpura, renjatan (syok), gagal R dihentikan.
R
ginjal akut
Penurunan produksi urine S S dihentikan.
PEMANTAUAN KEMAJUAN PENGOBATAN TB
KATEGORI BULAN PENGOBATAN
PENGOBATAN
1 2 3 4 5 6
Pasien baru (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------)
2(HRZE)/
4(HR)ӡ X (X) X X
apabila hasilnya apabila hasilnya apabila
BTA positif, BTA positif, hasilnya BTA
dinyatakan tidak dinyatakan positif,
konversi* gagal * dinyatakan
gagal*.

Keterangan :
(====) : Pengobatan tahap awal
(-------) : Pengobatan tahap lanjutan
X : Pemeriksaan dahak ulang pada minggu terakhir bulan pengobatan untuk memantau hasil pengobatan
( X ) : Pemeriksaan dahak ulang pada bulan ini dilakukan hanya apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal hasilnya BTA(+)
Paduan Pengobatan TB RO 2020
SE Dirjen P2P No. HK.01.02/III/9753/2020 dikeluarkan pada
tanggal 9 Juli 2020
1. Pengobatan pasien TB RO menggunakan paduan
pengobatan tanpa injeksi sesuai dengan rekomendasi WHO
tahun 2020, yang terdiri dari
- paduan pengobatan jangka pendek
- paduan pengobatan jangka panjang.
2. Paduan pengobatan seperti pada butir 1 di atas digunakan
untuk seluruh pasien TB RO, baik dewasa maupun anak.
3. Implementasi paduan pengobatan jangka pendek diberikan
untuk pasien yang baru memulai pengobatan.
4. Rencana penggunaan paduan BPaL dalam kerangka riset
operasional.
616.995
616.995
Ind

Indp
p
PENGOBATAN TB RO DI Indonesia 2009 - 2020

2009: 2015 2017: 2018: 2020:


Jangka 2019:
Pengobatan Jangka Pengunaan Pendek Penggunaan Paduan Jangka JANGKA
Panjang Injeksi Bedaquiline Delamanid Panjang ORAL PENDEK - oral
(Injeksi)
Pengelompokan Obat pada
Paduan Jangka Panjang (2019)

Paduan Jangka Pendek Tanpa Injeksi (2020)

DOSIS OBAT MENGIKUTI BERAT BADAN


Update Tatalaksana RO Indonesia 2020
● Pengobatan jangka pendek tanpa injeksi:
○ Kriteria penetapan pasien
○ Komposisi OAT (obat injeksi diganti Bdq)
○ Dosis OAT berdasarkan pengelompokan berat badan
○ Monitoring pengobatan (EKG, pemeriksaan sputum, tidak perlu audiometri)
● Pengobatan jangka panjang tanpa injeksi:
○ Pengelompokan obat TB RO: Grup A, B, C
○ Jumlah dan komposisi OAT
○ Durasi pengobatan
○ Monitoring pengobatan (audiometri, pemeriksaan albumin)
● Rencana paduan pengobatan BPaL dalam kerangka riset operasional di layanan TB
RO tertentu
● Penguatan transport specimen dan pengembangan interpretasi hasil LPA lini dua
● Penguatan penggunaan SITB: pencatatan pelaporan, permintaan OAT, aDSM, dsb
A. Paduan Jangka Pendek Tanpa Injeksi B. Paduan Jangka Panjang Tanpa Injeksi
Kriteria pasien TB RO yang diberikan paduan jangka panjang tanpa injeksi
Kriteria pasien TB RO yang bisa mendapatkan paduan ini ialah ialah:
sebagai berikut:
✓ Pasien TB RR/MDR dengan resistansi terhadap florokuinolon (TB
✓ Tidak resistan terhadap fluorokuinolon pre-XDR)
✓ Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR ✓ Pasien TB RR/MDR yang gagal pengobatan jangka pendek
✓ Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan sebelumnya
✓ Tidak ada resistansi atau dugaan tidak efektif terhadap OAT ✓ Pasien TB RO yang pernah mendapatkan OAT lini kedua selama  1
pada paduan jangka pendek (kecuali resistan INH dengan bulan
mutasi inhA atau katG). Pasien resistan INH dengan mutasi
pada inhA dan katG berdasarkan hasil pemeriksaan LPA lini ✓ Pasien TB RR/MDR yang terbukti atau diduga resistan terhadap
pertama* tidak bisa mendapatkan paduan jangka pendek. Bedaquiline, Clofazimine atau Linezolid
✓ Tidak sedang hamil atau menyusui ✓ Pasien TB MDR dengan hasil LPA terdapat mutasi pada inhA dan
✓ Bukan kasus TB paru berat: TB dengan kavitas, kerusakan katG
parenkim paru yang luas ✓ Pasien TB RR/MDR paru dengan lesi luas, kavitas bilateral
✓ Bukan kasus TB ekstraparu berat: TB meningitis, osteoarticular, ✓ Pasien TB RR/MDR ekstra paru berat atau dengan komplikasi (yang
efusi pericardial atau TB abdomen
harus diobati jangka panjang), seperti meningitis, osteoarticular, efusi
✓ Pasien TB RO dengan HIV (paru dan ekstraparu) pericardial, TB abdomen
✓ Anak usia lebih dari 6 tahun ✓ Pasien TB RO dengan kondisi klinis tertentu (misalnya alergi berat /
intoleran terhadap obat utama pada paduan jangka pendek)
✓ Ibu hamil, menyusui
Pemantauan Pengobatan TB RO dengan Pemantauan Pengobatan TB RO dengan
Paduan Jangka Pendek Paduan Jangka Panjang
Pemantauan Kemajuan Pengobatan

