Disusun Oleh:
dr. Devina Subagio
Pembimbing:
dr. Moch. Sya’ban
Disusun Oleh:
dr. Devina Subagio
sebagai
Dokter Internsip Puskesmas Kaliwiro Periode Juni – November 2023
Pendamping
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
sehingga oleh karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas
laporan ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas akhir dokter internsip, dengan judul “Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Angka Kejadian Stunting di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Kaliwiro Periode Januari – Desember 2022”.
Dalam proses penyusunan tugas ini penulis menjumpai hambatan, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
ini, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, yaitu:
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan penulis semoga tugas ini
bermanfaat bagi pembaca.
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 8
4
2.2.2. Epidemiologi.............................................................................................. 24
2.2.3. Klasifikasi .................................................................................................. 25
2.2.4. Faktor Predisposisi..................................................................................... 26
2.2.5. Komplikasi ................................................................................................. 26
2.3. Pengaruh Berat Badan Lahir Terhadap Kejadian Stunting................................. 27
LAMPIRAN .............................................................................................................. 46
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Prevalensi balita stunting pada setiap provinsi di Indonesia tahun 2018 .... 13
7
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2017, terdapat 22.2% atau 151 juta anak yang menderita stunting di
seluruh dunia. Proporsi stunting terbanyak terdapat di Asia dengan dengan jumlah balita
stunting lebih dari setengah kasus di dunia atau sebanyak 83.6 juta (55%), sedangkan
sepertiganya lagi terdapat di Afrika sebanyak 39% dari jumlah balita stunting. Proporsi
terbanyak balita stunting di Asia berasal dari Asia Selatan sebanyak 58.7% dan proporsi
yang paling sedikit terdapat di Asia Tengah sebanyak 0.9% balita stunting. Asia
Tenggara berada pada urutan kedua dengan jumlah balita stunting sebanyak 14.9%.5
8
South-East Regional (SEAR) menggambarkan bahwa negara Indonesia masuk dalam
negara ketiga yang memiliki persentase stunting yang tinggi. Tahun 2005-2017
menunjukkan persentase stunting di Indonesia mencapai 26,4%.6
Menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun
2022, prevalensi balita yang mengalami stunting di Indonesia sebanyak 24,4% pada
tahun 2021. Dengan demikian, hampir seperempat balita di dalam negeri mengalami
stunting pada tahun 2021. Pemerintah menetapkan target pada prevalensi stunting di
Indonesia sebesar 20,5% pada tahun 2021 dan turun menjadi dibawah 14% pada tahun
2024. Untuk itu, target penurunan prevalensi stunting setiap tahun harus berkisar 2,7%.
Stunting pada anak merupakan masalah gizi kronis karena asupan gizi yang tidak
memadai dalam jangka panjang yang dikombinasikan dengan penyakit infeksi pada
anak dan masalah lingkungan. Stunting perlu mendaptkan perhatian khusus karena
dapat meningkatkan resiko kematian pada anak, serta menghambat pekembangan fisik
dan mental anak.7
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting yaitu dimulai pada saat
masa kehamilan: gizi ibu kurang baik karena pendapatan keluarga yang rendah
sehingga ibu hamil tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan yang dianjurkan sehingga
menyebabkan kejadian kurang energi kronis (KEK) yang ditandai dengan lingkar
lengan atas (LiLA < 23,5 cm). Rendahnya angka lingkar lengan atas menjadi faktor
risiko bayi lahir dengan berat badan rendah.3
9
harapan menjadi pekerja yang produktif sangat kecil sehingga menyebabkan rendahnya
angka sumber daya manusia yang adekuat, kemiskinan dan risiko melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah. Beban negara terhadap biaya anggaran kesehatan bertambah
pula karena penyakit tidak menular yang akan berdampak jangka panjang pada stunting
dan mengakibatkan kerugian negara.10
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Definisi Stunting
Stunting merupakan perawakan pendek atau sangat pendek
berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2SD
(standar deviasi) pada kurva pertumbuhan WHO, disebabkan kekurangan
gizi kronik yang berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, asupan
nutrisi dan kesehatan ibu yang buruk, terjadinya sakit berulang dan praktik
pemberian makan pada bayi dan anak yang tidak tepat.11 Pengertian stunting
menurut Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).12 Stunting
merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan
gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir,
tetapi baru terjadi setelah anak berusia 2 tahun.1,2
Stunting menyebabkan hambatan dalam mencapai potensi fisik dan
kognitif anak. Kurva pertumbuhan yang digunakan untuk diagnosis stunting
adalah kurva WHO child growth standard tahun 2006 yang merupakan baku
emas pertumbuhan optimal seorang anak.1-3
11
stunting sebesar 37,2% namun pada tahun 2018 ada penurunan menjadi
30,8%. Meski demikian angka Stunting di Indonesia masih sangat tinggi dan
jauh dari yang ditargetkan oleh WHO. Prevalensi balita pendek di Indonesia
juga tinggi dibandingkan Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%),
dan Singapura (4%). Indonesia menduduki urutan ke 17 dari 117 negara
dengan prevalensi 30,8% (Riskesdas, 2018).8
Gambar 1. Prevalensi balita stunting pada setiap negara tahun 2018 (UNICEF, 2019)
12
Gambar 3. Prevalensi balita stunting pada setiap provinsi di Indonesia tahun 2018
(Riskesdas, 2018)8
13
rendahnyaasupan gizi dan status kesehatan. Hal ini termasuk kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta menunjukkan
bahwa 60% dari anak usia 0 – 6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu
(ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia0 – 24 bulan tidak menerima
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP- ASI diberikan/mulai
diperkenalkan ketika balita berusia di atas 6 bulan. Selain berfungsi untuk
mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP-ASI juga dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong
oleh ASI,serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem
imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
Pencegahan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab
masalah gizi,yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan
khususnya akses terhadap: (1) pangan bergizi (makanan); (2) lingkungan
sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak
(pengasuhan); (3) akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan
dan pengobatan (kesehatan), serta; (4) kesehatan lingkungan yang
meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat
faktor tersebut secara langsung mempengaruhi asupan gizi dan status
kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah malnutrisi, baik kekurangan maupun
kelebihan gizi (Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, 2018).
2. Penyebab Tidak Langsung
Masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pendapatan
dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem
pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan
pemberdayaan perempuan.
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemkes dan Bank Dunia
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun
dari 79%di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses
yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil
belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih
terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1
14
dari 3 anak usia 3 – 6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan
Anak Usia Dini).
Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal
ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal. Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012,
SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding
dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih
mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang
mengalami anemia.
Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih
buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga
belum memiliki akses ke air minum bersih, sedangkan pertumbuhan dan
perkembangan anak dipengaruhi olehfaktor lingkungan (74 – 87%) dan
faktor keturunan (4 – 7%). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan yang mendukung dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan kondisi tinggi badan anak bukan permasalahan
genetik/keturunan.
Untuk mengatasi penyebab stunting diperlukan prasyarat pendukung
yangmencakup: (a) komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan;
(b) keterlibatan pemerintah dan lintas sektor; dan (c) kapasitas untuk
melaksanakan.
15
Gambar 4. Kerangka konsep faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
stunting menurut WHO (Kemkes, 2022)
Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada periode usia 0-2 tahun
bersifat kronis sehingga berdampak pada kualitas hidup jangka pendek dan
jangka panjang seorang anak (Kemkes, 2022). Dalam jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan kognitif dan motorik, kecerdasan, tidak
optimalnya ukuran fisik tubuh, dan gangguan imun dalam tubuh. Anak-anak
yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia 6 bulan, akan
mengalami kekerdilan lebih berat menjelang usia dua tahun. Bila hal tersebut
terjadi, maka salah satu organ tubuh yang paling cepat mengalami resiko
adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf yang sangat berkaitan dengan
respon anak termasuk dalam melihat, mendengar, dan berpikir selama proses
16
belajar. Anak stunting pada usia dua tahun secara signifikan mengalami
kinerja kognitif yang lebih rendah dan nilai yang lebih rendah disekolah pada
masa anak- anak. Anak stunting berisiko mengalami peningkatan morbiditas
dan mortalitas, penurunan kekebalan imun dan peningkatan risiko infeksi.
Pada salah satu studi penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran napas,
dan campak menjadi penyebab mortalitas terbanyak.15
Gangguan struktur dan fungsi saraf serta sel-sel otak yang terjadi
pada anak balita stunting bersifat permanen. Efek jangka panjang
menyebabkan kegagalan seorang anak mencapai potensi kognitif dan
kemampuan fisiknya, sehingga akan memengaruhi kapasitas kerja dan status
ekonomi di masa depan. Selain itu, pada anak stunting akan terjadi
penurunan oksidasi lemak sehingga rentan mengalami akumulasi lemak
sentral dan resistensi insulin. Hal ini menyebabkan risiko lebih tinggi untuk
mengalami penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia, serta
fungsi reproduksi yang terganggu pada masa dewasa. Survei multisenter
oleh Poh dkk, pada 16.700 anak di Indonesia, Malaysia, Thailand dan
Vietnam menunjukan stunting secara bermakna berhubungan dengan
penurunan IQ, terutama non-verbal, dengan nilai <89 (OR 1,65 95% IK:
1,64-1,66).15
1) Anamnesis
17
ditanyakan kondisi lingkungan rumah dan kondisi sosioekonomi
keluarga.
Faktor ibu:
a. Riwayat prakonsepsi
b. Riwayat kehamilan
c. Riwayat laktasi
d. Riwayat Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) dan kelahiran
prematur
Faktor anak:
a. Evaluasi praktik pemberian ASI dan MPASI
b. Imunisasi
c. Perkembangan dan penyakit infeksi berulang (HIV-AIDS, sifilis,
diare, dan penyakit infeksi saluran pernapasan)
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik utama pada stunting berupa pengukuran
antropometrik terdiri dari:
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
b. Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U)
c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
d. Lingkar Kepala (LK)
e. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
18
Pemeriksaan lain yaitu:
a. Pertambahan panjang badan (length increment)
b. Pertambahan berat badan (weight increment)
c. Perhitungan rasio segmen atas dan segmen bawah tubuh
d. Mid parental height
e. Potensi tinggi
f. Pemeriksaan spesifik organ tubuh dilakukan secara menyeluruh
termasuk pemeriksaan perkembangan untuk mencari adanya red
flags penyebab pada stunting.
3) Kriteria Antropometrik
Kriteria antropometrik stunting adalah berdasarkan indeks panjang
badan atau tinggi badan menurut umur dan jenis kelamin (PB/U atau
TB/U) <-2 SD unit z (Zscore) berdasarkan kurva WHO 2006 untuk anak
0-5 tahun. Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan tinggi
badan perumur (TB/U):
a. Sangat pendek : Zscore < -3,0 SD
b. Pendek : Zscore < -2,0 SD s.d. ≥ -3,0 SD
c. Normal : Zscore ≥ -2,0 SD
19
Intervensi gizi spesifik dibagi dalam tiga kelompok:
• Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi
memiliki dampak paling besar pada pencegahan stunting dan
ditujukan untuk menjangkau semua sasaran prioritas.
• Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada
masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan
diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan.
• Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi
yang diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk
saat darurat bencana (program gizi darurat).
Intervensi gizi spesifik dilakukan dengan salah satu yang dikenal sebagai
1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Berikut ini merupakan penjabaran dari
setiap intervensi yang dilakukan dalam 1000 HPK (Bappenas, 2018; TNP2K,
2017):
Kelompok sasaran 1.000 HPK:
a. Ibu hamil
Intervensi Prioritas:
• Pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil pada
kelompok miskin atau Kurang Energi Kronik (KEK)
• Suplementasi tablet tambah darah untuk mengatasi kekurangan zat
besi dan asam folat
Intervensi Pendukung:
• Suplementasi kalsium
• Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
• Memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Prioritas sesuai kondisi tertentu
• Pencegahan HIV
• Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu
hamil
• Program melindungi ibu hamil dari malaria
b. Ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan
Intervensi Prioritas
• Memberikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
20
• Mendorong Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
• Pemberian ASI jolong/colostrum
• Mendorong pemberian ASI Ekslusif
• Promosi dan konseling menyusui
Intervensi Pendukung
• Imunisasi dasar
• Memantau tumbuh kembang secara rutin setiap bulan
• Penanganan bayi sakit secara tepat
Intervensi Pendukung
• Suplementasi kapsul vitamin A
• Suplementasi zinc untuk pengobatan diare
• Menyediakan obat cacing
• Memberikan imunisasi lengkap
• Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
21
b. Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi
ibu dan anak
c. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan
d. Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.
22
2.1.7 Pencegahan Stunting
Kementerian Kesehatan dalam PNPK Stunting tahun 2022
menyebutkan bahwa pencegahan stunting terdiri atas pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
▪ Pencegahan primer
Dilakukan mulai dari tingkat kader di posyandu. Kader melakukan
pemantauan pertumbuhan menggunakan alat dan metode
pengukuran standar, serta memberikan edukasi kepada orang
tua/pengasuh mengenai pemberian ASI eksklusif dan MPASI
dengan kandungan gizi lengkap terutama protein hewani. Saat
pelaksanaan posyandu, diusahakan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) yang mengandung protein hewani seperti telur, ayam, ikan,
daging, susu dan produk olahan susu. Jika didapatkan anak dengan
PB atau TB berdasarkan usia dan jenis kelamin <-2 SD, BB/U <- 2
SD, atau weight faltering (kenaikan berat tidak memadai) dan growth
deceleration (perlambatan pertumbuhan linier), maka anak tersebut
harus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau
puskesmas.
▪ Pencegahan Sekunder
Dilakukan oleh dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dokter
melakukan konfirmasi pengukuran antropometrik sebelumnya dan
penelusuran penyebab potensial stunting. Anak yang terkonfirmasi
perawakan pendek (PB/U atau TB/U <-2 SD) baik dengan/tanpa
penyebab potensial yang mendasari harus dirujuk ke dokter spesialis
anak di FKRTL.
▪ Pencegahan Tersier (tatalaksana stunting dan risiko stunting)
Pencegahan tersier dilakukan oleh dokter spesialis anak di fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjur (FKRTL). Dokter spesialis anak
melakukan konfirmasi diagnosis stunting.
23
Gambar 5. Algoritma pencegahan dan penanganan stunting (Kemenkes,
2022)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gr tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat
yang ditimbang satu jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan yang mengalami
intrauterine growth restriction atau dikenal dengan pertumbuhan janin
terhambat (PJT).17
2.2.2 Epidemiologi
24
Bayi berat badan lahir rendah memiliki risiko tinggi mengalami kematian
pada 28 hari kehidupan (UNICEF and WHO, 2019).18
2.2.3 Klasifikasi
BBLR dapat diklasifikasikan menurut berat lahir dan usia gestasi:17
1) Bayi kurang bulan (BKB) atau preterm, yaitu usia gestasi kurang dari
37 minggu
2) Bayi cukup bulan (BCB) atau term, yaitu usia gestasi antara 37
minggu sampai 41 minggu 6 hari
3) Bayi lebih bulan (BLB) atau posterm, yaitu usia gestasi 42 minggu
atau lebih
25
2.2.4 Faktor Predisposisi
a. Faktor Fetal
o Kehamilan kembar
o Gawat janin
o Eritroblastosis
o Faktor genetik, kelainan bawaan dan kelainan kromosom
o Infeksi bawaan seperti rubela dan CMV
b. Faktor Maternal
o Hipertensi
o Preeklampsia dan eclampsia
o Penyakit kronis dan penyakit infeksi
o Malnutrisi
o Merokok
o Penyalahgunaan obat terlarang
o Faktor maternal lain: usia, paritas, status ekonomi rendah
c. Faktor Uterus
Uterus bicornis, inkompetensi serviks
d. Faktor Plasenta
o Placenta previa
o Solusio plasenta
o Insufisiensi plasenta
2.2.5 Komplikasi
Pada BBLR sistem fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat
muda/imatur/prematur sehingga belum berfungsi optimal. Hal ini dapat
menimbulkan beberapa komplikasi, diantaranya:17
26
a) Susunan saraf pusat
Aktifitas reflek yang belum maksimal sehingga proses menghisap dan
menelan terganggu.
b) Komplikasi saluran pernafasan
Akibat defisiensi surfaktan dalam alveoli yang berfungsi
mengembangkan alveoli dapat terjadi Idiopathic Respiratory Distress
Syndrome (IRDS).
c) Pusat thermoregulator belum sempurna
Hal ini mengakibatkan BBLR mudah mengalami hipotermia.
d) Metabolisme
Produksi enzim glukoronil transfererase ke sel hati belum sempurna
sehingga mudah terjadi ikterus neonatorum.
e) Imunoglobulin masih rendah
Hal ini mengakibatkan bayi BBLR mudah terkena infeksi
f) Ginjal belum berfungsi sempuna
Filtrasi gromerulus belum sempurna sehingga mudah mengalami
keracunan obat dan menderita asidosis (metabolik).
BBLR pada bayi telah ditentukan menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya stunting di Indonesia (Kemenkes RI, 2020). Bayi yang lahir
dengan BBLR dapat mengalami gangguan sistem pencernaan yang belum
berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan pada bayi sulit
terserap, serta dapat mengalami gangguan elektrolit.19
27
BAB III
ANALISIS SITUASI
Wilayah kerja Puskesmas Kaliwiro terletak pada daerah jalur lintas dengan
batas-batas wilayah kerja sebagai berikut:
28
Kepala Keluarga di Kecamatan Kaliwiro sebanyak 8.305. Penduduk Kecamatan
Kaliwiro sebagian besar beragama Islam. Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan
Kaliwiro cukup berhasil dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 4.584
jiwa.
Jumlah sarana pendidikan yang ada di wilayab kerja UPT Puskesmas Kaliwiro
mulai dari TK sampai SMA dengan rincian sebagai berikut:
1. TK / PAUD 50
2. SD / MI 31
3. SMP / MTS 9
Sumber: Data Pokok Pendidikan Direktoral Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan menengah
Tabel 2. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwiro (Per Tahun 2023)
1. Puskesmas 1
2. Posyandu 21
Sumber: Data Pokok Pendidikan Direktoral Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan menengah
29
3.7 Metode Evaluasi Kegiatan
Visi
Misi
3.9 Motto
diberikan
pelayanan
30
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
31
Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik balita
(usia, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, status gizi
berdasarkan TB/U).
32
BAB V
a) Usia Balita
b) Jenis Kelamin
33
Berdasarkan Tabel 5, terdapat perbedaan kecil antara jumlah balita laki-laki
maupun perempuan yang mengalami stunting. Sebesar 53,5 balita yang mengalami
stunting adalah laki-laki dan sisanya 46,5% adalah perempuan.
n % n %
Berat Badan Lahir
7 16,3 3 6,9
Rendah (BBLR)
Berdasarkan Tabel 6, sebagian besar anak yang stunting memiliki berat badan
lahir yang normal (BBLN), yaitu sebesar 83,7%, atau dengan kata lain berat badan
lahirnya normal (BBL ≥2500 gram). Sedangkan 16,3% lainnya mengalami BBLR,
yakni berat badan lahirnya <2500 gram. BBLR berkaitan erat dengan kejadian
stunting, lengkapnya akan dijelaskan pada pembahasan.
Panjang Badan
9 20,9 8 18,6
Lahir Rendah
(PBLR)
34
Total 43 100 43 100
ad 40 x 7
Odds Ratio (OR) = bc = 3 x 36 = 280 / 108 = 2,6
35
BBL <2500 gram) memiliki risiko sebesar 2,6 kali lipat untuk dapat mengalami
kejadian stunting dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN:
BBL >2500 gram).
5.3 Pembahasan
a) Usia Balita
36
meskipun asupan energinya tercukupi akan mengalami hambatan pada proses
pertumbuhan tinggi badan jika mengalami defisiensi mikronutrien seperti zink
dan vitamin A. Dengan demikian, pada usia pertumbuhan kritis ini harus dijaga
agar gizi makronutrien dan mikronutrien terpenuhi dengan baik dan
pertumbuhan tidak terhambat.
b) Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, angka stunting sedikit lebih banyak ditemukan pada
anak laki-laki (53,5%) dibandingkan perempuan (46,5%). Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa balita laki-laki berpeluang lebih tinggi mengalami stunting
dibandingkan balita perempuan karena laju metabolik basal yang lebih tinggi
dibanding perempuan sehingga kebutuhan energinya lebih banyak dan dapat
mempengaruhi status gizi stunting. Rahayu dan Casnuri (2020) dalam
penelitiannya menemukan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan
kejadian stunting. Hasil ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang
juga melaporkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian stunting
pada balita. Kemungkinan penyebabnya adalah pada balita belum terlihat
perbedaan kecepatan dan pencapaian pertumbuhan antara laki-laki dan
perempuan. Perbedaan tersebut akan mulai tampak ketika memasuki usia
remaja, yaitu perempuan akan lebih dahulu mengalami peningkatan kecepatan
pertumbuhan. Hal ini menyebabkan laki-laki dan perempuan berisiko sama
untuk mengalami stunting.
Berat badan lahir anak pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan berat badan lahir
rendah (BBLN). Sebagian besar balita stunting pada penelitian ini memiliki
BBLN (83,7%) dan sebesar 16,3% memiliki BBLR. BBLR didefinisikan oleh
WHO yaitu berat lahir <2500 gr dan normal apabila ≥2500 gram (Kemkes,
2014). Gizi pada masa kehamilan menentukan tumbuh kembang saat masa janin
dalam kandungan, menyebabkan BBLR menjadi salah satu faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita. Balita dengan riwayat BBLR
berisiko berpeluang 3,5 kali mengalami stunting dibandingkan balita yang tidak
memiliki riwayat BBLR (Sutrio & Lupiana, 2019).
37
Bayi dengan BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat karena
pada bayi dengan BBLR sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya, setelah
dilahirkan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat
dari bayi yang dilahirkan normal, dan sering gagal menyusul tingkat
pertumbuhan yang seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi dengan
BBLR juga mengalami gangguan saluran pencernaan, karena saluran
pencernaan belum berfungsi, kurang dapat menyerap lemak dan mencerna
protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh.
Akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu (Sutrio & Lupiana, 2019).
Selain itu, BBLR menunjukkan janin dalam kandungan mengalami underweight
atau mengindikasikan kondisi kekurangan gizi akut (Kemkes, 2022). Bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari normal mungkin masih memiliki panjang
tubuh normal saat lahir. Stunting akan terjadi beberapa bulan kemudian,
meskipun demikian seringkali tidak disadari oleh orang tua
Panjang badan lahir balita stunting pada penelitian ini sebagian besar
normal (PBLN) yaitu sebesar 79,1% dan 20,9% lainnya memiliki panjang badan
lahir rendah (PBLR). Berdasarkan Kemkes (2014) panjang badan lahir ideal
baik laki-laki maupun perempuan adalah 48-52 cm. PBL <48 cm juga disebut
stunting pada neonatus (neonatal stunting) dan dapat menjadi faktor resiko
terjadinya stunting di kemudian hari. Panjang lahir menggambarkan
pertumbuhan linier bayi selama dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah
biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan
protein yang diderita waktu lampau yang diawali dengan perlambatan atau
retardasi pertumbuhan janin. Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum
masa kehamilan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin sehingga
dapat menyebabkan bayi lahir dengan panjang badan lahir pendek. Panjang lahir
bayi akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya, seperti yang dinyatakan
Sutrio dan Lupiana (2019) dalam penelitiannya bahwa faktor risiko terjadinya
stunting 2,8 kali lebih besar pada balita dengan riwayat PBLR daripada balita
dengan PBLN.
38
Selain itu, pada penelitian ini, sebesar 9 dari 34 balita yang mengalami
stunting yang memiliki riwayat PBLR, hal ini menunjukkan riwayat PBLR
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi balita setelah lahir. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Achadi (2012) dalam Sutrio dan Lupiana (2019)
bahwa anak-anak yang mengalami stunting lebih awal, yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
39
asupan makanan kepada anak yang tidak optimal terlebih khusus dalam praktik
pemberian makanan bagi anak saat sejak dalam kandungan hingga menginjak
usia 2 tahun.
40
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Namun, kejadian stunting tidak serta merta dipengaruhi oleh berat badan lahir
anak yang rendah. Kejadian stunting di masa anak-anak dapat dicegah dengan
pemberian nutrisi yang adekuat dan maksimal post-natal. Angka pertumbuhan dan
perkembangan di masa anak-anak dapat dimaksimalkan dengan praktik pemberian ASI
ekslusif dan MPASI yang baik dan benar, pemberian mikronutrien (terutama zat besi,
vitamin A, dan zinc), pemberian imunisasi dasar anak yang lengkap, menjaga sanitasi,
dan pemberian air bersih. Waktu 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan yang
terpenting karena 80% perkembangan otak anak terjadi pada golden period ini, yang
nantinya akan berdampak pada kehidupan anak di masa depannya. Kejadian stunting
di periode ini berhubungan erat dengan outcome yang buruk pada aspek kesehatan,
perkembangan kognitif, serta pencapaian pendidikan dan ekonomi di kemudian hari.
6.2 Saran
41
kecamatan di Wonosobo, sedangkan stunting memiliki dampak jangka panjang yang
berpotensi menjadi beban kesakitan dan ekonomi daerah setempat.
Selain itu praktek pemberian makan yang baik pada balita juga harus
disampaikan kepada anggota keluarga balita yang lain dapat dimulai melalui
pendekatan dan KIE kepada perangkat dan tokoh masyarakat desa karena keluarga
sebagai pengasuh selain ibu dalam penelitian ini menjadi faktor penting dalam
pemenuhan gizi balita. Kemudian, Puskesmas dapat lebih memperhatikan balita yang
mengalami weight faltering atau wasting dengan melakukan kunjungan atau konsultasi
gizi dalam pencegahan stunting karena stunting akan didahului oleh penambahan berat
badan yang tidak adekuat sehingga perlu diidentifikasi penyebabnya segera dan
diberikan tatalaksana yang sesuai agar balita tidak sampai jatuh ke status stunting.
Anggota keluarga yang juga mengasuh balita selain ibu dapat ikut membantu
memberikan makan anak, namun hendaknya juga memahami dan menghormati
keputusan ibu balita itu sendiri karena ibu adalah orang yang lebih banyak mendapat
paparan ilmu terutama tentang pemenuhan gizi anak yang tepat dari penyuluhan-
penyuluhan oleh Puskesmas. Ibu balita dan keluarga juga disarankan untuk tidak
42
langsung mempercayai mitos atau tradisi pemberian makan anak tanpa melalui
penalaran yang logis, bila terdapat keraguan maka ibu dapat mencari bantuan kepada
tenaga kesehatan di sekitarnya (kader posyandu, bidan desa, ahli gizi puskesmas, dokter
puskesmas).
43
DAFTAR PUSTAKA
44
14. Vonaesch P, Randremanana R, Gody JC, et al. Identifying the etiology and
pathophysiology underlying stunting and environmental enteropathy: study protocol
of the AFRIBIOTA project. BMC Pediatr. 2018;18(1):236.
15. Mustakim MRD, Irwanto, Irawan R, Irmawati M, Setyoboedi B. Impact of Stunting
on Development of Children between 1-3 Years of Age. Ethiop J Health Sci.
2022;32(3):569-578.
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.01/MENKES/1928/2022 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Stunting.
17. K C A, Basel PL, Singh S. Low birth weight and its associated risk factors: Health
facility-based case-control study. PLoS One. 2020;15(6):e0234907.
18. Thapa P, Poudyal A, Poudel R, et al. Prevalence of low birth weight and its associated
factors: Hospital based cross sectional study in Nepal. PLOS Glob Public Health.
2022;2(11):e0001220.
19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Juli
2021. https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf
20. Sutrio dan Lupiana M, 2019. Berat Badan dan Panjang Badan Lahir Meningkatkan
KejadianStunting. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai: Vol. 12, No.1, Hal. 21-29,
Juni.
45
LAMPIRAN
Nama Jenis Kelamin Tanggal Lahir BB Lahir TB Lahir Desa/Kel Usia Saat Ukur Berat Tinggi LiLA BB/U ZS BB/U TB/U ZS TB/U BB/TB ZS BB/TB Naik Berat Badan
AISYA P 2021-04-28 2.7 47 TRACAP 2 Tahun - 3 Bulan - 3 Hari 9.4 80 13 Kurang
Berat Badan -2.12 Pendek -2.47 Gizi Baik -0.97 N
NURUL P 2023-01-15 3 46 TRACAP 0 Tahun - 6 Bulan - 15 Hari 6.6 60.5 15 Normal
Berat Badan -1.03 Pendek -2.63 Risiko Gizi Lebih 1.02 T
DIRJA L 2020-08-26 3 48 TRACAP 2 Tahun - 11 Bulan - 4 Hari 12 85 15 Normal
Berat Badan -1.4 Pendek -2.87 Gizi Baik 0.34 N
HANIFAH P 2021-03-09 3.2 49 TRACAP 2 Tahun - 4 Bulan - 22 Hari 10.5 80.5 15 Normal
Berat Badan -1.4 Pendek -2.65 Gizi Baik 0.17 T
HAWA P 2019-09-15 3 48 TRACAP 3 Tahun - 10 Bulan - 15 Hari 12.7 91 15 Normal -1.65 Pendek -2.55 Gizi Baik -0.17 T
HILMI L 2020-01-11 3.1 48 TRACAP 3 Tahun - 6 Bulan - 19 Hari 11.6 90 14.5 Kurang
Berat Badan -2.34 Pendek -2.57 Gizi Baik -1.33 T
ARSYILLA P 2019-09-30 2 47 TRACAP 3 Tahun - 10 Bulan - 11 Hari 12.3 87.9 14.5 Normal
Berat Badan -1.89 Sangat Pendek -3.27 Gizi Baik 0.16 T
CANTIKA P 2020-06-14 3 48 TRACAP 3 Tahun - 1 Bulan - 27 Hari 12.5 88 15 Normal
Berat Badan -1 Pendek -2.15 Gizi Baik 0.32 N
DINDA L 2021-06-30 3 49 TRACAP 2 Tahun - 1 Bulan - 12 Hari 11.8 81 15 Normal
Berat Badan -0.45 Pendek -2.33 Risiko Gizi Lebih 1.08 T
CHUSNA P 2020-08-25 2.7 48 TRACAP 2 Tahun - 11 Bulan - 16 Hari 11 86.9 14 Normal
Berat Badan -1.8 Pendek -2.07 Gizi Baik -0.87 T
KHOIRUL L 2019-04-06 2.8 48 TRACAP 4 Tahun - 4 Bulan - 6 Hari 13.3 96 14.5 Normal -1.94 Pendek -2.22 Gizi Baik -0.91 T
MUH MUMTAZA L 2019-01-23 3 47 TRACAP 4 Tahun - 6 Bulan - 18 Hari 13.1 97.5 14 Kurang -2.22 Pendek -2.14 Gizi Baik -1.43 T
NADHIRA P 2019-10-01 2 47 TRACAP 3 Tahun - 10 Bulan - 10 Hari 11.7 92.1 14.5 Kurang
Berat Badan -2.28 Pendek -2.27 Gizi Baik -1.35 T
RADIF L 2021-04-25 3 48 TRACAP 2 Tahun - 3 Bulan - 17 Hari 10.2 83.5 13 Normal -1.99 Pendek -2.01 Gizi Baik -1.28 T
RIFAT L 2020-02-23 2.9 48 TRACAP 3 Tahun - 5 Bulan - 18 Hari 11.5 88.7 15.3 Kurang
Berat Badan -2.32 Pendek -2.76 Gizi Baik -1.13 T
ADIBA P 2020-12-29 3 46 TRACAP 2 Tahun - 7 Bulan - 7 Hari 11 83.5 14 Normal
Berat Badan -1.32 Pendek -2.26 Gizi Baik -0.03 N
AKYAS L 2022-01-04 2 49 TRACAP 1 Tahun - 7 Bulan - 1 Hari 9.7 76.1 16 Normal -1.25 Pendek -2.61 Gizi Baik -0.03 N
AZKA L 2020-03-04 3 48 TRACAP 3 Tahun - 5 Bulan - 3 Hari 10.5 88 14.5 Sangat Kurang
Berat Badan -3.03 Pendek -2.88 Gizi Kurang -2.13 N
LINTANG L 2021-02-05 3 48 TRACAP 2 Tahun - 5 Bulan - 30 Hari 11.2 84.4 14.5 Normal
Berat Badan -1.46 Pendek -2.21 Gizi Baik -0.35 T
MUH ARFA L 2022-04-24 2 48 TRACAP 1 Tahun - 3 Bulan - 13 Hari 8.5 73.5 14 Normal -1.83 Pendek -2.4 Gizi Baik -0.96 T
ARFAN L 2019-05-20 3 48 TRACAP 4 Tahun - 2 Bulan - 18 Hari 12.8 95.8 14.5 Kurang -2.13 Pendek -2.09 Gizi Baik -1.36 T
SABRINA P 2020-12-07 3 48 TRACAP 2 Tahun - 7 Bulan - 29 Hari 9.8 83 13.5 Kurang
Berat Badan -2.39 Pendek -2.53 Gizi Baik -1.22 N
MUH ABDULLAH L 2023-02-20 3.1 48 TRACAP 0 Tahun - 5 Bulan - 15 Hari 7.1 62 15 Normal -0.78 Pendek -2.27 Gizi Baik 1 N
JUMROTUN P 2019-11-26 2.8 48 TRACAP 3 Tahun - 8 Bulan - 15 Hari 11.8 92 15 Kurang
Berat Badan -2.07 Pendek -2.07 Gizi Baik -1.23 N
RIO L 2019-07-08 2.9 48 TRACAP 4 Tahun - 0 Bulan - 24 Hari 13.3 93.5 16 Normal
Berat Badan -1.69 Pendek -2.43 Gizi Baik -0.37 N
KAIFA P 2020-02-29 3 48 TRACAP 3 Tahun - 5 Bulan - 1 Hari 12.4 90.2 15.5 Normal
Berat Badan -1.37 Pendek -2.04 Gizi Baik -0.27 N
NURUL P 2021-04-11 2.3 46 TRACAP 2 Tahun - 4 Bulan - 2 Hari 10.7 81 16 Normal
Berat Badan -1.15 Pendek -2.38 Gizi Baik 0.27 N
GHILDHOTUS L 2022-03-22 3.1 48 TRACAP 1 Tahun - 4 Bulan - 21 Hari 9.6 75.4 15 Normal -0.95 Pendek -2.11 Gizi Baik 0.02 T
GHANI L 2021-03-07 3 49 TRACAP 2 Tahun - 4 Bulan - 24 Hari 10.2 81 15 Kurang
Berat Badan -2.13 Sangat Pendek -3.01 Gizi Baik -0.67 T
MAUREEN P 2022-04-23 3 48 TRACAP 1 Tahun - 3 Bulan - 8 Hari 7.8 70 14 Normal
Berat Badan -1.78 Pendek -2.84 Gizi Baik -0.51 N
ELSI L 2022-04-26 3 49 TRACAP 1 Tahun - 3 Bulan - 18 Hari 9 73.5 15 Normal
Berat Badan -1.34 Pendek -2.46 Gizi Baik -0.26 N
GAVIN L 2022-03-05 3 48 TRACAP 1 Tahun - 5 Bulan - 9 Hari 9.1 75 15 Normal
Berat Badan -1.54 Pendek -2.47 Gizi Baik -0.53 N
GIBRAN L 2019-12-25 2 46 TRACAP 3 Tahun - 7 Bulan - 19 Hari 12.4 89.2 15 Normal -1.87 Pendek -2.88 Gizi Baik -0.3 N
KHOLIF L 2020-05-05 3 48 TRACAP 3 Tahun - 3 Bulan - 8 Hari 11.3 86.3 16 Kurang
Berat Badan -2.27 Sangat Pendek -3.09 Gizi Baik -0.74 T
LUHAB L 2020-05-13 3 48 TRACAP 3 Tahun - 3 Bulan - 0 Hari 11.9 89.1 15 Normal
Berat Badan -1.82 Pendek -2.32 Gizi Baik -0.79 T
SYAKIL L 2018-11-06 3.1 48 TRACAP 4 Tahun - 9 Bulan - 0 Hari 14.2 95 14.5 Normal
Berat Badan -1.74 Pendek -2.94 Gizi Baik 0.12 N
ULUL ALBAB L 2020-05-24 2.9 48 TRACAP 3 Tahun - 2 Bulan - 7 Hari 11.7 89 14 Normal
Berat Badan -1.89 Pendek -2.24 Gizi Baik -0.98 T
AHMAD L 2020-05-10 2.8 48 TRACAP 3 Tahun - 2 Bulan - 21 Hari 12.6 89 16 Normal -1.32 Pendek -2.3 Gizi Baik -0.05 N
AFNAN L 2018-12-15 2 48 TRACAP 4 Tahun - 7 Bulan - 28 Hari 13 97 15.6 Kurang -2.36 Pendek -2.39 Gizi Baik -1.42 N
ALI L 2021-03-17 3.2 47 TRACAP 2 Tahun - 4 Bulan - 27 Hari 9.6 78.8 15 Kurang
Berat Badan -2.67 Sangat Pendek -3.68 Gizi Baik -0.92 T
AMANDA P 2020-08-18 3 48 TRACAP 2 Tahun - 11 Bulan - 25 Hari 14.1 83.5 17 Normal
Berat Badan 0.15 Sangat Pendek -3.01 Gizi Lebih 2.64 N
ANINDITA P 2020-03-23 3 48 TRACAP 3 Tahun - 4 Bulan - 21 Hari 11.6 89.5 16 Normal
Berat Badan -1.87 Pendek -2.17 Gizi Baik -0.87 N
ADREENA P 2021-01-20 3 48 TRACAP 2 Tahun - 6 Bulan - 20 Hari 10.1 83.2 15 Normal -1.97 Pendek -2.25 Gizi Baik -0.92 T
46
Lampiran 2. Data Balita Tidak Stunting di Desa Tracap
Nama Jenis Kelamin Tanggal Lahir BB Lahir TB Lahir Desa/Kel Usia Saat Ukur Berat Tinggi LiLA BB/U
Berat Badan ZS BB/U TB/U ZS TB/U BB/TB ZS BB/TB Naik Berat Badan
KHORIRUNNISA P 2023-01-15 2.5 46 TRACAP 0 Tahun - 6 Bulan - 15 Hari 6.6 62 15 Normal
Berat Badan -1.03 Normal -1.98 Gizi Baik 0.38 T
BENING P 2021-07-04 3.8 50 TRACAP 2 Tahun - 0 Bulan - 27 Hari 10.6 82 15 Normal -0.78 Normal -1.38 Gizi Baik -0.08 N
DIAN HENDRIYANI P 2021-08-08 4 50 TRACAP 1 Tahun - 11 Bulan - 22 Hari 14.3 89.5 17 RisikoBadan
Berat Lebih 1.75 Normal 1.03 Risiko Gizi Lebih 1.6 T
RAHAYU L 2020-08-26 3 48 TRACAP 2 Tahun - 11 Bulan - 4 Hari 12 85 15 Normal
Berat Badan -1.4 Pendek -2.87 Gizi Baik 0.34 N
GUSTI L 2022-10-13 2.7 48 TRACAP 0 Tahun - 9 Bulan - 18 Hari 8.3 70 16.5 Normal
Berat Badan -0.8 Normal -1.21 Gizi Baik -0.18 T
MARYAM P 2021-03-09 3.2 49 TRACAP 2 Tahun - 4 Bulan - 22 Hari 10.5 80.5 15 Normal
Berat Badan -1.4 Pendek -2.65 Gizi Baik 0.17 T
AUREL P 2019-09-15 3 48 TRACAP 3 Tahun - 10 Bulan - 15 Hari 12.7 91 15 Normal -1.65 Pendek -2.55 Gizi Baik -0.17 T
HILMI L 2020-01-11 3 48 TRACAP 3 Tahun - 6 Bulan - 19 Hari 11.6 90 14.5 Kurang
Berat Badan -2.34 Pendek -2.57 Gizi Baik -1.33 T
KAYLA P 2021-05-17 3 48 TRACAP 2 Tahun - 2 Bulan - 14 Hari 12.2 90.2 16 Normal
Berat Badan 0.14 Normal 0.7 Gizi Baik -0.45 T
REFAN L 2019-05-20 3.8 48 TRACAP 4 Tahun - 2 Bulan - 12 Hari 16.9 104.8 14.8 Normal
Berat Badan 0.07 Normal 0.03 Gizi Baik 0.08 T
NADIYA P 2022-12-06 3 48 TRACAP 0 Tahun - 7 Bulan - 24 Hari 8 70 15 Normal
Berat Badan 0.11 Normal 0.64 Gizi Baik -0.22 T
RAFFASYA L 2020-01-24 3 48 TRACAP 3 Tahun - 6 Bulan - 6 Hari 14.2 96.9 15 Normal
Berat Badan -0.65 Normal -0.78 Gizi Baik -0.28 N
ASKA L 2018-10-18 3 48 TRACAP 4 Tahun - 9 Bulan - 24 Hari 14.4 101 16 Normal
Berat Badan -1.68 Normal -1.7 Gizi Baik -1.01 T
AHZA P 2018-09-04 3 50 TRACAP 4 Tahun - 11 Bulan - 7 Hari 15 108 16 Normal
Berat Badan -1.31 Normal -0.22 Gizi Baik -1.92 T
ALBAR L 2021-06-02 3.3 50 TRACAP 2 Tahun - 2 Bulan - 9 Hari 10.8 83.1 15 Normal
Berat Badan -1.34 Normal -1.87 Gizi Baik -0.47 N
ARSENIOAQILA
ATHAFARIZ P 2020-03-21 2.9 48 TRACAP 3 Tahun - 4 Bulan - 21 Hari 16.5 94 16 Normal
Berat Badan 0.84 Normal -1.05 Gizi Lebih 2.05 N
RADEYA MUAZIZ L 2019-08-06 3 49 TRACAP 4 Tahun - 0 Bulan - 6 Hari 14.2 98 15 Normal
Berat Badan -1.13 Normal -1.29 Gizi Baik -0.52 N
HASNA P 2019-09-30 2 47 TRACAP 3 Tahun - 10 Bulan - 11 Hari 12.3 87.9 14.5 Normal
Berat Badan -1.89 Sangat Pendek -3.27 Gizi Baik 0.16 T
AYRA P 2020-02-25 3 48 TRACAP 3 Tahun - 5 Bulan - 16 Hari 12.7 94 15 Normal
Berat Badan -1.22 Normal -1.17 Gizi Baik -0.81 N
KAMILA P 2020-06-14 3 48 TRACAP 3 Tahun - 1 Bulan - 27 Hari 12.5 88 15 Normal
Berat Badan -1 Pendek -2.15 Gizi Baik 0.32 N
DHOYBATUN P 2018-12-13 2 47 TRACAP 4 Tahun - 7 Bulan - 28 Hari 16.5 103.5 17 Normal
Berat Badan -0.41 Normal -0.81 Gizi Baik 0.14 T
DINDA L 2021-06-30 3 49 TRACAP 2 Tahun - 1 Bulan - 12 Hari 11.8 81 15 Normal
Berat Badan -0.45 Pendek -2.33 Risiko Gizi Lebih 1.08 T
ASSOIMIYAH P 2020-08-25 3 48 TRACAP 2 Tahun - 11 Bulan - 16 Hari 11 87.2 14 Normal
Berat Badan -1.8 Normal -1.99 Gizi Baik -0.94 T
FADIL L 2018-11-04 3 42 TRACAP 4 Tahun - 9 Bulan - 7 Hari 15.9 101.2 16 Normal
Berat Badan -0.89 Normal -1.6 Gizi Baik 0.15 T
FATIN P 2020-08-23 3 48 TRACAP 2 Tahun - 11 Bulan - 18 Hari 13.8 94 16 Normal
Berat Badan 0.01 Normal -0.21 Gizi Baik 0.13 N
FERDINAND L 2020-06-11 3.3 50 TRACAP 3 Tahun - 2 Bulan - 0 Hari 15.2 91 15 Normal
Berat Badan 0.28 Normal -1.68 Risiko Gizi Lebih 1.79 T
GEFFIE L 2020-03-03 3 48 TRACAP 3 Tahun - 5 Bulan - 9 Hari 12.8 94.5 14 Normal
Berat Badan -1.41 Normal -1.25 Gizi Baik -1.08 T
MUSLIMAH P 2020-02-11 3 48 TRACAP 3 Tahun - 5 Bulan - 30 Hari 14.9 98 16 Normal
Berat Badan -0.04 Normal -0.26 Gizi Baik 0.17 T
KAYSHILLA P 2019-04-30 3 48 TRACAP 4 Tahun - 3 Bulan - 12 Hari 14.9 96 16 Normal
Berat Badan -0.82 Normal -1.96 Gizi Baik 0.57 T
KENZIE L 2018-09-18 3 48 TRACAP 4 Tahun - 10 Bulan - 23 Hari 17 111.5 17 Normal
Berat Badan -0.48 Normal 0.48 Gizi Baik -1.31 T
ASSYIGHIL L 2019-04-06 3 48 TRACAP 4 Tahun - 4 Bulan - 6 Hari 13.3 96 14.5 Normal
Berat Badan -1.94 Pendek -2.22 Gizi Baik -0.91 T
MUHAMMAD ALWIMUMTAZA L 2021-03-29 2.9 49 TRACAP 2 Tahun - 4 Bulan - 13 Hari 11 86 17 Normal -1.44 Normal -1.44 Gizi Baik -1 N
MELVIAN KAFABIH L 2019-01-23 3 47 TRACAP 4 Tahun - 6 Bulan - 18 Hari 13.1 97.5 14 Kurang -2.22 Pendek -2.14 Gizi Baik -1.43 T
AZZAHRA P 2019-10-01 2 47 TRACAP 3 Tahun - 10 Bulan - 10 Hari 11.7 92.1 14.5 Kurang
Berat Badan -2.28 Pendek -2.27 Gizi Baik -1.35 T
AGASTYA L 2021-04-25 3 48 TRACAP 2 Tahun - 3 Bulan - 17 Hari 10.2 83.5 13 Normal
Berat Badan -1.99 Pendek -2.01 Gizi Baik -1.28 T
AGRATA L 2021-04-25 2.9 49 TRACAP 2 Tahun - 3 Bulan - 17 Hari 10.8 84 14 Normal -1.5 Normal -1.86 Gizi Baik -0.7 N
ROFAT L 2020-02-23 3 48 TRACAP 3 Tahun - 5 Bulan - 18 Hari 11.5 88.7 15.3 Kurang
Berat Badan -2.32 Pendek -2.76 Gizi Baik -1.13 T
SYINDI P 2021-05-02 3 49 TRACAP 2 Tahun - 3 Bulan - 10 Hari 11.1 85 14.5 Normal
Berat Badan -0.75 Normal -1.05 Gizi Baik -0.29 T
ZUHRU L 2021-07-09 3.1 49 TRACAP 2 Tahun - 1 Bulan - 3 Hari 11.5 84.9 14 Normal
Berat Badan -0.64 Normal -1.01 Gizi Baik -0.16 T
SYIFA P 2021-05-21 3 47 TRACAP 2 Tahun - 2 Bulan - 10 Hari 11.4 82.5 15 Normal -0.39 Normal -1.57 Gizi Baik 0.61 N
AISYA P 2021-04-28 2.7 47 TRACAP 2 Tahun - 3 Bulan - 3 Hari 9.4 80 13 Kurang
Berat Badan -2.12 Pendek -2.47 Gizi Baik -0.97 N
AIZA P 2021-05-24 3 48 TRACAP 2 Tahun - 2 Bulan - 7 Hari 11.5 82.5 15.5 Normal
Berat Badan -0.31 Normal -1.54 Gizi Baik 0.71 T
AKHDAN L 2019-05-08 3 48 TRACAP 4 Tahun - 2 Bulan - 24 Hari 14.5 102.1 14 Normal -1.15 Normal -0.65 Gizi Baik -1.17 T
47