NIM : 201991010073
Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan
oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut.
Menurut Wittig, belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku manusia sebagai hasil pengalaman.
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah
lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu
Menurut pengertian diatas, belajar adalah merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami.
Artinya : ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja,
melainkan dilakukan sepanjang usia. Belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang
berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak
akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka
yang sudah berusia lanjut.
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa semua orang diwajibkan menuntut ilmu, entah itu bagi laki
laki maupun perempuan
1)Terwujudnya insan akademik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2)Terwujudnya insan kamil yang berakhlakul karimah.
Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi: pertama, pendidikan dari sudut pandangan
masyarakat. Pendidikan dengan sudut pandang ini berarti pewarisan kebudayaan dari generasi
ke generasi yang bertujuan agar hidup masyarakat tetap berlanjut, atau dengan kata lain agar
suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang senantiasa tersalurkan dari generasi ke
generasi dan senantiasa terpelihara dan tetap eksis dari zaman ke zaman.; kedua, pendidikan
dari sudut pandang individu. Pendidikan dengan sudut pandang ini berarti pengembangan
potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri setiap individu. Sebab, individu
bagaikan lautan yang penuh dengan keindahan yang tidak tampak, itu karena terpendam di
dasar laut yang paling dalam. Keindahan-keindahan yang terpendam tersebut perlu untuk
ditampakkan ke permukaan laut sehingga dapat dirasakan dan disaksikan keberadaannya
Tujuan pendidikan menurut hadis Nabi saw merupakan penegasan dan bentuk penguatan
tujuan pendidikan menurut al-Qur' an, yakni membentuk dan membina man usia secara pribadi
dan kelompok agar mampu menunaikan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya yang
merupakan tujuan penciptaan manusia.
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم طلب العلم فريضه على كل مسلم:▪عن انس بن مالك قال
Artinya:
Dari Anas bin Malik beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda: Menuntut ilmu adalah kewjiban
bagi setiap individu muslim. (H.R Ibnu Majah)
▪من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل هللا له طريقا الى الجنه
Artinya:
"Barang siapa yang meniti jalan untuk mencaari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan
menuju surga".
Secara praktis Mohammad Athiyah Al-Abrasy, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam
terdiri atas lima sasaran, yaitu:
Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Qur’an meliputi:
(1) menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah yang lain dengan
tanggung jawab dalam kehidupan ini (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan
tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat (3) menjelaskan hubungan
manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara
memakmurkan alam (4) menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam
semesta.
A.pengertian Guru
Hakekat guru memiliki dua pengertian yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara
khusus. Pengertian guru secara umum adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikimotorik
agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas kemanusiaannya
baik sebagai khalifah fi al-ardl maupun abd Allah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh
karena itu pendidikan dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang yang bertanggung
jawab
Guru dalam bahasa sanksekerta terdiri dari dua suku kata, ‘gu’ dan ‘ru’ ‘gu’ berarti kegelapan,
dan ‘ru’ berarti menghalau, berarti kata ‘guru’ lebih mangacu kepada orang yang menghalau
kegelapan serta membawa lebih banyak pemahaman dan pencerahan. Masih dalam bahasa
sanksekerta, guru juga berarti "berat".16 Barangkalipengertian ini lebih didasarkan pada tugas
guru yang relatif cukup berat jika dilakukan secara komprehensif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter adalah sifat- sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Menurut Wayne dalam Imam Machali bahwa: Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang
berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Dan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Agus Wibowo mengatakan bahwa karakter adalah
watak atau budi pekerti, sehingga karakter adalah watak. dan sifat-sifat yang membedakan
seseorang dengan orang lain.
2.katakter pendidikan
Menurut Al Rasyidin bahwa hakikat pendidik dalam Islam itu adalah Allah. Dia lah al-‘Alim,
yaitu yang Maha Mengetahui, yang mengajarkan sebagian perbendaharaan ilmu-Nya kepada
manusia. Dia lah ar-Rabb, yang menjadi Murabbi bagi seluruh makhluknya, khususnya
manusia. Dial lah Muaddib, yang menta’dib Muhammad dengan adab yang baik.
5. Lembah lembut
6. Memperhatikan keadaan peserta didik
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang
selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya Dengan
kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam,dan dengan
akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat
fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak
muridnya.
Imam Az-Zarnuji dalam Ta’lîm Al-Muta’allim-nya menjelaskan beberapa etika yang harus
diperhatikan oleh seorang guru. Beliau membagi etika bagi seorang guru menjadi dua bagian :
1. Etika yang berkaitan dengan kepribadian seorang guru,etika jenis pertama ini meliputi
beberapa hal, yaitu :
a) Penampilan yang menarik.
b) Memiliki pengetahuan dan wara’
c) Rendah hati
d) Hilm dan sabar
2.Etika yang berkaitan dengan tugas menyampaikan ilmu, etika jenis yang
D.Tugas Guru
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan ketrampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan , dengan kelebihan ilmu yang dimiliki, guru dituntut
untuk memberikan kontribusi kepada sesama manusia, tanpa membeda-bedakan status dan
identitasnya, dia harus memberikan manfaat yang baik kepada orang-orang lewat
keteladanannya, budi pekertinya, nasehat-nasehat dan petunjuk- petunjuknya.
Tugas kemasyarakatan, guru harus menempatkan dirinya pada tempat yang terhormat, karena
ia menjadi harapan bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan, menjadi keharusan
bagi guru untuk mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia seutuhnya
Syarat menjadi guru, kalau diterapkan secara ekstrim pengertian di atas maka hendaknya guru
harus melakukan segala sesuatu yang menjadikannya layak disebut sebagai guru. Sebab kalau
tidak, maka ia menjadi ‘batal’ menjadi seorang guru yang sebenarnya.
Miqdad mengatakan bahwa syarat – syarat pendidik secara garis besar ada tiga, antara lain :
1.Mencintai profesinya, perasaan cinta pada seseorang menjadikan ia akan melakukan apa saja
untuk kepuasan yang ia cintai, termasuk dalam hal pekerjaan.
2.Menguasai ilmu dan memilki bakat mengajar.
3.Memiliki keteguhan jiwa (sabar) dalam menjalankan profesinya.
Sardiman dalam Interaksi Motivasi Belajar Mengajar menyebutkan sejumlah persyaratan yang
harus dipenuhi oleh guru,beliau mengklasifikasikan syarat- syarat ini menjadi beberapa
kelompok, antara lain :
1. Persyaratan administratif
2. Persyaratan teknis
3. Persyaratan psikis
4. Persyaratan fisik
Dari berbagai persyaratan yang telah dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa guru
menempati bagian “tersendiri” denganberbagai ciri kekhususannya, apalagi kalau dikaitkan
dengan tugas keprofesiannya. Sesuai dengan tugas keprofesiannya, maka sifat dan persyaratan
tersebut secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam spektrum yang lebih luas, yakni guru
harus :
a. Memiliki kemampuan profesional
b. Memiliki kapasitas intelektual
c. Memiliki sifat edukasi sosial
Rasulullah bersabda:
“ sesungguhnya, ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama
kalian.”(HR.Muslim)
~Mendidik adalah dunia dengan banyak aspek yang saling terkait, berikut adalah aspek yang
yang harus dimiliki seorang guru:
1)Kecerdasan intelektual
2)kecerdasan moral
3)Kecerdasan sosial
4)Kecerdasan emosional
Peserta didik pada zaman Nabi SAW adalah para sahabat yang belajar dengan beliau.mereka
juga bervariasi,ada yang bangsawan,rakyat biasa,bahkan badui.Ada orang kaya da nada pula
orang miskin.Ada orang tua,dewasa,da nada pula anak-anak,ada laki-laki da nada pula
perempuan,ada orang Arab dan ada pula non-Arab.
Konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif hadits nabi SAW,memiliki
karakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Karakteristik ini akan membedakan konsep pendidik dan peserta didik dalam pandangan
pendidikan lainnya. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik yang dikehendaki oleh Islam
Utsman bin Affan berkata,”Rasulullah SAW bersabda,sesungguhnya orang yang paling utama di
antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-qur’an dan mengajarkannya.” (HR.Al-Bukhari)
Ubadah bin Shamit meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah termasuk umatku
orang yang tidak memuliakan orang-orang tua,tidak menyayanginya yang muda,dan tidak
mengenal hak-hak orang alim (guru).” (HR.Ahmad)
▪Belajar juga perlu diperhatikan dalam perumusan aturan yang harus ditaati dan dilakukan ialah
bahwa belajar bukan hanya interaksi yang dilakukan oleh individu dengan lingkungan,
melainkan juga dengan Agama.
Menghotmati guru merupakan kunci dalam menuntut ilmu dalam sebuah hadits yang di
keluarkan dari Abi said al - khudri Ra, di jelaskan "Saat kami sedang duduk - duduk di masjid,
maka keluarlah Rosulullah SAW, kumudian duduk di hadapan kami. Maka, seakan - akan di atas
kepala kami terdapat burung, tak satupun di antara kami yang berbicara" (HR. Bukhari).
Islam mengajarkan agar kita tawadhu' sebagai bekal dalam menuntut ilmu. Orang yang benar -
benar menyelami hakikat tawadhu' pasti menyerahkan jiwa dan raganya di hadapan sang guru
Dalam suatu kesempatan, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah
mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan hati sehingga seseorang tidak
menyombongkan diri atas yang lain, dan tidak berlaku dzalim terhadap yang lain.” (HR. Muslim)
▪Tawadhu' akan membuka jalan keberkahan bagi ilmu yang kita miliki. rendah hati merupakan
sesuatu keharusan. Sebab, dengan cara seperti inilah, kita akan dimliakan oleh Allah SWT.
▪ َاخفِضْ َجنَا َحكَ لِ َم ِن اتَّبَ َعك ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْين
ْ َو
“Dan, rendahkan dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.” (QS. Asy-Syu’araa’ [26] :215)
Pertama- tama seorang guru harus memulai pelajaran dengan membaca kalimat basmalah
secara khusyuk. Karena dalam suatu hadits, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa setiap
perbuatan atau amalan penting yang tidak di mulai dengan kalimat basmalah , maka perbuatan
tersebut menjadi cacat(terputus).
Beliau bersabda, "setiap perkara (kehidupan) yang tidak di mulai dengan dengan bismillahir
rahmanir rahim, maka ia akan terputus . Artinya, ialah kurang berkahnya". (HR. Tirmidzi).
ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang, “Manakah amal yang paling
dicintai Allah?” Beliau bersabda: “ Yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.”
Beliau bersabda lagi, “ Dan lakukanlah amal-amal itu sekedar kalian sanggup melakukannya.”
(HR. Muslim)
Mengerjakan sesuatu secara terus-menerus ialah makna dari istiqomah.Istiqomah akan
memberikan kita kemudahan dalam menyimak pelajaran, kelancaran saat menganalisis, dalam
keberkahan pada ilmu yang kita dapatkan.
"Keutamaan menuntut ilmu itu lebih lebih dari keutamaan ibadah. Dan sebaik-baik agama
kalian adalah sifat wara'." (HR.Thabrani).
Hadis tersebut menunjukkan bahwa wara' adalah sifat yang harus dijadikan prinsip ,jika kita
menginginkan ilmu yang berkah, ilmu yang kualitasnya melebihi ibadah-ibadah lainnya.
Metode belajar bermakna sebagai cara seseorang (guru) dalam menyampaikan sesuatu (ilmu)
dengan gamblang, sistematis, mendalam dan dapat dimengerti oleh orang lain (murid) sehingga
sesuatu yang disampaikan mudah ditangkap dan dihayati.
Aisyah berkata: “Rasulullah SAW memulai shalat dengan takbir dan memulai bacaan dengan al-
Hamd lillah robb al-‘alamin. Apabila ruku’, Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak
(pula) menundukkannya, tetapi diantara itu. Apabila bangkit dari ruku’, Beliau tidak sujud
sebelum berdiri betul-betul (lurus). Apabila mengangkat kepalanya dari sujud, Beliau tidak
sujud lagi hingga duduk betul-betul. Beliau membaca tahiyat di tiap-tiap dua rakaat,
membentangkan kaki kirinya dan mendirikan kaki kanan. Beliau melarang ‘uqbah asy-Syaithan
(cara duduk syaithan yaitu menghamparkan kedua kaki dan duduk diatas dua tumitnya) dan
melarang seseorang membentangkan dua lengannya (di bumi) sebagai bentangan binatang
buas. Selanjutnya, Beliau mengakhiri shalatnya dengan salam”. (HR. Muslim).
Hurairah meriwayatkan bahwa seseorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu
bertanya, “Ya Rasulullah, siapa orang yang paling berhak (pantas) mendapat perlakuan baikku?”
Rasulullah menjawab “Ibumu.” Laki-laki itu berkata lagi, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab,
“Kemudian Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab,
“Ibumu.” Laki-laki itu berkata lagi (untuk kali yang keempat), “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah
menjawab, “Sesudah itu ayahmu.” (HR. Al-Bukhari)
Hadist diatas memuat informasi bahwa Rasulullah SAW menggunakan metode dialog dalam
mendidik atau mengajar sahabatnya. Dialog da yang diawali dengan pertanyaan sahabat
kepada Nabi dan ada pula yang diawali dengan pertanyaan Beliau kepada sahabat.
4. Metode Perumpamaan
Abu Musa al-Asy'ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Perumpamaan seorang
mukmin yang membaca al-qur'an adalah bagaikan buah utrujjah. Aromanya harum dan rasanya
enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca al-qur'an adalah bagaikan buah
tamar(kurma). Aromanya tidak ada tetapi, rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang
membaca al-qur'an adalah bagaikan buah Rihanna. Aromanya harum, tetapi rasanya pahit.
Perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca al-qur'an adalah bagikan buah hanzhalah.
Aromanya tidak ada tetapi rasanya pahit." (HR.Bukhari Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi dan
Anasa'i).
5. Metode ceramah
~Menurut Zuhraini dkk, metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan di mana
cara-cara penyampaian materi materi pelajaran kepada anak didik di lakukan dengan cara
penerangan dan penuturan secara lisan.
~Menurut armai arief, sebagai salah satu metode pembelajaran, metode ceramah memiliki
sejumlah kelebihan, yaitu sebagai berikut:
1.Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama sehingga
murid dapat mengawasi murid secara komprehensif.
3.Pelajaran dapat di laksanakan secara cepat, karena dalam waktu yang sangat sedikit dapat di
uraikan bahan yang banyak.
1. Taghrib
Targhib adalah janji yang di sertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan
dan kenikmatan. Namun, penundaan itu bersifat pasti, baik, murni, dan di lakukan melalui amal
shaleh,Berikut hadis Nabi yang berkaitan dengan metode tahgrib :
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang
membaca satu huruf al-Quran mendapat pahala sau kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan
menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu
huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)
2. Tarhib
tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang di sebabkan oleh terlaksananya
sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang di larang allah swt
~Umar bin Al-Khattab meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berwudhu’ lalu ia meninggalkan
membasuh tumitnya selebar kuku. Hal itu dilihat oleh Rasulullah Lalu beliau bersabda,
“Ulangilah dan perbaiki wudhumu. Selanjutnya, laki-laki itu mengulagi wudhunya lalu shalat.”
(HR. Al-Bukhari)
~Metode praktik langsung dan pengulangan ini sangat penting dalam pembelajaran agama
Islam terutama masalah ibadah agar peserta didik mampu memahami dan melaksanakan sesuai
dengan kaifiyah yang benar.
8. Metode Mauizhah
Metode mauizhah adalah mengingatkan seseorang terhadap sesuatu yang dapat meluluhkan
hatinya dan sesuatu itu dapat berupa pahala atau siksa, sehingga ia menjadi ingat.
Umar bin Abi Salamah berkata, “Dulu aku menjadi pembantu dirumah Rasulullah SAW. Ketika
makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata,
“Hai Nak, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang ada di
dekatmu.” (HR. Al-Bukhari)