Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
untuk memperoleh keterampilan secara otomatis, karena pelatihan
memungkinkan seseorang mengembangkan kepribadian yang lebih baik.
Pendidikan tidak hanya baik bagi diri sendiri tetapi juga bagi keluarga,
masyarakat, dan negara. Oleh karena itu, pendidikan dapat menjadikan manusia
kompeten dan bertanggung jawab sehingga dapat maju bagi bangsa dan negara.
Kondisi pendidikan yang baik dapat menumbuhkan peserta didik yang kreatif,
kemampuan mental, pengendalian diri, budi pekerti, sikap dan keterampilan
yang lebih baik sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, bangsa dan warga negara (Prihatiningsih & Setyaningtyas, 2018).
Proses transformasi terjadi di dalam pendidikan, yang pada hakikatnya
merupakan proses mengubah peserta didik agar menjadi manusia terdidik sesuai
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Idealnya seluruh komponen pendidikan
menjalankan fungsinya masing-masing dan saling berinteraksi sehingga
tercapai tujuan pendidikan (Tatang, 2015:18). Proses belajar mengajar di kelas
biasanya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai pihak yang terlibat
langsung dalam proses tersebut. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam
memahami konsep, sehingga tugas guru dalam proses belajar mengajar antara
lain memperkuat proses belajar mengajar (Indrayani,dkk.2019:22).
Penerapan Kurikulum merdeka yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
keadaan masing-masing sekolah, diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan sehingga lulusan dapat lebih mandiri dan berdaya saing dalam
lingkungan yang semakin mengglobal. Di dalam dunia Guru tidak hanya harus
menguasai materi pembelajaran, namun tugasnya adalah mengubah proses
pembelajaran menjadi kegiatan yang menarik untuk memotivasi siswa agar
belajar lebih banyak. Namun kenyataan setempat menunjukkan sebaliknya,
pembelajaran yang seharusnya berlangsung menarik, penuh keaktifan siswa,

1
kreativitas siswa, dan keingintahuan siswa, kini sirna. Menurut Dananjaya
(2015:142), guru harus membebaskan siswa agar dengan rasa kebebasan, siswa
memahami bahwa pengambilan keputusan dan risiko sepenuhnya ada di
tangannya, sehingga dengan sendirinya timbul upaya penuh untuk mencapai
prestasi. tujuan mereka. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama
proses belajar siswa dengan baik menunjang peningkatan hasil belajar,
sehingga nantinya siswa paham, paham dan tertarik pada IPA. Kegiatan kurang
aktif ini juga terjadi di SDN 2 Kembiritan.
SDN 2 Kembiritan memiliki input siswa dengan prestasi yang
bermacam-macam. Hasil observasi yang dilakukan di SDN 2 Kembiritan
diperoleh nilai rata-rata yang berbeda di bidang minat pengetahuan alam
(IPA) di kelas IV. Nilai rata-rata ketuntasan ulangan harian di kelas IV
sebesar 65. Berdasarkan hasil rata-rata tersebut kelas IV menunjukkan nilai
rata-rata yang masih rendah. Kelas tersebut menunjukkan masih perlunya
memperbaiki kualitas pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang
digunakan. Data yang diperoleh peneliti berdasarkan nilai ulangan harian,
dari total 18 siswa yang mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) pada ulangan IPA sebanyak 5 siswa (27,8%) dan 13 siswa (72,2%)
memperoleh nilai dibawah KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75
dengan rata-rata nilai klasikal sebesar 70,7.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masih
memeperlihatkan aktivitas siswa yang masih rendah, dan siswa kurang
bekerjasama dengan aktif, yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi
tidak hidup dan kurang menyenangkan, karena kurang adanya partisipasi dari
peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurangnya antusias siswa dalam
mengikuti pelajaran tersebut, mengakibatkan hasil belajar yang kurang
memenuhi standar nilai minimal yang harus dicapai. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan guru untuk memperbaiki, memperbarui, dan membantu
siswa dalam memahami konsep IPA adalah melalui penerapan strategi
pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif
dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, salah satu alternatif solusinya

2
adalah dengan menerapkan model quantum teaching.
Menurut Baswedan (2015), menggunakan kerangka model quantum
teaching TANDUR (tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi,
rayakan), merayakan) melibatkan aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat
belajar bagaimana membuat siswa termotivasi dan menumbuhkan minat.
Proses pembelajaran/diskusi diharapkan semakin membaik. Prinsipnya
sugesti dapat dan akan mempengaruhi hasil belajar, yaitu dengan
menghilangkan hambatan-hambatan yang menghambat proses belajar alami
dengan secara sadar menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekitar,
menyusun materi pembelajaran yang sesuai, metode penyajian yang efektif
dan partisipasi aktif (Deporter, 2018:44). Seperti pada proses alami dan
namai, siswa menjadi aktif dan dapat berpikir mandiri karena siswa
mempunyai rasa tanggung jawab tersendiri dalam kelompok belajar, maka
pada proses perayaan siswa diminta untuk mengevaluasi hasil belajarnya
yang dapat meningkatkan kemandiriannya. kepercayaan diri dan lebih
bertanggung jawab.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nisak (2013) dan Hafid (2016)
yang menerapkan model quantum teaching, menyatakan bahwa terdapat
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Data pendukung hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran dengan model
quantum teaching diharapkan dapat mengatasi masalah di SDN 2 Kembiritan.
Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian
yang berjudul “Penerapan Model Quantum Teaching Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata
Pelajaran IPA Materi Wujud Zat dan Perubahannya Di SDN 2
Kembiritan Tahun Pelajaran 2023/2024”.

3
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisa latar belakang yang telah diuraikan, maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1) Pembelajaran cenderung berpusat kepada guru (teacher center) dan kurang
melibatkan siswa dalam pembelajaran (student center) sehingga siswa
kurang aktif saat mengikuti pembelajaran.
2) Model pembelajaran yang diberikan oleh pendidik terbatas hanya
menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru.
3) Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa sekedar mendengarkan
penjelasan guru dan menulis sehingga membuat hasil belajar siswa rendah.
2. Analisis Masalah
Dengan dasar permasalahan yang dijabarkan diatas telah terungkap faktor
penyebab masalah, sebagai berikut:
1) Pembelajaran berpusat kepada guru (teacher center)
2) Model pembelajaran yang diguanakn gurukurang variatif
3) Aktivitas siswa dalam belajar rendah.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecah Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang telah dijabarkan, maka dapat
dibuat kesimpulan untuk memeperbaiki proses belajarnya yaitu:
1) Pembelajaran bisa berpusat pada siswa (student center) dengan guru
sebagai fasilitator agar siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran.
2) Menggunakan model pembelajaran yang lebih beragam disesuaikan
dengan materi yan akan di bahas.
3) Menggunakan model Quantum Teaching untuk meningkatkan aktiitas
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan wujud.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam materi

4
perubahan wujud di SD Negeri 2 Kembiritan tahun pelajaran 2023/2024?
2. Apakah penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kela IV ilmu pengetahuan alam materi perubahan wujud di
SD Negeri 2 Kembiritan tahun pelajaran 2023/2024?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian perbaikan yang dilakukan berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dijabarkan, adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam materi perubahan wujud di SD Negeri 2.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam materi perubahan wujud di SD Negeri 2
Kembiritan.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan


diatas, hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut.
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam
rangka perbaikan model dan strategi pembelajaran IPA.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
memperluas pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran
terutamadalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
biologi.
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA.
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman
langsung dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
penerapan model quantum teaching.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan aktivitas mentransfer ilmu artinya suatu
usaha yang dilaksanakan oleh pendidik agar seseorang belajar dan
menghasilkan kondisi belajar di dalam dirinya. Aktivitas belajar yang
dilakukan dengan memadukan hubungan yang harmonis antara kegiatan
belajar yang diterapkan oleh pendidik dengan aktivitas belajar yang
diterapkan siswa. Tujuan pembelajaran yaitu memberi kesempatan kepada
siswa untuk memahami lingkungan dan membuat aktivitas dengan
mewujudkan pengalaman belajar yang dapat membuat siswa melalui,
mengalami, serta melakukakannya (Helmiati, 2015:4).
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu konsep yang
membahas terkait ilmu yang mempelajari tentang keadaan alam yang
disajikan sesuai kenyataan dilapangan, konsep yang sudah ditemukan, prinsip
yang dibuat dan hukum yang sudah diuji kebsahannya melalui suatu susunan
kegiatan dalam metode ilmiah (Ramadhani, 2019:16). Menurut Prihantini
(2020, 167) menyatakan IPA adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
manusia untuk memahami alam semesta dengan observasi yang tepat pada
target, serta melalui prosedur, dan didefinisikan dengan penalaran sehingga
memperoleh suatu kesimpulan.
Pengetahuan yang menjelaskan terkait pengalaman alam juga sering
disebut sebagai pengetahuan adaptasi dengan alam. Ilmu yang menjelaskan
tentang pemahaman dan kebenaran dasar yang fundamental terkait kondisi
yang terjadi di alam semesta (Ramadhani, 2019:3). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yaitu pembelajaran yang dijelaskan
oleh pendidik kepada siswa yang berkaitan dengan fenomena-fenomena,
kejadian maupun keragaman yang terjadi di alam.
Menurut Ramadhani (2019:14) menyatakan fungsi pembelajaran IPA
di sekolah yaitu :
a. Menumbuhkan kepercayaan serta kemauan untuk memelihara

6
lingkungan alam serta lingkungan buatan yang berhubungan dengan
manfaat dalam lingkungan sekitar manusia.
b. Meningkatkan keterampilan proses siswa supaya mampu menganalisis
masalah melalui “doing science”
c. Meningkatkan kemampauan untuk menjalankan kegiatan IPA diikuti
teknologi dan keterampilan yng berguna untuk kehidupan nyata maupun
melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
d. Meningkatkan wawasan serta sikap dan nilai yang berguna untuk
mengikuti perkembangan kemajuan IPTEK dan memahami kondisi
lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Ada 3 hal yang perlu dipahami saat merumuskan pembelajaran diruang
kelas, terutama dalam pembelajaran IPA, yaitu:
a. Mengetahui tahapan dan urutan yang sama bagi seluruh siswa.
b. Memiliki respon yang beragam mengenai suatu kejadian atau suatu benda
bagi siswa
c. Jika yang diberikan ke siswa hanya kegiatan fisik, maka tidak akan
menjamin perkembangan intelektual siswa ( Piaget dalam Sapriati, dkk.,
2022:18).
B. Model Quantum Teaching
Model pembelajaran quantum (quantum teaching) merupakan salah
satumodel pembelajaran yang menekankan pentingnya penciptaan hubungan
sosial yang dinamis antara para peserta didik dan juga antar peserta didik
dengan pendidik. Model pembelajaran ini juga menekankan tentang
pentingnya pendidik menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
bagi para peserta didiknya, dengan prinsip kebermaknaan dan berupaya
memasuki dunia (kesenangan) peserta didik agar nantinya mampu
mengantarkan pesan-pesan pembelajaran kedalam dunia tersebut (Susiani et
al., 201). Lingkungan dalam quantum teaching yang dapat
memacu/meningkatkan minat belajar dan daya ingat siswa, yaitu: (1) ruang
kelas; (2) alat bantu; (3) pengaturan bangku; (4) musik. Pendekatan quantum
teaching menunjukkan begitu banyak yang harus dipersiapkan, mulai dari

7
lingkungan belajar yang mencakup ruang kelas, alat bantu mengajar
menggunakan poster-poster, pengaturan bangku, dan musik dalam
pembelajaran, hingga pembelajaran itu sendiri (Leasa, 2019). Musik dapat
meningkatkan kemampuan kognitif yang berupa aktivitas mental seperti
mengingat, membuat simbol, membuat kategori, memecahkan masalah,
menciptakandan melakukan imajinasi. Ritme, melodi dan harmoni dari musik
klasik dapat memberikan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar
anak (Baswedan,2015).
Pembelajaran quantum bersandar pada konsep: “Bawalah Dunia
Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Segala
hal yang dilakukan kerangka model quantum adalah setiap interaksi dengan
siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional,
dibangun diatas konsep tersebut (DePorter, 2018:7-8). Konsep tersebut
mengingatkan pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah
pertama. Caranya dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan peristiwa,
pikiran, atu perasaan yang diperoleh dari kehidupan sosial, atletik, musik,
seni, rekreasi atau akademis siswa. Setelah kaitan terbentuk, guru dapat
membawa siswa kedalam dunia guru, dan memberikan pemahaman guru
mengenai isi dunia tersebut.

Menurut DePorter (2018:7-8) quantum teaching juga memiliki lima


prinsip, atau kebenaran tetap. Prinsip tersebut adalah:

a. Segalanya berbicara, segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa


tubuh guru,dari kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran
guru, semuanya mengirim pesan tentang belajar;
b. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam penggubahan guru
mempunyai tujuan semuanya;
c. Pengalaman mendahului penamaan, proses belajar paling baik terjadi
ketikasiswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh
nama untuk apa yang mereka pelajari;
d. Akui setiap usaha , belajar mengandung resiko. Pada saat siswa

8
mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka;
e. Merayakan keberhasilan, perayaan memberikan umpan baik mengenai
kemajuandan meningkatkan asosiasi emosi positif belajar.

Langkah-langkah dalam mendukung pengajaran yaitu: 1) aturan tata


bahasa yang menarik, 2) menjelaskan penjelasan dengan melakukan gerakan
tubuh, 3) menyebutkan kata-kata dengan memberikan intonasi tertentu, 4)
memberikan konsep dengan menghafal teknik seperti sistem asosiasi
(melakukan konsep dengan menghafal kalimat mengesankan), alphabethon
sistem (melakukan konsep dengan menandai alfabet tertentu), sistem
mnemoniac (melakukan konsep oleh kesamaan suara), dan sistem imagenie
(melakukan konsep dengan melihat objek visual atau gambar), 5) membuat
kesimpulan dari konsep dengan memberikan pola dalam bentuk gambar, 6)
membuat pemetaan pikiran untuk konsep tertentu (Mulyanah,2018).

Kerangka belajar yang digunakan guru dalam menjalankan


pembelajaranquantum lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu.
a. Tumbuhkan, yaitu menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah
Manfaatnya BagiKu” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan pelajar.
b. Alami, yaitu menciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua pelajar.
c. Namai, tahap ini yaitu penyediaan kata kunci, konsep, model, rumus,
strategi; sebuah “masukan”.
d. Demonstrasikan, yaitu menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk
“menunjukkan bahwa mereka tahu”.
e. Ulangi, yaitu menunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan
menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu”.
f. Rayakan, yaitu pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan (DePorter, 2018:39-
40).

9
C. Aktivitas Belajar

Banyak macam-macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa


disekolah, tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim
digunakan di sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat daftar macam
kegiatan murid antara lain.
a. Visual activities seperti membaca (memperhatikan: gambar,
demonstrasi,percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya).
b. Oral activities (seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interaksi, diskusi, interupsi
dansebagainya).
c. Listening activities (seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato dan sebagainya), writing activities (seperti menulis cerita,
karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya).
d. Drawing activities (seperti menggambar, membuat grafik, peta,
diagram dan sebagainya).
e. Motor activities (seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan
sebagainya).
f. Mental activities (mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat
hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya).
g. Emotional activities (seperti menaruh minat, merasa bosan, berani,
tenang, gugup dan sebagainya) (Nasution, 2017:91).
Aktivitas belajar siswa dapat diukur dengan mengetahui terlebih
dahulu komponen-komponen aktivitas dan menentukan indikatornya
terlebih dahulu.Aktivitas belajar adalah respon atau keterlibatan siswa
baik secara fisik, mental emosional, maupun intelektual dalam setiap
proses pembelajaran, meliputi: (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan
diri sebelum mengikuti proses pembelajaran, (2) aktivitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran di kelas, dan (3) aktivitas siswa dalam
evaluasi dan pemantapan pembelajaran yang dilakukan setelah mengikuti
proses pembelajaran di kelas (Supinah, 2021).

10
Usaha meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas sangat
penting untuk dilakukan oleh para guru. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan fokus siswa agar dapat menerima pelajaran dengan baik.
Ketika siswa aktif maka fokus mereka terhadap pelajaran akan meningkat
sehingga mereka mudah memahami apa yang diberikan oleh guru. Guru
dapat menyertakan beberapa atau semua dari kategori dalam pembuatan
daftar pertanyaan, 1) kata-kata yang didefinisikan, 2) pertanyaan pilihan
ganda mengenai fakta atau konsep, 3) orang yang hendak didefinisikan, 4)
menanyakan sikap atau tindakan yang mungkin dilakukan, 4) melengkapi
kalimat atau menjodohkan. (Wahyuningtyas, 2019).
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif diperlukan untuk
meningkatkan aktivitas siswa. Kritis untuk menganalisis masalah dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis
berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi
yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru
adalah mengembangkannya, antara laindengan sering-sering memberikan
tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai
dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang
dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup
(jawaban betul hanya satu) (Iqbal, 2015).
D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat
tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada abagian lain,
merupakan peningkatan kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono,
2016:3-4). Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi
belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku
siswa (Hamalik, 2015:159).

11
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap
sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari dan diukur berdasarkan
jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran
belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan
psikomotor (Sudjana, 2017:49). Ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom
yang direvisi oleh David R. Krathwohl aspek kognitif dibedakan atas enam
jenjang, yaitu.
1) Mengingat (remembering), meliputi mengenali dan memanggil kembali.
2) Memahami (understanding), berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan danmembandingkan.
3) Menerapkan (applying), berkaitan dengan dimensi pengetahuan
prosedural yaitumeliputi kegiatan menjalankan prosedur dan
mengimplementasikan.
4) Menganalisis (analyzing), berkaitan dengan proses kognitif memberi
atribut danmengorganisasikan.
5) Mengevaluasi (evaluating), meliputi mengecek dan mengkritisi.

6) Mencipta (creating), meliputi menggeneralisasikan dan memproduksi


(Anderson dan Krathwohl, 2015: 228-231).
Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan dengan
sikap dan nilai. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan
tipe hasil belajar, dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkatan
yang kompleks, yaitu:
1) Receiving (penerimaan), yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, seperti
menghadiri, melihat, memperhatikan.
2) Responding (jawaban), yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulasiyang datang dari luar, seperti berpartisipasi, patuh, tanggapan,
senang membaca buku, senang bertanya, senang dengan kebersihan dan
kerapian.
3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

12
terhadap gejala atau stimulus serta berperilaku sesuai nilai.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu niai dengan nilai lainnya dan
kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya (Sudjana, 2017:53-54).

13
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu
1. Subyek Penelitian
Penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa SD Negeri 2 Kembiritan
Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi pada mata pelajaran IPA tentang
wujud zat dan perubahannya. Penelitian ini dilakukan di kelas IV sebanyak 18
orang siswa.
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Kembiritan Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi. Sekolah yang terletak di desa kembiritan
mempunyai 6 ruang kelas. Tempat penelitian di kelas IV.
3. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan di SD Negeri 2 Kembiritan. Waktu penelitian
di mulai tanggal 31 Oktober 2023 sampai dengan tanggal 09 November 2023.
Penelitian tindakan kelas dilakukan sesuai jadwal IPA kelas IV SDN 2 Kembiritan.
Sehingga tidak mengganggu jadwal mata pelajaran lainnya. Dalam penelitian ini
dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Waktu Penelitian

KEGIATAN HAR/TANGGAL JAM KETERANGAN


Pra siklus Selasa, 31Oktober 2023 3-4 Observasi dan Pra siklus
Siklus I Rabu, 01 November 2023 3-4 KBM dan Tes Siklus I
Kamis, 02 November 2023
Siklus II Rabu, 08 November 2023 KBM dan Tes Siklus I
Kamis, 09 November 2023 3-4

4. Pihak yang Membantu


Penelitian ini melibatkan beberapa pihak, diantaranya supervisor 1
Nurjannah, S.Pd., M.Pd., M.Ed., supervisor 2 yaitu Nurul Laili, S.Pd., Kepala
Sekolah SDN 2 Kembiritan yaitu Mohamat Takwa, S.Pd., teman sejawat selaku
observer dan siswa kelas IV sejumlah 18 siswa.

14
B.Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Kemmis yang terdiri dari empat fase, yaitu perencanaan atau planning, tindakan
atau action, observasi atau observation dan refleksi atau reflection. Penelitian ini
dilakukan 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Jika siklus 1 sudah tuntas, tetap
dilaksanakan siklus 2 untuk memantapakan hasil belajar siswa karena pengaruh
dari hasil tindakan pembelajaran. Keempat tahap siklus dapat digambarkan
sebagai berikut.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 2 Pelaksanaan

Pengamatan

Siklus selanjutnya

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis (Arikunto,


2017:137)
Berdasarkan gambar 3.1, maka langkah-langkah penelitian yang
dilakukansebagai berikut.
a. Prasiklus
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan meliputi :
1. Wawancara dengan guru kelas IV
2. Melakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa sebelum tindakan,
model dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses
kegiatan pembelajaran selama ini. Observasi dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan, agar peneliti mengetahui jelas permasalahan dikelas.

15
3. Menentukan jadwal pelaksanaan penelitian

b. Siklus 1
1. Perencanaan (Planning)
Tahap ini merupakan tahap merencanakan segala sesuatu yang dilakukan
dalam penelitian. Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi :
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b) Menyusun menyusun lembar diskusi siswa
c) Menyusun kisi-kisi soal tes
d) Menyusun soal tes dan kunci jawaban
e) Menyusun pedoman observasi dan wawancara
2. Tindakan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahapan perencanaan. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching yaitu:
a) Guru menginformasikan bahwa pembelajaran yang diterapkan
menggunakan model quantum teaching.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi sesuai
topik yang akan dijelaskan.
c) Guru memberi motivasi dengan menyapa siswa dan mengucapkan yel-yel
atau melakukan ice breaking jika diperlukan (tumbuhkan).
d) Guru memberikan penjelasan yang berhubungan dengan materi yang telah
disampaikan kepada siswa melalui media power point (alami).
e) Guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok dengan game, dan masing-
masing anggota kelompok memiliki peran berbeda, seperti: fasilitator, penulis
dan pelapor.
f) Guru memberi waktu siswa untuk membangun pengetahuan secara mandiri
dengan memberi permasalahan berupa LKPD melalui gambar dan video yang
telah disediakan atau melalui buku dan internet yang ada (namai).
g) Guru melakukan game untuk menunjuk kelompok yang akan
mempresentasikan hasil diskusinya dan melakukan ice breaking jika
diperlukan (demosntrasikan).
h) Guru memberi pengulangan materi dan memberi kesempatan siswa untuk

16
mencatat dan bertanya (ulangi).
i) Guru merayakan hasil belajar dengan menyanyikan yel-yel (rayakan).
3. Observasi
Tahap ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama observer
pendamping untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas prosesbelajar siswa.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dari setiap indikator mengenai
siswa dalam proses pembelajaran. Fungsi dilakukannya observasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana perhatian dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis terhadap semua data atau informasi


yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan. Data yang telah
terkumpul kemudian ditindaklankjuti dengan melakukan analisis, sehingga dapat
diketahui akan hasil dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis
tersebut sebagai dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui akan
berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan.

Pada pelaksanaan siklus 1 pembelajaran sudah sesuai sintaks model yan


digunakan. Pembelajaran sudah variatif dan menarik serta adanya percobaan
tentang perubahan wujud yang membuat siswa lebih aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran. Perlunya ice breaking pada pertengahan pembelajaran agar siswa
tidak merasa jenuh dan bosan sehingga siswa dapat merefresh otaknya dengan ice
breaking yang diberikan oleh guru.
c. Siklus 2
Prosedur yang dilakukan pada siklus 2 merupakan perbaikan dari siklus 1.
Tindakan sikulus kedua untuk rencana perbaikan apabila belum ada peningkatan
hasil belajar siswa pada siklus pertama. Kegiatan yang dilakukan pada siklus
kedua sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan perbaikanpada
pernecanaan siklus 1

17
b) Menyusun lembar diskusi siswa
c) Menyusun kisi-kisi soal tes
d) Menyusun soal tes dan kunci jawaban
e) Menyusun pedoman observasi dan wawancara
2. Tindakan
Kegiatan-kegiatan pada pelaksanaan tindakan siklus kedua sesuai dengan
perencanaan perbaikan pada siklus pertama yang telah ditetapkan, sehingga
terjadi peningkatan hasil belajar yang optimal sesuai dengan gujuan penelitian.
3. Observasi
Pada tahap ini peneliti yang dibantu oleh teman sejawat selaku observer.
Kegiatan observasi berjalan dengan lebih baik, teliti dan cermat lagi terhadap
aspek-aspek yang belum bisa terobservasi dengan baik pada siklus pertama, agar
aspek tersebut dapat terobservasi lebih baik lagi.
4. Refleksi
Pada siklus ini guru sudah memberikan ice breaking agar siswa tidak jenuh
dan pembelajaran lebih menyenangkan. Setelah melakuakan perbaikan pada
siklus II ini, siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran. Adanya model dan media
yang variatif membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran. Hal yang
harus dilakukan guru pada tahap refleksi yaitu menguraikan hasil pengamatan ,
melakukan penilaian dan analisis evaluasi yang dilakukan siswa pada akhir
pembelejaran. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dari proses
pembelajaran. Apakah dengan menggunakan model Quantum Teaching dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar iswa. Hasil yang diperoleh dari refleksi
digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari kegiatan akhir siklus. Hasil dari
penerapakan model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data dilakukan melalui beberapa cara sebagai
berikut:
a. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
kegiatan berlangsung, mengambil data sisw seperti nama, jenis kelamin,

18
jumlah siswa, dan hasil belaajar siswa.

b. Pengamatan dilakukan untuk mengambil data tentang aktivitas belajar


siswa.
c. Tes dibuat untuk mengetahui data hasil belajar siswa dalam aspek kognitif.
D. Teknik Analaisis Data

1. Data Aktivitas Belajar


Aktivitas belajar yang akan diamati adalah kenaikan setiap aktivitas dari
pra-siklus ke siklus 1 dan siklus 2 dan keseluruhan rat-rata aktivitas siswa. Untuk
menganalisis presentasi keaktifan siswa digunakan rumusan sebagai berikut.

Keterangan :
Pa : Persentase aktivitas belajar siswa
A : Total skor komponen penilaian aktivitas yang dicapai
N : Jumlah skor maksimal dari komponen penilaian aktivitas siswa
Tabel 3.1 Kriteria aktivitas belajar siswa
No Presentase Kriteria
1 85% ≤ Pa < 100% Sangat aktif
2 70% ≤ Pa < 85% Aktif
3 55% ≤ Pa < 70% Cukup aktif
4 40% ≤ Pa < 55% Kurang aktif
5 25% ≤ Pa < 40% Sangat kurang aktif
(Hidayah, 2015 : 143)
Peningkatan persentase aktivitas belajar siswa dapat dihitung
dengan rumussebagai berikut.
Peningkatan = (X1 – X)
Keterangan:
X1 = Persentase setelah tindakan
X = Persentase sebelum tindakan
2. Data Hasil Belajar
Data hasil belajar kognitif yang akan diamati adalah kenaikan hasil tes dari
pra siklus ke siklus 1 dan silkus 2 dan keseluruhan rata-rata hasil tes siswa,
digunakan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghitung nilai hasil evaluasi pembelajaran

19
Nilai = Jumlah skor benar x 100
Jumlah skor maksimal
2) Mencari tingkat ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal, dengan rumus :

Keterangan :

P : tingkat ketuntasan hasil belajar siswa

n : jumlah siswa yang tuntas

N : jumlah seluruh siswa (Hidayah, 2015 : 143)


3) Menentukan nilai rata-rata:
Rata-rata= jumlah seluruh nilai siswa x 100%
Jumlah siswa
4) Melakukan pengecekan dengan menggunakan analisis hasil belajar sebagai
berikut.
a) Daya serap perorangan yaitu siswa dikatakan sudah tuntas belajar apabila
mempunyai nilai ≥ 75 dari nilai tes maksimal 100
b) Daya serap klasikal yaitu suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal
75% siswa yang telah mencapai nilai ≥75 (standar ketuntasan belajar mata
pelajaran IPA kelas IV SDN 2 Kembiritan)

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dalam pelaksanaan perbikaan pembelajaran, penelitian ini menggunakan
model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa mata pelajaran IPA materi wujud zat dan perubahannya di SDN 2
Kembiritan Kecamatan kembiritan kabupaten banyuwangi. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu tahap tindakan pendahuluan dan tahap
pelaksanaan siklus. Tahap tindakan pendahuluan dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, dan mengamati pembelajaran pra-siklus. Pada tahap
pelaksanaan siklus dilakukan sebanyak 2 siklus pembelajaran yaitu siklus 1 dan
siklus 2. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap tindakan, observasi dan
refleksi. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes belajar ulangan harian akhir siklus.
Hasil penelitian pada tiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Prasiklus
Data yang diperoleh dari pra siklus menjadi dasar penentu dalam tindakan
berikutnya. Pada tahap prasiklus merupakan tahap identifikasi masalah dan
mendiskusikan temuan masalah dan cara pemecahan masalah yang akan
dilakukan, hal ini dilakukan untuk menguatkan informasi yang diperoleh dari
data wawancara. Hasil observasi menunjukkan guru menerapkan ceramah dan
siswa hanya mendengarkan penjelasan guru serta menulis keterangan dari guru.
Pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) dan siswa kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Susasan pembelajarn yang cenderung monoton
menyebabkan susasa belajar menajadi jenuh sehingga siswa kurang antusias
mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Bedasarkan hasil observasi aktivitas belajar pada prasiklus diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Aktivitas Belajar Siswa Pada Prasiklus (jumlah siswa = 18)
No Jumlah siswa Kriteria Persentase
Klasikal
1 2 Sangat Kurang Aktif (SKA) 55%

21
2 9 Kurang aktif (KA) Kurang
3 2 Cukup aktif (CA) Aktif
4 5 Aktif(A)

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.1 tampak bahwa
aktivitas belajar siswa secara klasikal kurang aktif dengan persentase 55%. Pada
kelas ini selama proses pembelajarn berlangsung hanya 5 siswa yang aktif
mengikuti pelajaran, 2 siswa cukup aktif mengikuti pelajaran, 9 siswa kurang
aktif mengikuti pelajaran dan 2 siswa lainnya sangat tidak aktif mengikuti
peembelajaran yang diberikan oleh guru. Berdasarkan data hasil test prasiklus
peneliti menemukan bahwa hasil belajar IPA di kelas IV masih tergolong rendah.
Adapun data hasil belajar kognitif pada prasiklus sebagai berikut.
Tabel 4.2 persentase Perolehan Nilai Kognitif Prasiklus
Pelaksanaan Persentase Rata-rata
Kriteria ∑ Siswa
ketuntasan nilai
(%) klasikal
Siklus 1 Siswa tuntas 5 27,8%
Siswa tidak tuntas 13 72,2% 70,7
Jumlah total 18 100%

Hasil belajar kognitif siswa prasiklus dapat digambarkan dalam grafik


persentase nilai siswa seperti gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 Grafik presentase Ketuntasan Nilai Prasiklus

Persentase Ketuntasan Hasil


Belajar Siswa Prasiklus

28%
Siswa Tuntas
Siswa Tidak Tuntas
72%

22
Berdasarkan data yang telah didapatkan terkait hasil belajar IPA dengan
KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Data prasiklus menunjukkan
terdapat 5 siswa dengan presentase 27,8% memperoleh nilai diatas KKM dan 13
siswa dengan presentase 72,2% mendapatkan nilai dibawah KKM dengan rata-
rata nilai klasikal 70,7. Dari data tersebut aktivitas belajar siswa yang kurang
aktif juga berpengaruh pada rendahnya ketuntasan hasil belajar. Hasil belajar
yang rendah disebabkan karena guru kurang melibatkan siswa dalam
pembelajaran sehingga perlu diakan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariatif.
2. Pelaksanaan siklus 1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan awal yaitu menyusun lampiran yang akan digunakan
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas pada siklus 1, seperti menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi guru, lembar
observasi aktivitas siswa. Guru juga membuat nama dada yang disesuaikan
dengan nomer absen siswa untuk digunakan oleh masing-masing siswa agar
mempermudah observer mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran.
b. Tindakan

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat


sebelumnya. Tindakan yang dilakukan disisni adalah pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model quantum teaching dengan strategi kolaboratif yang
dilaksanakan pada siklus I pada tanggal 1 November 2023. Langkah-langkah
pada tahap pelaksanaan tindakan yaitu:

1) Kegiatan awal pembelajaran meliputi:


a. Guru menginformasikan bahwa pembelajaran yang diterapkan
menggunakan model quantum teaching.
b. Pada Fase TANDUR, Guru memastikan bahwa siswa sudah menggunakan
nama dada yang sudah diberikan, hal ini berguna untuk memudahkan
observer dalam menilai menilai aktivitas dan afektif siswa di kelas. Sebelum
pembelajaran dimulai, guru menyiapkan media pembelajaran yaitu media

23
visual berupa power point materi sistem ekskresi dan media auditorial
berupa mini sound wover.
c. Guru melakaukan pembukaan, apersepsi dan motivasi. Kegiatan
pembukaan meliputi guru peneliti mengucapkan salam, berdo’a, mengecek
kehadiran siswa.
d. Pada fase TUMBUHKAN, Guru memberi motivasi dengan menyapa siswa
dan mengucapkan yel-yel atau melakukan ice breaking jika diperlukan.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi sesuai
topik yang akan dijelaskan.
2) Kegiatan inti pembelajaran meliputi:
a. Kegiatan fase ALAMI, pembelajaran diiringi musik instrumental klasik
Johann Pachelbel – Canon in D Major dan Tomaso Giovanni Albinoni-
Adagio In G Minor.
b. Guru menjabarkan materi tentang wujud zat secara singkat menggunakan
media power point.

c. Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok secara heterogen


dengan cara siswa mengambil nomer undian secara acak yang
didalamnya terdapat nomer kelompok 1 sampai 4.
d. Anggota kelompok berbagi peran sebagai fasilitator, anggota dan
pelapor. Fasilitator sebagai ketua kelompok, yang bertugas untuk
memimpin dan mengatur anggota kelompoknya, anggota sebagai penulis
dan menjalankan tugas, pelapor sebagai pembicara saat melakukan
presentasi.
e. Guru membagikan lembar diskusi siswa pada tiap-tiap kelompok dan
mengarahkan siswa menyiapkan bahan untuk percobaan.
f. Pada fase NAMAI, siswa berdiskusi memahami kata, konsep, kata kunci
serta mencatat hasil percobaan. Diskusi diiringi musik klasik Govi -
Walking on Clouds dan Mediterrano.
g. Guru sebagai fasilitator artinya guru mengurangi perannya sebagai ahli
didalam kelas namun lebih membimbing dan memberi clue kepada siswa
untuk mencapai tujuan dari soal tersebut dan mengaitkannya dengan

24
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
h. Pada fase DEMONSTRASI, yaitu menyediakan kesempatan bagi pelajar
untuk menunjukkan bahwa mereka tahu melalui kegiatan presentasi
kelompok yang diiringi musik klasik dari Chopin- Nocturne in E-flat
major, Op. 9 No. 2. Kegiatan presentasi ini dibatasi untuk dua kelompok
saja, hal ini dilakukan karena mengingat waktu yang terbatas.
i. Pada fase ULANGI, Guru memberikan penguatan terhadap materi yang
telah dipelajari oleh siswa dan mengaskan bahwa siswa telah mengerti,
serta diiringi musik klasik dari Chopin-Nocturne in E-flat major, Op.9
No. 2. Disela-sela penjelasan tersebut, guru memberikan kesempatan
siswa untuk mencatat materi yang telah diajarkan.
3) Kegiatan akhir pembelajaran meliputi :
a. Proses pembelajaran diakhiri dengan fase RAYAKAN , yaitu pengakuan
untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ilmu pengetahuan yang
diiringi musik pop klasik dari Fun Factory-Celebration.
b. Guru memberikan penghargaan dengan mengajak siswa untuk
menyanyikan yel-yel bersama- sama dan guru memberikan apresiasi
kepada kelompok yang paling bersemangat dengan tepuk tangan.
c. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pelajaran yang
telah diajarkan.
d. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan sedikit icebreaking
dengan melakukan kegiatan maju mundur terbalik. Suasana kelas menjadi
riuh dan fresh kembali.
e. Guru memberikan tugas lanjutan untuk pertemuan selanjutnya berupa
merangkum sub materi hati dan kulit pada sistem ekskresi, kemudian
dilanjutkan guru menutup pelajaran dengan berdo’a bersama-sama.
c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan saat tahap pelaksanaan berlangsung, dalam hal


ini adalah kegiatan belajar mengajar. Pada tahap observasi yang diamaati yaitu
aktivitas siswa kemudian hasil belajar siswa melalui tes.

25
1. Aktivitas belajar siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar pada siklus 1diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Aktivitas belajar siswa pada siklus 1 (jumlah siswa = 18)
No Jumlah siswa Kriteria Persentase
Klasikal
1 0 Sangat Kurang Aktif (SKA) 61,9 %
2 5 Kurang aktif (KA)
Cukup Aktif
3 3 Cukup aktif (CA)
4 10 Aktif(A)

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3 tampak bahwa
aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus 1 dalam pembelajarana IPA
menunjukkan cukup aktif dengan persentase 61,9%. Ada10 siswa yang sudah
antusias dan aktif mrngikuti pembelajaran, 3 siswa cukup aktif mengikuti
pelajaran dan masih ada 5 siswa yang kurang aktif mengikuti pelajaran mungkin
dikarenakan siswa tersebut masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi
terhadap suasana belajar yang baru saat pembelajaran.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan nilai atau skor hasil pemahaman siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan setelah penerapan pembelajaran model quantum
teaching dengan startegi kolaboratif. Hasil belajar siswa selamasiklus 1 diperoleh
dari tes akhir siklus 1. Adapun data hasil belajar kognitif yang diperoleh pada
siklus 1 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Persentase Perolehan Nilai Kognitif Siklus 1
Pelaksanaan Kriteria ∑ Persentase Rata-rata
Siswa ketuntasan nilai
(%) klasikal
Siklus 1 Siswa tuntas 11 61,1%
Siswa tidak 7 38,9%
75,2
tuntas
Jumlah total 18 100%

26
Hasil belajar kognitif siswa prasiklus dapat digambarkan dalam grafik
persentase nilai siswa seperti gambar dibawah ini:
Gambar 4.2 Grafik presentase Ketuntasan Nilai Siklus 1

Persentase Ketuntasan Hasil


Belajar Siswa Siklus 1

39%
Siswa Tuntas
Siswa Tidak Tuntas
61%

Berdasarkan data diata dari jumlah siswa sebanyak 18 siswa terdapat 11 siswa
yang tuntas mendapat nilai ≥75 dengan persentase ketuntasan sebesar 61,1% dan
sebanyak 7 siswa tidak tuntas mendapat nilai <75 dengan persentase ketuntasan
sebesar 38,9 %. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 75,2. Meskipun
masih banyak siswa yang tidak tidak tuntas, hasil tersebut telah mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar prasiklus sebesar 33,3%.
d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis terhadap semua data atau informasi


yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan. Data yang telah
terkumpul kemudian ditindaklankjuti dengan melakukan analisis, sehingga dapat
diketahui akan hasil dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis
tersebut sebagai dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui akan
berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan.

Pada pelaksanaan siklus 1 pembelajaran sudah sesuai sintaks model yang


digunakan. Pembelajaran sudah variatif menggunakan media powerpoint, LKPD,
serta penerapan model pembelajaran yang membuat siswa lebih bersemangat
mengikuti pembelajaran. Pada siklus 1 siswa mulai aktif dan antusias mengikuti

27
pembelajaran meskipun belum seluruh siswa yang aktif karena bebearapa siswa
membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan penerapan model pembelajaran
yang baru. Perlunya ice breaking pada pertengahan pembelajaran agar siswa tidak
merasa jenuh dan bosan sehingga siswa dapat merefresh otaknya dengan ice
breaking yang diberikan oleh guru.
3. Pelaksanaan siklus 2
a. Perencanaan
Tahap perencanaan awal yaitu menyusun lampiran yang akan digunakan
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas pada siklus 1, seperti menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi guru, lembar
observasi aktivitas siswa. Guru juga membuat nama dada yang disesuaikan
dengan nomer absen siswa untuk digunakan oleh masing-masing siswa agar
mempermudah observer mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran.
b. Tindakan

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat


sebelumnya. Tindakan yang dilakukan disisni adalah pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model quantum teaching dengan strategi kolaboratif yang
dilaksanakan pada siklus I pada tanggal 8 November 2023. Langkah-langkah
pada tahap pelaksanaan tindakan yaitu:

1. Kegiatan awal pembelajaran meliputi:


a. Guru menginformasikan bahwa pembelajaran yang diterapkan
menggunakan model quantum teaching.
b. Pada Fase TANDUR, Guru memastikan bahwa siswa sudah menggunakan
nama dada yang sudah diberikan, hal ini berguna untuk memudahkan observer
dalam menilai menilai aktivitas dan afektif siswa di kelas. Sebelum
pembelajaran dimulai, guru menyiapkan media pembelajaran yaitu media
visual berupa power point materi sistem ekskresi dan media auditorial berupa
mini sound wover.
c. Guru melakaukan pembukaan, apersepsi dan motivasi. Kegiatan pembukaan
meliputi guru peneliti mengucapkan salam, berdo’a, mengecek kehadiran

28
siswa.
d. Pada fase TUMBUHKAN, Guru memberi motivasi dengan menyapa siswa
dan mengucapkan yel-yel atau melakukan ice breaking jika diperlukan.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi sesuai
topik yang akan dijelaskan.
2. Kegiatan inti pembelajaran meliputi:
a. Kegiatan fase ALAMI, pembelajaran diiringi musik instrumental klasik
Johann Pachelbel – Canon in D Major dan Tomaso Giovanni Albinoni-
Adagio In G Minor.
b. Guru menjabarkan materi tentang wujud zat secara singkat menggunakan
media power point.
c. Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok secara heterogen dengan
cara siswa mengambil nomer undian secara acak yang didalamnya terdapat
nomer kelompok 1 sampai 4.
d. Anggota kelompok berbagi peran sebagai fasilitator, anggota dan pelapor.
Fasilitator sebagai ketua kelompok, yang bertugas untuk memimpin dan
mengatur anggota kelompoknya, anggota sebagai penulis dan menjalankan
tugas, pelapor sebagai pembicara saat melakukan presentasi.
e. Guru membagikan lembar diskusi siswa pada tiap-tiap kelompok dan
mengarahkan siswa menyiapkan bahan untuk percobaan.
f. Pada fase NAMAI, siswa berdiskusi memahami kata, konsep, kata kunci
serta mencatat hasil percobaan. Diskusi diiringi musik klasik Govi - Walking
on Clouds dan Mediterrano.
g. Guru sebagai fasilitator artinya guru mengurangi perannya sebagai ahli
didalam kelas namun lebih membimbing dan memberi clue kepada siswa
untuk mencapai tujuan dari soal tersebut dan mengaitkannya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
h. Pada fase DEMONSTRASI, yaitu menyediakan kesempatan bagi pelajar
untuk menunjukkan bahwa mereka tahu melalui kegiatan presentasi
kelompok yang diiringi musik klasik dari Chopin- Nocturne in E-flat major,
Op. 9 No. 2. Kegiatan presentasi ini dibatasi untuk dua kelompok saja, hal

29
ini dilakukan karena mengingat waktu yang terbatas.
i. Pada fase ULANGI, Guru memberikan penguatan terhadap materi yang
telah dipelajari oleh siswa dan mengaskan bahwa siswa telah mengerti, serta
diiringi musik klasik dari Chopin-Nocturne in E-flat major, Op.9 No.
j. Disela-sela penjelasan tersebut, guru memberikan kesempatan siswa untuk
mencatat materi yang telah diajarkan.
3. Kegiatan akhir pembelajaran meliputi :
a. Proses pembelajaran diakhiri dengan fase RAYAKAN , yaitu pengakuan
untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ilmu pengetahuan yang
diiringi musik pop klasik dari Fun Factory-Celebration.
b. Guru memberikan penghargaan dengan mengajak siswa untuk menyanyikan
yel-yel bersama- sama dan guru memberikan apresiasi kepada kelompok
yang paling bersemangat dengan tepuk tangan.
c. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pelajaran yang
telah diajarkan.
d. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan sedikit ice breaking
dengan melakukan kegiatan maju mundur terbalik. Suasana kelas menjadi
riuh dan fresh kembali.
e. Guru memberikan tugas lanjutan untuk pertemuan selanjutnya berupa
merangkum sub materi hati dan kulit pada sistem ekskresi, kemudian
dilanjutkan guru menutup pelajaran dengan berdo’a bersama-sama.
c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan saat tahap pelaksanaan berlangsung, dalam hal


ini adalah kegiatan belajar mengajar. Pada tahap observasi yang diamaati yaitu
aktivitas siswa kemudian hasil belajar siswa melalui tes. Proses pembelajaran
pada siklus 2, siswa lebih aktif dan tidak merasa canggung selama bekerjasama
dan berpendapat. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan
model pembelajaran yang diterapkan.
1. Aktivitas Belajar Siswa
Adapun hasil observasi tiapa aspek aktivitas siswa pada siklus 2 tersaji

30
dalam tabel berikuti ini.

Tabel 4.5 Aktivitas belajar siswa pada siklus 1 (jumlah siswa = 18)
No Jumlah siswa Kriteria Persentase
Klasikal
1 0 Sangat Kurang Aktif (SKA)
2 0 Kurang aktif (KA) 80,8%
3 2 Cukup aktif (CA)
Aktif
4 10 Aktif(A)
5 6 Sangat Aktif (SA)
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.5 menunjukkan
bahwa aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus 2 dalam pembelajaran
IPA menunjukkan bahwa siswa sudah aktif mengikuti proses pembelajaran
dengan persentase 80,8%. Adapun 6 siswa sudah sangat aktif dalam mengikuti
seluruh rangkaian pembelajaran, 10 antusias dan aktif mengikuti pembelajaran,
dan ada 2 siswa cukup aktif mengikuti pelajaran sedangkan sudah tidak ada siswa
yang tidak aktif mengikuti pembelajaran karena siswa sudah bisa beradptasi dan
mengikuti model pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru.
2. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Persentase Perolehan Nilai Kognitif Siklus 2
Pelaksanaan Persentase Rata-rata
Kriteria ∑ Siswa
ketuntasan nilai
(%) klasikal
Siklus 2 Siswa tuntas 16 88,9%

Siswa tidak tuntas 2 11,1% 83,8


Jumlah total 18 100%

Hasil belajar kognitif siswa prasiklus dapat digambarkan dalam grafik


persentase nilai siswa seperti gambar dibawah ini:

31
Gambar 4.3 Grafik presentase Ketuntasan Nilai Siklus 2

Persentase Ketuntasan Hasil


Belajar Siswa Siklus 2

11%

Siswa Tuntas
Siswa Tidak Tuntas

89%

Berdasarkan data diatas dari jumlah siswa sebanyak 18 siswa terdapat 16


siswa yang sudah tuntas mendapat nilai ulangan diatas KKM yang ditentukan ≥75
dengan persentase ketuntasan sebesar 88,9% dan sebanyak 2 siswa tidak tuntas
mendapat nilai <75 dengan persentase ketuntasan sebesar 11,1 %. Rata-ratahasil
belajar siswa pada siklus 1 sebesar 83,8. Dari hasil ulangan di siklus 2 dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan dapat dikatakan sukses
karena sudah melebihi dari 75% siswa yang tuntas dan melebihi nilai KKM yang
telah ditentukan.
d.Refleksi

Pada tahap refleksi ini, dianilisis seluruh kejadian setelah proses


pembelajaran pada siklus 2. Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran
menggunakan model quantum teaching secarakeseluruhan berjalan dengan baik
dan banyak siswa yang nampak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
Diskusi kelompok berjalan lebih baik, masing-masing kelompok bwrani untuk
bertanya ataupun menyatakan pendapatnya. Pengelolaan waktu juga menjadi
lebih baik dan lancar, karena siswa sudah mengetahui alur model pembelajaran
yang digunakan.

Aktivitas belajar siswa pada siklus 2 sudah menunjukkan bahwa

32
keseluruhan siswa telah mengikuti pembelajaran dengan aktif. Pembelajaran
seperti berdiskusi, melakukan percobaan, presentasi dan tanya jawab. Jumlah
siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 16 siswa tuntas
dari jumlah total 18 siswa dengan persentase ketuntasan kalsikal sebesar 88,9%.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar sudah melebihi nilai minimal
ketuntasan sebesar 75%, dalam artian siklus dapat dihentikan dan penerapan
model pembelajaran dengan quantum teaching dapat dikatakan berhasil.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk


mengetahui peningkatan aktivitas belajar dn hasil belajar siswa melalui
penerapan model quantum teaching. Pembelajaran dengan menggunakan model
quantum teaching merupakan suatu bentuk model pembelajaran yang
menyenangkan dan aktif.

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari prasiklus sampai siklus 2

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini salah satunya mengukur aktivitas


siswa. Hal pertama yang diamati dalam penerapan strategi pembelajaran ini
adalah aktivitas siswa dalam belajar karena menurut hasil observasi awal dan
dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa di kelas
IV ini kurang aktif khususnya dalam mata pelajaran IPA.
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Maka
dari itu, strategi pembelajaran kolaboratif cocok diterapkan dalam kelas
tersebut karena dalam penerapan proses pembelajaranya siswa dituntut untuk
aktif dalam kegiatan belajar dan membuat siswa lebih tertarik dengan materi
pembelajaran karena didalam proses pembelajaran siswa akan dikaitkan antara
materi dengan permasalahan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa
secara klasikal kurang aktif dengan persentase 55%. Pada kelas ini selama proses
pembelajarn berlangsung hanya 5 siswa yang aktif mengikuti pelajaran, 2 siswa
cukup aktif mengikuti pelajaran, 9 siswa kurang aktif mengikuti pelajaran dan 2
siswa lainnya sangat tidak aktif mengikuti peembelajaran yang diberikan oleh

33
guru. Berdasarkan data hasil test prasiklus peneliti menemukan bahwa hasil
belajar IPA di kelas IV masih tergolong rendah. Hasil belajar kognitif IPA
dengan KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Data prasiklus
menunjukkan terdapat 5 siswa dengan presentase 27,8% memperoleh nilai diatas
KKM dan 13 siswa dengan presentase 72,2% mendapatkan nilai dibawah KKM
dengan rata-rata nilai klasikal 70,7. Dari data tersebut aktivitas belajar siswa yang
kurang aktif juga berpengaruh pada rendahnya ketuntasan hasil belajar. Hasil
belajar yang rendah disebabkan karena guru kurang melibatkan siswa dalam
pembelajaran sehingga perlu diakan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariatif.

Adapun yang diamati dalam proses pembelajaran menggunakan observasi


yaitu aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus 1 dalam pembelajarana
IPA menunjukkan cukup aktif dengan persentase 61,9%. Ada10 siswa yang
sudah antusias dan aktif mrngikuti pembelajaran, 3 siswa cukup aktif mengikuti
pelajaran dan masih ada 5 siswa yang kurang aktif mengikuti pelajaran mungkin
dikarenakan siswa tersebut masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi
terhadap suasana belajar yang baru saat pembelajaran. Pada siklus 2 aktivitas
belajar siswa secara klasikal menunjukkan bahwa siswa sudah aktif mengikuti
proses pembelajaran dengan persentase 80,8%. Adapun 6 siswa sudah sangat
aktif dalam mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, 10 antusias dan aktif
mengikuti pembelajaran, dan ada 2 siswa cukup aktif mengikuti pelajaran
sedangkan sudah tidak ada siswa yang tidak aktif mengikuti pembelajaran karena
siswa sudah bisa beradptasi dan mengikuti model pembelajaran yang telah
diterapkan oleh guru.

Pada setiap siklus terjadi peningatan aktivitas siswa yang awalnya siswa
tidak aktif mengikuti pembelajaran kemudian siswa menjadi lebih antusias dan
aktif mengikuti pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa dari prasiklus ke
siklus 2 dapat dilihat pada data dibawah ini.

34
Tabel 4.7 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV
Siklus ∑ Siswa Aktif ∑ Siswa Kurang Persentase Aktivitas
Aktif Klasikal
Prasiklus 7 11 55% Kurang Aktif
Siklus 1 13 5 61,9 % Cukup Aktif
Siklus 2 18 0 80,8% Aktif
Peningkatan prasiklus 6 0 6,9%
ke siklus 1
Peningkatan siklus 1 ke 5 0 18,9%
siklus 2

Peningkatan aktivitas siswa dari tiap siklusnya dapat dilihat dalam diagram
dibawah ini.

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV

Pesentase Klasikal Aktivitas


Belajar Siswa Seluruh Siklus
100%

80%
80,80%
60%
61,90% Pesentase
40% 55% KlasikalAktivitas
Belajar Siswa
20%

0%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Berdasarkan data diatas aktivitas belajar siswa pada prasiklus


menunjukkan bahwa pembelajaran kurang aktif dengan persentase klasikal
sebesar 55% dan meningkat sebesar 6,9% menjadi 61,9% dan menunjukkan
bahwa aktivitas belajar siswa yang cukup aktif. Pada siklus 2 mengalami
peningkatan sebesar 10,8% menjadi 80,8% dengan menunjukkan aktivitas
belajar siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran menggunakan model quantum teaching secara
keseluruhan berjalan dengan baik dan banyak siswa yang nampak antusias dalam

35
mengikuti proses pembelajaran. Diskusi kelompok berjalan lebih baik, masing-
masing kelompok berani untuk bertanya ataupun menyatakan pendapatnya.
Pengelolaan waktu juga menjadi lebih baik dan lancar, karena siswa sudah
mengetahui alur model pembelajaran yang digunakan. Jumlah siswa yang tuntas
juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 17 siswa tuntas dari jumlah total 18
siswa dengan persentase 94,4%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar
sudah memlebihi nilai minimal ketuntasan sebesar 75%, dalam artian siklus dapat
dihentikan.

Pembelajaran dengan menerapkan model Quantum teaching dapat


meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN 2 Kembiritan pada
mata pelajaran IPA materi wujud zat dan perubahannya. Model pembelajaran
quantum (quantum teaching) merupakan salah satu model pembelajaran yang
menekankan pentingnya penciptaan hubungan sosial yang dinamis antara para
peserta didik dan juga antar peserta didik dengan pendidik. Model pembelajaran
ini juga menekankan tentang pentingnya pendidik menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi para peserta didiknya, dengan prinsip
kebermaknaan dan berupaya memasuki dunia (kesenangan) peserta didik agar
nantinya mampu mengantarkan pesan-pesan pembelajaran kedalam dunia tersebut
(Susiani et al., 2017).

Suasana pembelajaran yang menyenangkan akan menciptakan perasaan


senang, perasaan ini merupakan awal untuk menumbuhkan minat kepada siswa,
perasaan senang tersebut timbul karena selama ini siswa jarang berpartisipasi dan
ber yel-yel dalam proses pembelajaran. Perasaan senang ditimbulkan karena
siswa diberi kesempatan untuk menekspresikan kemampuannya dalam
mengenali, memahami, mendemonstrasikan hasil pekerjaan dan merayakan
keberhasilan dalam menjawab pertanyaan.

Peningkatan aktivitas siswa menandakan bahwa kondisi kelas pada saat


pelaksanaan berlangsung membuat siswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran dan siswa mulai tertarik dengan model quantum teaching.
Pembelajaran pada siklus 2, aktivitas siswa telahmemenuhi semua kriteria yang

36
tertera dalam lembar observasi, hasil observasi menunjukkan dari beberapa
poin yang belum terpenuhi pada siklus 1 telah terpenuhi semua pada siklus 2
ini. Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya dari kondisi dalam diri siswa saja
yang mempengaruhi aktivitas siswa, namun pengaruh eksternal seperti
penggunaan model, penataan ruang, pemberian musik di ruang kelas dan media
pembelajaran sebagai pengantar proses belajar mengajar di sekolah.

2. Peningkatan hasil belajar siswa dari prasiklus hingga siklus 2


Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi dan aktivitas
siswa. Penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran IPA juga dapat
meningkatakan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar kognitif
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai hasil belajar kognitif siswa secara
klasikal dari pra siklus sampai siklus 2. Penilaian juga dilakukan dengan
menggunakan tes prasiklus dan tes di akhir siklus untuk mengetahui adanya
pengaruh penerapan model quantum teaching terhadap hasil belajar kognitif
siswa. Berdasarkan data hasil test prasiklus peneliti menemukan bahwa hasil
belajar IPA di kelas IV masih tergolong rendah. Hasil belajar kognitif IPA
dengan KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Data prasiklus
menunjukkan terdapat 5 siswa dengan presentase 27,8% memperoleh nilai
diatas KKM dan 13 siswa dengan presentase 72,2% mendapatkan nilai dibawah
KKM dengan rata-rata nilai klasikal 70,7.

Data hasil belajar kognitif yang diperoleh pada siklus 1 sebanyak 18 siswa
terdapat 11 siswa yang tuntas mendapat nilai ≥75 dengan persentase ketuntasan
sebesar 61,1% dan sebanyak 7 siswa tidak tuntas mendapat nilai <75 dengan
persentase ketuntasan sebesar 38,9 %. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus
1 sebesar 75,2. Meskipun masih banyak siswa yang tidak tidak tuntas, hasil
tersebut telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar
prasiklus sebesar 33,3%. Hasil belajar kognitif siswa pada siklus 2 terdapat 16
siswa yang sudah tuntas mendapat nilai ulangan diatas KKM yang ditentukan
≥75 dengan persentase ketuntasan sebesar 88,9% dan sebanyak 2 siswa tidak
tuntas mendapat nilai <75 dengan persentase ketuntasan sebesar 11,1 %. Rata-

37
rata hasil belajar siswa pada siklus 2 sebesar 83,8. Dari hasil ulangan di siklus 2
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan dapat dikatakan
sukses karena sudah melebihi dari 75% siswa yang tuntas dan melebihi nilai
KKM yang telah ditentukan.
Peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya dapat dilihat dalam data
berikut ini.
Tabel 4.8 Hasil Belajar Kognitif Siswa Seluruh Siklus
Siklus ∑ Siswa ∑ Siswa Tidak Persentase
Tuntas tuntas Ketuntasan Klasikal
Prasiklus 5 13 (72,2%) 27,8%
Siklus 1 11 7 (38,9%) 61,1%

Siklus 2 16 2 (11,1%) 88,9%


Peningkatan 6 0 33,3%
prasiklus ke siklus 1
Peningkatan siklus 1 5 0 27,8%
ke siklus 2
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat dalam diagram
dibawah ini.

Gambar 4.5 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Kelas IV

Persentase Ketuntasan Hasil


Belajar Siswa Seluruh Siklus
100,00%
persentase ketuntasan

80,00%

60,00%

40,00%

20,00%

0,00%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Siswa tidak tuntas 72,20% 38,90% 11,10%
Siswa Tuntas 27,80% 61,10% 88,90%

38
Dari data diatas peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif dari prasiklus
sebanyak 5 siswa yang tuntas (27,8%) dan pada siklus 1 sebanyak 11 siswa tuntas
(61,1%), Sedangkan pada siklus 2 terdapat 16 siswa yang tuntas (88,9%). Sehingga
dengan penerapan quantum teaching dapat meningkatan presentase ketuntasan
hasil belajar kognitif siswa kelas IV dari prasiklus ke siklus 1 sebesar 33,3% dan
dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat sebesar 27,8%. Ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus 2 telah melebihi 75% sehingga pembelajaran dikatakan berhasil dan
model pembelajaran yang diterapkan dikelas berpengaruh terhadap hasil belajar
sehingga penelitian ini dapat dihentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus 3.

Proses pembelajaran menggunakan model quantum teaching secara


keseluruhan berjalan dengan baik dan banyak siswa yang nampak antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran. Diskusi kelompok berjalan lebih baik, masing-
masing kelompok berani untuk bertanya ataupun menyatakan pendapatnya.
Pengelolaan waktu juga menjadi lebih baik dan lancar, karena siswa sudah
mengetahui alur model pembelajaran yang digunakan. Jumlah siswa yang tuntas
juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 17 siswa tuntas dari jumlah total 18
siswa dengan persentase 94,4%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar
sudah memlebihi nilai minimal ketuntasan sebesar 75%, dalam artian siklus dapat
dihentikan.

Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi dan aktivitas


siswa. Hal ini terjadi karena motivasi belajar merupakan dorongan dari diri
siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam memahami pelajaran,
sehingga dengan motivasi dan aktivitas yang tinggi, siswa akan mendapatkan
hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar merupakan adanya suatu hasil dari
adanya interkasi belajar. Adanya peningkatan hasil belajar kognitif ini
mengindikasikan bahwa keberhasilan pembelajaran dalam memahami materi.
Hasil dari pembelajaran yang dilakukan, terlihat dari kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru peneliti baik melalui LKPD dan tes
akhir tiap siklus. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, beberapa siswa aktif
dalam memberikan pertanyaan, berpendapat dan mengomentari terkait materi

39
yang diberikan. Aktivitas berhubungan langsung dengan hasil belajar.

Menurut Dananjaya (2015:142), guru harus membebaskan siswa,


sehingga dengan perasaan bebas, siswa akan mampu menyadarkan dirinya
bahwa pengambilan keputusan dan resiko sepenuhnya ada di tangannya,
sehingga dengan sendirinya akan timbul upaya penuh untuk mencapai apa yang
menjadi tujuannya. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran sangat
mendukung untuk meningkatkan hasil belajar mereka. Jika aktivitas siswa tinggi,
maka siswa tersebut cenderung memiliki hasil belajar yang memuaskan.
Aktivitas dalam proses pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa,
terutama aktivitas dalam mengikuti proses belajar mengajar (Suyantini,
2019:24). Karena aktivitas yang aktif tersebut, siswa terlibat langsung ke dalam
pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar siswa dalam penelitian ini tidak hanya


dipengaruhi oleh guru sebagai pemberi materi, tetapi juga disebabkan adanya
pengaruh dari lingkungan dan teman-teman dalam kelompok dan kelas yang ikut
serta dalam pelaksanaan pembelajaran yang mampu menggabungkan proses
pembelajaran yang menyenangkan dengan pemutaran musik dan penataan ruang
yang menyenangkan (Leasa, 2019). Peranan guru dalam proses pembelajaran
dapat berperan sebagai fasilitator dan rekan belajar siswa. Guru berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar, misalnya dengan menciptakan suasana kegiatan belajar sedemikian
rupa sesuai dengan perkembangan siswa sehingga interaksi belajar mengajar akan
berlangsung secara efektif.

40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
a. Penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan aktivitas. Aktivitas belajar pada prasiklus menunjukkan
bahwa pembelajaran kurang aktif dengan persentase klasikal sebesar 55%
dan meningkat sebesar 6,9% menjadi 61,9% dan menunjukkan bahwa
aktivitas belajar siswa yang cukup aktif. Pada siklus 2 mengalami
peningkatan sebesar 10,8% menjadi 80,8% dengan menunjukkan
aktivitas belajar siswa yang aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
b. Penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatakan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar kognitif
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai hasil belajar kognitif siswa secara
klasikal dari pra siklus sampai siklus 2. Peningkatan hasil belajar pada
aspek kognitif dari prasiklus sebanyak 5 siswa yang tuntas (27,8%) dan
pada siklus 1 sebanyak 11 siswa tuntas (61,1%), Sedangkan pada siklus
2 terdapat 16 siswa yang tuntas (88,9%). Sehingga dengan penerapan
quantum teaching dapat meningkatan presentase ketuntasan hasil belajar
prasiklus ke siklus 1 sebesar 33,3% dan dari siklus 1 ke siklus 2
meningkat sebesar 27,8%, sehingga penerapan Quantum Teaching dapat
dikatakan berhasil karena ketuntasan hasil belajar klasikal pada siklus 2
sebesar 88,9% sudah melebihi 75% dari siswa yang tuntas.
B. Saran dan Tindak Lanjut

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


a. Bagi guru
Pembelajaran biologi menggunakan model quantum teaching dengan
strategi kolaboratif dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran inovatif
yang dapat diterapkan oleh guru agar pembelajaran lebih bermakna bagi

41
siswa;
a. Bagi peneliti
Pengondisian kelas dan pengalokasian waktu perlu perencanaan yang lebih
matang lagi agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai secara optimal;
b. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat menjadi solusi dalam meningkatkan aktivitas siswa
sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusan;
c. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian lebih
lanjut dengan mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran dapat
menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan bermanfaat.

42
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan D.R. Krathwohl.(2015). Kerangka Landasan Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Astutik. (2017). Model Quantum Teaching Dengan Pendekatan Cooperative
Lerning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKN. Jurnal
Pedagogja. 2(1).35-46.
Baswedan, A. 2015. Gurunya Manusia Menjadikan Semua Anak Istmewa dan
Semua Anak Juara. Bandung: Kaifa.
Dananjaya, U. (2015). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Penerbit Nuansa.
DePorter, B., M. Reardon dan. Nouri S.S. 2018.
Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-
Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
https://books.google.com/books?isbn=9791284369. Diakses tanggal 5
November 2023.
Hamalik, O. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Helmiati. (2015). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Indrayani, dkk.2019. Pengaruh Model Quantum Learning Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia,
2(1), hal 1-11.

Leasa, M. dan Yulian E. 2019. Penerapan Pendekatan Quantum Teaching Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V MIN 1 Batu Merah Ambon.
Prosiding FMIPA Universitas Pattimura. ISBN: 978-602-97522-0-5.
Mulyanah, A. 2018. The Application of Quantum Teaching Method in Teaching
English as Foreign (EFL) Language in Classroom Discourse : Model and
Strategy. Article from Proceeding.
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&id=188616&src=a.
Diakses 5 November 2023.
Nasution, S. 2017. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Prihantini. 2020. Strategi Pembelajaran SD. Jakarta: Bumi Aksara

43
Prihatiningsih, E. & Setyaningsih , E.W. (2018). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Picture and Picture dan Model Make A Match Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. 4(1).1-14.
Tatang. 2015. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Ramadhani, S.P. 2019. Konsep Dasar IPA: Konsep dan Aplikasi Pengembangan
pembelajaran. Jawa Barat: Yiesa Media karya.
Sapriati, A., dkk. 2022. Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Sudjana, N. 2017. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Supinah, Nur. (2021). Penerapan Model Quantum Teaching Menggunakan Real
Laboratory Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pengukuran di
Kelas X SMA Negeri 3 Medan T.A 2018/2019. Jurnal Pembelajaran Fisika
(INPAFI). 9(2). 8-13.

Susiani, Ketut., Dantes N. dan Tika I. N. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran


Quantum Terhadap Kecerdasan Sosio-Emosional Dan Prestasi Belajar Ipa
Siswa Kelas V Sd Di Banyuning. Jurnal Pendidikan Dasar.3(5).80-87.

Suyantini, Ni luh. (2019). Penerapan Model Quantum Teaching Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IXE Semester Ganjil SMP
Negeri 2 Kubu Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal IKA. 17(1). 69-79.

Wahyuningtyas, E. 2019. Penerapan Pembelajaran Aktif (Active


Learning)Strategi Active Knowledge Sharing Untuk Meningkatkan
Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VII Smp Negeri 4
Malang. http : / / karya- ilmiah . um. ac. id /index. php/ ekonomi
pembangunan/ article/ view/ 31339. Diakses 5 November 2023.

44

Anda mungkin juga menyukai