Penelitian PKP
Penelitian PKP
PENDAHULUAN
1
kreativitas siswa, dan keingintahuan siswa, kini sirna. Menurut Dananjaya
(2015:142), guru harus membebaskan siswa agar dengan rasa kebebasan, siswa
memahami bahwa pengambilan keputusan dan risiko sepenuhnya ada di
tangannya, sehingga dengan sendirinya timbul upaya penuh untuk mencapai
prestasi. tujuan mereka. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama
proses belajar siswa dengan baik menunjang peningkatan hasil belajar,
sehingga nantinya siswa paham, paham dan tertarik pada IPA. Kegiatan kurang
aktif ini juga terjadi di SDN 2 Kembiritan.
SDN 2 Kembiritan memiliki input siswa dengan prestasi yang
bermacam-macam. Hasil observasi yang dilakukan di SDN 2 Kembiritan
diperoleh nilai rata-rata yang berbeda di bidang minat pengetahuan alam
(IPA) di kelas IV. Nilai rata-rata ketuntasan ulangan harian di kelas IV
sebesar 65. Berdasarkan hasil rata-rata tersebut kelas IV menunjukkan nilai
rata-rata yang masih rendah. Kelas tersebut menunjukkan masih perlunya
memperbaiki kualitas pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang
digunakan. Data yang diperoleh peneliti berdasarkan nilai ulangan harian,
dari total 18 siswa yang mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) pada ulangan IPA sebanyak 5 siswa (27,8%) dan 13 siswa (72,2%)
memperoleh nilai dibawah KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75
dengan rata-rata nilai klasikal sebesar 70,7.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masih
memeperlihatkan aktivitas siswa yang masih rendah, dan siswa kurang
bekerjasama dengan aktif, yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi
tidak hidup dan kurang menyenangkan, karena kurang adanya partisipasi dari
peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurangnya antusias siswa dalam
mengikuti pelajaran tersebut, mengakibatkan hasil belajar yang kurang
memenuhi standar nilai minimal yang harus dicapai. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan guru untuk memperbaiki, memperbarui, dan membantu
siswa dalam memahami konsep IPA adalah melalui penerapan strategi
pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif
dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, salah satu alternatif solusinya
2
adalah dengan menerapkan model quantum teaching.
Menurut Baswedan (2015), menggunakan kerangka model quantum
teaching TANDUR (tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi,
rayakan), merayakan) melibatkan aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat
belajar bagaimana membuat siswa termotivasi dan menumbuhkan minat.
Proses pembelajaran/diskusi diharapkan semakin membaik. Prinsipnya
sugesti dapat dan akan mempengaruhi hasil belajar, yaitu dengan
menghilangkan hambatan-hambatan yang menghambat proses belajar alami
dengan secara sadar menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekitar,
menyusun materi pembelajaran yang sesuai, metode penyajian yang efektif
dan partisipasi aktif (Deporter, 2018:44). Seperti pada proses alami dan
namai, siswa menjadi aktif dan dapat berpikir mandiri karena siswa
mempunyai rasa tanggung jawab tersendiri dalam kelompok belajar, maka
pada proses perayaan siswa diminta untuk mengevaluasi hasil belajarnya
yang dapat meningkatkan kemandiriannya. kepercayaan diri dan lebih
bertanggung jawab.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nisak (2013) dan Hafid (2016)
yang menerapkan model quantum teaching, menyatakan bahwa terdapat
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Data pendukung hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran dengan model
quantum teaching diharapkan dapat mengatasi masalah di SDN 2 Kembiritan.
Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian
yang berjudul “Penerapan Model Quantum Teaching Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata
Pelajaran IPA Materi Wujud Zat dan Perubahannya Di SDN 2
Kembiritan Tahun Pelajaran 2023/2024”.
3
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisa latar belakang yang telah diuraikan, maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1) Pembelajaran cenderung berpusat kepada guru (teacher center) dan kurang
melibatkan siswa dalam pembelajaran (student center) sehingga siswa
kurang aktif saat mengikuti pembelajaran.
2) Model pembelajaran yang diberikan oleh pendidik terbatas hanya
menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru.
3) Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa sekedar mendengarkan
penjelasan guru dan menulis sehingga membuat hasil belajar siswa rendah.
2. Analisis Masalah
Dengan dasar permasalahan yang dijabarkan diatas telah terungkap faktor
penyebab masalah, sebagai berikut:
1) Pembelajaran berpusat kepada guru (teacher center)
2) Model pembelajaran yang diguanakn gurukurang variatif
3) Aktivitas siswa dalam belajar rendah.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecah Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang telah dijabarkan, maka dapat
dibuat kesimpulan untuk memeperbaiki proses belajarnya yaitu:
1) Pembelajaran bisa berpusat pada siswa (student center) dengan guru
sebagai fasilitator agar siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran.
2) Menggunakan model pembelajaran yang lebih beragam disesuaikan
dengan materi yan akan di bahas.
3) Menggunakan model Quantum Teaching untuk meningkatkan aktiitas
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan wujud.
B. Rumusan Masalah
4
perubahan wujud di SD Negeri 2 Kembiritan tahun pelajaran 2023/2024?
2. Apakah penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kela IV ilmu pengetahuan alam materi perubahan wujud di
SD Negeri 2 Kembiritan tahun pelajaran 2023/2024?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian perbaikan yang dilakukan berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dijabarkan, adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam materi perubahan wujud di SD Negeri 2.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam materi perubahan wujud di SD Negeri 2
Kembiritan.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan aktivitas mentransfer ilmu artinya suatu
usaha yang dilaksanakan oleh pendidik agar seseorang belajar dan
menghasilkan kondisi belajar di dalam dirinya. Aktivitas belajar yang
dilakukan dengan memadukan hubungan yang harmonis antara kegiatan
belajar yang diterapkan oleh pendidik dengan aktivitas belajar yang
diterapkan siswa. Tujuan pembelajaran yaitu memberi kesempatan kepada
siswa untuk memahami lingkungan dan membuat aktivitas dengan
mewujudkan pengalaman belajar yang dapat membuat siswa melalui,
mengalami, serta melakukakannya (Helmiati, 2015:4).
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu konsep yang
membahas terkait ilmu yang mempelajari tentang keadaan alam yang
disajikan sesuai kenyataan dilapangan, konsep yang sudah ditemukan, prinsip
yang dibuat dan hukum yang sudah diuji kebsahannya melalui suatu susunan
kegiatan dalam metode ilmiah (Ramadhani, 2019:16). Menurut Prihantini
(2020, 167) menyatakan IPA adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
manusia untuk memahami alam semesta dengan observasi yang tepat pada
target, serta melalui prosedur, dan didefinisikan dengan penalaran sehingga
memperoleh suatu kesimpulan.
Pengetahuan yang menjelaskan terkait pengalaman alam juga sering
disebut sebagai pengetahuan adaptasi dengan alam. Ilmu yang menjelaskan
tentang pemahaman dan kebenaran dasar yang fundamental terkait kondisi
yang terjadi di alam semesta (Ramadhani, 2019:3). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yaitu pembelajaran yang dijelaskan
oleh pendidik kepada siswa yang berkaitan dengan fenomena-fenomena,
kejadian maupun keragaman yang terjadi di alam.
Menurut Ramadhani (2019:14) menyatakan fungsi pembelajaran IPA
di sekolah yaitu :
a. Menumbuhkan kepercayaan serta kemauan untuk memelihara
6
lingkungan alam serta lingkungan buatan yang berhubungan dengan
manfaat dalam lingkungan sekitar manusia.
b. Meningkatkan keterampilan proses siswa supaya mampu menganalisis
masalah melalui “doing science”
c. Meningkatkan kemampauan untuk menjalankan kegiatan IPA diikuti
teknologi dan keterampilan yng berguna untuk kehidupan nyata maupun
melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
d. Meningkatkan wawasan serta sikap dan nilai yang berguna untuk
mengikuti perkembangan kemajuan IPTEK dan memahami kondisi
lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Ada 3 hal yang perlu dipahami saat merumuskan pembelajaran diruang
kelas, terutama dalam pembelajaran IPA, yaitu:
a. Mengetahui tahapan dan urutan yang sama bagi seluruh siswa.
b. Memiliki respon yang beragam mengenai suatu kejadian atau suatu benda
bagi siswa
c. Jika yang diberikan ke siswa hanya kegiatan fisik, maka tidak akan
menjamin perkembangan intelektual siswa ( Piaget dalam Sapriati, dkk.,
2022:18).
B. Model Quantum Teaching
Model pembelajaran quantum (quantum teaching) merupakan salah
satumodel pembelajaran yang menekankan pentingnya penciptaan hubungan
sosial yang dinamis antara para peserta didik dan juga antar peserta didik
dengan pendidik. Model pembelajaran ini juga menekankan tentang
pentingnya pendidik menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
bagi para peserta didiknya, dengan prinsip kebermaknaan dan berupaya
memasuki dunia (kesenangan) peserta didik agar nantinya mampu
mengantarkan pesan-pesan pembelajaran kedalam dunia tersebut (Susiani et
al., 201). Lingkungan dalam quantum teaching yang dapat
memacu/meningkatkan minat belajar dan daya ingat siswa, yaitu: (1) ruang
kelas; (2) alat bantu; (3) pengaturan bangku; (4) musik. Pendekatan quantum
teaching menunjukkan begitu banyak yang harus dipersiapkan, mulai dari
7
lingkungan belajar yang mencakup ruang kelas, alat bantu mengajar
menggunakan poster-poster, pengaturan bangku, dan musik dalam
pembelajaran, hingga pembelajaran itu sendiri (Leasa, 2019). Musik dapat
meningkatkan kemampuan kognitif yang berupa aktivitas mental seperti
mengingat, membuat simbol, membuat kategori, memecahkan masalah,
menciptakandan melakukan imajinasi. Ritme, melodi dan harmoni dari musik
klasik dapat memberikan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar
anak (Baswedan,2015).
Pembelajaran quantum bersandar pada konsep: “Bawalah Dunia
Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Segala
hal yang dilakukan kerangka model quantum adalah setiap interaksi dengan
siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional,
dibangun diatas konsep tersebut (DePorter, 2018:7-8). Konsep tersebut
mengingatkan pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah
pertama. Caranya dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan peristiwa,
pikiran, atu perasaan yang diperoleh dari kehidupan sosial, atletik, musik,
seni, rekreasi atau akademis siswa. Setelah kaitan terbentuk, guru dapat
membawa siswa kedalam dunia guru, dan memberikan pemahaman guru
mengenai isi dunia tersebut.
8
mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka;
e. Merayakan keberhasilan, perayaan memberikan umpan baik mengenai
kemajuandan meningkatkan asosiasi emosi positif belajar.
9
C. Aktivitas Belajar
10
Usaha meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas sangat
penting untuk dilakukan oleh para guru. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan fokus siswa agar dapat menerima pelajaran dengan baik.
Ketika siswa aktif maka fokus mereka terhadap pelajaran akan meningkat
sehingga mereka mudah memahami apa yang diberikan oleh guru. Guru
dapat menyertakan beberapa atau semua dari kategori dalam pembuatan
daftar pertanyaan, 1) kata-kata yang didefinisikan, 2) pertanyaan pilihan
ganda mengenai fakta atau konsep, 3) orang yang hendak didefinisikan, 4)
menanyakan sikap atau tindakan yang mungkin dilakukan, 4) melengkapi
kalimat atau menjodohkan. (Wahyuningtyas, 2019).
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif diperlukan untuk
meningkatkan aktivitas siswa. Kritis untuk menganalisis masalah dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis
berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi
yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru
adalah mengembangkannya, antara laindengan sering-sering memberikan
tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai
dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang
dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup
(jawaban betul hanya satu) (Iqbal, 2015).
D. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat
tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada abagian lain,
merupakan peningkatan kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono,
2016:3-4). Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi
belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku
siswa (Hamalik, 2015:159).
11
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap
sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari dan diukur berdasarkan
jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran
belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan
psikomotor (Sudjana, 2017:49). Ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom
yang direvisi oleh David R. Krathwohl aspek kognitif dibedakan atas enam
jenjang, yaitu.
1) Mengingat (remembering), meliputi mengenali dan memanggil kembali.
2) Memahami (understanding), berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan danmembandingkan.
3) Menerapkan (applying), berkaitan dengan dimensi pengetahuan
prosedural yaitumeliputi kegiatan menjalankan prosedur dan
mengimplementasikan.
4) Menganalisis (analyzing), berkaitan dengan proses kognitif memberi
atribut danmengorganisasikan.
5) Mengevaluasi (evaluating), meliputi mengecek dan mengkritisi.
12
terhadap gejala atau stimulus serta berperilaku sesuai nilai.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu niai dengan nilai lainnya dan
kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya (Sudjana, 2017:53-54).
13
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu
1. Subyek Penelitian
Penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa SD Negeri 2 Kembiritan
Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi pada mata pelajaran IPA tentang
wujud zat dan perubahannya. Penelitian ini dilakukan di kelas IV sebanyak 18
orang siswa.
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Kembiritan Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi. Sekolah yang terletak di desa kembiritan
mempunyai 6 ruang kelas. Tempat penelitian di kelas IV.
3. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan di SD Negeri 2 Kembiritan. Waktu penelitian
di mulai tanggal 31 Oktober 2023 sampai dengan tanggal 09 November 2023.
Penelitian tindakan kelas dilakukan sesuai jadwal IPA kelas IV SDN 2 Kembiritan.
Sehingga tidak mengganggu jadwal mata pelajaran lainnya. Dalam penelitian ini
dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Waktu Penelitian
14
B.Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Kemmis yang terdiri dari empat fase, yaitu perencanaan atau planning, tindakan
atau action, observasi atau observation dan refleksi atau reflection. Penelitian ini
dilakukan 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Jika siklus 1 sudah tuntas, tetap
dilaksanakan siklus 2 untuk memantapakan hasil belajar siswa karena pengaruh
dari hasil tindakan pembelajaran. Keempat tahap siklus dapat digambarkan
sebagai berikut.
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Siklus selanjutnya
15
3. Menentukan jadwal pelaksanaan penelitian
b. Siklus 1
1. Perencanaan (Planning)
Tahap ini merupakan tahap merencanakan segala sesuatu yang dilakukan
dalam penelitian. Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi :
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b) Menyusun menyusun lembar diskusi siswa
c) Menyusun kisi-kisi soal tes
d) Menyusun soal tes dan kunci jawaban
e) Menyusun pedoman observasi dan wawancara
2. Tindakan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahapan perencanaan. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching yaitu:
a) Guru menginformasikan bahwa pembelajaran yang diterapkan
menggunakan model quantum teaching.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi sesuai
topik yang akan dijelaskan.
c) Guru memberi motivasi dengan menyapa siswa dan mengucapkan yel-yel
atau melakukan ice breaking jika diperlukan (tumbuhkan).
d) Guru memberikan penjelasan yang berhubungan dengan materi yang telah
disampaikan kepada siswa melalui media power point (alami).
e) Guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok dengan game, dan masing-
masing anggota kelompok memiliki peran berbeda, seperti: fasilitator, penulis
dan pelapor.
f) Guru memberi waktu siswa untuk membangun pengetahuan secara mandiri
dengan memberi permasalahan berupa LKPD melalui gambar dan video yang
telah disediakan atau melalui buku dan internet yang ada (namai).
g) Guru melakukan game untuk menunjuk kelompok yang akan
mempresentasikan hasil diskusinya dan melakukan ice breaking jika
diperlukan (demosntrasikan).
h) Guru memberi pengulangan materi dan memberi kesempatan siswa untuk
16
mencatat dan bertanya (ulangi).
i) Guru merayakan hasil belajar dengan menyanyikan yel-yel (rayakan).
3. Observasi
Tahap ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama observer
pendamping untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas prosesbelajar siswa.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dari setiap indikator mengenai
siswa dalam proses pembelajaran. Fungsi dilakukannya observasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana perhatian dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Refleksi
17
b) Menyusun lembar diskusi siswa
c) Menyusun kisi-kisi soal tes
d) Menyusun soal tes dan kunci jawaban
e) Menyusun pedoman observasi dan wawancara
2. Tindakan
Kegiatan-kegiatan pada pelaksanaan tindakan siklus kedua sesuai dengan
perencanaan perbaikan pada siklus pertama yang telah ditetapkan, sehingga
terjadi peningkatan hasil belajar yang optimal sesuai dengan gujuan penelitian.
3. Observasi
Pada tahap ini peneliti yang dibantu oleh teman sejawat selaku observer.
Kegiatan observasi berjalan dengan lebih baik, teliti dan cermat lagi terhadap
aspek-aspek yang belum bisa terobservasi dengan baik pada siklus pertama, agar
aspek tersebut dapat terobservasi lebih baik lagi.
4. Refleksi
Pada siklus ini guru sudah memberikan ice breaking agar siswa tidak jenuh
dan pembelajaran lebih menyenangkan. Setelah melakuakan perbaikan pada
siklus II ini, siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran. Adanya model dan media
yang variatif membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran. Hal yang
harus dilakukan guru pada tahap refleksi yaitu menguraikan hasil pengamatan ,
melakukan penilaian dan analisis evaluasi yang dilakukan siswa pada akhir
pembelejaran. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dari proses
pembelajaran. Apakah dengan menggunakan model Quantum Teaching dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar iswa. Hasil yang diperoleh dari refleksi
digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari kegiatan akhir siklus. Hasil dari
penerapakan model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data dilakukan melalui beberapa cara sebagai
berikut:
a. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
kegiatan berlangsung, mengambil data sisw seperti nama, jenis kelamin,
18
jumlah siswa, dan hasil belaajar siswa.
Keterangan :
Pa : Persentase aktivitas belajar siswa
A : Total skor komponen penilaian aktivitas yang dicapai
N : Jumlah skor maksimal dari komponen penilaian aktivitas siswa
Tabel 3.1 Kriteria aktivitas belajar siswa
No Presentase Kriteria
1 85% ≤ Pa < 100% Sangat aktif
2 70% ≤ Pa < 85% Aktif
3 55% ≤ Pa < 70% Cukup aktif
4 40% ≤ Pa < 55% Kurang aktif
5 25% ≤ Pa < 40% Sangat kurang aktif
(Hidayah, 2015 : 143)
Peningkatan persentase aktivitas belajar siswa dapat dihitung
dengan rumussebagai berikut.
Peningkatan = (X1 – X)
Keterangan:
X1 = Persentase setelah tindakan
X = Persentase sebelum tindakan
2. Data Hasil Belajar
Data hasil belajar kognitif yang akan diamati adalah kenaikan hasil tes dari
pra siklus ke siklus 1 dan silkus 2 dan keseluruhan rata-rata hasil tes siswa,
digunakan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghitung nilai hasil evaluasi pembelajaran
19
Nilai = Jumlah skor benar x 100
Jumlah skor maksimal
2) Mencari tingkat ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal, dengan rumus :
Keterangan :
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
2 9 Kurang aktif (KA) Kurang
3 2 Cukup aktif (CA) Aktif
4 5 Aktif(A)
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.1 tampak bahwa
aktivitas belajar siswa secara klasikal kurang aktif dengan persentase 55%. Pada
kelas ini selama proses pembelajarn berlangsung hanya 5 siswa yang aktif
mengikuti pelajaran, 2 siswa cukup aktif mengikuti pelajaran, 9 siswa kurang
aktif mengikuti pelajaran dan 2 siswa lainnya sangat tidak aktif mengikuti
peembelajaran yang diberikan oleh guru. Berdasarkan data hasil test prasiklus
peneliti menemukan bahwa hasil belajar IPA di kelas IV masih tergolong rendah.
Adapun data hasil belajar kognitif pada prasiklus sebagai berikut.
Tabel 4.2 persentase Perolehan Nilai Kognitif Prasiklus
Pelaksanaan Persentase Rata-rata
Kriteria ∑ Siswa
ketuntasan nilai
(%) klasikal
Siklus 1 Siswa tuntas 5 27,8%
Siswa tidak tuntas 13 72,2% 70,7
Jumlah total 18 100%
28%
Siswa Tuntas
Siswa Tidak Tuntas
72%
22
Berdasarkan data yang telah didapatkan terkait hasil belajar IPA dengan
KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Data prasiklus menunjukkan
terdapat 5 siswa dengan presentase 27,8% memperoleh nilai diatas KKM dan 13
siswa dengan presentase 72,2% mendapatkan nilai dibawah KKM dengan rata-
rata nilai klasikal 70,7. Dari data tersebut aktivitas belajar siswa yang kurang
aktif juga berpengaruh pada rendahnya ketuntasan hasil belajar. Hasil belajar
yang rendah disebabkan karena guru kurang melibatkan siswa dalam
pembelajaran sehingga perlu diakan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariatif.
2. Pelaksanaan siklus 1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan awal yaitu menyusun lampiran yang akan digunakan
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas pada siklus 1, seperti menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi guru, lembar
observasi aktivitas siswa. Guru juga membuat nama dada yang disesuaikan
dengan nomer absen siswa untuk digunakan oleh masing-masing siswa agar
mempermudah observer mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran.
b. Tindakan
23
visual berupa power point materi sistem ekskresi dan media auditorial
berupa mini sound wover.
c. Guru melakaukan pembukaan, apersepsi dan motivasi. Kegiatan
pembukaan meliputi guru peneliti mengucapkan salam, berdo’a, mengecek
kehadiran siswa.
d. Pada fase TUMBUHKAN, Guru memberi motivasi dengan menyapa siswa
dan mengucapkan yel-yel atau melakukan ice breaking jika diperlukan.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi sesuai
topik yang akan dijelaskan.
2) Kegiatan inti pembelajaran meliputi:
a. Kegiatan fase ALAMI, pembelajaran diiringi musik instrumental klasik
Johann Pachelbel – Canon in D Major dan Tomaso Giovanni Albinoni-
Adagio In G Minor.
b. Guru menjabarkan materi tentang wujud zat secara singkat menggunakan
media power point.
24
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
h. Pada fase DEMONSTRASI, yaitu menyediakan kesempatan bagi pelajar
untuk menunjukkan bahwa mereka tahu melalui kegiatan presentasi
kelompok yang diiringi musik klasik dari Chopin- Nocturne in E-flat
major, Op. 9 No. 2. Kegiatan presentasi ini dibatasi untuk dua kelompok
saja, hal ini dilakukan karena mengingat waktu yang terbatas.
i. Pada fase ULANGI, Guru memberikan penguatan terhadap materi yang
telah dipelajari oleh siswa dan mengaskan bahwa siswa telah mengerti,
serta diiringi musik klasik dari Chopin-Nocturne in E-flat major, Op.9
No. 2. Disela-sela penjelasan tersebut, guru memberikan kesempatan
siswa untuk mencatat materi yang telah diajarkan.
3) Kegiatan akhir pembelajaran meliputi :
a. Proses pembelajaran diakhiri dengan fase RAYAKAN , yaitu pengakuan
untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ilmu pengetahuan yang
diiringi musik pop klasik dari Fun Factory-Celebration.
b. Guru memberikan penghargaan dengan mengajak siswa untuk
menyanyikan yel-yel bersama- sama dan guru memberikan apresiasi
kepada kelompok yang paling bersemangat dengan tepuk tangan.
c. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pelajaran yang
telah diajarkan.
d. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan sedikit icebreaking
dengan melakukan kegiatan maju mundur terbalik. Suasana kelas menjadi
riuh dan fresh kembali.
e. Guru memberikan tugas lanjutan untuk pertemuan selanjutnya berupa
merangkum sub materi hati dan kulit pada sistem ekskresi, kemudian
dilanjutkan guru menutup pelajaran dengan berdo’a bersama-sama.
c. Observasi
25
1. Aktivitas belajar siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar pada siklus 1diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Aktivitas belajar siswa pada siklus 1 (jumlah siswa = 18)
No Jumlah siswa Kriteria Persentase
Klasikal
1 0 Sangat Kurang Aktif (SKA) 61,9 %
2 5 Kurang aktif (KA)
Cukup Aktif
3 3 Cukup aktif (CA)
4 10 Aktif(A)
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3 tampak bahwa
aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus 1 dalam pembelajarana IPA
menunjukkan cukup aktif dengan persentase 61,9%. Ada10 siswa yang sudah
antusias dan aktif mrngikuti pembelajaran, 3 siswa cukup aktif mengikuti
pelajaran dan masih ada 5 siswa yang kurang aktif mengikuti pelajaran mungkin
dikarenakan siswa tersebut masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi
terhadap suasana belajar yang baru saat pembelajaran.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan nilai atau skor hasil pemahaman siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan setelah penerapan pembelajaran model quantum
teaching dengan startegi kolaboratif. Hasil belajar siswa selamasiklus 1 diperoleh
dari tes akhir siklus 1. Adapun data hasil belajar kognitif yang diperoleh pada
siklus 1 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Persentase Perolehan Nilai Kognitif Siklus 1
Pelaksanaan Kriteria ∑ Persentase Rata-rata
Siswa ketuntasan nilai
(%) klasikal
Siklus 1 Siswa tuntas 11 61,1%
Siswa tidak 7 38,9%
75,2
tuntas
Jumlah total 18 100%
26
Hasil belajar kognitif siswa prasiklus dapat digambarkan dalam grafik
persentase nilai siswa seperti gambar dibawah ini:
Gambar 4.2 Grafik presentase Ketuntasan Nilai Siklus 1
39%
Siswa Tuntas
Siswa Tidak Tuntas
61%
Berdasarkan data diata dari jumlah siswa sebanyak 18 siswa terdapat 11 siswa
yang tuntas mendapat nilai ≥75 dengan persentase ketuntasan sebesar 61,1% dan
sebanyak 7 siswa tidak tuntas mendapat nilai <75 dengan persentase ketuntasan
sebesar 38,9 %. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 75,2. Meskipun
masih banyak siswa yang tidak tidak tuntas, hasil tersebut telah mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar prasiklus sebesar 33,3%.
d. Refleksi
27
pembelajaran meskipun belum seluruh siswa yang aktif karena bebearapa siswa
membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan penerapan model pembelajaran
yang baru. Perlunya ice breaking pada pertengahan pembelajaran agar siswa tidak
merasa jenuh dan bosan sehingga siswa dapat merefresh otaknya dengan ice
breaking yang diberikan oleh guru.
3. Pelaksanaan siklus 2
a. Perencanaan
Tahap perencanaan awal yaitu menyusun lampiran yang akan digunakan
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas pada siklus 1, seperti menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi guru, lembar
observasi aktivitas siswa. Guru juga membuat nama dada yang disesuaikan
dengan nomer absen siswa untuk digunakan oleh masing-masing siswa agar
mempermudah observer mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran.
b. Tindakan
28
siswa.
d. Pada fase TUMBUHKAN, Guru memberi motivasi dengan menyapa siswa
dan mengucapkan yel-yel atau melakukan ice breaking jika diperlukan.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi sesuai
topik yang akan dijelaskan.
2. Kegiatan inti pembelajaran meliputi:
a. Kegiatan fase ALAMI, pembelajaran diiringi musik instrumental klasik
Johann Pachelbel – Canon in D Major dan Tomaso Giovanni Albinoni-
Adagio In G Minor.
b. Guru menjabarkan materi tentang wujud zat secara singkat menggunakan
media power point.
c. Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok secara heterogen dengan
cara siswa mengambil nomer undian secara acak yang didalamnya terdapat
nomer kelompok 1 sampai 4.
d. Anggota kelompok berbagi peran sebagai fasilitator, anggota dan pelapor.
Fasilitator sebagai ketua kelompok, yang bertugas untuk memimpin dan
mengatur anggota kelompoknya, anggota sebagai penulis dan menjalankan
tugas, pelapor sebagai pembicara saat melakukan presentasi.
e. Guru membagikan lembar diskusi siswa pada tiap-tiap kelompok dan
mengarahkan siswa menyiapkan bahan untuk percobaan.
f. Pada fase NAMAI, siswa berdiskusi memahami kata, konsep, kata kunci
serta mencatat hasil percobaan. Diskusi diiringi musik klasik Govi - Walking
on Clouds dan Mediterrano.
g. Guru sebagai fasilitator artinya guru mengurangi perannya sebagai ahli
didalam kelas namun lebih membimbing dan memberi clue kepada siswa
untuk mencapai tujuan dari soal tersebut dan mengaitkannya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
h. Pada fase DEMONSTRASI, yaitu menyediakan kesempatan bagi pelajar
untuk menunjukkan bahwa mereka tahu melalui kegiatan presentasi
kelompok yang diiringi musik klasik dari Chopin- Nocturne in E-flat major,
Op. 9 No. 2. Kegiatan presentasi ini dibatasi untuk dua kelompok saja, hal
29
ini dilakukan karena mengingat waktu yang terbatas.
i. Pada fase ULANGI, Guru memberikan penguatan terhadap materi yang
telah dipelajari oleh siswa dan mengaskan bahwa siswa telah mengerti, serta
diiringi musik klasik dari Chopin-Nocturne in E-flat major, Op.9 No.
j. Disela-sela penjelasan tersebut, guru memberikan kesempatan siswa untuk
mencatat materi yang telah diajarkan.
3. Kegiatan akhir pembelajaran meliputi :
a. Proses pembelajaran diakhiri dengan fase RAYAKAN , yaitu pengakuan
untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ilmu pengetahuan yang
diiringi musik pop klasik dari Fun Factory-Celebration.
b. Guru memberikan penghargaan dengan mengajak siswa untuk menyanyikan
yel-yel bersama- sama dan guru memberikan apresiasi kepada kelompok
yang paling bersemangat dengan tepuk tangan.
c. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pelajaran yang
telah diajarkan.
d. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan sedikit ice breaking
dengan melakukan kegiatan maju mundur terbalik. Suasana kelas menjadi
riuh dan fresh kembali.
e. Guru memberikan tugas lanjutan untuk pertemuan selanjutnya berupa
merangkum sub materi hati dan kulit pada sistem ekskresi, kemudian
dilanjutkan guru menutup pelajaran dengan berdo’a bersama-sama.
c. Observasi
30
dalam tabel berikuti ini.
Tabel 4.5 Aktivitas belajar siswa pada siklus 1 (jumlah siswa = 18)
No Jumlah siswa Kriteria Persentase
Klasikal
1 0 Sangat Kurang Aktif (SKA)
2 0 Kurang aktif (KA) 80,8%
3 2 Cukup aktif (CA)
Aktif
4 10 Aktif(A)
5 6 Sangat Aktif (SA)
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.5 menunjukkan
bahwa aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus 2 dalam pembelajaran
IPA menunjukkan bahwa siswa sudah aktif mengikuti proses pembelajaran
dengan persentase 80,8%. Adapun 6 siswa sudah sangat aktif dalam mengikuti
seluruh rangkaian pembelajaran, 10 antusias dan aktif mengikuti pembelajaran,
dan ada 2 siswa cukup aktif mengikuti pelajaran sedangkan sudah tidak ada siswa
yang tidak aktif mengikuti pembelajaran karena siswa sudah bisa beradptasi dan
mengikuti model pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru.
2. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Persentase Perolehan Nilai Kognitif Siklus 2
Pelaksanaan Persentase Rata-rata
Kriteria ∑ Siswa
ketuntasan nilai
(%) klasikal
Siklus 2 Siswa tuntas 16 88,9%
31
Gambar 4.3 Grafik presentase Ketuntasan Nilai Siklus 2
11%
Siswa Tuntas
Siswa Tidak Tuntas
89%
32
keseluruhan siswa telah mengikuti pembelajaran dengan aktif. Pembelajaran
seperti berdiskusi, melakukan percobaan, presentasi dan tanya jawab. Jumlah
siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 16 siswa tuntas
dari jumlah total 18 siswa dengan persentase ketuntasan kalsikal sebesar 88,9%.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar sudah melebihi nilai minimal
ketuntasan sebesar 75%, dalam artian siklus dapat dihentikan dan penerapan
model pembelajaran dengan quantum teaching dapat dikatakan berhasil.
33
guru. Berdasarkan data hasil test prasiklus peneliti menemukan bahwa hasil
belajar IPA di kelas IV masih tergolong rendah. Hasil belajar kognitif IPA
dengan KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Data prasiklus
menunjukkan terdapat 5 siswa dengan presentase 27,8% memperoleh nilai diatas
KKM dan 13 siswa dengan presentase 72,2% mendapatkan nilai dibawah KKM
dengan rata-rata nilai klasikal 70,7. Dari data tersebut aktivitas belajar siswa yang
kurang aktif juga berpengaruh pada rendahnya ketuntasan hasil belajar. Hasil
belajar yang rendah disebabkan karena guru kurang melibatkan siswa dalam
pembelajaran sehingga perlu diakan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariatif.
Pada setiap siklus terjadi peningatan aktivitas siswa yang awalnya siswa
tidak aktif mengikuti pembelajaran kemudian siswa menjadi lebih antusias dan
aktif mengikuti pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa dari prasiklus ke
siklus 2 dapat dilihat pada data dibawah ini.
34
Tabel 4.7 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV
Siklus ∑ Siswa Aktif ∑ Siswa Kurang Persentase Aktivitas
Aktif Klasikal
Prasiklus 7 11 55% Kurang Aktif
Siklus 1 13 5 61,9 % Cukup Aktif
Siklus 2 18 0 80,8% Aktif
Peningkatan prasiklus 6 0 6,9%
ke siklus 1
Peningkatan siklus 1 ke 5 0 18,9%
siklus 2
Peningkatan aktivitas siswa dari tiap siklusnya dapat dilihat dalam diagram
dibawah ini.
80%
80,80%
60%
61,90% Pesentase
40% 55% KlasikalAktivitas
Belajar Siswa
20%
0%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
35
mengikuti proses pembelajaran. Diskusi kelompok berjalan lebih baik, masing-
masing kelompok berani untuk bertanya ataupun menyatakan pendapatnya.
Pengelolaan waktu juga menjadi lebih baik dan lancar, karena siswa sudah
mengetahui alur model pembelajaran yang digunakan. Jumlah siswa yang tuntas
juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 17 siswa tuntas dari jumlah total 18
siswa dengan persentase 94,4%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar
sudah memlebihi nilai minimal ketuntasan sebesar 75%, dalam artian siklus dapat
dihentikan.
36
tertera dalam lembar observasi, hasil observasi menunjukkan dari beberapa
poin yang belum terpenuhi pada siklus 1 telah terpenuhi semua pada siklus 2
ini. Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya dari kondisi dalam diri siswa saja
yang mempengaruhi aktivitas siswa, namun pengaruh eksternal seperti
penggunaan model, penataan ruang, pemberian musik di ruang kelas dan media
pembelajaran sebagai pengantar proses belajar mengajar di sekolah.
Data hasil belajar kognitif yang diperoleh pada siklus 1 sebanyak 18 siswa
terdapat 11 siswa yang tuntas mendapat nilai ≥75 dengan persentase ketuntasan
sebesar 61,1% dan sebanyak 7 siswa tidak tuntas mendapat nilai <75 dengan
persentase ketuntasan sebesar 38,9 %. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus
1 sebesar 75,2. Meskipun masih banyak siswa yang tidak tidak tuntas, hasil
tersebut telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar
prasiklus sebesar 33,3%. Hasil belajar kognitif siswa pada siklus 2 terdapat 16
siswa yang sudah tuntas mendapat nilai ulangan diatas KKM yang ditentukan
≥75 dengan persentase ketuntasan sebesar 88,9% dan sebanyak 2 siswa tidak
tuntas mendapat nilai <75 dengan persentase ketuntasan sebesar 11,1 %. Rata-
37
rata hasil belajar siswa pada siklus 2 sebesar 83,8. Dari hasil ulangan di siklus 2
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan dapat dikatakan
sukses karena sudah melebihi dari 75% siswa yang tuntas dan melebihi nilai
KKM yang telah ditentukan.
Peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya dapat dilihat dalam data
berikut ini.
Tabel 4.8 Hasil Belajar Kognitif Siswa Seluruh Siklus
Siklus ∑ Siswa ∑ Siswa Tidak Persentase
Tuntas tuntas Ketuntasan Klasikal
Prasiklus 5 13 (72,2%) 27,8%
Siklus 1 11 7 (38,9%) 61,1%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Siswa tidak tuntas 72,20% 38,90% 11,10%
Siswa Tuntas 27,80% 61,10% 88,90%
38
Dari data diatas peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif dari prasiklus
sebanyak 5 siswa yang tuntas (27,8%) dan pada siklus 1 sebanyak 11 siswa tuntas
(61,1%), Sedangkan pada siklus 2 terdapat 16 siswa yang tuntas (88,9%). Sehingga
dengan penerapan quantum teaching dapat meningkatan presentase ketuntasan
hasil belajar kognitif siswa kelas IV dari prasiklus ke siklus 1 sebesar 33,3% dan
dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat sebesar 27,8%. Ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus 2 telah melebihi 75% sehingga pembelajaran dikatakan berhasil dan
model pembelajaran yang diterapkan dikelas berpengaruh terhadap hasil belajar
sehingga penelitian ini dapat dihentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus 3.
39
yang diberikan. Aktivitas berhubungan langsung dengan hasil belajar.
40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
a. Penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan aktivitas. Aktivitas belajar pada prasiklus menunjukkan
bahwa pembelajaran kurang aktif dengan persentase klasikal sebesar 55%
dan meningkat sebesar 6,9% menjadi 61,9% dan menunjukkan bahwa
aktivitas belajar siswa yang cukup aktif. Pada siklus 2 mengalami
peningkatan sebesar 10,8% menjadi 80,8% dengan menunjukkan
aktivitas belajar siswa yang aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
b. Penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatakan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar kognitif
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai hasil belajar kognitif siswa secara
klasikal dari pra siklus sampai siklus 2. Peningkatan hasil belajar pada
aspek kognitif dari prasiklus sebanyak 5 siswa yang tuntas (27,8%) dan
pada siklus 1 sebanyak 11 siswa tuntas (61,1%), Sedangkan pada siklus
2 terdapat 16 siswa yang tuntas (88,9%). Sehingga dengan penerapan
quantum teaching dapat meningkatan presentase ketuntasan hasil belajar
prasiklus ke siklus 1 sebesar 33,3% dan dari siklus 1 ke siklus 2
meningkat sebesar 27,8%, sehingga penerapan Quantum Teaching dapat
dikatakan berhasil karena ketuntasan hasil belajar klasikal pada siklus 2
sebesar 88,9% sudah melebihi 75% dari siswa yang tuntas.
B. Saran dan Tindak Lanjut
41
siswa;
a. Bagi peneliti
Pengondisian kelas dan pengalokasian waktu perlu perencanaan yang lebih
matang lagi agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai secara optimal;
b. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat menjadi solusi dalam meningkatkan aktivitas siswa
sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusan;
c. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian lebih
lanjut dengan mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran dapat
menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan bermanfaat.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan D.R. Krathwohl.(2015). Kerangka Landasan Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Astutik. (2017). Model Quantum Teaching Dengan Pendekatan Cooperative
Lerning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKN. Jurnal
Pedagogja. 2(1).35-46.
Baswedan, A. 2015. Gurunya Manusia Menjadikan Semua Anak Istmewa dan
Semua Anak Juara. Bandung: Kaifa.
Dananjaya, U. (2015). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Penerbit Nuansa.
DePorter, B., M. Reardon dan. Nouri S.S. 2018.
Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-
Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
https://books.google.com/books?isbn=9791284369. Diakses tanggal 5
November 2023.
Hamalik, O. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Helmiati. (2015). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Indrayani, dkk.2019. Pengaruh Model Quantum Learning Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia,
2(1), hal 1-11.
43
Prihatiningsih, E. & Setyaningsih , E.W. (2018). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Picture and Picture dan Model Make A Match Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. 4(1).1-14.
Tatang. 2015. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Ramadhani, S.P. 2019. Konsep Dasar IPA: Konsep dan Aplikasi Pengembangan
pembelajaran. Jawa Barat: Yiesa Media karya.
Sapriati, A., dkk. 2022. Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Sudjana, N. 2017. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Supinah, Nur. (2021). Penerapan Model Quantum Teaching Menggunakan Real
Laboratory Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pengukuran di
Kelas X SMA Negeri 3 Medan T.A 2018/2019. Jurnal Pembelajaran Fisika
(INPAFI). 9(2). 8-13.
44