1. Pemantauan pengobatan pasien TBC SO menggunakan pemeriksaan


mikroskopis.

2. Pemantauan pengobatan pasien TBC RO menggunakan pemeriksaan


mikroskopis dan biakan.
Terapi Pencegahan TBC (TPT)
SASARAN PRIORITAS TPT
1. Orang dengan HIV/ AIDS (ODHIV)
2. Kontak serumah dg pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis
✓ Anak usia di bawah 5 tahun
✓ Anak usia 5-14 tahun
✓ Remaja dan dewasa (usia di atas 15 tahun)
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
✓ Pasien immunocompromais lainnya (keganasan, hemodialisis, mendapat kortikosteroid jangka panjang,
persiapan transplantasi organ, dll).
✓ Warga Binaan Pemasyarakatan, petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba
suntik.
Alur Diagnosis ILTB
dan TPT pada individu
berisiko
Regimen TPT yang Umum Digunakan
• Isoniazid (INH)
✓ Dosis 300 mg/hari selama 6 bulan ditambah B6 dosis 25 mg/hari

• Rifapentine + INH (3HP)


✓ 1 minggu sekali selama 12 minggu (12 dosis)
✓ Dosis INH 15 mg/kgBB (max 900 mg)
✓ Dosis Rifapentine BB > 50 kg (Max 900 mg)

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Tuberkulosis (2020)


Terapi Pencegahan TBC
Isoniazid selama 6 bulan → 6 H
Isoniazid selama 9 bulan → 9 H
Isoniazid dan Rifampentine (RPT) → 3 HP (INH 900 mg +
Rifampentine 900 mg) dosis disesuaikan, diberikan 1 x / minggu
selama 12 minggu
Isoniazid dan Rifampisin → 3 HR (hanya untuk anak) → 3-4 bulan
Rifampisin → R selama 3-4 bulan
Pilihan Paduan TPT

Juknis ILTB (2020)


