Anda di halaman 1dari 12

Model Kurikulum Sentralistik

A. Kurikulum
Sebuah sistem yang memiliki instrumen penunjang juga saling relevan
antara salah satu dengan yang lainnya, yang meliputi tujuan, metode,
materi pembelajaran, serta penilaian evaluasi pembelajaran merupakan
definisi dari kurikulum1. Sedang menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
mengenai Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum diartikan sebagai
seperangkat rencana serta pengaturan yang mencakup bahan, isi, tujuan
pembelajaran, serta cara yang diaplikasikan sebagai acuan
terselenggaranya aktivitas pembelajaran guna mencapai tujuan dalam
pendidikan. Selain itu, ditemukan definisi kurikulum yang diungkapkan
oleh ahli pendidikan, yaitu:
1. A. Glattorn (1987) menyatakan bahwasannya kurikulum merupakan
perancangan pada sebuah pembimbingan pembelajaran yang umumnya
mencakup aktualisasi rencana kelas, dokumen, dan level secara umum
sebagai pencatatan pengalaman murid dari seorang pakar, kemudian
pengalaman tersebut diposisikan pada lingkungan pembelajaran yang
dapat memengaruhinya.
2. Ralp Tyler (1949) menyatakan bahwasannya kurikulum merupakan
seluruh pelajaran peserta didik yang telah diatur dan diterapkan pihak
sekolah guna meraih tujuan pendidikan.
3. E. Eisner (1979) menyatakan bahwasannya kurikulum adalah
penawaran pengalaman terhadap peserta didik pada aktivitas arahan
dan bimbingan di sekolah.
Dari beberapa definisi tersebut maka kami menyuimpulkan bahwa
Kurikulum adalah sebuah komponen yang harus dipersiapkan oleh
lembaga pendidikan sebelum menjalankan praktik pendidikan yang
diinginkan. Kurikulum merupakan komponen yang bersifat dinamis, yang
artinya berkembang dengan mengikuti perkembangan serta tuntutan
1
Huda, N. (2017). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Al-Tanzim: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 1(2), 52–75. https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v1i2.113 . Hlm 54
zaman. Pengembangan kurikulum merupakan sebutan komprehensif yang
meliputi perencanaan, implementasi, serta evaluasi dikarenakan
pengembangan kurikulum mengindikasikan kemajuan serta transisi.
B. Sejarah Perkembangan kurikulum di Indonesia
Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945
telah mengalami 9 kali perubahan diantaranya adalah pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Berbeda
dengan itu, kemendikbud memaparkan tentang sejarah perkembangan
kurikulum yaitu : perkembangan kurikulum terdiri dari pertama kurikulum
1947, kedua kurikulum 1954, ketiga kurikulum kurikulum 1968, keempat
kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan), kelima
kurikulum 1975, keenam kurikulum 1984, ketujuh kurikulum 1994,
kedelapan kurikulum 1997 (revisi kurikulum 1994), sembilan kurikulum
2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), kesepuluh kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kesebelas kurikulum 20132.
Perubahan orientasi, desain, model dan lain sebagainya dengan tujuan
utama untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional serta
mensejajarkan dengan pendidikan-pendidikan yang ada di dunia.
1. Kurikulum 1968
Sifat politis melekat erat pada awal munculnya kurikulum 1968,
mengganti kurikulum 1964 yang dicitrakan sebagai hasil dari
pemerintahan “Orde Lama”. Jika dilihat dari aspek tujuannya, upaya
untuk meningkatkan rasa cinta tanah air, kuat dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti
dan keyakinan beragama lebih di tekankan pada kurikulum 1968.
Perubahan dari pancawardana menjadi pembinaan jiwa pancasila
terjadi pada kurikulum 1968. UUD 1945 menjadi kiblat dalam
penerapan kurikulum ini secara murni dan konsekuen. Jumlah dari
keseluruhan matapelajaran pada kurikulum 1968 berjumlah sembilan

2
Arif Munandar, Pengantar kurikulum, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2012), hlm. 50
mata pelajaran. Pelajaran dikurikulum ini bersifat teoritis, tidak
mengaitkan dengan permasalahan nyata yang terjadi di lapangan3.
Kelahiran kurikulum 1968 karena adanya pertimbangan politik
ideologis yang dianut pemerintah saat itu, yaitu orde baru. Correlated
subject curriculum menjadi ciri khas struktur kurikulum 1968, artinya
bahwa materi pada jenjang pendidikan rendah memiliki korelasi untuk
jenjang pendidikan pada jenjang selanjutnya4.
Kurikulum 1968 identik dengan muatan mata pelajaran teoritis,
tidak berkaitan dengan ketentuan obyektif dilapangan atau kehidupan
nyata (tematik) adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam
kurikulum ini sangat tergantung oleh ilmu pendidikan dan psikologi
pada akhir tahun 1960-an.
2. Kurikulum 1975
Pembangunan nasional melatar belakangi kelahiran kurikulum
1975 akibat dari banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi,
terutama sejak tahun 1969. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
program maupun kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pembaharuan tersebut5.
Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang bersifat sentralistik
atau dibuat oleh pemerintah pusat dan sekolah-sekolah hanya
menjalankan6. Kurikulum 1975 berprinsip tujuan dari pendidikan harus
efektif dan efisien. Kurikulum 1975 banyak mendapatkan kritik dari
pelaksana di lapangan. Guru dibuat sibuk menulis perincian apa yang
akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran7.
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 memiliki
beberapa prinsip pelaksanaan, diantarannya adalah sebagai berikut8:
3
Arif Munandar, Pengantar kurikulum, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2012), hlm. 51-52
4
Arif Munandar, Pengantar kurikulum, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2012), hlm. 52
5
Ibid
6
Muhammad Nurhalim, Analisis Perkembangan Kurikulum Di Indonesia (Sebuah Tinjauan
Desain Dan Pendekatan), Jurnal INSANIA Vol.16, No.3 September-Desember 2011.
7
Alhamuddin, Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia Sejak Zaman
Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013), Jakarta: Prenadamedia, 2019. Hlm 46-47
8
Ibid 54
a) Pendidikan harus berorientasi pada tujuan.
b) Menggunakan pendekatan integratif dalam arti bahwa agar tujuan
pembelajaran menjadi tujuan yang inyegratif
c) Dalam daya dan waktu menekankan keefisien dan keefektifannya
d) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
(PPSI). Perubahan tingkah laku peserta didik menjadi tujuan utama
dari kurikulum ini
e) Stimulus dan respon yang dipengaruhi oleh psikologi tingkah laku.
Karena tujuannya adalah perubahan tingkah laku maka teori
pembelajaran yang digunakan adalah teori belajar behavioristik
3. Kurikulum 1984 Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
Kurikulum 1984 merupakanpenyempurnaan dari kurikulum 1975
dan mengunakan pendekatan proses. Dalam hal ini faktor tujuan tetap
penting messkipun sudah menggunakan pendekatan proses. Kurikulum
ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Subjek
belajarnya adalah siswa. Model seperti ini yang dinakan aktif learning
karena siswa yang akan selalu aktif dalam pembelajaran. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Namun banyak sekolah yang menerapkan dengan baik dan
alhasil siswa tidak melaksanakan pembelajaran dengan baik dan hanya
gaduh di kelas9.
4. Kurikulum 1994 (Separate Subject Curriculum)
Kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 dipadukan menjadi
kurikulum 1994. Kurikulum 1994 dilaksanakan sesuai dengan
UndangUndang no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada kurikulum ini terjadi perubahan dari sistem semester ke sistem
catur wulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi
siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan

9
Alhamuddin, Sejarah Kurikulum Indonesia (Studi Analisis Kebijakan Pengembangan Kurikulum,
Jurnal, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014.
pengajaran kurikulum ini yaitu lebih berorientasi pada materi pelajaran
dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah10.
Tujuan dan proses kurang berhasil dipadukan. Muatan nasional dan
muatan lokah sangat banyak porsinya. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan
kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjadi
kurikulum yang super padat dan hasilnya juga kurang bagus.
Berdasarkan study dokumentasi yang telah dijelaskan dalam bukunya
Hari Suderadjat, kurikulum 1994 dapat dikemukakan bahwa kurikulum
tersebut mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan 11.
Dalam kurikulum ini memiliki kekurangan dan kelebihan hal ini di
sebutkan dalam salah satau jurnal12. Setiap kurikulum tidak dapat
dipungkiri pasti memiliki cacat dalam pelaksanaan, hal ini diakibatkan
adanya kultur budaya yang berbeda-beda di pelbagai daerah terutama di
Indonesia ini.
5. Kurikulum 2013
Kurikulum KTSP dianggap belum sempurna dan masih banyak
kekurangan, apalagi saat ini adalah era digital yang apa-apa bisa
dilakukan dengan teknologi maka KTSP harus segera dirubah menjadi
kurikulum 2013. Berkembangnya teknologi adalah salah satu alasan
yang relevan untuk menyempurnakan sebuah kurikulum. Sejarah
pergantian dan perubahan kurikulum tidak terlepas dari sejarah yang
menaunginya.
Sejarah yang melatar belakangi lahirnya kurikulum KTSP
merupakan bentuk implementasi Undang-undang No. 20 tahun 2003

10
Iramdan & Lengsi Manurung, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Jurnal, Vol. 5, No.2, April
2019.
11
Hari Suderajat, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), (Bandung : CV Cipta
Cekas Grafika, 2004), hlm. 6
12
Farah Dina Insani. Sejarah perkembangan kurikulum di indonesia Sejak awal kemerdekaan
hingga saat ini. Jurnal Vol VIII No.1, Th. 2019. As-Salam.
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Substansi kurikulum ini adalah
peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tapi isi dan arah pengembangan
pembelajaran masih memiliki keberhasilan, karakteristik dalam paket
kompetensi yang ada pada KTSP yang memiliki kesamaan juga dengan
karakteristik kurikulum KBK13.
Berkaitan dengan pengembangan kurikulum, kurikulum 2013 lebih
menekankan pada pendidikan karakter, dengan harapan melahirkan
insan yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Meningkatkan
proses dan hasil belajar yang diarahkan kepada pembentukan budi
pekerti dan peserta didik yang berakhlak mulia sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan adalah tujuan
pendidikan karakter pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013
menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap anak didik secara holostik. Kompetensi pengahuan, ketrampilan
dan sikap ditentukan oleh rapor dan merupakan penentuan kenaikan
kelas dan kelulusan anak didik14.
C. Manajemen Pengambangan Kurikulum Sentralistik
Manajemen pengembangan kurikulum sentralistik berarti terpusat,
yaitu pengembangan kurikulum berasal dari pusat (pemerintah). Pada
negara yang bersifat kesatuan seperti Indonesia, sentralisasi ini berada
pada tingkat pemerintah pusat, sedangkan pada negara federal sentralisasi
berada pada tingkat pemerintah federal (pusat) atau tingkat negara bagian.
Dalam manajemen pengembangan kurikulum yang terpusat atau
sentralistik, bukan hanya tugas, wewenang dan tanggung jawab
pengembangan kurikulum yang dipegang oleh pejabat pusat, tetapi juga
inisiatif, gagasan, bahkan model kurikulum yang akan dkembangkan dapat
berasal dari pemegang kekuasaan di pusat. Biasanya daerah atau sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan hanya mengembangkan kurikulum
yang sudah ada15.
13
Aslan, Hidden Curriculum : E-booksia Publisher, ( : CV Pena Indis, 2019), hlm. 169
14
Arif Munandar, Pengantar kurikulum, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2012), hlm. 58
15
7 Syafaruddin dan Amiruddin, Manajemen Kurikulum, (Medan: Perdana Pulbishing, 2017), 47.
Manajemen kurikulum sentralistik menghasilkan kurikulum nasional,
satu kurikulum yang berlaku diseluruh wilayah negara. Dalam manajemen
kurikulum sentralisitik, bisa jadi seluruh perangkat kurikulum, mulai dari
landasan atau dasar-dasar pengembangan kurikulum, struktur dan sebaran
mata pelajaran, silabus atau garis besar program pembelajaran, rincian
materi dan kegiatan pembelajaran, buku, media, alat-alat penunjang,
penilaian hasil belajar beserta pedoman-pedoman pelaksanaannya disusun
oleh pusat. Di pihak lain, bisa saja yang disusun oleh pusat. Di pihak lain,
bisa saja yang disusun hanya landasan atau dasar-dasar penyusunan
kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, sedangkan penjabaran
lebih lanjut dalam silabus, satuan pelajaran, rincian materi, buku, media
dan alat pembelajaran dikembangkan oleh darah atau satuan pendidikan
(sekolah).
Berikut ini kami akan sampaikan tabel ciri-ciri Kurikulum Sentralistik

Nama
N Ciri
Kurikulum
o. Sentralistik
1. Rencana Rumusan Keputusan MPRS Nomor II/MPRS/1960
Pelajaran mengenai manusia sosialis Indonesia sebagai
1960 suatu bagian dari sosialisme Indonesia yang
menjadi tujuan pembangunan nasional semesta
berencana, yaitu tata masyarakat adil dan
makmur berdasarkan pancasila. Dalam
pelaksanaan- nya di berbagai sekolah sesuai
dengan jiwa dari keputusan MPRS tersebut.
Kurikulum yang berlaku tunggal dari pusat
sampai daerah.
2. Kurikulum Awal masa Orde baru terdapat TAP MPRS
1968 Nomor XXVII/ MPRS/1966 tentang Agama,
Pendidikan, dan kebudayaan, dirumuskan
mengenai tujuan pendidikan sebagai pembentuk
manusia pancasilais sejati berdasarkan ketetuan-
ketentuan seperti yang dikehendaki oleh
pembukaan dan isi UUD 1945. Lembaga
pendidikan dan strukturnya disederhanakan, per-
kembangan pramuka sangat diperhatikan
pemerintah. Kuri- kulum yang berlaku tunggal
dari pusat sampai daerah.
3. Kurikulum Tujuan-tujuan pendidikan dijabarkan secara
1975 sentralistik yang dijabarkan melalui tujuan
intruksional umum, tujuan instruksional umum,
tujuan instruksional khusus dan ber- bagai dan
berbagai rincian lainnya sehinga jelas apa yang
akan dicapai melalui kurikulum tersebut.
Kurikulum yang berlaku tunggal dan seragam
dari pusat sampai daerah.
4. Kurikulum Masa ini ditandai dengan tiga ciri
1984 kebijakannya, yaitu semesta, menyeluruh dan
terpadu. Kebijakan ini menghen- daki satu sistem
dan pengelola tunggal terhadap sistem tersebut.
Kurikulum seragam pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan.
5. Kurikulum Kurikulum 1994 merupakan respons terhadap
1994 UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. UU ini memiliki semangat
sentralistik yang kuat, kurikulum di atur secara
nasional. Tujuan, isi, metode dan evaluasi
kurikulum, serta pembelajaran masih ditentukan
oleh pemerintah pusat.
6 Kurikulum Pemerintah bertanggung jawab dalam
2013 mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk
melaksanakan kurikulum. Peme- rintah
bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi
pelak- sanaan kurikulum secara asional.
Kurikulum seragam pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan. Perencanaan, Pelaksanaan dan
evluasi masih diatur oleh pusat.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa hampir semua kurikulum yang
berlaku di Indonesia (kecuali kurikulum 2006) yang merupakan kurikulum
sentralistik. Bahkan kurikulum 2013 masih mempertahankan ciri
sentralistiknya.:

D. Kelebihan dan kekurangan Kurikulum Sentralistik


Dimana yang berarti sentralistik yang berarti terpusat, yakni
manajemen kurikulumnya bersifat kesatuan seperti indonesia, yang berada
di tingkat pusat. Dalam hal ini bukan hanya wewenang penuh dalam
menyusun kurikulum, tanggung jawab, wewenang, dan Tugas dalam
menyusun program kurikulum yang di pegang dan di atur oleh pusat, akan
tetapi juga inisiatif pengembangan kurikulum, gagasan-gagasan yang
berkaitan dengan pengembangan kurikulum, bahkan model kurikulum
yang akan dikembangkan dapat berasal dari pemegang kekuasaan di pusat.
Maka dari hal ini sekolah hanya dapat mengembangkan konsep kurikulum
yang sudah ada dan telah dikembangkan oleh tim pusat. Manajemen
sentralistik dalam kurikulum ini memiliki beberapa kelebihan yakni 16:
1. Kurikulum yang di desain seragam untuk seluruh daerah, dapat
dikembangkan standar kemampuan siswa dan tingkat pencapaian siswa
yang bersifat nasional
2. Ketika kurikulum dipegang sepenuhnya oleh pusat maka akan lebih
dapat dikontrol dalam hal pengawasan, pengendalian jalannya
kurikulum dan juga evaluasi berkaitan dengan program kurikulum yang
sudah di tetapkan.

16
Muhammad Alfiansyah, Nazaruddin, Yuni Afrilita. Desain Manajemen Kurikulum Sekolah
Umum. Sumatra utara. 2021. Hlm 119
3. Dalam proses jalannya kurikulum dalam suatu instansi pendidikan
memerlukan pembinaan bagi para pelaksana yang menjalankan
kurikulum tersebut, maka pengawasan dan pemantauan dalam hal ini
akan jauh lebih mudah karena tersistem dalam satu pusat. Dan juga
keterampilan dan juga pengetahuan para pelaksana juga di pastikan
hampir sama sehingga memudahkan untuk di evaluasi ketika ada sistem
yang bermasalah.
4. Penyedian bahan-bahan belajar seperti media pendukung kegiatan
belajar mengajar, fasilitas pendukung juga dapat dilakukan dengan
cepat dan efisien
5. Memungkinkan diadakan penilaian hasil belajar bersifat nasional
karena desain atau rancangan kurikulum dan sasaran belajarnya sama
untuk seluruh dan satuan pendidikan17.
Jadi dalam manajemen kurikulum sentralistik baik daerah dan sekolah
tidak diberi kebebasan dalam mengembangkan model kurikulum seperti
apa yang akan digunakan.
Manajemen kurikulum sentralistik juga memiliki beberapa kelemahan,
di antaranya18:
1. Wilayah yang cukup luas memiliki keragaman dalam kondisi,
kebutuhan dan tingkat kemajuannya, sehingga kurikulum yang bersifat
nasional tidak dapat mengakomodasi keragaman kondisi tersebut;
2. Pemahaman dan penguasaan kurikulum nasional oleh para pelaksana di
seluruh wilayah tanah air membutuhkan waktu yang relatif lebih lama;
3. Penerapan satu jenis kurikulum untuk wilayah yang cukup luas dapat
menghadapi banyak hambatan dan kemungkinan penyimpangan.
Kelebihan dan kekurangan jenis manajemen pengembangan kurikulum
sentralistik memang sangat tergantung pada keragaman kondisi sosial,
politik, budaya dan ekonomi suatu negara atau daerah. Keragaman tersebut

17
Herry ,Widyastono 2013. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum
2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 49
18
Herry Widyastono, Implikasi Rpjmn 2010-2014 Sektor Pendidikan Terhadap Manajemen
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta pusar 2021. Hlm 346
dapat juga menjadi kekuatan dan sekaligus kelemahan yang seharusnya
dapat dikelola demi terlaksananya kurikulum untuk mencapai tujuan
pendidikan.
E. Jenis-jenis kurikulum yang pernah ada di indonesia
Di Indonesia, terdapat beberapa jenis kurikulum sentralistik yang telah
diterapkan dalam sistem pendidikan. Berikut adalah beberapa contoh jenis
19
kurikulum sentralistik yang pernah atau sedang diterapkan di Indonesia :
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP):
KTSP adalah kurikulum yang memberikan otonomi kepada setiap
satuan pendidikan, seperti sekolah, untuk merancang dan
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal dan
karakteristik siswa (Depdiknas, 2006).
2. Kurikulum 2013:
Kurikulum 2013 diperkenalkan sebagai upaya untuk memperbarui
kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini menekankan pada
pengembangan karakter, keterampilan, dan pengetahuan siswa yang
relevan dengan kebutuhan abad ke-21 (Kemdikbud, 2013).
3. Kurikulum Merdeka Belajar:
Kurikulum Merdeka Belajar adalah inisiatif terbaru pemerintah
Indonesia yang bertujuan untuk memberikan lebih banyak kemandirian
kepada sekolah dalam merancang kurikulum dan metode pembelajaran
(Kemdikbud, 2020).
4. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK):
KBK adalah pendekatan kurikulum yang menekankan pengembangan
kompetensi, baik kognitif maupun non-kognitif, pada siswa (Rusman,
2011).
5. Kurikulum Berbasis Standar Nasional (KBSN):

19
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
KBSN adalah pendekatan kurikulum yang menetapkan standar
nasional yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan dalam
menyusun kurikulum dan melakukan pembelajaran (Depdiknas, 2007).

Anda mungkin juga menyukai