Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergaulan bebas antar remaja yang banyak terjadi saat ini seringkali

mengarah pada hal-hal negatif yang tidak diinginkan, seperti berhubungan seks

di luar nikah dan hamil di luar nikah. Masalah ini disebabkan oleh

perkembangan zaman yang begitu pesat, sehingga pada saat ini di masyarakat

terdapat kehidupan bersama antara seorang pria dan seorang wanita tanpa ada

ikatan perkawinan, Anak-anak yang lahir di luar nikah sering mendapat julukan

di masyarakat sebagai anak haram, hal ini menyebabkan gangguan psikologis

pada anak. Dilihat secara realita memang anak yang dilahirkan diluar

pekawinan tersebut tidak memiliki hubungan dengan ayah biologisnya dan tidak

mempunyai akibat hukumnya dari perbuatan yang dilakukan oleh orang tua dari

anak yang dilahirkan diluar pekawinan tersebut, namun anak yang dikahirkan

diluar pekawinan yang sah sering menjadi pertentangan-pertentangan

dimasyarakat dan banyak membawa dampak negatifnya, dengan adanya konflik

antara masyarakat yang ditimbulkan akibat anak luar perkawinan tersebut.

Pasal 43 ayat 1 undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang hak waris anak

luar kawin menyebutkan bahwasanya anak yang dilahirkan diluar pekawinan

yang sah hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga

ibunya saja dan anak tersebut berhak mendapat waris dari ibu
2

1
kandungnya sendiri, sedangkan di realita dimasyarakat sekarang ini anak yang

dilahirkan diluar pekawinan yang sah belum mendapatkan pengaturan yang

jelas dan terperinci mengenai bagaimana sistem pewarisan anak yang dilahirkan

diluar pekawinan tersebut, sebagai seorang manusia perlu ada pengaturan

terhadap hal tersebut, Dari adanya akibat hubungan keperdataan dengan ibu

maupun keluarga ibunya anak yang dilahirkan diluar pekawinan tersebut itu

hanya mendapat tanggungan dan waris dari ibu dan keluarga ibunya saja, dan

juga terhadap pengawasan dari anak itu baru dilahirkan hingga anak itu tumbuh

dewasa hanya mendapat tanggungan dari ibunya, Sekilas saja pengaturan

mengenai bunyi pasal tersebut adanya ketidak cocokan dan ketidakadilan bagi

orangtua/ibunya dan anaknya saja, bila dilihat secara logika untuk

membenihkan suatu anak tersebut didalm harim seorang ibu tentu ada pihak

ayah atau laki-laki didalamnya, karena jika tidak maka tidak akan ada dan tidak

akan ada benihnya anak tersebut didalam rahim seorang ibu dari anak tersebut.

Dari hal tersebut laki-laki yang menghamili ibu dari anak tersebut tidak mau

mengakui anaknya maka terputuslah hubungan keperdataan antara bapak dan

anak tersebut, ini sangat dibutuhkan sekali padahal hubungan hukum antara

anak dan ayahnya untuk menuntut hak nafkah yang sangst wajar seperti halnya

dilakukan anak-anak sah pada umunya dimasyarakat.

Kita sebagai seorang manusia, sangat perlu dan sangat membutuhkan adanya

hidup bersama dan selalu ingin hidup berkeluarga, inilah yang menuebabkan

manusia selalu ingin hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita

dengan tujuan untuk membentuk rumahtangga dan keluarga dalam hal ini
3

melalui ikatan perkawinan yang sah, Didalam undng-undang nomor 16 tahun

2019 tentang perkawinan menyebutkan dan menegaskan bahwasanya

perkawinan itu adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang

wanita dimana untuk membantuk keluarga dan rumah tangga yang sangat kekal

dan abadi berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Dari pengertian tersebut

memberikan pencerahan dan ketentuan bahwa arti dari perkawianan itu sendiri

adalah dimana untuk membentuk ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan

seorang wanita untuk membentuk keluarga atau rumah tangga, kemudian tujuan

dari perkawinan itu sendiri adalah adalah utnuk membentuk keluaega yang

sangat bahagia dan bisa mencapai keharmonisan didalam keluarga berdasarkan

ketuhanan yang maha esa. (mainake yosephus:2013:70)

Hukum Adat adalah aturan-aturan atau tingkah laku yang yang berlaku bagi

masyarakat disekitar atau bahi orang-orang yang ada dalam kelompok

masyarakat itu sendiri, hukum adat itu sendiri memiliki 3 ciri-ciri khusus yaitu

yang pertama positif dimana dalam positif ini artinya hukum adat itu dinyatakan

sah sexara resmi pada tempatnya dan waktu tertentu didalam masyarakat itu

sendiri. Yaitu saat ini memiliki sanksi tertentu san tegas yang berlaku

dimasyarakat. Dimana dalam hal ini adanya reaksi /konsekuensi dari pihak lain

jika seseorang itu melanggar ayuran dimasyarakat maka harua bersiap

menerima konsekuensinya/sanksi yang ditimbulkannya. Kemudian yang

dimaksud pihak-pihak yang melanggar norma atau ketentuan yang ada didalam

masyarakat itu sendiri termasuk hukum adat, artinya disini adanya pembukuan

yang sistemasis dari suati wilayaj, bidang hukum khusua atau tertentu sebahai

satu kesatuan yang secara bulat dan utuh (hilman hadikusuma:2003:15)


4

Hukum Adat yang ada di indonesia menurutnya perkawinan itu bukan hanya

sebahai ikatan lahir dam batin saja melainkan juga adanya perikatan secara

perdata dan juga perikatan perdata dan juga sekaligus perikatan kekeluargaan dan

perikatan kekerabatan jadi terjadinya adanya ikatan perkawinan itu sendiri bukan

hanya membawa akibat dari suatu hubungan-hubungan yang terjadi atai hubungan

keperdataannya saja Ada juga hak dan kewajiban orang tuanya juga yang harus

ada perlindungan nya, ada juga hak dan kewajiban sebagai anak dan prang tua

suami dan istri harta bersama dan lainnya, hukum adat disini mengatur bagaimana

tingkah laku masyarakat jika ada yang melanggar dari hukum adat itu sendiri

maka akan dikenakan sanksi, disetiap masyarakat atau daerah hukuman hukum

adanya berbeda-beda, karena itu semua tergantung dari kesepakan masyarakat

yang ada diwilayah tersebut Seringkali masyarakat tidak mengetahui apa sanksi

yang ditimbulkan jika melanggar aturan yang telah disepakatinya. Begitujuga

adanya larangan dan printah keagamaan, baik hubungan manusia itu sendiri

dengan tuhan, mapun hubungan manusia dengan manusia, didalam pergaulan

hidup ahar didalam masyarakat atau wilayah dan dunia ini selamat dan diahirat

nanti.

Hukum Adat imam sudiyat didalam bukunya mengatakan bahwa hukum

perkawinan adat biasa merupakan urusan kerabat, artinya jika melakukan

perkawinan atau melangsungkan perkawinan biasa kerabat yang ada disekitar itu

sendiri yang memikiki urisannya, seperti yang dimaksud keluarga, kelompok,

dan juga merupakan urusan pribadi yang tergantung pada atairan atau susunan

didaerah masuarakat itu sendiri (imam sudiyat:1991:17) dan Ter harr

menyatakan bahwa Perkawinan itu adalah urusan kerabat keluarga dan uruaan

masyarakat dan peibadi dalam, lembaga-lembaga atau masyarakat dan


5

kaidahkaidah hukum yang ada sangkut pautnya san hubungannya dengan atiran

ataupun tatan didunia luar dan kemampuan manusia. Hukum adat sangatlah

simple bilamana ada aturan maka harus ditaati dan dituruti bilamana melangggar

maka sudah siap menanggung konsekurnsinya yang ditimbulkan, dimana dalam

hal urusan perkawinan urusan masyarakat dsini yang dimaksudkan yaitu

masyarakat yang kan ikut dan ada sangkut pautnya dalam menyelesaikan

permasalahan ataupun ketiatan yang dilakukan diwilayah itu sendiri/di lingkup

masyarakat itu sendiri maka dalam hal ini Hukum adat itu sangat sakral pada

prinsipnya.

Perkawinan yang memiliki arti ikatan adalah perkawinan yang memilikin atau

mempunyai suatu akibat hukum terhadap hukum adat itu sendiri yang berlaku

didalam wilayah atau masyarakat yang saling bertalian/bersangkutan, maka

adanya akibat hukum Ini yang ada selak sebelum perkawinan itu terjadu, yaitu

bosa diartikan dan misalnya dengan adanya ikatan atau hubungan pelamaran

yang merupakan suka sama suka antara seorang pria dengan seorang wanita atai

hubungan anak-anak /bujang, gadis dan hubungan orang tua keluarga daripada

calon istri.

Jika sudah terjadikan perikatan suatu perkawinan makan akan ditimbulkannya

suati Hak-hak dan kewajiban orang tua yang dimaksud adalah anggota

keluarga ,kerabat maupun masyarakat, menurut hukum adat dengan diadakannya

upacara bendera adat dan selanjutnya dalam peran pembinan dan memelihara

keluarga ataupun kerukunan, keutuhan dan kelanggengan dari kehidupan dari

anak-anak mereka yang terlibat didalam suatu perkawianan yang telah mereka

langsungkan sebelumnya (titis wahyuningtyas, dominikus rato, emi

zulaiku:2014:02 Dan perkawinan akan menjadi lebih dalam karena


6

melibatkan keluarga, pribadan dan kerab yang satu dengan kerabat yang lainnya

dan dalam kekkerabatan sangat berarti didalam pelaksanaan dan melanjutkan

keturunan karena keturunan merupakan hal yang sangst penting didalam

keluarga itu sendiri dari perkawinan yang sudah dibentuk sebelumnya, untuk

membentuk suatu rumah tangga yang kekal dan abadi dan bahagia setiap

seseorang yang melangsungkan perkawinan sanvat mendambakan memounyai

seorang anak didalam suatu keluarganya tersebut, anak yang dihasilkan dari

perkawinan yang sudah dilaksanakan sebelumnya merupakan kebahagiaan yang

tiada tara bagi kedua orang tua mereka, dan tentunya bagi keluarga mereka

karena anak yang dihasilkan tersebut merupakan buah dari perkawinan tersebut

dan anak tersebut merupakan sebagai landasan perkawinan, namun ada juga dan

tidak semua anak yang dilahirkan tersebut dihasilkan dari perkawinan yang sah,

kehadiran seorang anak meruapakn kebahagian seseorang atau orang tua yang

meruoakan kebahagiaan kesejahteraan bagi seorang ibu maupun ayah dari anak

tersebut maupun keluarganya, karena anak itu meruapakan landasan dari

perkawinan. Untuk membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia, maka

orangtua memhina anaknua dan memelihara anaknya dengan cinta kasih yang

sangat luar biasa Memberikan perhatian dan kasih sayang yang sangat amat

tulus, dan memberikan pendidikan, selalu brusahan dan berjuang untuk sang

buah hati walaupun orangtuanya bersusahpayah untuk menafkahi tetapi orang

tua tak pernah mengeluh akan hal itu, selalu berjuang untuk sang buah hati

dengan tulus tanpa adanya kepamrihan, termasuk juga memberikan kesehatan

dan kecakapan. Kehadiran seorang anak suatu harta karun kebahagiaan

seorang suami istri beserta kelaurganya dan kerabatnya yang ada disekitar,

namun dalam hal ini tidak semua orang mengsnggap bahwa kehadiran seorang
7

anak dilam keluarga itu memberikan kebahagian bagi orang tunya karena ada

juga anak yang tidak memounyai belaskasiahan terhadap orang tuanya

dikarenakan, anak yang sudah salah pergaulan, disini anak dsini yang

dimaksudkan adalah anak luar perkawinan, anak yang dilahirkan diluar

pekawinan sering mendapatkan julukan dalam masyarakat sebagai anak haram

hal inilah yang menyebabkan gangguan psikologis pada anak tersebut, Dalam hal

ini biasanya terjadi kepada seseorang perempuan yang tidak bersuami

melahirkan seorang anak diluar perkawinan, karwna merukapan perbuatan yang

tidak baik dam bisa menyebarkan air desa dan bagi keluarga dan kerabatnya.

Anak yang dilahirkan dsri seorang ibu atau wanita yang tidak memlunyai suami

atau laki-laki dinamakan dinamakan sebagai anak luar kawin selama karena

didalam hukum adat itu sendiri bentuknya tidak mengenak anak kandung saja,

melainkan anak yang dilahirkan diluar pekawinan dan anak tiri juga, kk jika

didalam wilayah masyarakat terdapat ternyata ada seorang wanita atau ibu yang

melahirkan anak diluar perkawinan yang sah, merupakan persoalan-persoalan

yang sangst serius dan merupakan lermasalah yang cukup memprihatinkan baik

bagi seorang wanita atau ibu dan maupun bagi kelaurga ibunya itu sendiri.

Dikarena anak yang dilahirkan diluar perkawianan yang sah itu akan hidup dan

bergabung kedalam masyarakat seperti anak salah pada umumnya, dengan

adanya ayau hadirnya seorang anak diluar perkawinan anak menimbulkan

pertentangan dan permasalahan didalam masyarakat maulun dikeluarga, karena

anak yang dikahirkan diluar perkawinan tersebut suatu saat sudah dewasa akan

ikut bergabung kedalam masyarakat, dan permaslahan yang memprihatinkan

yaitu siatem pewarisan anak tersebut, tidak ada pengsturan yang secara jelas dan

terperinci mengatur sistem pewarisan anak diluar perkawinan yang sah.


8

Adanya seorang anak yang dilahirkan diluar pekawinan akan membawa

permasalahan-permasalahan yang cukup membebankan orang tua dari anak

tersebut/ibu kandungnya sendiri, dan bagi keluarga ibunya maupun masyarakat

yang ada disekitarnya, karena suatu saat nanti jika anak yang dilahirkan tersebut

sudah dewasa akan sangat sulit mencari ayah biologisnya dan setiap permasalah

akan yang ada sangkut pautnya dengan anak tersebut hanya akan membebankan

ibu dan keluarga ibunya saja. Dengan dilahirkannya anak diluar pekawinan

tersebut akan banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan dan pertentangan

diantara keluarga ibunya maupun didalam masyarakat sekitarnya, mengenai

bagaimana sistem pewarisan anak tersebut dan bagaimana hak dan kewajibannya.

Adapaun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah yaitu untuk mengetahui

bagaimana siatem pewarisan anak luar kawin dan bagaimana implementasi pasal

43 ayat 1 undang-undang nomor 16 Tahun 2019 tentang hak waris anak diluar

pekawinan di Desa Adat Sepang. Dan menyelesaikan permasalahan pewarisan

anak luar kawin tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode empiris, dam dari hasil penelitian ini, pembahasan diatas anak luar kawin

yang tidak mendapatkan waris Dari ibunya, hal inilah yang bertentangan dengan

bunyi pasal bahwasanya di pasal 43 ayat 1 undang-undang nomor 16 tahun 2019

berbunyi anak diluar kawin hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibu

dan keluarga ibunya saja dan anak tersebut berhak mendapat waris dari ibu dan

keluarga ibunya saja, sedangkan di realita anak yang lahir di luar perkawinan di

desa Sepang itu tidak mendapatkan waris dari ibu dan keluarga ibunya. Anak yang

lahir di luar perkawinan tersebut hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya

dam berkedudukan sebagai anak dari ibunya saja. Kedudukan anak yang

dilahirkan diluar pekawinan yang sah hanya dilirik sebagai anak haram/rendah
9

didalam masyarakat sekitar dan anak tersebut jika dibandingkan dengan secara

yuridis mempunyai hak dan kewajiban yang kurang dibandingkan anak yang sah

pada umumnya. Anak yang dilahirkan di luar perkawinan menurut bunyi pasal 43

ayat 1 anak luar kawin hanya mendapat tanggung jawab dari ibunya dan keluarga

ibunya saja anak luar kawin juga mempunyai hak waris dari ibu kandungnya dan

peninggalan dari keluarga ibunya saja, tetapi ada juga ayah biologis dari anak luar

kawin tersebut memberikan sesuatu terhadap anak tersebut seperti harta kekayaan.

Dari hal ini anak yang dilahirkan diluar pekawinan yang sah, sangat perlu

mendapatkan perlindungan hukumnya karena semua anak berhak atas hak dan

kewajibannya. Selain itu anak yang dilahirkan diluar perkawinan tidak hanya

memiliki hak saja namun memiliki kewajiban juga yang harus dilaksanakan dan

dijalankan, seperti anak luar kawin mempunyai hak untuk mendapatkan waris dan

mempunyai hak umtuk hidup, kewajibannya yaitu membantu ibunya dan

masyarakat yang ada disekitarnya. Tidak hanya anak yang sah memiliki hak dan

kewajiban tetapi anak yang dilahirkan diluar pekawinan yang sah harus memilihi

hak dan kewajiban tersebut, harena dimata hukum anak itu sama biarpun anak

luar kawin maupun tidak. Maka dari itu tidak boleh mendiskriminasi anak yamg

lahir diluar pekawinan tersebut, karena belum tentu anak yang dilahirkan diluar

pekawinan tersebut lebih buruk nasibnya ketimbang anak yang sah, sering anak

yang lahir diluar pekawinan mendapatkan julukan dimasyarakat sebagai anak

haram, karena anak tersebut membawal hal yang negatif dan sering membawa

permasalahan-permasalahan dimasyarakat, sekilas hal inilah yang membiat

gangguang psikologis pada anak tersebut.

Sering ditemukan ketidakselarasan ataupun ketimpangan dimasyarakat

mengenai nilai-nilai moral itu sendiri terkait dengan bagaimana arti penting dari
10

sebuah perkawinan. Perkawinan hanya sering dianggap dimasyarakat sebagai

salah satu pristiwa yang sangan biasa atau lumrah dilakukan dimasyarakat. Dari

hal tersebut maka nilai dari adanya kesakralan dari suatu perkawinan tersebut

sedikit demi sedikit menjadi hilang karena sudah terbiasa dilakukan dimasyarakat.

Hal inilah yang banyak bisa dibuktikan dimasyarakat bahwasanya masih

banyaknya kasus-kasus dimasyarakat mengenai anak yang dilahirkan diluar

pekawinan yang sah, yang terjadi dimasyarakat. Banyaknya informasiinformasi

yang menyebar dimasyarakat dengan adanya media elektronik seperti media

cetak, artikel maupun media lainnya yang cukup cepat menyebar luaskan brita

yang bredar dimasyarakat, terkait dengan kasus anak lahir diluar perkawinan

yang sah. Sebagai salah satunya yaitu kasus yang masih terjadi di Desa Sepang,

Kecamatan Busungbiui, Kabupaten Buleleng , Provinsi Bali. Anak yang lahir

diluar perkawinan yang terjadi di desa ini tidak mendapatkan hak waris dari ibu

kandungnya sendiri, dan hanya mendapatkan tanggungan semasih anak itu belum

dewasa jikalau ibu kandung dari anak tersebut sudah meninggal maka anak ini

tidak mempunyai apa-apa istilah di desa sepang, apapun yang terjadi pada anak

tersebut maka desa yang akan bertanggung jawab terhadap anak yang lahir diluar

perkawinan yang

Selain itu pasal 43 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 tahun 2019 tentang

perkawinan kususnya pada anak lahir diluar perkawinan itu tidak sesui dengan

ada atau realitanya dilapangan disini ada bertentangan atau ketidak selasaran

antara pasal 43 ayat 1 dengan realita yang ada di Desa Sepang. Dalam pasal

tersebut menyebutkan Mengenai apakah anak luar kawin mendapat waris dari ibu,

Pasal
11

43 ayat 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan (UU

Perkawinan) menyatakan bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan (yang

sah) hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.

Oleh karena itu, anak luar kawin berhak mendapatkan waris tanpa perlu

pengakuan dari ibunya. Dalam pasal tersebut mengatakan secara jelas bahwasanya

anak diluar perkawinan yang sah mendapat waris dari ibunya tanpa harus anak

tersebut memintanya, Namun pada kenyataanya yang terjadi pada hak waris anak

diluar perkawinan yang sah, yang brada di Desa Sepang itu bertentangan,

sehingga anak diluar perkawinan didalam pasal 43 ayat 1 Undang-undang Nomor

16 Tahun 2019 mendapat waris dari ibu dan keluarga ibunya saja. Sedangkan

direalitanya dalam Desa Adat Sepang Kecamatan Kabupaten Buleleng anak yang

Lahir Dari Perkawinan yang tidak sah itu tidak mendapat waris apapun dari ibu

ataupun keluarga ibu nya tersebut. Terkecuali anak tersebut sudah diminta secara

sah dari anggota keluarga ibu dari anak tersebut, dari hal ini sudah terlihat jelas

adanya tidak keselarasan pasal dengan realita yang ada khususnya yang ada di

Desa Sepang
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih

lanjut terkait permasalahan tersebut untuk menulis dalam bentuk proposal skripsi

dengan judul: “ IMPLEMENTASI PASAL 43 AYAT 1 UNDANG-UNDANG

NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG HAK WARIS ANAK LUAR KAWIN

( STUDI KASUS DI DESA ADAT SEPANG ) ”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis oleh peneliti diatas,

maka peneliti memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan

penelitian sebagai berikut :


12

1. Adanya kesenjangan antara norma (das hollen) pada UU Perkawinan

secara khusus Pasal 43 ayat 1 dengan realita hukum (das hein) Pada

hak waris anak diluar perkawinan yang sah

2. Banyaknya permasalahan anak luar kawin terkait dengan sistem

pewarisan

3. Tidak ada pengaturan yang jelas mengenai sistem pewarisan anak

diluar perkawinan yang sah

1.3 Pembatasan Masalah

Penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah perlu ditegaskan mengenai

materi yang diatur di dalamnya. Hal ini sangat diperlukan untuk

menghindari agar isi atau materi yang terkandung di dalamnya tidak

menyimpang dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan sehingga

dapat diuraikan secara sistematis. Untuk menghindari pembahasan

menyimpang dari pokok permasalahan maka diberikan batasan-batasan

mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas. Terkait

penelitian ini penulis memberikan batasan pada proses Hak waris anak

yang terjadi di Desa Adat Sepang dan implementasi Pasal Pasal 43 ayat 1

tentang hak waris anak diluar perkawinan UU Nomor 16 tahun 2019

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam proposal

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Hak waris anak diluar perkawinan menurut hukum waris adat

bali di Desa Sepang ?

2. Bagaimana implementasi Pasal 43 Ayat 1 Undang-Undang Nomor


13

16 tahun 2019 Tentang hak waris anak diluar perkawina di Desa

Adat Sepang?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menambah pemahaman penulis dan pembaca dalam bidang

penulisan hukum perdata khususnya terkait dengan implementasi Pasal

43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan

tentang hak waris anak diluar perkawinan di Desa Adat Sepang,

Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengkaji dan menganalisis terkait dengan Hak waris anak diluar

perkawinan yang terjadi di Desa Adat Sepang Kecamatan Busungbiu

Kabupaten Buleleng
b. Untuk mengkaji dan menganalisis terkait dengan implementasi Pasal 43

ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan pada

hak waris anak diluar perkawinan di Desa Adat Sepang Kecamatan

Busungbiu Kabupaten Buleleng

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribu pada si

teoritis dan referensi tambahan terkait dengan perkembangan dalam

dunia hukum baik hukum nasional maupun hukum adat, secara khusus

mengenai implementasi Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16


14

tahun 2019 tentang Perkawinan hak waris anak diluar perkawinan di

Desa Adat Sepang seta menjadi pedoman penulis lain dalam membuat

penelitian sejenis

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penulis dapat membuat dan menyusun karya tulis yang sesuai dengan

kaidah penulisan karya ilmiah, menambah wawasan penulis terkait

dengan perkembangan dalam dunia hukum, secara khusus mengenai

implementasi Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019

tentang Perkawinan Anak yang lahir diluar perkawinan di Desa Adat

Sepang yang selanjutnya dijadikan sebagai pegangan dalam

pembelajaran.

b. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai Pasal 43

ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan,

yang mengkusus pada hak waris anak diluar perkawinan yang sah

sehingga masyarakat bisa mengetahui apakah Anak yang lahir diluar

diluar perkawinan tersebut sudah sesuai dengan aturan atau tidak.

c. Bagi Pemerintah

Sebagai referensi dan acuan dalam meningkatkan efektivitas

pembuatan hukum nasional dalam hal ini undang-undang dengan

memperhatikan adat dan tradisi yang berkembang pada masyarakat


15

adat sehingga tidak terjadinya pelanggaran terhadap aturan yang

berlaku.

Anda mungkin juga menyukai