Anda di halaman 1dari 36

TATALAKSANA

TB-HIV

Erfin Muhapril, Sp.P


RSUD SERANG
Alur penegakan Diagnosis TBC
Terduga TBC

SE Dirjen P2P No. 936 tahun 2021


Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif MTB pos Rif sensitif** MTB Negatif
Indeterminate** invalid
resistan*

Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan molekuler (LPA Pemeriksaan paket standar TCM***
lini dua / TCM XDR dll.) uji kepekaan fenotipik Pemeriksaan
Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan radiologis / antibiotik
pengobatan spektrum luas
Pemeriksaan uji kepekaan
INH pada pasien dengan berdasarkan hasil
riwayat pengobatan TCM
sebelumnya
Sensitif terhadap Resistan terhadap Abnormalitas
obat gol. obat gol. paru yang Gambaran paru
flurokuinolon flurokuinolon mengarah TB / tampak normal/
Resistan INH Sensitif INH tidak ada perbaikan klinis
perbaikan klinis

Pengobatan
Pengobatan TBC RO Pengobatan TBC
Pengobatan TBC RO TBC Lanjutkan OAT
paduan jangka SO dengan OAT lini Bukan TBC
paduan individu monoresistan lini satu
pendek satu
INH

**Inisiasi pengobatan *** Pengulangan hanya 1 kali.


* Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari Hasil pengulangan yang menjadi
dengan OAT lini satu
kriteria terduga TB baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan. acuan
Pembagian TB Berdasarkan Riwayat Pengobatan

Kasus baru
Belum pernah atau riwayat OAT < 28 dosis (1bulan)

Kasus dengan riwayat pengobatan


Pernah mendapatkan OAT 1 bulan atau 28 dosis
(kambuh, gagal, putus obat atau tak diketahui)
Kasus dengan riwayat pengobatan tidak diketahui
Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Uji Kepekaan

• Monoresisten
Resisten pada 1 OAT lini pertama
• Poliresisten
Resisten pada > 1 OAT linipertama selain isoniazid dan rifampisin
• Multidrug resistant (TB MDR)
Minimal resistenterhadap isoniazid dan rifampisin bersamaan
• Extensive drug resistant (TB XDR)
TB MDR + salah satu kuinolon + salah satu lini kedua injeksi (kanamisin,
capreomycin,amikacin)
• Rifampicin resistant (TB RR)
Terbukti resisten rifampisin dengan atau tanpa OATlain.
Menyembuhkan dan meningkatkan kualitas hidup
pasien

Mencegah terjadinya perburukan gejala dan kematian


karena T B

Tujuan Mencegah kekambuhan


Pengobatan TB

Menurunkan penularan

mencegah terjadinya dan penularan T B resisten obat


Prinsip Pengobatan TB Sensitif Obat

● memberikan rejimen pengobatan yang tepat


● memantau kepatuhan pasien terhadap pengobatan
● mengatasi faktor2 yg mungkin menyebabkan berhenti minum obat
● Pasien yg belum pernah diobati sebelumnya dan tidak ada faktor risiko
resistensi obat harus menerima rejimen pengobatan lini pertama
● Terdapat 2 fase yaitu fase inisial dan fase lanjutan:
• 2 bulan pertama RHZE (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etamabutol)
• 4 bulan selanjutnya RH ( isoniazid dan rifampisin)
● Dosis OAT mengikuti rekomendasi WHO
● Monitoring dan evaluasi
PADUAN OAT TB SO

● Kategori 1 → 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)

● Kategori 2 → 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau


2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E

● Kategori Anak → 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR


Perubahan SE Dirjen P2P No. 936 tahun 2021 adalah sebagai berikut:

1. Obat Anti TB (OAT) Kategori 1 fase awal dan lanjutan dengan dosis harian.
OAT Kat 1 dosis harian akan mulai dipergunakan secara bertahap mulai tahun 2021, prioritas pemberian OAT ini
adalah untuk:
1) Pasien TB HIV
2) Kasus TB yang diobati di Rumah Sakit
3) Kasus TB dengan hasil MTB pos Rifampisin sensitif dan Rifampisin indeterminate dengan riwayat
pengobatan sebelumnya.
2. Pemberian OAT Kategori 2 tidak direkomendasikan untuk pengobatan TB SO
Mulai tahun 2021 Program TB tidak menyediakan OAT Kategori 2.
Akan tetapi bila stok OAT Kategori 2 masih tersedia di instalasi farmasi provinsi,
kabupaten/kota dan di fasilitas pelayanan Kesehatan, maka harus dimanfaatkan sampai habis.
Hasil Definisi
Pengobatan

Sembuh TB Paru hasil pemeriksaan bakteriologis awal (+), akhir


pengobatan dan pada salah satu sebelumnya (-)

Pengobatan TB pengobatan lengkap selesai, salah satu pemeriksaan


Lengkap sebelum akhir pengobatan (-) tanpa bukti hasil uji
bakteriologis di akhir pengobatan
Hasil
Gagal Uji dahak (+) atau kembali (+) bulan ke 5
pengobatan/lebih selama masa berobat; atau hasil lab
Pengobatan
Meninggal
kapan saja selama berobat hasil resistensi OAT(+)

TB meninggal oleh sebab apapun sebelum mulai


Pasien TB
atau sedang masa berobat

Putus obat TB tidak berobat atau berobat namun putus


(lost of follow up) terus menerus selama minimal 2 bulan

Tidak dievaluasi TB tidak diketahui hasil akhir berobat. Termasuk pasien


transfer ke kab/kota lain sedangkan hasil berobat ada
ditempat sebelumnya
JENIS OBAT ANTI TUBERKULOSIS
LINI LINI KEDUA
PERTAMA ● Grup A (Golongan kluorokuinolon)
● Isoniazid
● Rifampisin ○ levofloxasin
● Pirazinamid ○ Moksifloksasin
● Etambutol ○ Gatifloksasin
● Streptomisin
● Grup B (OAT suntik lini
kedua)
○ Kanamisin
○ Amikasin
○ Kapreomisin
○ Streptomisin
JENIS OBAT ANTI TUBERKULOSIS

LINI KEDUA

● Grup C (OAT oral lini kedua) ○ D2 (OAT


○ Etionamid/Protionamid baru)
■ Bedaquiline
○ Sikloserin/Terizidon ■ Delamanid
○ Clofazimin ■ Protionamid
○ Linezolid
○ D3 (OAT
● Grup D tambahan)
■ Asam para
○ D1 (OAT linipertama) aminosalisilat
■ Pirazinamid ■ Imipenem-silastatin
■ Etambutol ■ Meropenem
■ Isoniazid dosis ■ Amoksilin-clavulanat
tinggi ■ Thioasetazon
Pengobatan TB RO di Indonesia

Sejak Agustus 2020, paduan pengobatan TB RO di Indonesia tidak lagi


menggunakan obat injeksi (all-oral regimen), kecuali untuk kasus tertentu dapat
diberikan Amikasin atau Streptomisin.

Berdasarkan durasinya, paduan pengobatan TB RO dibagi menjadi:


 Paduan jangka pendek (9-11 bulan)
 Paduan jangka panjang (18-24 bulan)

Untuk anak dengan TB RO (<18 tahun), mengikuti panduan yang susah disusun
oleh Pokja TB RO Anak)
Paduan Pengobatan TB RO
Jangka Pendek

Tahap awal: Tahap lanjutan:


7 macam obat 4 macam obat

4-6 BDQ (6 bulan) – Lfx – Cfz – Hdt – Z – E – Eto / 5 Lfx – Cfz – Z – E


Kriteria Pasien TB RO untuk Paduan Jangka Pendek

1. Tidak resistan terhadap fluorokuinolon


2. Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
3. Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
4. Tidak ada resistansi atau dugaan tidak efektif atau intoleran thd OAT pada paduan
jangka pendek (resistan INH dengan mutasi inhA atau katG boleh mendapatkan
paduan jangka pendek)
5. Tidak sedang hamil atau menyusui
6. Bukan kasus TB paru berat
7. Bukan kasus TB ekstraparu berat
8. Pasien TB RO (paru ataupun ekstraparu) dengan HIV
9. Anak usia > 6 tahun
Prinsip Pengobatan TB RO Jangka Pendek

Hasil LPA ditunggu maks 7 hari. Bila Konversi BTA ≤4 bulan


Durasi tahap
awal = 4 bulan
Durasi tahap
Pengobatan lanjutan = 5 bulan
s.d 7 hari tidak tersedia, pemilihan jangka pendek
paduan pengobatan didasarkan pada Belum konversi Teruskan tahap awal
pada bulan ke-4 sampai bulan ke-5 atau 6
anamnesis dan riwayat pengobatan
TB/TB RO sebelumnya.
Tidak terjadi konversi Terjadi konversi BTA pada
s/d bulan ke-6 bulan ke-5 atau ke-6

Pasien dengan BTA/biakan awal


Pasien dinyatakan gagal Lanjutkan pengobatan
negatif, tahap awal 4 bulan. pengobatan jangka pendek ke tahap lanjutan
selama 5 bulan

Pasien dirujuk untuk


Bdq tetap diberikan 6 bulan tanpa mendapatkan paduan
memperhatikan durasi tahap awal. pengobatan jangka panjang
Kelompok berat badan ( 15 tahun)
Dosis Obat
Nama Obat Kemasan
Harian 30–35 kg 36–45 kg 46–55 kg 56–70 kg >70 kg

4 tablet pada 2 minggu pertama, 2 tablet


Bedaquiline* - 100 mg tab
Senin/Rabu/Jumat selama 22 minggu berikutnya

250 mg tab 3 3 4 4 4
Levofloksasin -
500 mg tab 1,5 1,5 2 2 2

Dosis OAT Moksifloksasin


Dosis standar 400 mg tab 1 1 1,5 1,5 1,5
1 atau 1,5 atau
pada Dosis tinggi 400 mg tab
1,5
1,5
2
2 2

Paduan STR
50 mg cap 2 2 2 2 2
Clofazimine -
100 mg cap 1 1 1 1 1

Ethambutol 15–25 mg/kg 400 mg tab 2 2 3 3 3

400 mg tab 3 4 4 4 5
Pirazinamide 20–30 mg/kg
500 mg tab 2 3 3 3 4

Ethionamid 15–20 mg/kg 250 mg tab 2 2 3 3 4

10–15 mg/kg
INH 300 mg tab 1,5 1,5 2 2 2
(dosis tinggi)
Akhir Setiap 6 bulan
Jenis Pemeriksaan Awal Setiap Bulan
Pengobatan pasca pengobatanh

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan fisik V V V V
Konseling dan evaluasi kondisi
V V V V
psikososial

Berat badan (IMT) V V V V


Skrining neuropati perifer V V V

Skrining fungsi penglihatan a V V V

Pemeriksaan awal dan


Skrining psikiatri b V

Pemantauan efek samping obat V V

monitoring
Konsultasi hasil pengobatan V V
Pemeriksaan Mikrobiologi

pengobatan TB RO
BTA sputum c V V V V

Biakan sputum c V V V V

jangka pendek LPA lini kedua

Uji kepekaan obat fenotipik


V

V
Diulang bila BTA/kultur positif pada bulan ke-4f

Diulang bila BTA/kultur positif pada bulan ke-4f


Pemeriksaan Laboratorium, Radiologi dan EKG
Rontgen dada d V V V

EKG e V V V

Darah perifer lengkap (DPL) V V V


Fungsi hati:
V V V
SGOT, SGPT, Bilirubin total
Elektrolit: Na, K, Ca, Mg V V
Fungsi ginjal:
V V
Ureum, kreatinin serum
Pemeriksaan asam urat V V

Gula darah puasa dan 2 jam PPg V

TSH/TSHsg V

Tes kehamilang V

Tes HIVg V
Akhir Setiap 6 bulan
Jenis Pemeriksaan Awal Setiap Bulan
Pengobatan pasca pengobatanh

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan fisik V V V V

Konseling dan evaluasi kondisi


V V V V
psikososial

Berat badan (IMT) V V V V

Skrining neuropati perifer V V V

Skrining fungsi penglihatan a V V V

Pemeriksaan awal dan Skrining psikiatri b V

Pemantauan efek samping obat V V

monitoring pengobatan Konsultasi hasil pengobatan

c
V

Pemeriksaan Mikrobiologi
V

TB RO jangka pendek
BTA sputum V V V V

Biakan sputum c V V V V

LPA lini kedua V Diulang bila BTA/kultur positif pada bulan ke-4f

Uji kepekaan obat fenotipik V Diulang bila BTA/kultur positif pada bulan ke-4f
Pemeriksaan Laboratorium, Radiologi dan EKG
Rontgen dada d V V V

EKG e V V V

Darah perifer lengkap (DPL) V V V


Fungsi hati:
V V V
SGOT, SGPT, Bilirubin total
Elektrolit: Na, K, Ca, Mg V V
Fungsi ginjal:
V V
Ureum, kreatinin serum
Pemeriksaan asam urat V V

Gula darah puasa dan 2 jam PPg V

TSH/TSHsg V

Tes kehamilang V

Tes HIVg V
Paduan Pengobatan TB RO Jangka Panjang
Kriteria Pasien:
1. Pasien TB RR/ MDR dengan resistansi 7. Pasien TB RR/MDR paru dengan lesi
terhadap florokuinolon (TB pre-XDR) luas, kavitas di kedua lapang paru
2. Pasien TB XDR 8. Pasien TB RR/MDR ekstra paru berat
3. Pasien gagal pengobatan jangka pendek atau dengan komplikasi, seperti TB
sebelumnya meningitis, TB tulang, TB spondilitis,
4. Pasien TB RO yang pernah mendapatkan TB milier, TB perikarditis, TB abdomen
OAT lini kedua  1 bulan 9. Pasien TB RO dengan kondisi klinis
5. Pasien TB RR/ MDR yang terbukti atau tertentu, misalnya alergi berat /
diduga resistan terhadap Bedaquiline,
intoleran terhadap OAT pada paduan
Clofazimine atau Linezolid
jangka pendek
6. Pasien TB MDR dengan hasil LPA terdapat
10. Ibu hamil, menyusui
mutasi pada inhA dan katG
Kelompok Obat Nama Obat

Levofloxacin (Lfx) atau Moxifloxacin (Mfx)


Grup A
Pilih semua (tiga) obat Bedaquiline (Bdq)

Komposisi
Linezolid (Lzd)

Grup B Clofazimine (Cfz)


Paduan TB RO Pilih semua (dua) obat Sikloserin (Cs)

Jangka Panjang Grup C


Etambutol (E)

Apabila jumlah obat dari grup A +B Delamanid (Dlm)


belum mencukupi 5 jenis obat, maka Pirazinamid (Z)
tambahkan 1 atau lebih obat dari grup C
untuk melengkapi paduan pengobatan Amikasin (Am) atau Streptomisin (S)
Etionamid (Eto) atau Protionamid (Pto)
P-asam aminosalisilat (PAS)

Contoh paduan: 6 Bdq – Lfx atau Mfx – Lzd – Cfz – Cs / 14 Lfx atau Mfx– Lzd – Cfz – Cs
Kelompok berat badan ( 15 tahun)
Grup Nama Obat Dosis Obat Harian Kemasan
30–35 kg 36–45 kg 46–55 kg 56–70 kg >70 kg
Levofloksasin - 250 mg tab 3 3 4 4 4
    500 mg tab 1,5 1,5 2 2 2
Dosis standar 400 mg tab 1 1 1,5 1,5 1,5
A Moksifloksasin
Dosis tinggi 400 mg tab 1 atau 1,5 1,5 1,5 atau 2 2 2
4 tablet pada 2 minggu pertama, 2 tablet Senin/Rabu/Jumat
Bedaquiline - 100 mg tab
selama 22 minggu berikutnya
Linezolid - 600 mg tab (<15 th) (<15 th) 1 1 1
50 mg cap 2 2 2 2 2
Clofazimine -
B 100 mg cap 1 1 1 1 1
Sikloserin 10–15 mg/kg 250 mg cap 2 2 3 3 3
Ethambutol 15–25 mg/kg 400 mg tab 2 2 3 3 3
Delamanid - 50 mg tab 2 x 2 tab per hari
400 mg tab 3 4 4 4 5
Pirazinamide 20–30 mg/kg
500 mg tab 2 3 3 3 4
500 mg/2 ml
C Amikasin 15–20 mg/kg 2,5 ml 3 ml 3–4 ml 4 ml 4 ml
(ampul)
Streptomisin 12–18 mg/kg 1 g serbuk (vial) Dihitung sesuai dengan zat pelarut yang digunakan
Ethionamid 15–20 mg/kg 250 mg tab 2 2 3 3 4
8–12 g/hari dalam 2–3 PAS Sodium salt
PAS 1 bd 1 bd 1 bd 1 bd 1–1,5 bd
dosis terbagi (4g) sachet
4–6 mg/kg dosis
300 mg tab 2/3 1 1 1 1
standar
Obat lain INH
10–15 mg/kg dosis
300 mg tab 1,5 1,5 2 2 2
tinggi
Durasi Pengobatan

Waktu konversi biakan Perhitungan durasi Durasi total pengobatan TB


(Bulan ke-) pengobatan RO jangka panjang

1 N/A 18 bulan
2 2 + 16 bulan 18 bulan
3–7 n + 16 bulan 19 – 23 bulan
8 8 + 16 bulan 24 bulan

Bila pasien tidak konversi (biakan) pada bulan ke-8  “Gagal pengobatan”.
Pasien harus didaftarkan ulang dan memulai pengobatan jangka panjang dari awal
dengan komposisi obat sesuai dengan hasil uji kepekaan terbaru.
Akhir Pasca
Je nis Pe me riksaan Awal Se tiap Bulan
Pe ngobatan Pe ngobatang

Pe me riksaan Klinis
Pemeriksaan fisik V V V V
Konseling dan evaluasi
V V V V
kondisi psikososial
Berat badan (IMT) V V V V
Skrining neuropati perifer V V V
Skrining fungsi penglihatan a V V V
Skrining psikiatri V
Pemantauan efek samping
V V
Pemeriksaan awal obat
Konsultasi hasil pengobatan V V
Pe me riksaan Bakte riologis
dan monitoring BTA sputum
Kultur sputum
b V
V
V
V
V
V
V
V

pengobatan TB RO LPA lini kedua


Uji kepekaan fenotipik
V
V
Diulang bila BTA/kultur bulan ke-6h positif
Diulang bila BTA/kultur bulan ke-6h positif

jangka panjang Rontgen dada c


Pe me riksaan Laboratorium, Radiologi dan EKG
V V V
EKG d V V V
Darah perifer lengkap (DPL) e V V V
Audiometri f V
Fungsi hati:
V V V
SGOT, SGPT, Bilirubin total
Elektrolit: Na, K, Ca, Mg V V
Ureum, kreatinin serum V V
Albumin i V V
Asam urat V V
Gula darah puasa dan 2 jam
V
PP
TSH/TSHs V
Tes kehamilan V
Tes HIV V
Akhir Pas ca
Je nis Pe me riks aan Aw al Se t iap Bulan
Pe ngo bat an Pe ngo batang

Pe me riks aan Klinis


Pem erik saan fis ik V V V V
Konseling dan ev aluas i
V V V V
kondis i ps ikos osial
Be rat badan (IMT ) V V V V
Skrining neuropati perifer V V V
Skrining fung si penglihatan a V V V
Skrining ps ikiat ri V
Pem antauan efek samping
V V
obat
Konsultas i hasil pengobatan V V
Pe me riksaan Bakte rio lo gis
BTA sput um b V V V V
Kultur sputum V V V V
LPA lini kedua V D iulang bila BTA /kult ur bulan ke-6h positif
Uj i kepekaan feno tipik V D iulang bila BTA /kult ur bulan ke-6h positif
Pe me riks aan Labo rat o rium, Radio lo gi dan EKG
Ront gen dada c V V V
EKG d V V V
e
Darah perifer lengk ap ( DPL) V V V
Audiome tri f V
Fungsi hati:
V V V
SGOT, SGPT, Bilirubin t otal
Elektrolit: Na, K, C a, Mg V V
Ur eum, kreatinin serum V V
i
Album in V V
As am urat V V
Gula darah puasa dan 2 jam
V
PP
TSH /TSHs V
Tes kehamilan V
Tes H IV V

Akhir Pasca
Je nis Pe me riksaan Awal Se tiap Bulan
Pe ngobatan Pe ngobatang

Pe me riksaan Klinis
Pemeriksaan fisik V V V V
Konseling dan evaluasi
V V V V
kondisi psikososial
Berat badan (IMT) V V V V
Skrining neuropati perifer V V V
Skrining fungsi penglihatan a V V V

Pemeriksaan awal Skrining psikiatri


Pemantauan efek samping
obat
V

V V

dan monitoring Konsultasi hasil pengobatan

BTA sputum b V
V
Pe me riksaan Bakte riologis
V
V

V V

pengobatan TB RO Kultur sputum


LPA lini kedua
V
V
V V
Diulang bila BTA/kultur bulan ke-6h positif
V

jangka panjang Uji kepekaan fenotipik


Pe me riksaan L
V Diulang bila BTA/kultur bulan ke-6h positif
aboratorium, Radiologi dan EKG
Rontgen dada c V V V
EKG d V V V
Darah perifer lengkap (DPL) e V V V
Audiometri f V
Fungsi hati:
V V V
SGOT, SGPT, Bilirubin total
Elektrolit: Na, K, Ca, Mg V V
Ureum, kreatinin serum V V
Albumin i V V
Asam urat V V
Gula darah puasa dan 2 jam
V
PP
TSH/TSHs V
Tes kehamilan V
Tes HIV V
Tahapan Inisiasi Pengobatan TB RO

Setelah diagnosis TB RO pasien ditegakkan, maka petugas di fasyankes TB RO


melakukan langkah-langkah berikut:

1. Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait penyakit dan


pengobatan TB RO, serta meminta pasien memberikan persetujuan
pengobatan (informed consent).

2. Menetapkan paduan pengobatan TB RO yang sesuai dengan kondisi pasien


(riwayat pengobatan, riwayat intoleransi obat, komorbid, dan hasil uji
kepekaan bila sudah tersedia).

3. Melakukan persiapan awal sebelum memulai pengobatan.


Pengobatan TB resistan obat dapat dimulai secara rawat jalan (ambulatory) tanpa menunggu
semua hasil pemeriksaan penunjang awal tersedia.

Hasil pemeriksaan penunjang yang harus ada sebelum memulai terapi:


- Rontgen dada - EKG
- Pemeriksaan DPL - Tes kehamilan.

Hasil pemeriksaan LPA lini kedua dapat ditunggu selama maksimal 7 hari.

Selama menunggu memulai pengobatan, pasien perlu memakai masker, menerapkan etika
batuk dan protokol kesehatan yang benar untuk mencegah penularan TB pada keluarga.

Jika pasien membutuhkan rawat inap dan tidak tersedia sarana rawat inap di fasyankes
pelaksana layanan TB RO tersebut, maka pasien akan dirujuk ke fasyankes TB RO lain di provinsi
untuk inisiasi pengobatan.
HIV
Prinsip Penentuan Diagnosis
5C
- Informed consent
- Confidentiality
- Counseling VCT
-
-
Correct test result PITC
Connection to care, treatment and
prevention services

KMK no. HK.01.07/MENKES/90/2019


Alur Layanan HIV
Pasien HIV Paket layanan perawatan dukungan pengobatan (PDP)
• Layanan TB
• Layanan IMS
• Konseling positive prevention
• Diagnosis dan tatalaksana IO
• Pemeriksaan CD4  profilaksis kotrimoksazol
• Register pra ARV

Siap memulai Masuk register ARV Monitor klinis dan pemeriksaan


ARV Konseling pra ARV dan laboratorium serta konseling
informed consent secara berkala
Pemeriksaan awal
 CD4
 TCM
 Darah rutin
 Fungsi hati
 Fungsi ginjal
 HBsAg, anti HCV, VDRL, antigen kriptokokus
 GDS
 Profil lipid
 Urinalisis
 Tes kehamilan
 Viral load
Rekomendasi
• Terapi ARV harus diberikan tanpa melihat stadium klinis dan CD4
termasuk yg hamil dan menyusui
• ARV dimulai segera dalam 7 hari pd ODHA tanpa IO
• OAT dimulai terlebih dahulu dan ARV segera diberikan dalam 8 mgg
pertama pengobatan tb
• ODHA dg imunosupresi berat (CD4 < 50) segera mulai ARV 2 minggu
pertama OAT
• Pada meningitis kriptokokus ARV ditunda 4-6 mgg pasca pemberian
anti jamur.
Paduan ARV lini pertama pd orang dewasa
Pilihan
Nucleoside reverse
• TDF + 3TC(FTC) + EFV transcriptase inhibitor (NRTI)
Dalam bentuk KDT • TDF (tenofovir)
• 3TC (lamivudine)
Alternatif • FTC (emtrisitabin)
• TDF + 3TC(FTC) + NVP • AZT (ZDV, zidovudine)
• AZT + 3TC + NVP
Non Nucleoside reverse
• AZT + 3TC + EFV transcriptase inhibitor (nNRTI)
• EFV (efavirenz)
• NVP (nevirapin)
Pengobatan profilaksis
Profilaksis kotrimoksazol
• Kotrimoksazol diberikan pd ODHA termasuk Wanita hamil dg stadium
WHO 3 dan 4 atau jumlah CD4 ≤ 200sel/uL
• Kotrimoksazol diberikan pd ODHA dg TB berapapun jumlah CD4, selesai
OAT dan CD4 >200 sel/uL maka profilaksis bisa dihentikan

Profilaksis INH
TB-HIV

• TB merupakan salah satu penyakit yg paling banyak menyerang


penderita HIV
• Menimbulkan kesakitan dan mempercepat kematian pd HIV
• HIV mempermudah timbulnya TB dan memperbanyak kasus TB
• TB-HIV keadaan yg kompleks
Kolaborasi TB-HIV

adalah upaya pengendalian kedua penyakit dengan mengintegrasikan kegiatan


kedua program secara fungsional, baik pada aspek menejemen kegiatan
program maupun penyediaan pelayanan bagi pasien
Tujuan kolaborasi TB-HIV
Mengurangi beban kedua penyakit tersebut secara efektif dan efisien melalui
pembentukan mekanisme kolaborasi program tb dan HIV/AIDS
Menurunkan beban TB pd ODHA
profilaksis INH (IPT isoniazid preventive teraphy)
penemuan kasus TB dan pengobatan
PPI TB di layanan Kesehatan
Menurunkan beban HIV pada pasien TB
menyediakan tes HIV
pencegahan HIV
pengobatan preventif kotrimoksazol
perawatan, dukungan dan pengobatan HIV
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai