Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aisya Lailiyal Husna

NIM/NPM : 2322010001
Prodi : Administrasi Publik – 1A
Mata Kuliah : Agama
Dosen : H.Purwanto, S,Pd.I.,M.H.

1. Identifikasi keanekaragaman corak penafsiran Al Qur'an!


2. Menelusuri adanya dialektika di Al Qur'an dan budaya!
3. Merumuskan paradigma Al Qur'an tentang moderatisme!

Jawaban!

1. Corak tafsir fiqhi. Corak tafsir ini berfokus pada aspek hukum Islam. Mufassir yang
menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an dari segi
hukumnya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah Tafsir Al-
Mawardi, Tafsir Al-Qurtubi, dan Tafsir Al-Jalalain.

Corak tafsir falsafi. Corak tafsir ini berfokus pada aspek filsafat. Mufassir yang
menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an dari segi
filsafatnya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah Tafsir Al-
Farabi, Tafsir Al-Razi, dan Tafsir Al-Taftazani.

Corak tafsir ilmi. Corak tafsir ini berfokus pada aspek ilmu pengetahuan. Mufassir
yang menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an dari segi
ilmu pengetahuannya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah Tafsir
Al-Manar, Tafsir Al-Maraghi, dan Tafsir Al-Azhar.

Corak tafsir tarbawi. Corak tafsir ini berfokus pada aspek pendidikan. Mufassir
yang menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an dari segi
pendidikannya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah Tafsir Al-
Burhan, Tafsir Al-Kashshaf, dan Tafsir Al-Bahr.

Corak tafsir akhlaqi. Corak tafsir ini berfokus pada aspek akhlak. Mufassir yang
menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an dari segi
akhlaknya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah Tafsir Al-
Qurtubi, Tafsir Al-Jalalain, dan Tafsir Al-Misbah.

Corak tafsir i'tiqadi. Corak tafsir ini berfokus pada aspek akidah. Mufassir yang
menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an dari segi
akidahnya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah Tafsir Al-
Alusi, Tafsir Al-Baghawi, dan Tafsir Al-Qurtubi.

Corak tafsir sufi. Corak tafsir ini berfokus pada aspek tasawuf. Mufassir yang
menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an dari segi
tasawufnya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah Tafsir Al-
Suyuti, Tafsir Al-Kasyshaf, dan Tafsir An-Nasafi.

Selain kategori-kategori tersebut, masih ada beberapa corak penafsiran Al-Qur'an


lainnya, seperti:

Corak tafsir maudhu'i. Corak tafsir ini berfokus pada pembahasan tematik. Mufassir
yang menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an
berdasarkan tema-tema tertentu.

Corak tafsir bayani. Corak tafsir ini berfokus pada aspek bahasa. Mufassir yang
menggunakan corak ini akan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan
kaidah-kaidah bahasa Arab.

2. Dialektika adalah sebuah proses interaksi yang saling mempengaruhi antara dua atau
lebih pihak. Dalam konteks Al-Qur'an dan budaya, dialektika dapat diartikan sebagai
proses interaksi yang saling mempengaruhi antara Al-Qur'an dan budaya.

Ada beberapa hal yang menunjukkan adanya dialektika antara Al-Qur'an dan budaya,
antara lain:

1) Al-Qur'an mengakui keberadaan budaya. Al-Qur'an mengakui keberadaan budaya


dan tidak menolaknya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat Al-Qur'an yang
menyebutkan tentang budaya, seperti:
 QS. Al-Maidah: 48 yang menyebutkan tentang kewajiban menghormati
budaya dan adat istiadat orang lain.
 QS. Al-A'raf: 31 yang menyebutkan tentang kewajiban menjaga budaya dan
adat istiadat bangsa Arab.
2) Al-Qur'an dapat mempengaruhi budaya. Al-Qur'an dapat mempengaruhi budaya
dalam berbagai aspek, seperti:
 Aspek nilai-nilai. Al-Qur'an mengajarkan nilai-nilai universal yang dapat
mempengaruhi budaya, seperti nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan toleransi.
 Aspek perilaku. Al-Qur'an mengajarkan perilaku yang baik dan terpuji yang
dapat mempengaruhi budaya, seperti perilaku tolong-menolong, dermawan,
dan menjaga kebersihan.
 Aspek hukum. Al-Qur'an menetapkan hukum-hukum yang dapat
mempengaruhi budaya, seperti hukum perkawinan, hukum waris, dan hukum
pidana.
3) Budaya dapat mempengaruhi pemahaman Al-Qur'an. Budaya dapat
mempengaruhi pemahaman Al-Qur'an dalam beberapa hal, seperti:
 Penafsiran. Budaya dapat mempengaruhi penafsiran Al-Qur'an, seperti
penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, akidah, dan akhlak.
 Penerapan. Budaya dapat mempengaruhi penerapan Al-Qur'an dalam
kehidupan sehari-hari, seperti penerapan hukum Islam dan nilai-nilai Islam.

Dialektika antara Al-Qur'an dan budaya merupakan suatu proses yang terus menerus
berlangsung. Proses ini dapat berjalan secara positif maupun negatif. Secara positif,
dialektika ini dapat menghasilkan interaksi yang saling menguntungkan antara Al-
Qur'an dan budaya. Al-Qur'an dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk
mengembangkan budaya yang lebih baik, sedangkan budaya dapat membantu umat
Islam untuk memahami dan menerapkan Al-Qur'an dengan lebih baik. Namun, secara
negatif, dialektika ini dapat menghasilkan interaksi yang saling merugikan antara Al-
Qur'an dan budaya. Budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Al-Qur'an dapat
mempengaruhi umat Islam untuk meninggalkan ajaran Al-Qur'an.

Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memahami dialektika antara Al-
Qur'an dan budaya. Dengan memahami dialektika ini, umat Islam dapat
memanfaatkan potensi budaya untuk mengembangkan ajaran Al-Qur'an dan
menghindari pengaruh budaya yang negatif.

3. Dalam konteks Al-Qur'an, moderatisme memiliki beberapa ciri, antara lain:


1) Keadilan. Moderatisme Al-Qur'an berlandaskan pada nilai-nilai keadilan,
baik dalam hubungan antar manusia, maupun dalam hubungan antara
manusia dengan Tuhan.
2) Toleransi. Moderatisme Al-Qur'an mengajarkan toleransi terhadap
perbedaan, baik dalam hal akidah, ibadah, maupun budaya.
3) Kemoderenan. Moderatisme Al-Qur'an tidak menolak kemajuan dan
perubahan, tetapi tetap berlandaskan pada ajaran Al-Qur'an.

Ciri-ciri moderatisme Al-Qur'an ini dapat dilihat dari beberapa ayat Al-Qur'an, antara
lain:

1) QS. Al-Maidah: 8 yang menyebutkan tentang kewajiban bersikap adil


terhadap semua orang, baik orang muslim maupun orang non-muslim.
2) QS. Al-Kafirun: 6 yang menyebutkan tentang kewajiban menghormati
agama orang lain.
3) QS. Al-Isra': 81 yang menyebutkan tentang kewajiban mencari ilmu
pengetahuan.

Moderatisme Al-Qur'an merupakan paradigma yang penting untuk diterapkan oleh


umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Moderatisme Al-Qur'an dapat membantu
umat Islam untuk hidup dengan damai dan harmonis dengan sesama manusia, serta
dengan umat beragama lain.

Berikut adalah beberapa contoh penerapan paradigma moderatisme Al-Qur'an dalam


kehidupan sehari-hari:

1) Dalam hubungan antar manusia, umat Islam dianjurkan untuk bersikap adil
dan toleran terhadap sesama manusia, baik orang muslim maupun orang non-
muslim.
2) Dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan, umat Islam dianjurkan untuk
beribadah dengan penuh kesadaran dan ketulusan, serta selalu berusaha untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
3) Dalam menghadapi perubahan dan kemajuan, umat Islam dianjurkan untuk
bersikap terbuka dan adaptif, serta tetap berpegang teguh pada ajaran Al-
Qur'an dan Sunnah.

Dengan menerapkan paradigma moderatisme Al-Qur'an, umat Islam dapat menjadi


umat yang damai, harmonis, dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai