Anda di halaman 1dari 50

MENCEGAH DAN

MEWASPADAI PENULARAN
TB DI TEMPAT KERJA
dr Alexander K GintingS,SpP(K) FCCP
Departemen Paru dan Kedokteran Respirasi
RSPAD Gatot Soebroto
PENANGGULANGAN TB DI INDONESIA
• Kasus TB di Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara
dengan jumlah penderita terbanyak di dunia setelah India
• Menurut Kemenkes Jumlah kasus TB di Indonesia lebih kurang 969
ribu per tahun , dan masih banyak penderita yang tidak terdeteksi
sehingga tidak mendapat kan terapi yang tepat
• Sehingga perlu upaya mendeteksi kasus lebih dini dengan cakupan
90% dari kasus TB dengan melakukan kolaborasi lintas sektor ,
lintas Lembaga dan lintas kementrian
• Masalah utama adalah akibat akses terbatas pada layanan
Kesehatan yang berkualitas di daerah terpencil, kepulauan,
tingkat kemiskinan , dan ketersediaan SDM
• Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis ( Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 No 166 )
• Peraturan Menteri Kesehatan No67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
• SE Dirjen Yankes No HK 02 02/III.1/936/2021 tentang
Perubahan Alur Diagnosis dan Pengobatan TB di Indonesia
• SE Dirjen Yankes No HK 02 02/1/2270/2022 tentang
Kewajiban Klinik dan Dokter Praktik Mandiri untuk Melakukan
Registrasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau Pelaopran
Penanganan Kasus TB melalui Sistem Informasi
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2022
tentang Penanggulangan Tb di Tempat Kerja
PENANGGULANGAN TB DI TEMPAT KERJA
• Mendukung program penanggulangan tuberkulosis nasional yaitu eliminasi
tuberkulosis pada tahun 2030 dan Indonesia bebas tuberkulosis tahun 2050 perlu
dilakukan upaya penanggulangan tuberkulosis di tempat kerja
• Untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit tuberkulosis di tempat
kerja yang merupakan bagian dari upaya keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
• Mendorong efektivitas penanggulangan tuberkulosis sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
• Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif
untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan
atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat Tb, dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tb.
PEKERJA DAN TEMPAT KERJA
• Bahwa Pekerja adalah asset utama bagi suatu
perusahaan atau penyedia kerja
• Semua orang memiliki risiko tertular untuk infeksi
tuberculosis terutama pada pekerja
• Sehingga para management dan penyedia kerja
harus ikut serta dalam penanggulangan tb di
tempat kerja
• Di mulai dari seleksi pekerja, hygiene sanitasi
tempat kerja , perumahan atau asrama tempat
tinggal pekerja
• Bekerja sama dengan Pusat Kesehatan Masyarakat
setempat
Pengusaha dan Pengurus ber
komitmen dalam rangka
penanggulangan TB di tempat kerja

KEBIJAKAN Menyusun Program Kerja


PENANGGULANGAN Penanggulangan TB di tempat Kerja
TB DI TEMPAT KERJA

Menghapus Stigma dan


diskriminasi pada Pekerja/Buruh
yang menderita Tuberkulosis
TB Di TEMPAT KERJA
• Kebijakan Penanggulangan TB di Tempat Kerja
• Komunikasi , Informasi , Sosialisasi , Edukasi TB di Tempat Kerja
termasuk PHBS, Etika Batuk, Gizi dan Kebugaran, Penyakit
Penyerta, Kwalitas Tempat Kerja
• Penemuan Kasus TB : Pemeriksaan Kesehatan , Kelompok Ber
risiko dan Kasus Kontak Erat
• Penanganan Kasus TB : Mendapat Pengobatan yang Lengkap,
Istirahat Sakit , Kepatuhan Minum Obat , Kemajuan Pengobatan
dan Hasil Pengobatan
• Pemulihan Kesehatan : Upaya Rehabilitasi, dan Kembali Bekerja
• Monitoring dan Evaluasi
TUBERKULOSIS
• Penyakit kronik menular yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis
• Bakteri M. Tb Sebagian besar menginfeksi parenkim
paru, menyebabkan TB paru.
• Bakteri M. Tb juga mampu mengifeksi organ tubuh
lain seperti pleura, kelenjar limfe, tulang dan
lainnya menyebabkan TB ekstra paru

3
PATOGENESIS TB
TB-EXTRA PARU(TBEP)
• Terapi adekuat dapat dimulai tanpa menunggu hasil
kultur bila gambaran klinis dan Histopatologi sesuai
dengan TB
• TBEP dan TB Paru diberikan paduan OAT yang sama
• Lama OAT sesuai organ yang terkena
• Tindakan Bedah di indikasikan pada TB ekstraparu
dengan komplikasi (spondilitis TB, empyema TB,
endometriosis TB, DLL)
• Kortikosteroid ➔ direkomendasikan pada Meningitis
TB dan Perikarditis TB

19
TB EKSTRA PARU(TBEP)
Alur Penegakan Diagnosis TBC Terduga TBC

SEDirjen P2PNo. 936 tahun 2021


Pemeriksa an TCM

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif resistan* MTB pos Rif sensitif** MTB Negatif
Indeterminate** invalid

Pemeriksa an ulang
Pemeriksaan paket
Pemeriksaan molekuler (LPA TCM***
standar uji kepekaan
lini dua / TCM XDR dll.) Pemeriksaan
fenotipik Pemeriksa an ulang
TCM dan sesuaikan radiologis / antibiotik
Pemeriksa an uji kepekaan pengobatan spektrum luas
INH pada pasien dengan berdasarkan hasil
riwayat pengobatan TCM
sebelumnya
Sensitif terhadap Resistan terhadap Abnormalitas
obat gol. obat gol. paru yang G am baran pa ru
flurokuinolon flurokuinolon mengarah TB/ tampa k norma l/
Resistan
INH Sensitif INH tidak ada perbaikan klinis
perbaikan klinis

Pengobatan
Pengobatan TBC Pengobatan TBC TBC Pengobatan
Lanjutkan
RO paduan RO paduan TBC SO dengan Bukan TBC
monoresistan OAT lini satu
jangka pendek individu INH OAT lini satu

**Inisiasi ***Pengulangan hanya 1 kali.


*Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari pengobatan dengan Hasil pengulanga n yang menjadi
kriteria terduga TBbaru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan. OAT lini satu acuan
Diagnosis
TB Anak :
Sistim
Skoring
JENIS PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI DALAM PROGRAM TBC

TCM Mikroskopis Line Probe Assay (LPA)


• Lini 2: gol
• Deteksi: MTB dan • Deteksi: bakteri Fluorokuinolon dan
resistansi Rif tahan asam obat injeksi lini dua
• 2 jam • Tidak bisa (individual drug)
pemeriksaan, TAT mem bedakan BTA • Lini 1: INH dan Rif
1 hari lingkungan/MOTT • 2 hari pemeriksaan, TAT
• TAT 1 hari 7 hari

Biakan Uji Kepekaan

• Menum buhkan kum an • Deteksi: resistansi terhadap OAT


dalam media cair (2-6 • Dalam bentuk paket SDP (INH high,
minggu) maupun Moxi high, Amk, PZA, Lzd, Cfz, Bdq, Lfx)
padat (2-8 minggu) • Dikerjakan dalam media padat (3-4
minggu) maupun cair (1-3 minggu)
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

Jenis Spesimen
• Dahak
Kualitas dahak yang baik : Purulent

➢ Volume 3-5 ml
➢ Mukopurulent Mucoid

• Non Dahak
➢ Jenis : LCS, Jaringan, Kelenjar limfe, Bilas lambung/aspirat lambung
➢ Cara Pengambilan: tergantung pada lokasi lesi
• Radiologis
• Membantu diagnosis, evaluasi perbaikan atau progresifitas, serta komplikasi.
• Proyeksi rutin PA, Proyeksi tambahan foto top lordotik, foto lateral
GAMBARAN TORAKS TB PARU
GAMBARAN CT SCAN TORAKS TB PARU
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis TB (Gejala klinis dan atau Radiologis)

Bakteriologis (salah satu):


1. Tes cepat molekuler (TCM)
2. Apusan sputum bakteri tahan asam (BTA)
3. Kultur M. Tb

Apabila hasil pemeriksaan bakteriologis negatif, maka penegakan


diagnosis TB dapat dilakukan berdasarkan data klinis dan
radiologis.
Tatalaksana Pengobatan Pasien TBC SO

Prinsip Pengobatan
• Paduan OAT mengandung minimal 4 macam obat
• Dosis yang tepat
• Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung PMO sampai
selesai pengobatan
• Diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam tahap awal
serta tahap lanjutan
PMK 67/2021; Pengobatan TB di Indonesia
berdasarkan SE 936/2021 P2P Kemenkes
• Perubahan besar dalam penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah
direkomendasikan oleh WHO tahun 2020 dalam buku WHO operational handbook on
tuberculosis – Module 3: rapid diagnostics for tuberculosis.

• Perubahan paradigma dalam penegakan diagnosis TBC yang harus dilakukan:


a. Lebih dini
b. Lebih akurat
c. Deteksi cepatuntuk mengetahui resistansi obat TBC.
d. Untuk semua jenis dan tipe penyakit
TBC
OAT LINI 1

OAT LINI PERTAMA


Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Jenis OAT Sifat Harian 3 x seminggu
5 10
Isoniasid (H) Bakterisid
(4-6) (8-12)
10 10
Rifampisin (R) Bakterisid
(8-12) (8-12)
25 35
Pirazinamid (Z) Bakterisid
(20-30) (30-40)
15
Streptomisin (S) Bakterisid -
(12-18)
15 30
Etambutol (E) Bakteriostatik (15-20) (20-35)
Dosis paduan OAT KDT Dewasa Kategori 1:
2(HRZE)/4(HR)

Tahap Awal Tahap Lanjutan Tahap Lanjutan


Berat Setiap hari
RHZE Intermittent
Badan
(150/75/400/275) RH (150/150) RH (150/75)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT


Jika tidak tersedia paduan dosis harian, dapat dipakai paduan 2RHZE/4R3H3
dengan syarat harus disertai pengawasan yang lebih ketat secara langsung
untuk setiap dosis obat (Rekomendasi B) 16
Pengobatan : SE Dirjen P2P No. 936/2021
1. Obat Anti TBC (OAT) Kategori 1 fase awal dan lanjutan dengan dosis harian, prioritas
pemberian OAT ini adalah untuk:
• Pasien TBC HIV
• Kasus TBC yang diobati di Rumah Sakit
• Kasus TBC dengan hasil MTB pos, Rifampisin sensitif dan Rifampisin indeterminate
dengan riwayat pengobatan sebelumnya.

2. Pemberian OAT Kategori 2 tidak direkomendasikan untuk pengobatan Pasien TBC.

3. Pasien TBC MTB pos Rifampisin Sensitif yang berasal dari kriteria dengan riwayat
pengobatan sebelumnya (kambuh, gagal dan loss to follow up) diobati dengan OAT Kategori
1 dosis harian.
KENALI EFEK SAMPING BERAT OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Bercak kemerahan kulit (rash) Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah.*
dengan atau tanpa rasa gatal H, R, Z, S

Gangguan pendengaran S dihentikan.


S
(tanpa diketemukan serumen)
Gangguan keseimbangan S S dihentikan.
Ikterus tanpa penyebab lain Semua OAT dihentikan sampai ikterus
H, R, Z
menghilang.
Bingung, mual muntah Semua OAT dihentikan, segera lakukan
(dicurigai terjadi gangguan Semua pemeriksaan fungsi hati.
fungsi hati apabila disertai jenis OAT
ikterus)
Gangguan penglihatan E E dihentikan.
Purpura, renjatan (syok), gagal R dihentikan.
R
ginjal akut
Penurunan produksi urine S S dihentikan.
PEMANTAUAN KEMAJUAN PENGOBATAN TB
KATEGORI BULAN PENGOBATAN
PENGOBATAN
1 2 3 4 5 6
Pasien baru
(====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------)
2(HRZE)/
4(HR)ӡ X (X) X X
apabila hasilnya apabila hasilnya apabila
BTA positif, BTA positif, hasilnya BTA
dinyatakan tidak dinyatakan positif,
konversi* gagal * dinyatakan
gagal*.

Keterangan :
(====) : Pengobatan tahap awal
(-------) : Pengobatan tahap lanjutan
X : Pemeriksaan dahak ulang pada minggu terakhir bulan pengobatan untuk memantau hasil pengobatan
( X ) : Pemeriksaan dahak ulang pada bulan ini dilakukan hanya apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal hasilnya
BTA(+)
PENGOBATAN TB RO DI Indonesia 2009 - 2020

2009: 2015 2017: 2018: 2020:


2019:
Pengunaan Jangka
Pengobatan Jangka Pendek Penggunaan Paduan Jangka JANGKA
Panjang Injeksi Bedaquiline Delamanid Panjang ORAL PENDEK - oral
(Injeksi)

Berdasarkan juknis
tatalaksana TB RO terbaru
Sept 2020, PADUAN
JANGKA PENDEK DAN
JANGKA PANJANG
semuanya menggunakan
OBAT ORAL
Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP-INH)

• INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/kgBB (7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
• Setiap bulan (saat pengambilan obat Isoniazid) dilakukan pemantauan terhadap
adanya gejala TB.
➢ Jika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke 3, ke 4, ke 5 atau ke 6, maka harus segera dievaluasi terhadap sakit TB
➢ jika terbukti sakit TB, pengobatan harus segera ditukar ke regimen terapi TB anak dimulai dari awal
• Jika PP-INH selesai diberikan (tidak ada gejala TB selama 6 bulan pemberian), maka
pemberian INH dapat dihentikan.
• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu diberikan BCG
setelah PP- INH selesai diberikan.
EFEKSAMPING RINGAN OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, OAT ditelan malam sebelum tidur. Apabila
mual, sakit perut keluhan tetap ada, OAT ditelan dengan sedikit
H, R, Z makanan. Apabila keluhan semakin hebat disertai
muntah, waspada efek samping berat dan segera
rujuk ke dokter.
Nyeri sendi Beri Aspirin, Parasetamol atau obat anti radang
Z
non-steroid.
Kesemutan/Rasa Beri vtamin B6 (piridoxin) 50-75 mg per hari.
terbakar di telapak kaki H
atau tangan
Warna kemerahan pada Tidak membahayakan dan tidak perlu diberi obat
air seni (urine) R penawar tapi perlu penjelasan kepada pasien.

Flu sindrom (demam, Pemberian R dirubah dari intermiten menjadi


R dosis
menggigil, lemas, sakit setiap hari.
intermiten
kepala, nyeri tulang)
Kriteria Pemberian Paduan Individual
Pasien TB RO yang tidak memenuhi kriteria untuk pengobatan dengan paduan jangka
pendek akan mendapatkan paduan individual

1) TB Pre-XDR 2) TB XDR 3) TB MDR Kambuh

5) TB MDR yang
6) Pasien LFU dari
4) Gagal Pengobatan intoleransi salah
Pengobatan yang
Jangka Pendek satu/lebih OAT Lini 2
kembali berobat (lama
pada Paduan Jangka
Pengobatan >1 bulan)
Pendek
Terapi Pencegahan
TBC (TPT)
SASARAN PRIORITAS TPT
1. Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV)
2. Kontak serumah dg pasien TBC paru terkonfirmasi
bakteriologis
✓ Anak usia di bawah 5 tahun
✓ Anak usia 5-14 tahun
✓ Remaja dan dewasa (usia di atas 15 tahun)

3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif


✓ Pasien immunocompromais lainnya (keganasan, hemodialisis, mendapat kortikosteroid
jangka panjang, persiapan transplantasi organ, dll).
✓ Warga Binaan Pemasyarakatan, petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer,
pengguna narkoba suntik.
Alur Diagnosis
ILTB dan TPT
pada individu
berisiko
Regimen TPT yang Umum Digunakan
• Isoniazid (INH) • Pedoman Nasional Pelayanan
• Dosis 300 mg/hari selama 6 bulan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana
ditambah B6 dosis 25 mg/hari Tuberkulosis (2020)
• Rifapentine + INH (3HP)
• 1 minggu sekali selama 12 minggu
(12 dosis)
• Dosis INH 15 mg/kgBB (max 900
mg)
• Dosis Rifapentine BB > 50 kg (Max
900 mg)
DIAGNOSIS TB DITEMPAT KERJA :
TUJUH LANGKAH DIAGNOSIS PAK

• 1. Menentukan diagnosis klinis


• 2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam
pekerjaan
• 3. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan
penyakit
• 4. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar.
• 5. Menentukan apakah ada faktor-faktor individu yang berperan.
• 6. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
• 7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja atau diperberat
karena pekerjaan
Temukan pasien secepat nya yang bergejala atau berpotensi
menularkan tuberculosis

Laksanakan pre employment examination , periodic health examination,


kunjungan ke pelayanan Kesehatan kerja , pelacakan kontak

Diagnosis Tb di tempat kerja


PENGENDALIAN
TB DI TEMPAT Pengobatan Pasien Tb di tempat kerja

KERJA Pengendalian Tb di tempat kerja

Penentuan status bisa kerja

Program kembali kerja


TATALAKSANA DAN PENGENDALIAN TB DI
TEMPAT KERJA
Strategi pengendalian dengan pendekatan Tempo :

Temukan pasien secepatnya.

Pisahkan secara aman .

Obati secara tepat, yang disertai dengan pemeriksaan hubungan pekerjaan dan
kelaiakan kerja
TEMUKAN PASIEN SECEPATNYA

Pemeriksaan kesehatan awal/sebelum bekerja (pre employment


examination).

Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic examination)

Kunjungan ke pelayanan kesehatan kerja (klinik/RS) perusahaan

Pelacakan kontak erat


Arahkan pasien yang batuk ke tempat khusus
dengan area ventilasi yang baik, yang
terpisah dari rekan kerja lainnya serta
diberikan masker.

PISAHKAN Bila di dalam fasilitas kesehatan tempat kerja


SECARA banyak pasien, maka untuk alasan kesehatan
masyarakat, pasien yang batuk harus
AMAN didahulukan dalam antrian (prioritas).

Perlu diberikan penjelasan dan pendidikan


pada pasien lainnya mengenai etiket batuk
saat di ruang tunggu.
Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT
yang tepat mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi.

Diberikan dalam dosis yang tepat.

PENGOBATAN TB Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung


oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai
PADA PEKERJA selesai pengobatan.

Di tempat kerja PMO dapat dilakukan oleh TIM


DOTS atau sesama pekerja yang terlatih.

Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang


cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap
lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Manajerial

PENGENDALIAN Administratif
TB DI TEMPAT
KERJA Lingkungan tempat kerja

Alat Pelindung Diri


Suatu asesmen medis untuk menentukan apakah seseorang dapat melakukan
pekerjaannya secara efektif, tanpa membahayakan dirinya sendiri atau
lingkungannya.

Pekerja dengan TB, selama tidak memperberat gejala klinis, tidak mengganggu
proses pengobatan dan hasil pemeriksaan sputum BTA (negatif) à maka dapat

STATUS LAIK melakukan pekerjaan sama seperti sebelum menderita TB.

KERJA Penilaian status kelaikan kerja untuk pekerja dengan TB yaitu calon pekerja/
pekerja dinyatakan: masalah kesehatannya.

( FIT TO WORK ) Perlu diberi penjelasan waktu berapa lama diperkirakan belum dapat bekerja
dan kapan perlu dilakukan penilaian laik kerja ulang.

Pada pekerja dengan TB pada pengobatan awal dan hasil pemeriksaan sputum
BTA (positif)
Tidak Laik Kerja untuk pekerjaan tertentu:

Bila kondisi kesehatannya tidak kemungkinkan calon pekerja/pekerja


melakukan tugas tertentu dalam pekerjaannya secara efektif.

Perlu diberi penjelasan tambahan jenis pekerjaan yang masih bisa dilakukan
oleh calon pekerja/pekerja .

Tidak Laik Kerja untuk semua pekerjaan: Bila kondisi kesehatannya tidak
memungkinkan calon pekerja/pekerja melakukan semua pekerjaan
Pekerja dengan TB aktif sangat menular, hal ini ditandai
dengan ditemukannya hasil pemeriksaan BTA sputum
(+).

Pekerja dengan TB aktif disarankan untuk diberikan cuti


selama 2 (dua) minggu pada tahap awal pengobatan
RETURN TO sampai klinis yang lebih baik dan pekerja tidak lagi
menular.
WORK: PEKERJA
Umumnya pasien tidak lagi menular setelah sekitar dua
DENGAN TB minggu pengobatan, namun demikian perlu dilakukan
pemeriksaan BTA sputum kembali untuk memastikan
risiko penularan di tempat kerja.

Pekerja dengan TB harus mendapat pengobatan dengan


optimal sehingga pekerja dengan pemeriksaan BTA
sputum (negatif) dapat bekerja secara normal karena
mereka bukan ancaman bagi pekerja lain.
Pekerja dengan TB MDR tidak diperbolehkan untuk kembali bekerja, sampai mereka telah melakukan
pemeriksaan konversi kultur sputum atau dikonfirmasi tidak memiliki TB yang resisten.

Cuti sakit harus diberikan pada pekerja dengan TB MDR untuk waktu yang lebih lama karena
memerlukan rawat inap selama beberapa bulan.

Pekerja dengan TB diusahakan segera mungkin aktif kembali bekerja,

Gejala ikutan dan atau squele ikutan pengobatan memerlukan kajian kelaikan kerja yang disesuaikan
dengan penyakitnya,

Selanjutnya bila memerlukan tatalaksana kembali kerja (return to work) dirujuk ke Spesialis Okupasi
(SpOk).
PERSIAPAN FASKES DENGAN LAYANAN TB BERMUTU
SPO PENJARINGAN SUSPEK • SPO PENCATATAN PELAPORAN
PASIEN TB SITB
SPO PELAYANAN TB RAWAT JALAN • SPO RUJUK PASIEN TB
SPO PELAYANAN TB RAWAT INAP • SPO JEJARING INTERNAL
SPO MEMPERSIAPKAN RUMAH • SPO JEJARING EKSTERNAL
SPUTUM • SPO FOLLOW UP PASIEN TB
SPO PENAMPUNGAN BAHAN • SPO TELUSUR PAISEN TB YANG
SPUTUM PUTUS PENGOBATAN
SPO PERENCANAAN OAT
SPO PENGOBATAN TB
MONEV KEGIATAN LAYANAN
TB BERMUTU
• PPK KEPATUHAN PPK TB DEWASA DAN ANAK
• PEMBENTUKAN TEAM PETUGAS TB
• KEGIATAN PELAKSANAAN TB DALAM SETAHUN
• PROGRAM KERJA TB TAHUN BERIKUTNYA
• PENILAIAN KEPATUHAN PPK TB DEWASA DAN
ANAK
Ayo Kita Sama-Sama
Membasmi Infeksi TB Demi
Indonesia Bebas TB 2030

Anda mungkin juga menyukai