Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MERESUM

MATA KULIAH : HADITS TARBAWI

DOSEN PENGAMPUH : FIRDAUSI S.Pd.I M.Pd. I

OLEH : Husnul Khotimah

NIM : 201991010073

Sekolah Tinggi Agama Islam(STAI)At-Taqwa Bondowoso

Program Studi pendidikan Agama Islam (PAI)

Tahun Akademik 2020


HADiS KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR

A.Pengertian belajar mengajar


Kata belajar dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu Arti. Perwujudan dari berusaha adalah berupa kegiatan belajar. Menurut
Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut.

Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan
oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut.
Menurut Wittig, belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku manusia sebagai hasil pengalaman.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah
lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu

Menurut pengertian diatas, belajar adalah merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami.

B.Hadits Tentang Kewajiban Belajar Mengajar


ْ ‫ُأ‬
ْ َّ‫" طلُبِا ْل ِع ْل َم ِمنَا ْل َم ْه ِدِإلَىال‬
‫لح ِد‬

Artinya : ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja,
melainkan dilakukan sepanjang usia. Belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang
berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak
akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka
yang sudah berusia lanjut.

َ ‫"طَلَب ُْال ِع ْل ِمفَ ِر ْي‬


‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬

Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa semua orang diwajibkan menuntut ilmu, entah itu bagi laki
laki maupun perempuan

C.lima keutamaan orang menuntut ilmu


1.mendapat kemudahan untuk menuju surga,
2.disenangi oleh para malaikat,
3.dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain,
4.lebih utama daripada ahli ibadah, dan
5.menjadi pewaris Nabi.

D.Tujuan Belajar Mengajar dan pendidikan islam

▪Tujuan belajar mengajar

1)Terwujudnya insan akademik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2)Terwujudnya insan kamil yang berakhlakul karimah.

3)Terwujudnya insan muslim yang berkepribadian


4)Terwujudnya insan yang cerdas dalam mengaji dan mengkaji ilmu pengetahuan
5)Terwujudnya insan yang bermanfaat untuk kehidupan orang lain.
6)Terwujudnya insan yang sehat jasmani dan rohani
7)Terwujudnya karakter muslim yang menyebarkan ilmunya kepada sesama manusia.

▪Tujuan Pendidikan Islam


a)Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Kaum muslimim telah setuju bahwa
pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan isalm, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna
adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
b)Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan di akhirat. Pendidikan islam menaruh
perhatian penuh kedua kehidupan itu sebagai tujuan diantara tujuan-tujuan umum yang dasar,
sebab memang itulh tujuan tertinggi dan terakhir pendidikan.

c) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan


isalm tidaklah semuanya bersifat agama, akhlak atau spriritual semata-mata, tetapi menaruh
perhatian pada segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan kurikulum dan aktifitasnya.
d)Menumbuhkan ruh ilmiah pada anak didik dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui
dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar ilmu.
e)Menyiapkan anak didik dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia dapat
menguasai profesi tertentu dan teknis tertentu agar dapat mencari rizki.

PENGERTIAN TUJUAN PENDIDIKAN

A.Pengertian Tujuan Pendidikan

Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi: pertama, pendidikan dari sudut pandangan
masyarakat. Pendidikan dengan sudut pandang ini berarti pewarisan kebudayaan dari generasi
ke generasi yang bertujuan agar hidup masyarakat tetap berlanjut, atau dengan kata lain agar
suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang senantiasa tersalurkan dari generasi ke
generasi dan senantiasa terpelihara dan tetap eksis dari zaman ke zaman.; kedua, pendidikan
dari sudut pandang individu. Pendidikan dengan sudut pandang ini berarti pengembangan
potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri setiap individu. Sebab, individu
bagaikan lautan yang penuh dengan keindahan yang tidak tampak, itu karena terpendam di
dasar laut yang paling dalam. Keindahan-keindahan yang terpendam tersebut perlu untuk
ditampakkan ke permukaan laut sehingga dapat dirasakan dan disaksikan keberadaannya

Tujuan pendidikan menurut hadis Nabi saw merupakan penegasan dan bentuk penguatan
tujuan pendidikan menurut al-Qur' an, yakni membentuk dan membina man usia secara pribadi
dan kelompok agar mampu menunaikan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya yang
merupakan tujuan penciptaan manusia.

B.Hadits Yang Menerangkan Tujuan Pendidikan

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم طلب العلم فريضه على كل مسلم‬:‫▪عن انس بن مالك قال‬

Artinya:
Dari Anas bin Malik beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda: Menuntut ilmu adalah kewjiban
bagi setiap individu muslim. (H.R Ibnu Majah)

‫▪من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل هللا له طريقا الى الجنه‬

Artinya:
"Barang siapa yang meniti jalan untuk mencaari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan
menuju surga".

C.Tujuan Pendidikan Yang Sebenarnya

Secara praktis Mohammad Athiyah Al-Abrasy, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam
terdiri atas lima sasaran, yaitu:

~Membentuk akhlak mulia,

~mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat,

~persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya,

~menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik,

~mempersiapkan tenaga profesional yang terampil


Ahmad Marimba berpendapat, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia
yang berkepribadian muslim, tujuan terakhir pendidikan Islam adalah perwujudan penyerahan
mutlak kepada Allah Swt., pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada
umumnya.

Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Qur’an meliputi:
(1) menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah yang lain dengan
tanggung jawab dalam kehidupan ini (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan
tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat (3) menjelaskan hubungan
manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara
memakmurkan alam (4) menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam
semesta.

HADIST NABI TENTANG SUBYEK PENDIDIKAN (GURU) DAN KARAKTERISTIKNYA

A.pengertian Guru

Hakekat guru memiliki dua pengertian yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara
khusus. Pengertian guru secara umum adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikimotorik
agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas kemanusiaannya
baik sebagai khalifah fi al-ardl maupun abd Allah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh
karena itu pendidikan dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang yang bertanggung
jawab

Guru dalam bahasa sanksekerta terdiri dari dua suku kata, ‘gu’ dan ‘ru’ ‘gu’ berarti kegelapan,
dan ‘ru’ berarti menghalau, berarti kata ‘guru’ lebih mangacu kepada orang yang menghalau
kegelapan serta membawa lebih banyak pemahaman dan pencerahan. Masih dalam bahasa
sanksekerta, guru juga berarti "berat".16 Barangkalipengertian ini lebih didasarkan pada tugas
guru yang relatif cukup berat jika dilakukan secara komprehensif.

B.pengertian karakter pendidikan


1.Pengertian Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter adalah sifat- sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Menurut Wayne dalam Imam Machali bahwa: Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang
berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Dan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Agus Wibowo mengatakan bahwa karakter adalah
watak atau budi pekerti, sehingga karakter adalah watak. dan sifat-sifat yang membedakan
seseorang dengan orang lain.

2.katakter pendidikan

Menurut Al Rasyidin bahwa hakikat pendidik dalam Islam itu adalah Allah. Dia lah al-‘Alim,
yaitu yang Maha Mengetahui, yang mengajarkan sebagian perbendaharaan ilmu-Nya kepada
manusia. Dia lah ar-Rabb, yang menjadi Murabbi bagi seluruh makhluknya, khususnya
manusia. Dial lah Muaddib, yang menta’dib Muhammad dengan adab yang baik.

Katakter pendidikan dalam islam

Islam adalah sebagai berikut:


1. Ikhlas
2. Takwa
3. Berilmu
4. Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan

5. Lembah lembut
6. Memperhatikan keadaan peserta didik

7. Jujur dalam perkataan dan perbuatan


8. Sabar
9. Tawadu‘
10. Adil dan bertanggung jawab

C.Sifat Dan Etika Guru

Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang
selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya Dengan
kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam,dan dengan
akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat
fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak
muridnya.

Imam Az-Zarnuji dalam Ta’lîm Al-Muta’allim-nya menjelaskan beberapa etika yang harus
diperhatikan oleh seorang guru. Beliau membagi etika bagi seorang guru menjadi dua bagian :
1. Etika yang berkaitan dengan kepribadian seorang guru,etika jenis pertama ini meliputi
beberapa hal, yaitu :
a) Penampilan yang menarik.
b) Memiliki pengetahuan dan wara’
c) Rendah hati
d) Hilm dan sabar

2.Etika yang berkaitan dengan tugas menyampaikan ilmu, etika jenis yang

kedua ini dirinci menjadi beberapa hal, antara lain :


a) Mengarahkan kepada anak didik ilmu yang sesuai dengan mereka.
b) Memperhatikan tahapan-tahapan proses pendidikan bagi murid dan perbedaan kemampuan
diantara mereka.
c) Memberikan nasehat dan mencurahkan kasih sayang kepada murid.

D.Tugas Guru

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan ketrampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan , dengan kelebihan ilmu yang dimiliki, guru dituntut
untuk memberikan kontribusi kepada sesama manusia, tanpa membeda-bedakan status dan
identitasnya, dia harus memberikan manfaat yang baik kepada orang-orang lewat
keteladanannya, budi pekertinya, nasehat-nasehat dan petunjuk- petunjuknya.

Tugas kemasyarakatan, guru harus menempatkan dirinya pada tempat yang terhormat, karena
ia menjadi harapan bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan, menjadi keharusan
bagi guru untuk mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia seutuhnya

Dari sudut pandang secara psikologis, guru bertugas sebagai:


1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorangyang memahami psikologi
pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah
orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia,khususnya
dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan
aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan
suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik.
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi
terciptanya kesehatan mental para peserta didik.32
E.syarat-syarat menjadi guru

Syarat menjadi guru, kalau diterapkan secara ekstrim pengertian di atas maka hendaknya guru
harus melakukan segala sesuatu yang menjadikannya layak disebut sebagai guru. Sebab kalau
tidak, maka ia menjadi ‘batal’ menjadi seorang guru yang sebenarnya.

Miqdad mengatakan bahwa syarat – syarat pendidik secara garis besar ada tiga, antara lain :
1.Mencintai profesinya, perasaan cinta pada seseorang menjadikan ia akan melakukan apa saja
untuk kepuasan yang ia cintai, termasuk dalam hal pekerjaan.
2.Menguasai ilmu dan memilki bakat mengajar.
3.Memiliki keteguhan jiwa (sabar) dalam menjalankan profesinya.

Sardiman dalam Interaksi Motivasi Belajar Mengajar menyebutkan sejumlah persyaratan yang
harus dipenuhi oleh guru,beliau mengklasifikasikan syarat- syarat ini menjadi beberapa
kelompok, antara lain :

1. Persyaratan administratif

2. Persyaratan teknis

3. Persyaratan psikis

4. Persyaratan fisik

Dari berbagai persyaratan yang telah dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa guru
menempati bagian “tersendiri” denganberbagai ciri kekhususannya, apalagi kalau dikaitkan
dengan tugas keprofesiannya. Sesuai dengan tugas keprofesiannya, maka sifat dan persyaratan
tersebut secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam spektrum yang lebih luas, yakni guru
harus :
a. Memiliki kemampuan profesional
b. Memiliki kapasitas intelektual
c. Memiliki sifat edukasi sosial

F.Hadits tentang memilih guru

Rasulullah bersabda:

“ sesungguhnya, ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama
kalian.”(HR.Muslim)
~Mendidik adalah dunia dengan banyak aspek yang saling terkait, berikut adalah aspek yang
yang harus dimiliki seorang guru:
1)Kecerdasan intelektual

2)kecerdasan moral

3)Kecerdasan sosial

4)Kecerdasan emosional

SUBYEK PENDIDIKAN MURID DALAM PERSPEKTIF HADIST NABI SAW

A.Subyek Pendidikan (murid) Dalam Perspektif Hadits Nabi SAW

Peserta didik pada zaman Nabi SAW adalah para sahabat yang belajar dengan beliau.mereka
juga bervariasi,ada yang bangsawan,rakyat biasa,bahkan badui.Ada orang kaya da nada pula
orang miskin.Ada orang tua,dewasa,da nada pula anak-anak,ada laki-laki da nada pula
perempuan,ada orang Arab dan ada pula non-Arab.

Konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif hadits nabi SAW,memiliki
karakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Karakteristik ini akan membedakan konsep pendidik dan peserta didik dalam pandangan
pendidikan lainnya. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik yang dikehendaki oleh Islam

B. Keutamaan Peserta Didik

1.Terhindar dari kutukan allah

Dari Abu Hurairah,ia berkata,”saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya dunia


dan isinya terkutuk,kecuali dzikrullah dan hal-hal terkait dengannya,alim (guru) dan peserta
didik.” (HR.At-Tirmidzi)

2.Menempati posisi terbaik

Utsman bin Affan berkata,”Rasulullah SAW bersabda,sesungguhnya orang yang paling utama di
antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-qur’an dan mengajarkannya.” (HR.Al-Bukhari)

C. Syarat-Syarat Peserta Didik

1.peserta Didik Harus Ikhlas


Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa yang menuntut ilmu karena ingin
merasa bangga sebagai ulama dan menipu orang bodoh di majelis,tidak akan mencium aroma
surga.” (HR.Ath-Thabrani)

2. Menghormati Guru dan Menyayangi Teman

Ubadah bin Shamit meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah termasuk umatku
orang yang tidak memuliakan orang-orang tua,tidak menyayanginya yang muda,dan tidak
mengenal hak-hak orang alim (guru).” (HR.Ahmad)

D. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

~Memiliki Perbedaan Warna kulit

~Memiliki Perbedaan Kecerdasan

~Memiliki Perbedaan Emosional

~Terdiri atas Jasmani dan Rohani

~Memiliki Kesamaan Derajat

~Memiliki Kemuliaan (Martabat)

~Memiliki Potensi Lentur

Etika dan Metode Pendidikan

A. Pengertian Etika Belajar


▪Etika belajar menurut Islam adalah proses belajar manusia memiliki hubungan yang saling
terkait. Pada satu sisi, belajar sebagai kegiatan manusia yang merupakan aktivitas yang
memerlukan norma-norma moral tentang sebagaimana seharusnya belajar dalam berbagai
karakter dan etika lainnya.

▪Belajar juga perlu diperhatikan dalam perumusan aturan yang harus ditaati dan dilakukan ialah
bahwa belajar bukan hanya interaksi yang dilakukan oleh individu dengan lingkungan,
melainkan juga dengan Agama.

B. Hadits Tentang Etika Belajar


1.Hadits tentang menghormati guru

Menghotmati guru merupakan kunci dalam menuntut ilmu dalam sebuah hadits yang di
keluarkan dari Abi said al - khudri Ra, di jelaskan "Saat kami sedang duduk - duduk di masjid,
maka keluarlah Rosulullah SAW, kumudian duduk di hadapan kami. Maka, seakan - akan di atas
kepala kami terdapat burung, tak satupun di antara kami yang berbicara" (HR. Bukhari).

Islam mengajarkan agar kita tawadhu' sebagai bekal dalam menuntut ilmu. Orang yang benar -
benar menyelami hakikat tawadhu' pasti menyerahkan jiwa dan raganya di hadapan sang guru

2. Hadits tentang tawadhu’


▪Tawadhu’ ialah kondisi hati yang terbebaskan dari ujub, angkuh, dan perasaan benar sendiri.
Sikap ini meniscayakan kerendah hatian, kesopana, dan keikhlasan dalam menuntut ilmu

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah
mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan hati sehingga seseorang tidak
menyombongkan diri atas yang lain, dan tidak berlaku dzalim terhadap yang lain.” (HR. Muslim)

▪Tawadhu' akan membuka jalan keberkahan bagi ilmu yang kita miliki. rendah hati merupakan
sesuatu keharusan. Sebab, dengan cara seperti inilah, kita akan dimliakan oleh Allah SWT.

▪ َ‫اخفِضْ َجنَا َحكَ لِ َم ِن اتَّبَ َعك ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْين‬
ْ ‫َو‬

“Dan, rendahkan dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.” (QS. Asy-Syu’araa’ [26] :215)

3. Hadits etika memulai pelajaran

Pertama- tama seorang guru harus memulai pelajaran dengan membaca kalimat basmalah
secara khusyuk. Karena dalam suatu hadits, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa setiap
perbuatan atau amalan penting yang tidak di mulai dengan kalimat basmalah , maka perbuatan
tersebut menjadi cacat(terputus).

Beliau bersabda, "setiap perkara (kehidupan) yang tidak di mulai dengan dengan bismillahir
rahmanir rahim, maka ia akan terputus . Artinya, ialah kurang berkahnya". (HR. Tirmidzi).

4. Hadits tentang istiqomah

ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang, “Manakah amal yang paling
dicintai Allah?” Beliau bersabda: “ Yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.”
Beliau bersabda lagi, “ Dan lakukanlah amal-amal itu sekedar kalian sanggup melakukannya.”
(HR. Muslim)
Mengerjakan sesuatu secara terus-menerus ialah makna dari istiqomah.Istiqomah akan
memberikan kita kemudahan dalam menyimak pelajaran, kelancaran saat menganalisis, dalam
keberkahan pada ilmu yang kita dapatkan.

5. Hadits tentang sikap wara' dalam menuntut ilmu


Wara' adalah meninggalkan setiap perkara syubhat (yang masih samar), termasuk pula
meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud ialah meninggalkan perkara
mubah yang berlebihan".

Rasulullah SAW bersabda:

"Keutamaan menuntut ilmu itu lebih lebih dari keutamaan ibadah. Dan sebaik-baik agama
kalian adalah sifat wara'." (HR.Thabrani).

Hadis tersebut menunjukkan bahwa wara' adalah sifat yang harus dijadikan prinsip ,jika kita
menginginkan ilmu yang berkah, ilmu yang kualitasnya melebihi ibadah-ibadah lainnya.

6. Hadits tentang kedisiplinan belajar


Rasulullah saw, bersabda:"Kerjakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, yaitu (1)
masa muda sebelum tua; (2) masa sehat sebelum saki; (3) masa kaya sebelum miskin; (4) masa
lapang sebelum sibuk deengan bekerja; dan (5) masa hidup sebelum mati." (HR Hakim dan
Bhukari).

Hadist tersebut memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya mengelola


waktu. Termasuk waktu kita dalam menuntut ilmu.

C. Pengertian Metode Belajar

Metode belajar bermakna sebagai cara seseorang (guru) dalam menyampaikan sesuatu (ilmu)
dengan gamblang, sistematis, mendalam dan dapat dimengerti oleh orang lain (murid) sehingga
sesuatu yang disampaikan mudah ditangkap dan dihayati.

D. Hadis Tentang Metode Belajar

1.Metode Keteladanan atau Demonstrasi

Aisyah berkata: “Rasulullah SAW memulai shalat dengan takbir dan memulai bacaan dengan al-
Hamd lillah robb al-‘alamin. Apabila ruku’, Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak
(pula) menundukkannya, tetapi diantara itu. Apabila bangkit dari ruku’, Beliau tidak sujud
sebelum berdiri betul-betul (lurus). Apabila mengangkat kepalanya dari sujud, Beliau tidak
sujud lagi hingga duduk betul-betul. Beliau membaca tahiyat di tiap-tiap dua rakaat,
membentangkan kaki kirinya dan mendirikan kaki kanan. Beliau melarang ‘uqbah asy-Syaithan
(cara duduk syaithan yaitu menghamparkan kedua kaki dan duduk diatas dua tumitnya) dan
melarang seseorang membentangkan dua lengannya (di bumi) sebagai bentangan binatang
buas. Selanjutnya, Beliau mengakhiri shalatnya dengan salam”. (HR. Muslim).

2. Metode Pembiasaan dan Hukuman


Dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Rasulullah SAW berkata: “Suruhlah anakmu
mendirikan shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika
ia berumur 10 tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud).

3.Metode dialog atau tanya jawab

Hurairah meriwayatkan bahwa seseorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu
bertanya, “Ya Rasulullah, siapa orang yang paling berhak (pantas) mendapat perlakuan baikku?”
Rasulullah menjawab “Ibumu.” Laki-laki itu berkata lagi, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab,
“Kemudian Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab,
“Ibumu.” Laki-laki itu berkata lagi (untuk kali yang keempat), “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah
menjawab, “Sesudah itu ayahmu.” (HR. Al-Bukhari)

Hadist diatas memuat informasi bahwa Rasulullah SAW menggunakan metode dialog dalam
mendidik atau mengajar sahabatnya. Dialog da yang diawali dengan pertanyaan sahabat
kepada Nabi dan ada pula yang diawali dengan pertanyaan Beliau kepada sahabat.

4. Metode Perumpamaan

Abu Musa al-Asy'ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Perumpamaan seorang
mukmin yang membaca al-qur'an adalah bagaikan buah utrujjah. Aromanya harum dan rasanya
enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca al-qur'an adalah bagaikan buah
tamar(kurma). Aromanya tidak ada tetapi, rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang
membaca al-qur'an adalah bagaikan buah Rihanna. Aromanya harum, tetapi rasanya pahit.
Perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca al-qur'an adalah bagikan buah hanzhalah.
Aromanya tidak ada tetapi rasanya pahit." (HR.Bukhari Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi dan
Anasa'i).

5. Metode ceramah

~Menurut Zuhraini dkk, metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan di mana
cara-cara penyampaian materi materi pelajaran kepada anak didik di lakukan dengan cara
penerangan dan penuturan secara lisan.
~Menurut armai arief, sebagai salah satu metode pembelajaran, metode ceramah memiliki
sejumlah kelebihan, yaitu sebagai berikut:

1.Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama sehingga
murid dapat mengawasi murid secara komprehensif.

2.Tidak membutuhkan tenaga yang banya dan waktu yang lama.

3.Pelajaran dapat di laksanakan secara cepat, karena dalam waktu yang sangat sedikit dapat di
uraikan bahan yang banyak.

4.Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik

6. Metode targhib dan tarhib

1. Taghrib

Targhib adalah janji yang di sertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan
dan kenikmatan. Namun, penundaan itu bersifat pasti, baik, murni, dan di lakukan melalui amal
shaleh,Berikut hadis Nabi yang berkaitan dengan metode tahgrib :

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang
membaca satu huruf al-Quran mendapat pahala sau kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan
menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu
huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)

2. Tarhib

tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang di sebabkan oleh terlaksananya
sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang di larang allah swt

7. Metode Pengulangan dan Latihan

~Menurut Ali-Aljumbulati, psikologi modern memandang bahwa pengulangan merupakan salah


sau metode belajar yang baik

~Umar bin Al-Khattab meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berwudhu’ lalu ia meninggalkan
membasuh tumitnya selebar kuku. Hal itu dilihat oleh Rasulullah Lalu beliau bersabda,
“Ulangilah dan perbaiki wudhumu. Selanjutnya, laki-laki itu mengulagi wudhunya lalu shalat.”
(HR. Al-Bukhari)

~Metode praktik langsung dan pengulangan ini sangat penting dalam pembelajaran agama
Islam terutama masalah ibadah agar peserta didik mampu memahami dan melaksanakan sesuai
dengan kaifiyah yang benar.
8. Metode Mauizhah

Metode mauizhah adalah mengingatkan seseorang terhadap sesuatu yang dapat meluluhkan
hatinya dan sesuatu itu dapat berupa pahala atau siksa, sehingga ia menjadi ingat.

Sehubungan dengan ini terdapat hadis berikut :

Umar bin Abi Salamah berkata, “Dulu aku menjadi pembantu dirumah Rasulullah SAW. Ketika
makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata,
“Hai Nak, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang ada di
dekatmu.” (HR. Al-Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai