Anda di halaman 1dari 98

AKSI NYATA

MODUL 1.4
IKA SULISTINA CGP 9A
SDN TANJUNGSARI 2
BUDAYA POSITIF
perubahan paradigma belajar.
paradigma artinya keyakinan/kepercayaan
yang mendasari seseorang dalam
melakukan segala tindakan
sebagai pendidik, Anda diibaratkan sebagai seorang
petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan
tanamannya tumbuh subur. Anda akan memastikan
bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah
yang cocok untuk ditanami
Ki Hadjar Dewantara
“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup
tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya
sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang
menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun
tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah,
memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air,
membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang
mengganggu hidup tanaman padi dan lain
sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan.
Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr.
1937)
dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan
sebagai tanah tempat bercocok tanam
sehingga guru harus mengusahakan sekolah
jadi lingkungan yang menyenangkan,
menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal
yang tidak baik. Dengan demikian, karakter
murid tumbuh dengan baik
Salah satu tanggung jawab seorang guru
adalah bagaimana menciptakan suatu
lingkungan positif yang terdiri dari warga
sekolah yang saling mendukung, saling
belajar, saling bekerja sama sehingga
tercipta kebiasaan-kebiasaan baik
Dari kebiasaan-kebiasaan baik akan
tumbuh menjadi karakter-karakter baik
warga sekolah, dan pada akhirnya
karakter-karakter dari kebiasaan-
kebiasaan baik akan membentuk sebuah
budaya positif.
marilah kita amati sekolah kita, bagaimana
suasananya? Bagaimana murid-murid saling
berinteraksi, bagaimana guru saling bertegur
sapa, bagaimana guru menyapa murid,
bagaimana guru menyelesaikan suatu
permasalahan atau konflik antar murid?
Suatu lingkungan yang aman dan nyaman
akan memberikan murid kesempatan dan
kebebasan untuk berproses, belajar, membuat
kesalahan, belajar lagi, sehingga mampu
menerima dan menyerap suatu pembelajaran.
1. Apa pentingnya menciptakan suasana positif di
lingkungan Anda?
2. Sebagai seorang pendidik bagaimana Anda dapat
menciptakan suasana positif di lingkungan Anda selama
ini?
3. Apakah hubungan antara menciptakan suasana yang
positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada
murid?
4. Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah
Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila
belum, apa yang menurut Anda masih perlu diperbaiki
dan dikembangkan?
yang perlu kita lakukan terlebih dahulu Tentunya kita
perlu menghilangkan rasa takut dalam diri murid-
murid sehingga mereka merasa aman dan nyaman
berada di sekolah, dan bahwa membuat kesalahan
adalah suatu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya
dengan demikian, semua murid dapat belajar dengan
rasa tenang, tanpa tekanan dan nyaman.
Disiplin Positif dan Nilai-nilai
Kebajikan Universal

Cobalah Buka!
1. Apakah bapak/ibu membuka kepalan tangan Anda?
Mengapa, apa alasan Anda membuka kepalan tangan
Anda?
2. Apakah bapak/ibu menutup kepalan tangan Anda?
Mengapa, apa alasan Anda tetap menutup kepalan
tangan Anda?
3. Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang
memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau
menutup kepalan tangan?
TEORI KONTROL
(DR. WILLIAM GLASSER)
Ilusi guru mengontrol murid.
Ilusi bahwa semua penguatan
positif efektif dan bermanfaat.
Ilusi bahwa kritik dan membuat
orang merasa bersalah dapat
menguatkan karakter.
Ilusi bahwa orang dewasa
memiliki hak untuk memaksa.
Ilusi guru mengontrol murid.

Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid


untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut
memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun
tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid,
hal demikian terjadi karena murid sedang
mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk
kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih
murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa
semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap
perilaku yang tidak disukai.
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif
dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-
bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi
murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu,
adalah suatu usaha untuk mengontrol murid
tersebut. Dalam jangka waktu tertentu,
kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya,
dan mencoba untuk menolak bujukan kita atau bisa
jadi murid tersebut menjadi tergantung pada
pendapat sang guru untuk berusaha.
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa
bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk
mengontrol murid menuju pada identitas gagal.
Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri
mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang
negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk
mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan
perilaku ini, karena seringkali guru cukup
menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan
pesan negatif.
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk
memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka
memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-
murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang
dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah
kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja.
Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari
bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk
jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan
permusuhan akan terbentuk.
makna
DISIPLIN
kalau saja anak-
anak bisa disiplin,
pasti mereka akan
bisa belajar.
mendisiplinkan anak-anak
adalah bagian yang paling
menantang dari pekerjaan
saya
makna kata
DISIPLIN
disiplin sama dengan tata tertib, teratur, dan
kepatuhan pada peraturan
Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan
hukuman,
Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai
kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita
saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka,
syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang
kuat.

Disiplin yang dimaksud adalah disiplin


diri, yang memiliki motivasi internal.
Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar
adalah:
mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh,
nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga
(merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari
perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah
diri sendiri)
Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School
Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari
kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’,
yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal
dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau
murid/pengikut.
Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali
potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu
yang dihargai dan bermakna.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan
anak-anak yang memiliki disiplin diri
3 Motivasi Perilaku Manusia

Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku?


Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan
sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan
yang lain?
Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu
untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah?
Atau untuk mendapatkan uang?
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia.
Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari
hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan
terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka
sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan
berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak
terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan
tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.
2. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia.
Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari
hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan
terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka
sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan
berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak
terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan
tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang
seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena
nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya
karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang
mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat
seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat
internal.
Pertanayaan

Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru


datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi guru yang
datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah
Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid
Anda? Jelaskan alasan Anda.
Pertanayaan

Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah


yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di
sekolah?
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid


untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid
berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana
mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Berdasarkan bagan diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa

hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak

tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu

arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima

suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari

pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa

berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan

atau kata-kata.
Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati;

sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk

konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui

sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi,

murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya

diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali

tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan

kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan

kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya.

Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid.

Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid.


Dihukum oleh Penghargaan

“Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah kepada anak-anak agar

berperilaku bertanggung jawab, atau kepada seorang murid agar

mempelajari sesuatu yang baru, atau kepada seorang karyawan agar

melakukan pekerjaan yang berkualitas, kita sedang berasumsi mereka

tidak dapat melakukannya, atau mereka tidak akan memilih untuk

melakukannya.”

(Alfie Kohn)
Alfie Kohn ( Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual

Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun

hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang

menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya.

Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah

penghargaan sesungguhnya.
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Penghargaan efektif jika kita menginginkan seseorang melakukan sesuatu yang

kita inginkan, dalam jangka waktu pendek.

Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka orang tersebut akan

bergantung pada penghargaan yang diberikan, serta kehilangan motivasi dari

dalam.

Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu yang baik, maka

selain kita senantiasa berharap mendapatkan penghargaan tersebut lagi, kita pun

menjadi tidak menyadari tindakan baik yang kita lakukan.


Penghargaan Tidak Efektif

Suatu penghargaan adalah suatu benda atau peristiwa yang diinginkan, yang dibuat dengan

persyaratan: Hanya jika Anda melakukan hal ini, maka Anda akan mendapatkan penghargaan

yang diinginkan.

Jika saya mengharapkan suatu penghargaan dan tidak mendapatkannya, maka saya akan

kecewa dan berkecil hati, serta kemungkinan lain kali saya tidak akan berusaha sekeras

sebelumnya.

Jika kita memberikan seseorang suatu penghargaan untuk melakukan sesuatu, maka kita harus

terus menerus memberikan penghargaan itu jika kita ingin orang tersebut meneruskan perilaku

yang kita inginkan.

Orang yang berusaha berhenti merokok, atau orang yang berusaha diet menguruskan badan

bila diberikan penghargaan hampir pasti tidak berhasil.


Penghargaan Merusak Hubungan

Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak,

maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak

menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut.

Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-

muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya

untuk menyenangkan gurunya. Mereka tidak akan bersikap jujur

kepada guru tersebut.


Penghargaan Mematikan Kreativitas

Murid-murid diminta berpikir mengenai hadiah atau penghargaan

yang bisa mereka dapatkan bila berhasil menulis sebuah puisi.

Kreatifitas kelompok murid-murid ini menjadi berkurang,

dibandingkan dengan yang tidak diberitahukan tentang hadiah yang

bisa mereka terima.


Penghargaan Menghukum

Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya

dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa paling

‘dihukum’.

Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya

mencoba mengendalikan perilaku seseorang.

Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama,

penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.

Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda akan

merasa dihukum.
Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)

Saat seorang anak belajar untuk pertama kali, menggabungkan huruf-

huruf dan kata-kata, serta menyadari bahwa ia dapat membaca,

timbul pijar di matanya dan sebuah senyuman di wajahnya. Anak

tersebut begitu gembira bahwa ia telah mempelajari dan menguasai

suatu keterampilan baru. Kesadaran akan kemampuannya bahwa

‘dia’ sudah dapat membaca, sesungguhnya sudah merupakan sebuah

penghargaan.
Bila ada seseorang berbuat salah pada Anda, ketika mereka menawarkan sebuah

tindakan untuk memperbaiki kesalahan mereka, kemungkinan besar, jawaban Anda

adalah akan menolak semua tawaran itu, dan akan bilang, tidak usah, tidak apa-apa.

Lupakan saja.

Kita cenderung untuk berfokus pada kesalahan daripada mencari cara bagi orang

yang berbuat kesalahan untuk memperbaiki diri. Kita lebih fokus pada pada cara

mereka membayar akibat dari kesalahan mereka daripada mengembalikan harga diri

mereka. Membuat kondisi menjadi impas, menjadi lebih penting daripada membuat

situasi menjadi benar


Sebagai seorang guru, ketika murid Anda melakukan kesalahan, tindakan mana yang

akan Anda lakukan?

Menunjukkan kesalahannya dan memintanya melihat kesalahannya baik-baik

Mengatakan, “Kamu seharusnya tahu bagaimana kamu seharusnya bertindak”.

Mengingatkan murid Anda akan kesalahannya yang sama di waktu sebelumnya.

Bertanya padanya, “Kenapa kamu melakukan sesuatu yang seharusnya tidak

kamu lakukan?”.

Mengkritik dan mendiamkannya


Kalau Anda melakukan tindakan-tindakan

di atas, mungkin Anda akan membuat

murid Anda merasa menjadi anak yang

gagal.
bagaimana tindakan kita yang benar?

RESTITUSI
Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar

dari kesalahan

Dalam restitusi, ketika murid berbuat salah, guru tidak mengarahkan

untuk menebus kesalahan dengan membayar sejumlah uang,

memperbaiki kerugian yang timbul, atau sekedar meminta maaf. Karena

kalau fokusnya kesana, maka murid yang berbuat salah akan fokus pada

tindakan untuk menebus kesalahan dan menghindari ketidaknyamanan,

yang bersifat eksternal, bukannya pada upaya perbaikan diri, yang lebih

bersifat internal.
Restitusi memperbaiki hubungan

Restitusi adalah tentang memperbaiki hubungan dan memperkuatnya. Restitusi

juga membantu murid-murid dalam hal mereka ingin menjadi orang seperti apa

dan bagaimana mereka ingin diperlakukan. Restitusi adalah proses refleksi dan

pemulihan. Proses ini menciptakan kondisi yang aman bagi murid untuk menjadi

jujur pada diri mereka sendiri dan mengevaluasi dampak dari tindakan mereka

pada orang lain. Ketika proses pemulihan dan evaluasi diri telah selesai, mereka

bisa mulai berpikir tentang apa yang bisa dilakukan untuk menebus kesalahan

mereka pada orang yang menjadi korban.


Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan

Restitusi yang dipaksa bukanlah restitusi yang sebenarnya, tapi konsekuensi. Bila guru memaksa proses

restitusi, maka murid akan bertanya, apa yang akan terjadi kalau saya tidak melakukannya. Misalnya

mereka sebenarnya tidak suka konsekuensi yang guru sarankan, mereka mungkin akan setuju dan

akan melakukannya, tapi karena mereka menghindari ketidaknyamanan atau menghindari kehilangan

kebebasan atau diasingkan dari kelompok. Mereka akan percaya kalau mereka menyakiti orang, maka

mereka juga tersakiti, maka mereka pikir itu impas. Seorang anak yang memukul temannya akan

mengatakan, “Kamu boleh pukul aku balik, biar impas”. Memaksa melakukan restitusi bertentangan

dengan perkembangan moral, yaitu kebebasan untuk membuat pilihan. Oleh karena itu, penting bagi

guru untuk menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat

lebih baik lagi, dengan berkata, “Tidak apa-apa kok berbuat salah itu manusiawi. Semua orang pasti

pernah berbuat salah”. Pembicaraan ini bersifat tawaran, bukan paksaan, bukan mengatakan, “Kamu

harus lakukan ini, kalau tidak maka…”


Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan

Dalam proses restitusi diri, maka murid akan menyadari dia sedang

menjadi orang yang seperti apa, yang itu adalah menunjukkan fokus pada

penguatan karakter. Ketika guru membimbing murid untuk penguatan

karakter, guru akan mengatakan, “Ibu/Bapak tidak terlalu

mempermasalahkan apa yang kamu lakukan hari ini, tetapi mari kita bicara

tentang apa yang akan kamu lakukan besok. Kamu bisa saja minta maaf,

tapi orang akan lebih suka mendengar apa yang akan kamu lakukan

dengan lebih baik lagi.


Restitusi menguatkan

Bisakah momen ketika murid melakukan kesalahan menjadi sebuah

momen yang baik? Jawabnya, tentu bisa, asalkan ia bisa belajar dari

kesalahan itu. Apa maksud dari kalimat kita bisa lebih kuat setelah kita

belajar dari kesalahan? Lebih kuat disini maksudnya bukan menekan

perasaan kita dalam-dalam. Kuat disini artinya menyadari apa yang bisa

murid ubah, dan murid benar-benar mengubahnya.


Restitusi fokus pada solusi

Dalam restitusi, guru menstabilkan identitas murid

dengan mengatakan, “Kita tidak fokus pada kesalahan,

Bapak/ibu tidak tertarik untuk mencari siapa yang benar,

siapa yang salah.


1 2 3 4 5 6

KEYAKINAN KELAS
Mengapa keyakinan kelas,
mengapa tidak peraturan kelas
saja?
1 2 3 4 5 6

1. Mengapa kita memiliki peraturan tentang


penggunaan helm pada saat mengendarai
kendaraan roda dua/motor? ((Kemungkinan
jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’).
2. Mengapa kita memiliki peraturan tentang
penggunaan masker dan mencuci tangan
setiap saat? (Kemungkinan jawaban Anda
adalah ‘untuk kesehatan dan/atau
keselamatan’).
1 2 3 4 5 6
Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk
menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar
mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.
Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan
dan memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-
peraturan yang diberikan, apa nilai-nilai kebajikan dibalik
peraturan tersebut, apa tujuan utamanya, dan menjadi
tidak tertarik, atau takut sehingga hanya sekedar
mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur
mereka tanpa memahami tujuan mulianya.
1 2 3 4 5 6

Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas


Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan
konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas
lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
1 2 3 4 5 6
niLAI UNIVERSAL YANG DIHARAPKAN!

Kembalikan barang ke tempatnya


Dilarang Mengganggu Orang Lain
Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran
dimulai
Dilarang Melakukan Kekerasan
Dilarang Menggunakan Narkoba
Bergantian atau menunggu giliran
Dilarang Merokok
Gunakan masker
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
Kegiatan-kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas
Kebutuhan Dasar
Manusia dan Dunia
Berkualitas
Ibu Ambar, guru wali kelas kelas 2A di SD Pelita Hati,
sedang bingung menghadapi ulah salah satu murid di
kelasnya, Doni. Beberapa anak di kelas 2A telah datang
padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta
bekal makan siang mereka dengan paksa. Jika Anda
menghadapi situasi seperti Ibu Ambar, apa yang akan
anda lakukan? Menurut anda, kira-kira apa alasan Doni
melakukan hal itu?
Kebutuhan Bertahan Hidup
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang
bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya kesehatan,
rumah, dan makanan. Kebutuhan biologis sebagai bagian dari
proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan
hidup. Komponen psikologis pada kebutuhan ini meliputi
kebutuhan akan perasaan aman. Dalam kasus Doni di atas,
apabila jawaban Doni ketika ditanya oleh Ibu Ambar adalah
karena ia lapar dan orangtuanya tidak membawakannya bekal
makan siang, maka kebutuhan dasar yang sedang berusaha
dipenuhi oleh Doni, adalah kebutuhan untuk bertahan hidup
(survival).
Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)

Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan


psikologis. Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi
kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk
memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk
merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini
juga meliputi keinginan untuk tetap terhubung dengan orang
lain, seperti teman, keluarga, pasangan hidup, teman kerja,
binatang peliharaan, dan kelompok dimana kita tergabung
Dalam kasus diatas, apabila Doni menjawab bahwa alasannya
mengambil bekal temannya karena dia merasa senang
temannya jadi memperhatikan dia. Ketika temannya
melaporkan tindakannya itu pada gurunya, dan gurunya
memberitahu orang tuanya, sehingga orang tuanya jadi
memperhatikan dia, maka kebutuhan dasar yang sedang
dipenuhi Doni adalah kebutuhan akan kasih sayang dan rasa
diterima.
Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai
sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas
prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa
harga diri
Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar akan penguasaan
yang tinggi biasanya selalu ingin menjadi pemimpin, mereka
juga suka mengamati sebelum mencoba hal baru dan merasa
kecewa bila melakukan kesalahan. Mereka juga biasanya rapi
dan sistematik dan selalu ingin mencapai yang terbaik.
Dalam kasus diatas, apabila jawaban Doni adalah dia merasa
hebat karena temannya jadi takut dengan dia dan menuruti
keinginannya, maka sebetulnya Doni sedang berusaha
memenuhi kebutuhan dasarnya akan kekuasaan
Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian,
otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah
hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan kebebasan
yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak
bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu terpengaruh orang
lain dan senang mencoba hal baru dan menarik.
Bila jawaban Doni dalam kasus diatas adalah bahwa dia
merasa bosan dengan bekal makanan yang dibawakan ibunya
dari rumah, karena ibunya selalu membawakan bekal yang
sama, oleh karena itu dia ingin mencoba makanan teman-
temannya yang beraneka ragam, maka Doni sedang berusaha
memenuhi kebutuhannya akan kebebasan.
Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari
kesenangan, bermain, dan tertawa.
Anak-anak dengan kebutuhan dasar kesenangan yang tinggi
biasanya ingin menikmati apa yang dilakukan. Mereka juga bisa
berkonsentrasi tinggi saat mengerjakan hal yang disenangi.
Mereka suka permainan dan suka mengoleksi barang, suka
bergurau, suka melucu dan juga menggemaskan. Bahkan saat
mereka bertingkah laku buruk, mereka masih terlihat lucu.
buatlah gambar atau kata-kata yang menggambarkan hal-hal yang Anda miliki dalam
Dunia Berkualitas Anda saat ini.

Siapakah orang-orang yang paling penting dalam hidup Anda?


Nilai-nilai kebajikan apa yang terpenting dalam hidup Anda?
Kalau Anda menjadi orang yang ideal, karakter atau sifat apa yang Anda
paling inginkan ada pada diri Anda?
Apa pencapaian Anda yang Anda sangat banggakan?
Apa pekerjaan ideal bagi Anda?
Ceritakan bagian perjalanan hidup Anda, dimana Anda merasa itulah titik
puncak hidup Anda?
Apa yang paling bermakna dalam hidup Anda?
Dunia Berkualitas
Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat
Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan:
bisa berisi orang-orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda
dan membuat Anda merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda.
Kebutuhan dasar bersifat lebih umum dan universal, sedangkan dunia
berkualitas lebih unik dan personal.
Untuk masuk ke dunia berkualitas, syaratnya adalah bahwa sesuatu itu harus
terasa sangat baik bagi Anda dan memenuhi setidaknya satu atau lebih
kebutuhan dasar Anda
Murid kita juga mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka.
Tentunya sebagai guru kita ingin mereka memasukkan hal-hal yang
bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia berkualitas
mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan
memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri
sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas karena mereka
menghargai nilai-nilai kebajikan
RESTITUSI- 5 POSISI
KONTROL

Tisa dan Hana dipanggil masuk ke ruangan Ibu Dewi,


kepala sekolah SD Makmur. Ibu Dewi baru saja
mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa
Hana menggunakan kata-kata kasar, dan merendah-
rendahkan Tisa di sosial media.

penerapan disiplin apakah yang akan Anda


lakukan ?
1. Penghukum
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal.
Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa
mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat
lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang
menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi aturan saya, atau awas!”
Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari
menunjuk-nunjuk menghardik)
Hasil:
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa
jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret
bukunya atau meja tulisnya.
2. Pembuat Merasa Bersalah
Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa
bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang
keluar dengan lembut akan seperti:
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
Pembuat Merasa Bersalah (Nada suara memelas/halus/sedih, bahasa
tubuh: merapat pada anak, lesu)
Hasil:
Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau
bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak
sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih
berbahaya dari sikap penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di
dalam, murid menahan perasaan.
3.Teman
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap
berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada
guru bisa negatif ataupun positif
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
Teman (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh:
merapat pada murid, mata dan senyum jenaka)
Hasil:
Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk
dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi
tergantung pada guru tersebut.
4. Pemantau
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung
jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan
pada peraturan-peraturan dan konsekuensi
“Peraturannya apa?”
“Apa yang telah kamu lakukan?”.
Pemantau (nada suara datar, bahasa tubuh yang formal):
Hasil:
Murid memahami konsekuensi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah
satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan,
menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah. Murid tetap dibuat tidak
nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu jam istirahat dan
mengerjakan tugas.
5. Manajer
Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid
agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau,
dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua
posisi tersebut bila diperlukan
Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)
“Apakah kamu meyakininya?”
“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”

Manajer (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):
Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”
Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!”
Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan
memperbaiki masalah ini?”
Adi: “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas
yang tertinggal.”
Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah
untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”
Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”
Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung
jawab pada murid untuk mencari jalan keluar
permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru.

di sini karakter murid akan terbentuk


“Saya kecewa sekali dengan kamu…”
Pemantau
Teman
Penghukum
Pembuat orang merasa bersalah
“Ibu kejar aku karena Ibu guru sayang aku.”
Kesenangan
Kebebasan
Penguasaan
Cinta dan Kasih sayang
“Aku hebat kan, bisa bikin Ibu guru kejar aku.”
Kebebasan
Kesenangan
Penguasaan
Cinta dan Kasih sayang

“Aku bosen belajar mewarnai terus di dalam kelas”.


Kebebasan
Cinta dan Kasih sayang
Kesenangan
Penguasaan
1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah
identitas anak dari orang yang gagal karena
melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses.
Anak yang melanggar peraturan karena sedang
mencari perhatian adalah anak yang sedang
mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita
mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya
dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif,
maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara
mengatakan kalimat-kalimat ini:
1. Berbuat salah itu tidak apa-apa.
2. Tidak ada manusia yang sempurna
3. Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
4. Kita bisa menyelesaikan ini.
5. Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah,
tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari
permasalahan ini.
6. Kamu berhak merasa begitu.
7. Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik
buat dirimu sendiri?
2. Validasi Tindakan yang Salah
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan,
yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita
memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari
sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara
paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
“Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk
dari ini ya?”
“Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan
hal itu”
“Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena
kamu telah melindungi sesuatu yang penting
buatmu”.
“Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu
harus menambahkan sikap yang baru.”
3. Menanyakan Keyakinan
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya
termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses
telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah
telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap
untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya,
dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan
keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau
keluarga.
Apa yang kita percaya sebagai kelas atau
keluarga?
Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
terima kasih
kesempurnaan hanya milik Allah, mohon maaf
atas segala salah ucap dan sikap

Anda mungkin juga menyukai