Tugas Antoropologi LAM
Tugas Antoropologi LAM
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
2022 / 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
telah dikenal, dihayati dan diamalkan oleh masyarakat secara terus menerus
dan turun temurun sepanjang sejarah.
Adat istiadat Melayu Kepulauan Riau yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat adalah adat yang bersendikan syara' dan syara' bersendikan
Kitabullah perlu dibina dan dikembangkan secara nyata dan dinamis sehingga
dapat didayagunakan untuk menunjang kelancaran kegiatan di bidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta memperkuat ketahanan
nasional.
Bertolak dari kenyataan ini, maka adat istiadat yang telah memberikan
ciri bagi suatu daerah yang dapat menjadi satu soko guru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara perlu dibina, dipelihara dan dilestarikan sebagai
upaya memperkaya khazanah budaya bangsa, memperkuat ketahanan budaya
bangsa sebagai pilar ketahanan nasional dan untuk mendukung kelangsungan
pembangunan nasional, khususnya pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau.
2
B. Rumusan Masalah
Usaha Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau dalam melestarikan
kebudayaan Melayu di Kepulauan Riau menghadapi banyak hambatan dan
tentangan. Kondisi sosial budaya Kepulauan Riau yang terdiri dari berbagai
suku bangsa ini membuat usaha pelestarian kebudayaan Melayu oleh Lembaga
Adat Melayu Kepulauan Riau (LAM KEPRI) sangat menarik untuk ditulis.
Untuk lebih fokus terhadap penulisan maka ruang lingkup yang akan
diteliti dapat dirumuskan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Lembaga Adat Melayu (LAM)
Kepulauan Riau?
2. Apa saja tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Lembaga Adat
Melayu (LAM) Kepulauan Riau?
3. Bagaimana Penyelesaian Permasalahan Waris dalam masyarakat oleh
Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau?
4. Bagaimana Peran Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau
dalam Penyelesaian Permasalahan Tanah Ulayat yang terjadi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya Lembaga Adat Melayu
(LAM) di Kepulauan Riau.
2. Untuk mengetahui tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Lembaga
Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau.
3. Untuk Mengetahui Peran Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan
Riau dalam penyelesaian permasalahan waris yang terjadi di
masyarakat.
4. Untuk Mengetahui Peran Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan
Riau dalam penyelesaian permasalahan Tanah Ulayat di wilayah
Kepulauan Riau.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pengambilan kebijakan pemerintah daerah peranan lembaga adat sebagai
tempat rujukan bagi masyarakat melayu dan juga masyarakat suku lainnya
terbilang cukup penting bagi menghasilkan kebijakan yang berkesan bagi
kepentingan masyarakat didaerah umumnya dan orang-orang melayu
khususnya.
5
akan mempertimbangkan adat istiadat Melayu Kepulauan Riau dalam
membuat keputusan tersebut.
6
1. Anak-anak si pewaris bersama-sama dengan orang tua si pewaris
serentak sebagai ahli waris.
2. Jika meninggal dunia tanpa keturunan maka ada kemungkinan saudara-
saudara pewaris bertindak bersama-sama sebagai ahli waris dengan
orang tuanya setidaknya dengan ibunya, prinsip diatas maksudnya
adalah jika orang tua pewaris dapat berkonkurensi dengan anak-anak
pewaris apabila dengan saudara-saudaranya yang sederajad lebih jauh
dari anak-anaknya.
3. Bahwa suami isteri saling mewaris artinya pihak yang hidup terlama
menjadi ahli waris dari pihak lain
7
Lembaga adat Melayu di Kepulauan Riau memiliki peran yang penting
dalam menyelesaikan permasalahan waris. Beberapa peran yang bisa dilakukan
oleh lembaga adat Melayu dalam permasalahan waris antara lain:
Dari hal diatas dapat dilihat bahwa peranan Lembaga Adat yaitu lebih
diutamakan di Kepulauan Riau jika terjadi perselisihan mengenai pembagian
warisan daripada melalui jalur Pengadilan. Artinya sifat kekeluargan di
Kepulauan Riau masih cukup kental dan nasehat ketua-ketua adat dan ulama-
8
ulama masih sangat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah atau
perselisihan yang terjadi. Lembaga Adat juga sangat berperan dalam
memperbaiki hubungan persaudaraan yang telah rusak akibat perselisihan yang
terjadi.
9
adalah masalah tanah ulayat. Tanah ulayat merupakan tanah yang secara turun
temurun diwariskan dari nenek moyang dan dianggap sebagai bagian integral
dari kehidupan dan identitas Melayu.
Bagi masyarakat Kepulauan Riau tanah ulayat adalah unsur pengikat bagi
masyarakat untuk tinggal di suatu wilayah dan merupakan identitas masyarakat
yang secara konstitusional dilindungi oleh UUD 1945. Oleh karena itu, sudah
merupakan kewajiban setiap orang untuk menjaga aset tersebut agar tidak
tergilas oleh perkembangan zaman. Hingga hari ini, diskursus tanah ulayat
tidak kunjung selesai. Dalam rangka menarik investor untuk menanamkan
investasinya di daerah, Pemerintah Daerah (Pemda) tidak segan-segan untuk
membebaskan tanah ulayat.
Adanya ketidakjelasan pengaturan tanah ulayat dalam peraturan
perundang-undangan, kerapkali menjadi alasan pembenar dalam
memarjinalkan keberadaan tanah ulayat. Di samping itu, batas-batas tanah
ulayat yang hanya berdasarkan “peta ingatan” dari Penguasa Adat pun menjadi
bagian dari kompleksitas permasalahan tanah ulayat. Bukan merupakan suatu
hal yang aneh, bila permasalahan tanah ulayat menjadi sumber sengketa utama
pada lembaga peradilan di wilayah Kepulauan Riau. Dalam hal ini, pihak-pihak
yang terlibat dalam sengketa tanah ulayat bisa saja melibatkan Pemda dengan
masyarakat, masyarakat dengan investor, atau antarsesama anggota
masyarakat.
Beberapa kasus sengketa tanah ulayat yang sudah terjadi, upaya
penyelesaian sengketa yang sudah ditempuh oleh para pihak adalah; pertama,
melalui proses negosiasi, dimana para pihak telah berusaha menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dengan melakukan musyawarah untuk
menyelesaikan bentuk dan besar ganti rugi termasuk pemberian uang adat
sebagai kompensasi atas pemanfaatan tanah ulayat. Namun proses
penyelesaian dengan cara seperti ini ternyata tidak mendatangkan hasil.
Bila para pihak tidak menemukan jalan keluar terbaik yang bisa
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan
cara kedua, yaitu melalui proses mediasi dengan bantuan pihak ketiga
10
(mediator). Dalam hal ini para pihak berusaha menyelesaikan sengketa yang
sedang mereka hadapi dengan meminta bantuan pihak ketiga sebagai
penengah, yaitu pemerintah daerah. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
berbagai proses penyelesaian sengketa yang sudah dilakukan ternyata
dirasakan tidak efektif sehingga masyarakat sangat menginginkan sekali ada
jalan keluar terbaik yang bisa ditempuh tanpa merugikan atau bahkan hanya
menguntungkan salah satu pihak saja.
Dari kronologis sengketa dan upaya yang sudah ditempuh, para pihak
merasakan bahwa upaya tersebut dirasakan belum mampu untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi. Dari penelitian yang sudah dilakukan
ternyata satu-satunya cara yang diinginkan oleh masyarakat untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi adalah dengan melakukan musyawarah
langsung (negosiasi) antara sesama masyarakat suku yang diselesaikan oleh
kepala suku dan ninik mamak.
Berikut adalah beberapa peran yang bisa dilakukab oleh lembaga adat
Melayu dalam menyelesaikan sengketa tanah ulayat di wilayah Kepulauan
Riau:
1. Menjaga keberlangsungan adat istiadat: Lembaga adat Melayu berperan
dalam menjaga keberlangsungan adat istiadat yang berkaitan dengan
pemilikan dan penggunaan tanah ulayat.
2. Membuat dan menjaga catatan adat: Lembaga adat Melayu sering kali
memiliki catatan adat yang mencatat sejarah pemilikan dan penggunaan
tanah ulayat. Catatan adat ini dapat membantu dalam menyelesaikan
sengketa tanah ulayat dengan memberikan bukti sejarah yang kuat.
3. Mediasi: Lembaga adat Melayu dapat bertindak sebagai mediator dalam
menyelesaikan sengketa tanah ulayat antara masyarakat adat dan pihak-
pihak lain yang mengklaim hak atas tanah tersebut.
4. Menerapkan hukum adat: Lembaga adat Melayu dapat menerapkan
hukum adat untuk menyelesaikan sengketa tanah ulayat. Hukum adat
sering kali memiliki aturan-aturan yang berbeda dengan hukum positif
yang berlaku di negara tersebut.
11
5. Merekomendasikan keputusan: Setelah menyelesaikan sengketa tanah
ulayat, lembaga adat Melayu dapat merekomendasikan keputusan
kepada pihak yang berwenang untuk memberikan pengakuan resmi atas
kepemilikan dan penggunaan tanah ulayat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau atau LAM Kepri adalah sebuah
lembaga adat daerah yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh Melayu Kepulauan
Riau dari berbagai latar dan profesi, yaitu pejabat pemerintahan, ulama,
ilmuwan/cendekiawan dari perguruan tinggi di Kepulauan Riau, budayawan,
seniman, sastrawan, dan orang patut-patut yang berasal dari lingkungan
kekuasaan tradisional Melayu Kepulauan Riau Suku Melayu secara suku
bangsa merupakan suku terbesar populasinya dalam Provinsi Kepulauan Riau.
Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau yang dibentuk untuk mewadahi
dan berfungsi melakukan pembinaan, pengembangan dan penerapan serta
mengawal nilai-nilai adat Budaya Melayu Dalam melaksanakan fungsinya,
Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau juga diberikan peran untuk
menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi. Mulai dari permasalahan waris
dalam masyarakat, juga termasuk sengketa tanah ulayat di Provinsi Kepulauan
Riau yang selalu menimbulkan konflik secara terus-menerus.
12