Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

Pertemuan V

Dosen Pengampu : Syarif Lovedly, S.Psi., MM.


Budaya & Emosi
Setiap manusia yang memiliki emosi, memberi
identitas dan setiapnya harus belajar
beradaptasi dan mengontrol emosinya.
Bagaimana kita mendefinisikan emosi, seberapa
penting kita memandangnya dan bagaimana
kita mengelolanya, merasakannya,
menerimanya dan mengekspresikannya. Setiap
orang adalah beda dan unik.
Bagitu pun kaitannya dengan emosi, setiap
budaya adalah unik dan berbeda dalam
bagaimana budaya tersebut memberi arti,
melihat, mengelola, menerima dan
mengekspresikannya.
Definisi Emosi
Menurut William James emosi adalah sebuah
hasil dari ekspresi perilaku kita terhadap
sebuah stimulus yang menghasilkan reaksi
tersebut.
Contohnya, ketika kita melihat seekor beruang
kita akan segera menghindar dan kita akan
menginterpretasikan perilaku lari, debaran
jantung, dan perubahan lain pada tubuh kita
sebagai emosi yang kita sebut “takut”.
Buck mendefinisikan emosi sebagai
perasaan yang subjektif dan
diasosiasikan dengan serangkain perilaku
tertentu, seperti senyum, muka merah,
dan gemeretak rahang, serta dengan
respon fisik peripheral semacam debaran
jantung, keringat atau gangguan
pencernaan.
Dengan kata lain Emosi adalah perasaan
mendalam yang diikuti adanya
perubahan elemen kogitif maupun fisik
dan mempengaruhi perilaku.
Fungsi emosi
1. Membantu mempersiapkan tindakan
(preparing us for action).

Emosi bertindak sebagai penghubung


antara peritiwa eksternal di lingkungan
dengan respon perilaku individu. Sebagai
contoh, apabila kita bertemu seekor anjing
yang kelihatan sedang marah maka reaksi
emosi (rasa takut) akan diasosiasikan
dengan persiapam kita pada sebuah
tindakan darurat yaitu lari secepat mungkin.
2. Membentuk perilaku akan datang (shaping
our future behavior).
Emosi membantu kita menyediakan respon
untuk perilaku di masa yang akan datang.
Sebagai contoh, respon emosional yang
diambil seseorang ketika dikejar anjing
(takut hingga degup jantung bertambah
cepat) memberi tahu orang tersebut untuk
menghindar tempat atau situasi yang serupa
di masa yang akan datang.
3. Membantu kita untuk mengatur interaksi sosial
(helping us to regulate social interaction).
Emosi yang diekspresikan menjadi sinyal dan
membantu kita dalam berinteraksi, khususnya
bagaimana seharusnya perilaku kita ataupun
sebaliknya.
Sebagai contoh, ketika kita bertemu teman
yang sedang tampak sedih tanpa kita
mengetahui sebabnya, namun ekspresi
sedihnya memberitahu kita bahwasanya
sebaiknya kita jangan mengajaknya untuk
bercanda.
Teori Emosi

1. Teori James-Lange
Emosi adalah campuran dari respon fisiologis dan
psikologis.
Rangsangan fisiologis menyebabkan sistem saraf
otonom bereaksi yang pada gilirannya
menyebabkan individu mengalami emosi.
Reaksi sistem syaraf ini dapat berupa detak jantung
cepat, otot tegang, berkeringat, dan banyak lagi.
Menurut teori ini, respon fisiologis datang sebelum
perilaku emosional.
2. Teori Facial-Feedback
Teori ini menyatakan bahwa ekspresi wajah
memengaruhi emosi, bukan sebagai respon
terhadap emosi.
Emosi secara langsung terkait dengan
perubahan fisik pada otot wajah. Dengan
demikian, seseorang yang memaksakan diri
untuk tersenyum akan lebih bahagia daripada
seseorang yang mengerutkan dahi.
3. Teori Cannon-Bard
Teori ini menyatakan bahwa perubahan
tubuh dan emosi terjadi secara bersamaan,
bukan satu demi satu.
Pengalaman kesadaran emosi adalah hasil
stimulus langsung pusat otak korteks.
4. Teori Schachter-Singer
Teori ini berpendapat bahwa emosi tidak
dibedakan secara pskilogis. Sebaliknya, apa
yang penting dalam proses yang
menghasilkan pengalaman emosi adalah
bagaimana seseorang menginterpretasikan
peristiwa- peristiwa di sekitar mereka. Emosi
adalah label dari perilaku atau peristiwa
internal individu yang terbangkitkan pada
situasi tersebut.
Tidak semua budaya yang ada di dunia memiliki
konsep emosi. Misalnya, orang Tahiti tidak punya
kata untuk emosi. Orang Samoa juga tak punya
kata untuk emosi, namun memiliki sebuah kata
(lagona) yang menunjuk pada perasaan dan
sensasi.
Orang dari budaya yang berbeda juga
berbeda dalam mengkategorikan atau
melabeli emosi. Dalam bahasa Jerman,
misalnya ada kata schadenfreude yang
berarti rasa senangyang timbul karena
kesialan orang lain.
Perbedaan bahasa lintas-budaya ini
menunjukkan bahwa masing-masing
memilah-milah dunia emosi dengan cara
berbeda-beda. Dengan demikian, tiap
kebudayaan memberi kerangka dan
melabeli dunia emosi sesuai dengan
budayanya.
Perbedaan kultural dalam konsep,
definisi, dan pelabelan emosi
semuanya membuat makna emosi
menjadi berbeda bagi orang dari
budaya yang berbeda serta dalam
perilaku mereka.

Anda mungkin juga menyukai