16 OP Anggota KOPI TB Pusat :
1. IDI 9. PDKI
2. PDPI 10. PAMKI
3. PAPDI 11. PPNI
4. IDAI 12. PDSRI
5. PDUI 13. IAI
6. PERDOKI 14. PAFI
7. PDS PATKLIN 15. IBI
8. PATELKI 16. IAKMI
Peran dan Dukungan Organisasi Profesi / KOPI TB dalam
Eliminasi TBC 2030
1. Forum/wadah information sharing kepada setiap anggota profesi
2. Think tank untuk menggerakkan dan memicu berjalannya layanan TB standar
3. Praktisi ahli di tempat praktik yang merupakan bagian dari jejaring PPM dalam
pelayanan TB dan pelaporan kasus TBC (SITB/ WiFi TB)
4. Tenaga ahli, motivator, fasilitator, pelaksana pelayanan kesehatan dan mendorong
terbentuknya jejaring internal RS layanan TB yang sinergis.
5. Fasilitator untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan fasyankes melalui
pelatihan, pembinaan, supervisi dan mentoring
PUSKESMAS: PENEMUAN KASUS TB DI LAYANAN PRIMER
RUMAH SAKIT:
RUJUKAN
RUJUKAN TCM
JEJARING TCM
(SITRUST) TERDUGA TB
PUSKESMAS: GEJALA (+) PEMERIKSAAN
RUJUKAN TCM SPUTUM (+) SETAHUN SEKALI
PESERTA PROLANIS

* PUSKESMAS:
RUJUKAN TERDUGA TB
TW-1:
TERDIAGNOSIS FUNDUSKOPI
MIKROSKOPIS TB GEJALA (+)
DENGAN SPUTUM (-) RUMAH SAKIT: TW-2: EKG
KOMORBID RUJUKAN
(PROLANIS) BERKALA
GEJALA (-) SETIAP 3 BULAN TW-3: ABI
DENGAN
(PRB)
KOMORBID
SKRINING TW-4:
(PROLANIS
PESERTA JKN )
GEJALA TB
DI FKTP DADA
*
RONTGENT

TANPA
KOMORBID
*
TERDIAGNOSIS
TANPA TB
TERDIAGNOSIS
TB KOMORBID

GEJALA (+) GEJALA (-)


PUSKESMAS:
RUMAH SAKIT: TERDUGA TB
RUJUKAN
RUJUKAN TCM
JEJARING TCM
(SITRUST)
RUJUK
PUSKESMAS: SPESIMEN
RUJUKAN TCM SPUTUM UNTUK
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
*PUSKESMAS:
RUJUKAN
MIKROSKOPIS
CAPACITY BUILDING FOR CLINICS’ HEALTHCARE PERSONELS – VIRTUAL MEDICAL GROUP (VMG) HOSPITAL AND ITS NETWORK
DISTRICT BASED PUBLIC PRIVATE MIX
HOSPITAL:
PUSKESMAS: PERIODICALLY INTERNAL REFERRAL:
SPUTUM (+) MICROSCOPIC SPUTUM (-)
REFERRAL EVERY RONTGENT THORAX
*FOLLOW UP OF TB REFERRAL
* FOLLOW UP OF TB
3 MOS (PRB)
TREATMENT: 2nd, 5th TREATMENT: 2nd, 5th
MONTH & END OF MONTH & END OF
TREATMENT TREATMENT
VIRTUAL MEDICAL GROUP HOSPITAL AND ITS

TREATMENT & CONTACT INVESTIGATION


WITH
COMORBID DM
(PROLANIS) PROFESSIONAL
REWARD POINTS
SITB, Manual RECORDING AND
RECORDING AND PUSKESMAS: REPORTING:
LOGISTIC TB 1. PUSKESMAS
REPORTING: 1. PUSKESMAS 1. TREATMENT TB
NETWORK

2. BPJS (PROLANIS
1. SUSPECTED TB 2. BPJS (PROLANIS FIXED DOSE 2. CONTACT TB)
2. DIAGNOSED TB TB) COMBINATION INVESTIGATION
FOR CLINICS 3. FOLLOW-UP TB
PROFESSIONAL
p-care REWARD POINTS
WITHOUT
COMORBID
TREATMENT & CONTACT INVESTIGATION
NOTES:
FEEDBACK

* VIRTUAL MEDICAL GROUP (VMG) –


FKRTL DENGAN JEJARING FKTP
FOLLOW UP OF TB PUSKESMAS:
TREATMENT: 2nd, 5th
MONTH & END OF
MICROSCOPIC
REFERRAL ** MONEV PROLANIS DM & MONEV
TREATMENT PROLANIS TB WITH DPPM TEAM
AND TKMKB BPJS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai